Anda di halaman 1dari 12

(Al Qur’an)

Disusun Untuk Memenuhi Revisi Makalah Mata Kuliah Kajian


Usulul Fiqh
Pengampu: Drs. Khusaeri M.Ag.

Disusun Oleh :
Hisha Eka Pradana 181111022
Aziz Bashor Pratama 181111023

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puja dan syukur kepada kehadiran Allah SWT yang selalu menjaga
hamba-Nya tanpa memandang siapa dia. Solawat serta salam diperuntukkan kepada
utusan-Nya Rosulullah SAW sang pembawa cahaya pencerah dari kerancuan moral
dan akhlak. Atas izin Allah SWT saya dapat mengemban amanat ini dalam
penguasaan materi yang telah diberikan kepada penulis dengan judul Al Quran
sebagai Sumber Hukum.
Hormat penulis kepada Bapak Drs. Khusaeri M,Ag yang memberikan
amanat kepada penulis untuk membuat makalah menyangkut materi ini, dan
alhamdulillah dapat selesai dengan tepat waktu, dan terimakasih kepada pihak-
pihak yang bersangkutan yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada diri penulis dan pembaca, dan ilmu
yang terkandung didalamnya benar-benar dapat diterapkan.

Sukoharjo, 28 September 2019.

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk mendalami dan memahami
apa yang ada di dalam agama Islam, karena apabila Rasulullah SAW wafat
maka akan ada yang membimbing umat Muslim untuk beragama yang baik dan
benar. Dalam QS. at Taubah ayat 122 yang berbunyi:

‫ِين‬
‫ٱلد‬ ‫ِي‬ ‫ف‬
ْ ُ َ َََ ٞ َ ٓ َ ۡ ُۡ َۡ ُ
‫وا‬‫ه‬‫ق‬ ‫ف‬ ‫ت‬‫ِي‬ ‫ل‬ ‫ة‬‫ف‬ ‫ئ‬ ‫ا‬‫ط‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ِن‬ ‫م‬ ‫ة‬
ٖ ‫ق‬‫ِر‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ِن‬ ‫م‬ َ ‫ون ل َِينفِ ُروا ْ َكٓافَة ۚٗفَلَ ۡولَا َن َف‬
‫ر‬
َ ُ ۡ ُۡ َ َ ََ
‫۞وما كان ٱلمؤمِن‬
ِ ِ ِ
َ َ ۡ َ ۡ َُ َ َ ۡ َۡ ْٓ ُ َ َ َ ۡ ُ َ َۡ ْ ُ ُ َ
‫حذ ُرون‬ ‫ول ِينذِروا قومهم إِذا رجعوا إِلي ِهم لعلهم ي‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
ْ َََ
Pada ayat diatas terdapat kalimat ‫ ل َِيتفق ُهوا ف ِي ٱلدِين‬bermakna memperdalam

agama atau memperdalam pengetahuan tentang agama. Dan pada ayat diatas
ditujukan untuk beberapa orang yang beriman dari setiap golongan untuk
mempelajari ilmu agama. Ayat diatas memiliki arti bahwa perintah
mempelajari agama yang mencakup hukum-hukum yang ada dalam ketentuan
agama1.
Mempelajari hukum-hukum dalam agama terdapat pada ilmu fiqih yang
merupakan praktik kesempurnaan pelaksanaan agama. Dalam mempelajari
fiqih yang berarti luas, maka Imam Syafi’i menuliskan ilmu Usulul fiqh yang
membahas tentang asas, sumber, asal dari ilmu pengetahuan tentang kaidah-
kaidah yang membawa kepada usaha merumuskan hukum dari dalil-dalil yang
terperinci. Dalam merumuskan hukum atau khitab Allah yang mengatur amal

1
Nurhayati, Ali Imron, Fiqih dan Usulul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2019, hlm 1.

1
perbuatan orang mukllaf baik berupa perintah, larangan, anjuran, pilihan,
penetapan sebagai sebab, syarat, dan penghalang,2 tentu memerlukan sumber-
sumber yang telah disepakati oleh para ulama.
Sumber-sumber yang sudah disepakati ulama dalam merumuskan suatu
hukum adalah al Qur’an, sunnah, ijma’, dan Qiyas. Keempat sumber tersebut
adalah rujukan paling utama dalam merumuskan suatu hukum, pada makalah
ini kami akan membahas salah satu dari sumber hukum diatas yaitu al Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al Qur’an ?
2. Bagaimana kedudukan al Qur’an ?
3. Apa sajakah fungsi al Qur’an ?
4. Apa sajakah hukum-hukum yang terkandung dalam al Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian al Quran.
2. Mengetahui kedudukan al Qur’an.
3. Mengetahui fungsi-fungsi al Qur’an.
4. Mengetahui hukum-hukum yang terkandung dalam al Qur’an.

2
Op, cit, hlm. 19.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian al Qur’an
Al Qur’an berasal dari kata qora’a yang berarti menghimpun dan dapat
diartikan pula qiroah yang berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam satu ungkapan kata yang teratur.3 Menurut bahasa Arab
pada umumnya lafazh al Qur’an adalah bentuk masdar yang berarti bacaan. QS.
al Qiyamah ayat 17-18:
َ ُ َ َ َۡ َ َ َ َ ُ ََ َ
‫ فإِذا ق َرأنَٰ ُه فٱتب ِ ۡع ق ۡر َءان ُهۥ‬‫إِن عل ۡي َنا َج ۡم َع ُهۥ َوق ۡر َءان ُهۥ‬

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Secara terminologi atau istilah ada beberapa ulama yang mendefinisikannya
diantaranya adalah:
1. Safi’ Hasan Abu Tholib
 ‫الكتاب منزل با لفظه العربيّة ومعانيه من عند الله عن طريق الوحي الى النبي‬
‫وهو اساس الشريعة و اصلها االول‬
Kitab yang diturunkan dengan lafal bahasa Arab dan maknanya dari Allah
melalu wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad ia merupakan
dasar dan sumber utama bagi syariat.4
2. Imam al Ghozali
‫قول الله تعالى‬
Firman Allah SWT5
Menurut dua penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa intinya ulama
bersepakat bahwa Al Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada

3
Manna Al Qhohthan, Pengantar Studi Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka Alkautsar,
2006, hlm. 16
4
Nur Kholis, Pengantar Studi al Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2008, hlm. 24.
5
Ibid, hlm. 25.

3
Nabi Muhammad SWA melalui malaikat Jibril yang penukilannya secara
mutawatir menggunakan bahasa Arab, dari generasi ke generasi yang diawali
dengan al Fatihah dan diakhiri dengan aN Nas. Pendapat Safi’ Hasan yang
menyatakan bahwa al Qur’an merupakan sumber utama bagi syariat hal ini
menunjukkan bahwa al Qur’an merupakan sumber yang paling utama yang kita
rujuk ketika ingin mengetahui suatu hukum.

B. Kedudukan Al Qur’an
Al Qura’n dalam kajian usulul fiqh merupakan objek pertama dalam
memecahkan hukum. Karena al Qura’an adalah sumber dari suatu sumber,
maka seseorang yang berijtihad atau untuk menemukan hukum untuk suatu
kejadian maka rujukan utamanya adalah al Qur’an.6 Maka dapat disimpulkan
bahwa selama hukum yang dicari terdapat pada Al Qur’an, maka tidak boleh
mencari hukum tersebut diluarnya. Dengan begitu seseorang tidak akan salah
dalam mengambil suatu hukum, bila mana dalam al Qur’an tidak ada maka kita
dapat merujuk kepada sunnah dan dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
hukum yang ada diluar al Qur’an tidak bertentangan dengan al Qura’n itu
sendiri. Dengan demikian jelas bahwa kehujjahan al Qur’an sebagai wahyu
tidak ada seorangpun yang dapat membantahnya.7
Penjelasan diatas merupakan gambaran bahwa al Qura’an benar-benar
sumber utama bahkan Imam Ghozali berpendapat bahwa pada hakikatnya
sumber hukum itu satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab sabda Rosulullah
bukanlah hukum melainkan pemberitaan tentang bermacam-macam hukum
Allah SWT.8

6
Nurhayati, Ali Imron, Fiqih dan Usulul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2019, hlm. 22
7
Nur Efendi, Studi Al Quran, Yogyakarta: Kalimedia, 2016, hlm. 48.
8
Nur Kholis, Pengantar Studi al Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2008, hlm. 34

4
C. Fungsi-Fungsi Al Qur’an
Adapun fungsi-fungsi al Qur’an antara lain adalah:
1. Sebagai sumber hukum, karena al Qura’n memuat segala hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT.9
2. Sebagai media komunikasi massa atau sebagai informasi. Didalamnya
mencakup informasi masa lampau, masa kini dan masa depan, semisal
kisah-kisah para Nabi.10
3. Sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. Bukti tersebut
dikemukakan pada tantangan yang sisifatnya bertahap, yang pertama
menantang siapapun untuk menyusun al Qur’an secara keseluruhan, kedua
menantang dengan 10 surat semacam al Qur’an, ketiga menantang 1 surat
saja, keempat menantang menyusun sesuatu seperti al Qur’an.
4. Sebagai petunjuk untuk umat manusia.
5. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad, untuk membuktikan kenabian dan
kerasulannya bahwa al Qur’an adalah firman Allah bukanlah perkataan
Nabi.11
َ ُ ۡ َ َ َ ۡ ُ ۡ َ َٰ َ ۡ ْ ُ ۡ َ َ َٰٓ َ َ ُ ۡ َ ُ ۡ
ۡ‫ون ب ِم ۡثلِهِۦ َول َو‬ َ َۡ َ ُ
ِ ‫ان لا يأت‬ ِ ‫جن علي أن يأتوا ب ِ ِمث ِل هذا ٱلقرء‬ ِ ‫قل لئ ِ ِن ٱجت َمع‬
ِ ‫ت ٱلإِنس وٱل‬
َ ُ َ َ
‫كان َب ۡعض ُه ۡم ل َِب ۡع ٖض ظ ِهيرا‬

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain". Q.S Al-Isra’ : 88

9
Nur Efendi, Studi Al Quran, Yogyakarta: Kalimedia, 2016, hlm. 47
10
M. Zahid, Posisi dan Mushaf Al Quran dalam Komunikasi Masa, Jurnal Nuansa vol. 11
11
Repo. IAIN-Tulungagung. ac. Id/2730/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20TEORI.PDF

5
D. Hukum-hukum yang ada dalam Al Qur’an
Secara gari besar hukum-hukum dalam Al Qur’an dapat dibagi menjadi 3
macam:
1. Hukum-hukum perihal mengatur hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, mengenai apa yang harus diyakini dan yang harus dihindari
bahkan ditinggalkan yang berhubungan dengan keyakinan. Seperti
keyakinan untuk mengesakan Allah SWT dan larangan untuk
mempersekutukan-Nya. Ilmu yang membahas tentang keyakinan atau
‘itiqodiyyah terdapat pada ilmu Tauhid.
2. Hukum-hukum perihal hubungan sesama manusia yang berkaitan
mengenai sifat-sifat baik dan buruk. Dan hukum ini sering kita kenal
sebagai khuluqiyyah yang terkandung pada ilmu Akhlaq.
3. Hukum-hukum perihal tindakan dan tingkah laku serta sikap kita dalam
hubungan kepada Allah dan sesama manusia, dalam segala bentuk yang
harus dilakukan dan yang harus dijauhi. Dan hukum ini akrab kita kenal
sebagai amaliyyah yang terkandung dalam ilmu Syari’ah. Hukum ini
secara umum atau garis besar dibagi menjadi 2 antara lain adalah:
a. Perbuatan dan tingkah laku lahiriyyah manusia dengan Allah SWT
yaitu berpedoman pada hadis Rasulullah SAW
‫بني االسالم على خمس ان تشهد ان الاله اال الله وان تشهد ان محمد‬
‫الرسول الله واقامة الصالة وايتاء الزكا ة وصوم رمضان وح ّج البيت من‬
‫استطا ع اليه سبيال‬
Hadis diatas menjelaskan hubungan secara lahiriyyah antara Allah
SWT dan manusia, yang meliputi syahadat, solat, puasa, zakat, dan
haji. Hukum ini disebut hukum ibadah dalam arti khusus, karena
secara esensi muamalah ini termasuk dalam ibadah bila dilaksakan
sesuai dengan kehendak Allah SWT.
b. Perbuatan dan tingkah laku sesama manusia atau bermasyarakat
dan juga hubungan kepada alam semesata. Seperti, jual beli,
pernikahan, dan masih banyak lagi. Hukum ini juga mencakup

6
hukuman bagi yang menyimpang seperti pencurian, pembunuhan
dan lain-lain. Hukum ini disebut sebagai hukum muamalah dalam
arti umum, karena mencakup kehidupan bermasyarakat. Secara
esensi hukum ini pun juga disebut sebagai ibadah.

Diatas dijelaskan bagaimana hukum amaliyyah secara garis


besaruntuk itu Abdul Khilaf memperinci hukum-hukum diatas menjadi
7 bagian antara lain adalah:
a. Hukum keluarga. Yang didalamnya mencakup dari terbentuknya
suatu pernikahan samapai kemasalah tholaq, rujuk, idah, dan
warisan. Dalam al Qura’an tercatat 70 ayat yang menjelaskan
perihal ini.
b. Hukum muamalah atau perdata. Yang mencakup jual beli, sewa
menyewa, gadai menggadai, utang piutang, serta pemeliharaan hak
dan kewajiban. Dalam al Qur’an tecatat sekitar 70 ayat yang
menjelaskannya.
c. Hukum jinaya atau pidana. Hukum yang menyangkut tindakan
kejahatan atau perilaku yang menyimpang dari ajaran. Yang
mencakup bagaimana memelihara stabilitas keamanan masyarakat,
seperi larangan membunuh dengan sanksi hukumannya,
menganiaya, berzina dan lain-lain. Dalam al Qur’an tercatat 30
ayat.
d. Hukum al Murafaa’h. Hukum yang mencakup peradilan,
kesaksian, dan sumpah. H’ukum seperti ini dimaksudkan untuk
seorang yang menjadi hakim agar mampu memberi keputusan yang
benar dan menjauhi keputusan yang salah. Dalam al Qura’n tercatat
sekitar 13 ayat.
e. Hukum ketatanegaraan. Yang membahas ketentuan yang
berhubungan dengan pemerintahan. Hukum ini untuk mengatur
hubungan antara penguasa dan rakyat, bagaimana menjadi

7
penguasa yang baik dan bagaimana menjadi rakyat yang baik.
Dalam al Quran tercatat sekitar 25 ayat.
f. Hukum antar bangsa. Hukum yang mengatur antara negara Islam
dan kafir. Dan didalamnya diatur pergaulan muslim dan kafir yang
berada di negara Islam. Dalam al Quran tercatat 25 ayat.
g. Hukum ekonomi dan keuangan. Hukum yang mengatur hak fakir
miskin dengan harta orang kaya. Yang mengatur bidang ini dalam
al Quran tercatat 10 ayat.12

12
Nurhayati, Ali Imron, Fiqih dan Usulul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2019, hlm. 24-25

8
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Seorang yang berkeinginan untuk mengambil suatu hukum syariah
tentu harus merujuk pada sumber-sumber yang telah Allah, Rosul dan para
ulama tetapkan yaitu Al Qur’an, sunnah, qiyas dan ijma’. Keempat sumber
itu harus berurutan, tidak boleh kita melakukan qiyas ataupun ijma’ apabila
hukum yang kita cari sudah tertera dalam al Quran dan sunnah.
Al Qura’n merupakan sumber utama dan kedudukan hujjahnya
adalah tertinggi dibandingkan yang lain. Karena Al Quran diperuntukan
pada sepanjang waktu dan dimanapun seorang berada likulli zaman wa
makan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Ali Imron. 2019. Fiqih dan Usulul Fiqh, Jakarta: Prenada Media.
Nur Efendi. 2016. Studi Al Quran, Yogyakarta: Kalimedia.
Nur Kholis. 2008. Pengantar Studi al Qur’an, Yogyakarta: Teras.
Manna Al Qhohthan. 2006. Pengantar Studi Ulumul Qur’an, Jakarta: Pustaka
Alkautsar.
M. Zahid, Posisi dan Mushaf Al Quran dalam Komunikasi Masa, Jurnal Nuansa
vol. 11.
Repo.IAIN.Tulungagung.ac.Id/2730/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20TEORI.P
DF.

10

Anda mungkin juga menyukai