Makalah
Disusun oleh
PENDIDIKAN KIMIA
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik
dalam menguasai setiap kompetensi dasar atau indikator materi yang telah dipelajari.
Instrumen penilaian baik tes maupun nontes seharusnya dapat memberikan informasi
mengenai sejauh mana ketercapaian belajar peserta didik dan seberapa besar keberhasilan
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Analisis butir soal merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menilai kualitas butir
soal yang baik, sehingga dapat digunakan kembali pada periode selanjutnya atau jika butir
soal yang kurang baik, maka dapat dilakukan revisi, sementara untuk butir soal yang tidak
baik, tidak perlu digunakan kembali. Untuk itu, butir soal harus dianalisis guna mengetahui
kualitasnya, memperbaiki kualitas butir soal dan meningkatkan mutu butir.soal. Soal
dikatakan baik apabila memenuhi karakteristik penilaian butir soal yang meliputi: validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh .
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tingkat kesukaran dan daya pembeda
instrumen.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Tingkat kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui
dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing
butir tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya.
Misalnya saja guru A memberikan ulangan soalnya, mudah-mudah, sebaliknya guru B kalau
memberikan ulangan soal-soalnya sukar-sukar. Dengan pengetahuannya dengan kebiasaan ini
maka siswa akan belajar giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya jika akan
mendapat ulangan dari guru A tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak mau belajar
sama sekali.
Angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00,
artinya angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi
adalah 1,00. Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk bagi tester
bahwa butir item tersebut termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar,
sebab disini seluruh testee tidak dapat menjawab item dengan betul. Sebaliknya, apabila
angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P=1,00) ini merupakan petunjuk
bahwa item ini adalah termasuk dalam kategori item yang terlalu mudah, sebab disini seluruh
testee dapat menjawab dengan betul butir item tersebut.
1. Perhitungan manual
Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
P=
∑B
N
Keterangan:
P (Proportion) = angka indeks kesukaran item
ƩB = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item tersebut
N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar
Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interprestasi) terhadap angka
indeks kesukaran item, Robert L. Torndike dan Elizabeth Hagen (1998:20)
mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P Interprestasi
0,00 – 0,30 Terlalu sukar
0,31 – 0,70 Cukup (sedang)
0,71 – 1,00 Terlalu mudah
Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-
soal yang sedang, yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31
sampai dengan 0,70. Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar,
lalu tidak berarti tidak boleh digunakan, hal ini tergantung dari penggunaannya. Soal yang
sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai. Sedangkan soal-soal yang
terlalu mudah, akan membangkitkan semangat kepada siswa
yang lemah.
P=
∑B
N
9
¿
15
= 0,6
Maka, soal tergolong soal sedang
b. Perhitungan dengan spss
Langkah pertama, masukkan variabel tiap soal pada variabel view, jangan lupa isikan
value dengan 1 ”benar” dan 2 “salah”
Analisis: dari hasil yang ditunjukkan nilai “mean” pada tabel statistics ditafsirkan
pada rentang tingkat kesukaran, yaitu:
0,00-0,20 sukar
0,21-0,70 sedang
0,71-1,00 mudah
Maka untuk soal nomor satu tergolong soal yang sedang.
Nomor Soal
Kode Siswa Skor
1 2 3 4 5
A 20 5 14 10 20 69
B 20 5 20 15 10 70
C 20 5 14 12 13 64
D 20 5 15 14 14 68
E 15 5 15 15 12 62
F 15 5 15 13 10 58
G 18 5 15 18 8 64
H 20 5 20 9 9 63
I 20 5 10 10 10 55
J 20 3 9 8 11 51
K 17 8 10 17 18 70
L 18 5 12 20 20 75
M 20 9 9 20 20 78
N 20 8 8 12 11 59
O 20 5 14 14 15 68
Jumlah 283 83 200 207 201 974
= 18,86667
Skor maksimum dari tiap butir soal adalah 20, dan TK dapat dihitung sbb:
18,86667
TK=
20
= 0,943333
Kemudian hitung tingkat kesukaran dengan rumus =B19/20 sehingga didapatkan data
B. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda disebut indeks Diskriminasi, disingkat D.
Seperti halnya indeks kesukaraan, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara
0,00 sampai 1,00 hanya bedanya indeks kesukaraan tidak mengenal tanda negative. Tanda
negative pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan
kualitas tester yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Untuk
menghitung daya pembeda perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan
kelompok besar (100 orang ke atas).
a) Untuk Kelompok Kecil Seluruh kelompok tester dibagi dua sama besar, 50%
kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
b) Untuk Kelompok Besar Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisa, maka untuk
kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas
sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).
1. Cara Manual
Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100
orang ke atas).
Seluruh kelompok tester dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok
bawah.
Contoh :
Skor Siswa
A9
B8
D7
E6
F5
G5
I4
J3
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu dibagi dua.
Contoh :
9
9
8 27 % sebagai JA
8
8
.
.
.
2
1
1 27 % sebagai JB
1
0
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
BA BB
D= - = PA - PB
JA JB
Dimana
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
Dari angka-angka yang belum teratur kemudian dibut array (uraian penyebaran), dari skor
yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.
Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok bawah (JB)
dengan pemilikannya sebagai berikut :
Kelompok (JA) Kelompok (JB)
B=7 A=5
C=8 D=6
E = 10 F=6
I=8 G=6
J=7 H=6
K=7 L=5
N=7 M=3
O=9 P=3
Q=8 S=6
R=8 T=6
——— 10 Orang ———— 10 Orang
Mari kita perhatikan lagi tabel analisa, khusus untuk butir soal
nomor 1.
- Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang
- Dari kelompok bawah yang menjawab betul 2 orang
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
2. Dibagi menjadi kelompok atas dan bawah, karena hanya 10 responden maka
pembagiannya 50%, yaitu
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
Σskor
Rata-rata=
Σsiswa
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
RATA-
RATA 3,80 3,80 3,00 3,40 3,40
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
RATA-
RATA 3,40 3,00 2,20 2,60 3,00
3,80−3,40
=
5
= 0,08
Butir soal ini termasuk buruk karena selisih soal yang dijawab benar oleh kelompok atas
dengan soal yang dijawab benar oleh kelompok bawah sangat sedikit, nilai daya pembedanya
hanya 0,08. Ini berarti bahwa untuk menjawab soal dapat dilakukan dengan menebak
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
2. Urutkan data skor total dari skor yang tertinggi ke skor terendah dengan cara
mengklik “Sort & Filter Z to A”
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
3. Data dibagi menjadi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah karena data yg kita
uji yaitu kelompok kecil. Untuk membagi data tersebut, antara data ke data siswa ke
10 dan ke 11 diberi jarak. Dengan cara di blok klik kanan insert
Sehingga menjadi :
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
BA 8 8 8 6 5 9 9 8 10 8
JA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BA/J 0,8 0,8 0,8 0,6 0,5 0,9 0,9 0,8 1,0 0,8
A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
BB 2 7 4 2 1 7 6 9 10 4
JB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BB/J 0,2 0,7 0,4 0,2 0,1 0,7 0,6 0,9 1,0 0,4
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
BA 8 8 8 6 5 9 9 8 10 8
JA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BA/J 0,8 0,8 0,8 0,6 0,5 0,9 0,9 1,0 0,8
0,80
A 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
BB 2 7 4 2 1 7 6 9 10 4
JB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BB/J 0,2 0,7 0,4 0,2 0,1 0,7 0,6 1,0 0,4
0,90
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,6 0,1 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,0 0,4
DP
0 0 0 0 0 0 0 -0,10 0 0
Rumusnya:
=IF(B30<=0;"Sangat
Jelek";IF(B30<=0,2;"Jelek";IF(B30<=0,4;"Cukup";IF(B30<=0,7;"Baik";"Sangat Baik"))))
Skor
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
O 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
Q 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
B 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
BA 8 8 8 6 5 9 9 8 10 8
JA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BA/J 0,8 0,8 0,8 0,6 0,5 0,9 0,9 1,0 0,8
0,80
A 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
F 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
G 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
S 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
A 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
L 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
P 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
BB 2 7 4 2 1 7 6 9 10 4
JB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
BB/J 0,2 0,7 0,4 0,2 0,1 0,7 0,6 1,0 0,4
0,90
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,6 0,1 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,0 0,4
DP
0 0 0 0 0 0 0 -0,10 0 0
Sangat Jelek
Sangat Jelek
Kriteria
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Baik
b. Essay
A. Siapkan data soal yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data soal dibawah ini
berupa soal ESSAY sebanyak 5 butir soal yang masih belum diurutkan
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
1 4 3 2 4 3 16
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18 B. Urutkan
4 5 3 4 2 2 16 data skor
5 4 3 2 3 3 15
total atau
6 3 4 3 4 4 18
7 4 2 2 2 3 13 jumlah
8 3 4 3 3 3 16 dari skor
9 2 3 1 2 4 12
10 4 3 3 3 2 15 yang
tertinggi
ke skor terendah dengan cara mengklik “Sort & Filter Z to A”
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
C. Data dibagi menjadi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah karena data yg kita
uji yaitu kelompok kecil. Untuk membagi data tersebut, antara data ke data siswa ke 5
dan ke 6 diberi jarak. Dengan cara di blok klik kanan insert
Sehingga menjadi
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
D. Masukkan komponen-komponen untuk mencari Daya Pembeda, yaitu rata-rata
kelompok atas dan rata-rata kelompok bawah.
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
RATA-
RATA 3,80 3,80 3,00 3,40 3,40
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
RATA-
RATA 3,40 3,00 2,20 2,60 3,00
E. Mencari daya pembeda soal (DP) dengan rumus DP = (Rata-rata atas – rata-rata
bawah)/SMI. Dimana SMI yaitu skor maksimal = 5.
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
RATA-
RATA 3,80 3,80 3,00 3,40 3,40
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
RATA- 3,40 3,00 2,20 2,60 3,00
RATA
DP 0,08 0,16 0,16 0,16 0,08
Dengan rumus :
=IF(B16<=0;"Sangat
Jelek";IF(B16<=0,2;"Jelek";IF(B16<=0,4;"Cukup";IF(B16<=0,7;"Baik";"Sangat Baik"))))
RESPONDE JUMLA
N 1 2 3 4 5 H
2 3 4 3 4 5 19
3 4 5 3 3 3 18
6 3 4 3 4 4 18
1 4 3 2 4 3 16
4 5 3 4 2 2 16
RATA-
RATA 3,80 3,80 3,00 3,40 3,40
8 3 4 3 3 3 16
5 4 3 2 3 3 15
10 4 3 3 3 2 15
7 4 2 2 2 3 13
9 2 3 1 2 4 12
RATA-
RATA 3,40 3,00 2,20 2,60 3,00
DP 0,08 0,16 0,16 0,16 0,08
KRITERI
A
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
3. Menggunakan SPSS
a. Soal Pilihan Ganda
1. Dibuka SPSS selanjutnya klik Variabel view dan diisi seperti pada gambar
2. Selanjutnya buka Data View dan diisi dengan data yang ada
3. Selanjutnya pilih Analyze dibagian atas Correlate Bivariate, pada kotak “Variables”
diisi Soal1-soal9 dan jumlah, kemudian klik Pearson, Two-tailed, Flag signification, OK
4. Muncul hasilnya
Untuk menentukan daya pembeda, nilai perhitungan yang digunakan adalah r hitung pada
SPSS yang dibandingkan dengan:
0,40 - 1,00 = Soal baik
0,30 – 0,39 = Soal diterima dan diperbaiki
0,20 – 0,29 = Soal diperbaiki
0,00 – 0,19 = Soal ditolak
R hitung dapat diketahui dari nilai pearson correlation seperti pada uji validitas
Untuk daya pembeda soal nomor 1 dapat dilihat pada nilai pearson correlation jumlah soal
nomor 1, yaitu 0,612 yang artinya soal nomor 1 adalah baik
b. Soal Essay
1. Dibuka SPSS selanjutnya klik Variabel view dan diisi seperti pada gambar
2. Selanjutnya buka Data View dan diisi dengan data yang ada
3. Selanjutnya pilih Analyze dibagian atas Correlate Bivariate, pada kotak “Variables”
diisi Soal-soal5 dan jumlah, kemudian klik Pearson, Two-tailed, Flag signification, OK
4. Muncul hasilnya
Untuk menentukan daya pembeda, nilai perhitungan yang digunakan adalah r hitung pada
SPSS yang dibandingkan dengan:
0,40 - 1,00 = Soal baik
0,30 – 0,39 = Soal diterima dan diperbaiki
0,20 – 0,29 = Soal diperbaiki
0,00 – 0,19 = Soal ditolak
R hitung dapat diketahui dari nilai pearson correlation seperti pada uji validitas
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena diluar
jangkauannya. Angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00, artinya angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling
tinggi adalah 1,00.
2. Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).
3. Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan cara manual dengan rumus P=
∑ B.
N
Selain itu dapat ditentukan menggunakan aplikasi MS. Excel dan SPSS.
BA BB
4. Daya pembeda soal dapat ditentukan dengan cara manual dengan rumus D= -
JA JB
= PA - PB. Selain itu dapat ditentukan menggunakan aplikasi MS. Excel dan SPSS.
B. Kritik dan Saran
Dari pemaparan di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan dalam
penulisan, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar penulis dapat belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.