Kelompok
Anggota:Erlangga Dwi Cahyo
Hanif Naufal
Ach.farhan mubaraok
PEMBAHASAN
AL-QUR’AN DAN TAFSIR
A. Pengertian Menurut Bahasa dan Istilah
1. Al-Qur’an
Ditinjau dari segi bahasa, secara umum diketahui bahwa kata al-
qur’an (را ٌن )الق berasal dari kata ق راyang berarti mengumpul atau
)18( ُ) فَِإ َذا َقَرْأنَهُ فَاتَّبِ ْع ُق ْرءَانَه17( ُإن َعلَْينَامَج ْ َعهُ َو ُق ْرءَانَه
َّ
“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam
dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah
menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantara Jibril), maka
bacalah menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah : 17-18).1
Disamping itu masih ada lagi bentuk mashdar dari lafadh qara’a
yaitu qur’ ( ) ُق ْرءtanpa alif dan nun yang mengikuti wazan fu’l ( ) ُف ْع ل.
ٌ
Dengan demikian kata qara’a mempunyai tiga wazan (bentuk/sighat)
mashdar, yakni qur’an ()ق رآن, qira’ah, dan qur’ () ُق ْرء. Ketiga wazan
tersebut tetap memiliki satu makna yaitu bacaan. Lebih lanjut beliau
menyatakan bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar yang
mengandung fungsi makna isim maf’ul, sehingga maknanya menjadi yang
dibaca atau bacaan.2
Para Ahli ushul fiqih menetapkan bahwa al-Qur’an adalah nama
bagi keseluruhan al-Qur’an dan nama untuk bagian-bagiannya yang
1
Syaikh Manna’ Al-qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), hlm. 16
2
M. Syakur, Ulum al-Qur’an, (Semarang: PKPI2 – Universitas Wahid Hasyim, 2001),
hlm. 2
diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka jadilah ia sebagai identitas
diri.
Al-Qur’an adalah wahyu Tuhan dengan kebenaran mutlak yang
menjadi sumber ajaran Islam. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam
yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Ia berfungsi untuk
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara
pribadi maupun kelompok.3 Ia juga menjadi tempat pengaduan dan
pencurahan hati bagi yang membacanya.
2. Tafsir
Para pakar ilmu tafsir banyak memberi pengertian baik secara
etimologi maupun terminologi terhadap term tafsir. Secara etimologi kata
tafsir berarti al-ibanah wa kasyfu al-mughattha (menjelaskan dan
menyingkap yang tertutup). Dalam kamus Lisan al-‘Arab, tafsir berarti
menyingkap maksud kata yang samar. Hal ini didasarkan pada firman
Allah Sûrah al-Furqân: 33
3
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 172
Ilmu tafsir merupakan bagian dari ilmu syari’at yang paling mulia
dan paling tinggi kedudukannya, karena pembahasannya berkaitan dengan
Kalamullah yang merupakan sumber segala hikmah, serta petunjuk dan
pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman
Rasulullah dan berkembang hingga di zaman modern sekarang ini.
Kebutuhan akan tafsir semakin mendesak lantaran untuk kesempurnaan
beragama dapat diraih apabila sesuai dengan syari’at, sedangkan
kesesuaian dengan syari’at banyak bergantung pada pengetahuan terhadap
Al-Qur’an, kitabullah.
B. Sifat dan Fungsi al-Qur’an
Al-Qur’an, Kalamullah, memiliki beberapa sifat yang teramat agung.
Adanya banyak sifat dan nama bagi Al-Quran, menunjukkan betapa mulianya
kitab Allah ini. Dan kita bisa semakin mencintai sesuatu, ketika kita mengenal
sifat-sifatnya. Karena itu, untuk menanamkan rasa cinta kita kepada Al-Quran,
selayaknya kita mengenal beberapa sifatnya. Berikut diantara sifat-sifat itu:4
1. Al-Quran adalah Ash-Shirath Al-Mustaqim (jalan lurus)
Yakni, Al-Qur’an adalah jalan lurus yang mengantarkan orang
yang senantiasa membaca dan mengamalkannya kepada surga yang penuh
kenikmatan. Allah Ta’ala berfirman,
ِ ِ ِ
ُيما فَاتَّبِعُوه َّ َو
ً َأن َٰه َذا صَراطي ُم ْستَق
“Dan sungguh, inilah jalan–Ku yang lurus, maka ikutilah!.” (QS. Al-
An’am: 153).
ً ِورا ُّمب
ني |يا َأيُّ َها النَّاس قَ ْد جاء ُكم بر َها ٌن ِّمن َّربِّ ُكم و َ ِإ
ً َُأنزلْنَا لَْي ُك ْم ن َْ ُْ َ َ ُ َ
“Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya), dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang” (QS. An-Nisa’: 174).
5
Ibid, h. 174
ِ ِ
اِإْل ميَا ُن اب َواَلُ َنت تَ ْد ِري َم ا الْكت َ وح ا ِّم ْن َْأم ِرنَ ا َم ا ُك
ً ك ُر َ َو َك َٰذل
َ ك َْأو َحْينَ ا ِإلَْي
ٍ ِص ر
اط َ ٰ َّك لََت ْه ِدي ِإىَل ِ
َ َّش اءُ ِم ْن ِعبَادنَ ا َوِإن
ِ
َ ورا ن َّْه دي بِ ِه َمن ن
ً َُولَكن َج َع ْلنَ اهُ ن
ِٰ
ُّم ْستَ ِقي ٍم
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al–
Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui
apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-
Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami
kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-
benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura:
52).
ُّ َّاس قَ ْد َج اءَتْ ُكم َّم ْو ِعظَ ةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِّ َم ا يِف
الص ُدو ِر َو ُه ًدى ُ يَ ا َأيُّ َه ا الن
ِِ
َ َو َرمْح َةٌ لِّْل ُمْؤ من
ني
“Wahai manusia! Sungguh telah dating kepadamu pelajaran (Al–Qur’an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).
Demikian pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di ayat lainnya,
10
Said Aqil al-Munawwar, I,jaz Al-Qur'an dan Metodologi Tafsir, (Semarang : Dina
Utama, 1994), hlm. 36.
11
Ibid, h. 37
12
Ibid,
berhubungan dengan topik ini, kemudian dicarilah kaitan antara berbagai
ayat ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan, baru akhirnya ditarik
kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling
terkait itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang abadi. Al-Qur’an
ibarat samudera tak bertepi yang menyimpan berjuta-juta mutiara ilahi. Untuk
meraihnya, semua orang harus berenang dan menyelami samudera al-Qur’an.
Tidak semua penyelam itu memperoleh apa yang diinginkannya karena
keterbatasan kemampuannya. Di sinilah letak urgensi perangkat ilmu tafsir.
Ilmu tafsir senantiasa berkembang dari masa ke masa, bahkan para
pakar telah banyak menelurkan tafsir yang sesuai dengan tuntutan zaman demi
menegaskan eksistensi al-Qur’an salih li kulli zaman wa makan.
Banyak sekali metode yang digunakan dalam penafsiran di antaranya
metode tahlily, ijmaly, muqaran, dan maudhu’i.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.