Anda di halaman 1dari 14

PARADIGMA KESATUAN

ILMU
By: Lis Setiyo Ningrum
Barbour,
• konflik adalah ketika sains dan agama
bertentangan (conflicting) dan dalam kasus
tertentu bahkan bermusuhan [hostile].
• independensi, ketika sains dan agama
berjalan sendiri-sendiri dengan bidang garap,
cara, dan tujuan masing-masing, tanpa saling
mengganggu atau memperdulikan.
.
• dialog ketika hubungan antara sains dan
agama bersifat saling terbuka dan saling
menghormati.
• integrasi, ketika hubungan antara sains dan
agama bertumpu pada keyakinan bahwa pada
dasarnya kawasan telaah, rancangan
penghampiran, dan tujuan keduanya adalah
sama dan satu.
Pertama, as atau poros roda melambangkan titik sentral kekuatan
akal budi manusia yang bersumber dan nilai-nilai ilahiyah, yaitu
Allah sebagai sumber dari segala sumber. Titik sentral ini
mencerminkan pusat pancaran nilai-nilai keutamaan yang berasal
dari pemilik-Nya (Allah Swt), sekaligus titik tujuan seluruh ikhtiar
manusia. Dengan kata lain tauhidullah sebagai pondasi
pengembangan seluruh ilmu.
Kedua, velg roda yang terdiri dari sejumlah jari-jari, lingkaran
bagian dalam dan lingkaran luar melambangkan rumpun ilmu
dengan beragam jenis disiplin yang berkembang saat ini. Setiap
ilmu memiliki karakteristiknya masing-masing yang memudahkan
kita untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Tetapi dalam
perbedaan itu terdapat fungsi yang sama, yakni ilmu sebagai alat
untuk memahami hakikat hidup.
• Ketiga, ban luar yang terbuat dari karet melambangkan
realitas kehidupan yang tidak terpisahkan dari semangat
nilai-nilai ilahiyah dan gairah kajian ilmu. Pada sisi luar ban
ini dilambangkan tiga istilah, yaitu iman, ilmu dan amal
shaleh sebagai cita-cita luhur yang menjadi target akhir
dari profil lulusan UIN. Kekuatan iman berfungsi sebagai
jangkar yang dipancang kokoh dalam setiap pribadi lulusan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kekuatan iman
ditanamkan melalui suatu upaya pendidikan yang
komplementer, mencakup berbagai ikhtiar untuk
membangun situasi kampus yang ilmiah dan religius.
UIN Sunan Ampel
Surabaya
Nur Syam38 menjelaskan bahwa konsep “menara kembar” di dalam
konsepsi pengembangan ilmu keislaman multidisipliner yang
dimaksudkan adalah membangun struktur keilmuan yaitu ilmu
keagamaan dan ilmu sosial/humaniora di satu sisi serta ilmu alam di
sisi lain secara memadai dan wajar.
Keduanya memiliki kewibawaan yang sama, sehingga antara satu
dengan lainnya tidak terdapat superiorioritas maupun inferioritas.
Ilmu keislaman berkembang dalam kapasitas dan kemungkinan
perkembangannya, demikian pula ilmu lainnya juga berkembang
dalam rentangan dan kapasitasnya.
Ilmu keislaman bagaikan sebuah menara yang satu dan ilmu lainnya
seperti menara satunya lagi. Keduanya bertemu dalam puncak yang
saling menyapa, yang dikenal dengan konsep ilmu keislaman
multidisipliner. Menara yang satu menjadi subject matter dan
lainnya sebagai pendekatan
(menara kembar tersambung). Bagunan paradigmatik yang
digagas oleh UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut dilandasi
bahwa antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum
mempunyai basis landasan dan dapat berkembang sesuai
dengan karakter obejek kajian masing-masing. Diharapkan
dalam perkembangannya kedua entitas keilmuan tersebut
dapat saling menyapa, bertemu, dan saling mengaitkan
satu sama lain dalam konektifitas.
Konsep Integrated Twins-Towers bila dirumuskan secara
naratif, maka gambarannya yaitu,
•fondasi keilmuannya ialah al-Qur’ân dan H}adîth.
•satu sisi menara terdiri dari ilmu keislaman murni dan
terapan (tafsir, h}adîth, ilmu fiqh, ilmu kalam, tasawuf, ilmu
dakwah, ilmu tarbiyah dan sebagainya).
•sedangkan di satu menara lainnya adalah ilmu alam, ilmu
sosial dan humaniora (ilmu kimia, fisika, sosiologi,
antropologi, politik, psikologi, sejarah, filsafat dan
sebagainya).
•Selanjutnya, di puncak kedua menara terdapat lengkung
yang menghubungkan antara menara satu dengan lainnya
yang menyimbolkan pertautan antara dua disiplin keilmuan,
sehingga
UIN Sunan Ampel mengembangkan tiga pilar program
akademik, sebagai ciri khasnya yaitu:
(1)penguatan ilmu‐ilmu keislaman murni tapi langka.
(2)integralisasi keilmuan keislaman pengembangan
dengan keilmuan sosial‐humaniora; dan
(3)pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengan
keilmuan keislaman.
Tiga hal ini disebut dengan “integrated twin towers
with three pillars

Anda mungkin juga menyukai