Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI

Nama Mahasiswa : Khalidatussabila Hanifa


Puji Wulandari
Aulia Khabibatu Robbi
NIM : 22862061028
22862061030
22862061084
Tugas ke- : 9
Topik Materi : Prosedur Analisis Kualitas Tes dan Butir Soal
Ringkasan Materi :

A. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui prosedur analisis kualitas tes dan butir soal pada bagian analisis
index kesukaran dan analisis pengecoh/ daya pembeda.

B. Analisis Kesukaran Soal


Analisis soal merupakan perhitungan statistik relatif dan bergantung pada beberapa
faktor, antara lain: sampel siswa, kualitas perintah soal, ilustrasi soal, cara membacanya,
pilihan jawaban, dan kesalahan soal. Menurut Anonymous (2008), kualitas soal
berdasarkan tingkat kesukaran dipengaruhi oleh sampel siswa dan bobot soal, serta
kesalahan soal seperti kesalahan perintah, kesalahan pilihan jawaban, kesalahan kunci
jawaban, ilustrasi dan kesalahan membaca, atau materi yang belum dijelaskan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa diperlukan upaya tindak lanjut untuk memperbaiki soal-
soal tersebut tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas soal
tersebut. Untuk memperoleh soal yang bermutu, selain memenuhi validitas dan reliabilitas,
syarat kesukaran soal harus seimbang. Berimbang artinya ada soal yang relatif mudah, ada
soal dengan kategori sedang, dan soal yang sulit. Sulitnya suatu soal ditentukan oleh
kesanggupan siswa dalam menjawab soal tersebut, bukan dari sudut pandang guru sebagai
penanya. Tingkat kesukaran suatu soal adalah persentase seluruh peserta tes yang
menjawab soal dengan benar, sehingga dapat menentukan mana soal yang mudah, sedang,
dan sulit. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Jika
suatu soal terlalu sederhana, siswa tidak akan mampu meningkatkan usahanya dalam
menyelesaikannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sulit berada di luar kemampuan
1
seseorang sehingga siswa menjadi putus asa dan kehilangan keinginan untuk mencoba
lagi. Berkualitas atau tidaknya hasil belajar suatu tugas tes, dapat ditentukan terlebih
dahulu berdasarkan tingkat kesukaran dan kesulitan masing-masing individu. Yang terbaik
adalah memilih item yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Oleh karena itu, jika
semua mata pelajaran tidak dapat menjawab soal dengan benar (karena terlalu sulit), maka
itu bukanlah tugas yang baik. Sekalipun semua subjek mendapat jawaban benar (karena
soal terlalu mudah), hal tersebut tidak dapat dimasukkan dalam kategori “baik”. Nilai
numerik yang mewakili tingkat kesulitan atau kemudahan suatu soal disebut indeks
kesulitan. Indeks kesukaran adalah angka antara 0,00 dan 1,00 yang mewakili tingkat
kesulitan atau kemudahan soal. Indeks kesulitan menunjukkan tingkat kesulitan soal.
Artinya semakin tinggi indeks kesukaran suatu soal maka semakin mudah soal tersebut.
Sebaliknya, semakin kecil indeks kesukaran soal maka semakin sulit soal tersebut.
Kegunaan bagi guru antara lain: 1) Memberikan masukan kepada siswa sebagai
pengenalan konsep pembelajaran ulang dan hasil belajar. 2) Memperoleh informasi
tentang soal tes. Kegunaan untuk pengujian dan pendidikan meliputi: 1) Memperkenalkan
konsep-konsep yang memerlukan pendidikan ulang. 2) Tanda-tanda kelebihan dan
kelemahan kurikulum. 3) Memberikan masukan kepada siswa. 4) Tanda-tanda
kemungkinan pertanyaan yang bias. 5) Membuat tes dengan data soal yang akurat
(Daryanto, 2010).

C. Analisis Kesukaran Soal Pilihan Ganda


Pada soal pilihan ganda, indeks kesulitan berkisar antara 0,00 hingga 1,00. Indeks
kesulitan ini menunjukkan tingkat kesulitan soal. Oleh karena itu, soal dengan indeks 0,00
berarti soal terlalu sulit, dan soal dengan indeks 1,0 berarti soal terlalu mudah. Tingkat
kesulitan ini ditandai dengan simbol P yang berarti "proporsional". Indeks kesukaran suatu
soal dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois.

Np
P=
N

Keterangan:
P : Proporsi atau angka indeks kesukaran soal
Np : Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir soal
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.

2
Kriteria yang digunakan ialah makin kecil indeks yang diperoleh, maka makin sulit
soal tersebut. Sedangkan makin besar indeks yang diperoleh, maka makin mudah soal
tersebut. Kriteria Indeks kesulitan soal ditafsirkan oleh Robert L. Thorndike dan Elizabeth
Hagen sebagai berikut.
Besarnya P Interpretasi
< 0.30 Terlalu sukar
0,30-0,70 Cukup (sedang)
> 0,70 Terlalu mudah

Contoh analisis kesukaran soal


No Soal
Siswa Skor
1 2 3 4 5
A 0 1 0 0 1 2
B 1 0 0 0 1 2
C 1 1 1 1 1 5
D 0 0 0 1 0 1
E 1 0 0 1 1 4
Jumlah 3 2 1 3 4

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa 5 siswa sedang mengerjakan tes dengan
lima pertanyaan. Dari 5 siswa, 3 orang dapat menjawab pertanyaan 1 dengan benar. Oleh
karena itu, indeks kesulitannya adalah
Np 3
P= = =0 , 6(kriteria sedang)
N 5
Dari tabel diatas dapat kita artikan sebagai berikut:
1) Soal no 1 mempunyai tingkat kesulitan 3/5 = 0,6 (sedang)
2) Soal no 2 mempunyai tingkat kesulitan 2/5. = 0,4 (sedang)
3) Soal no 3 mempunyai tingkat kesulitan 1/5 = 0,2 (sulit)
4) Soal no 5 mempunyai tingkat kesulitan 4/5 = 0,8 (mudah).

D. Analisis Kesukaran Soal Tes Uraian atau Essay


Analisis tingkat kesulitan tidak hanya soal pilihan ganda tetapi juga soal esai dan
esai. Indeks kesukaran biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio yang berkisar antara 0,00
hingga 1,00. Semakin tinggi indeks kesukaran yang diperoleh, maka semakin mudah soal

3
tersebut. Fungsi tingkat kesulitan soal biasanya berkaitan dengan tujuan tes. Misalnya,
soal dengan tingkat kesulitan sedang biasanya digunakan untuk ujian akhir, soal dengan
tingkat kesulitan tinggi untuk tujuan seleksi, dan soal dengan tingkat kesulitan rendah
untuk tujuan diagnostik.
Berikut ialah urutan rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesulitan soal esai:
banyak siswa yang menjawab benar setiap butir soal
P=
jumlah siswa yang mengikuti tes

jumlah skor siswa tes pada butir soal tertentu


mean :
banyak siswa yang mengikuti tes
mean
Tingkat kesukaran=
skor maksimum yang ditetapkan

Hasil perhitungan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat


kesukaran pada soal itu. Klasifikasi tingkat pada kesukaran soal dapat dicontohkan
seperti berikut:
0,00 – 0,30 : Soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 : Soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 : Soal tergolong mudah

Tingkat kesulitan soal tes dapat mempengaruhi bentuk pembagian soal tes. Untuk
pengujian yang sangat sulit, distribusinya akan memiliki kemiringan positif, namun untuk
pengujian yang mudah, distribusinya akan memiliki kemiringan negatif. Kesulitan soal
memiliki dua kegunaan: untuk guru dan untuk pengujian dan pengajaran. Bagi guru, hal
ini memperkenalkan konsep pembelajaran ulang, memberikan masukan kepada siswa
mengenai hasil pembelajaran, menginformasikan prioritas kurikulum, dan
mempertanyakan soal tes yang bias. Selain itu dapat digunakan sebagai pengenalan
konsep-konsep yang memerlukan pengajaran ulang, sebagai indikator kelebihan dan
kelemahan kurikulum sekolah, sebagai masukan kepada siswa, sebagai indikator soal yang
berpotensi bias, sebagai kompilasi tes. Dalam membuat tes dengan data soal yang akurat,
tingkat kesulitan soal sangat penting karena dapat mempengaruhi karakteristik distribusi
skor. Hal ini mempengaruhi format dan distribusi hasil tes, atau jumlah soal dan korelasi
antar soal.

4
Tingkat kesulitan soal juga dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan siswa
dalam memahami soal dan apa yang diajarkan guru. Misalnya, jika suatu soal pertanyaan
termasuk dalam kategori mudah, maka prediksi informasi tersebut diantarnya:
1. Fungsi pengalih perhatian item kuesioner tidak berfungsi.
2. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Artinya sebagian besar siswa
memahami apa yang dibutuhkan.
Jika soal termasuk dalam kategori sulit, prediksi berdasarkan informasi tersebut adalah:
1. Kunci jawaban item pertanyaan mungkin salah.
2. Sebuah item pertanyaan mempunyai dua atau lebih jawaban yang benar.
3. Tingkat kompetensi minimal yang wajib dikuasai siswa tidak tercapai karena materi
yang bersangkutan tidak diajarkan atau pembelajaran tidak tuntas.
4. Konten yang diukur tidak sesuai untuk menjawab format pertanyaan yang ditentukan
(misalnya, jika pertanyaannya tentang ringkasan cerita atau pembuatan cerita dalam
format pilihan ganda).
5. Pertanyaan atau pernyataannya terlalu rumit dan panjang.

E. Analisis Pengecoh atau Distraktor


Pengertian distractor yaitu Distractor are classified as the incorrect answer
in a multiple-choice question atau dalam bahasa Indonesia distraktor adalah gangguan
diklasifikasikan sebagai jawaban yang salah dalam soal pilihan ganda. Setiap tes objektif
selalu menggunakan alternatif jawaban yang mengandung dua komponen, satu benar dan
satu lagi salah. Tujuan penggunaan pengecoh ini untuk mengelabui siswa yang kurang
mampu atau tidak tahu cara membedakan dengan siswa yang lebih mampu membedakan.
Oleh karena itu, gangguan yang baik adalah gangguan yang dihindari oleh anak cerdas dan
dipilih oleh anak yang kurang cerdas serta jika terpilih, minimal 5% dari jumlah peserta.
Pilihan atau alternatif adalah sejumlah kemungkinan jawaban dimana salah satu
kemungkinan jawaban yang terkait dengan setiap pertanyaan adalah benar dan sisanya
salah. Terdapat pola jawaban pada setiap pertanyaan. Pola jawaban di sini mengacu pada
sebaran mata pelajaran dalam menentukan pilihan jawaban suatu soal pilihan ganda.
Kemudian diperoleh dengan menghitung banyaknya subjek yang memilih pilihan jawaban
a, b, c, atau d dan tidak memilih salah satu pilihan tersebut. Pendidik dapat menggunakan
pola jawaban pertanyaan untuk menentukan apakah suatu pengalih perhatian berfungsi
dengan baik sebagai pengalih perhatian. Distraksi yang sama sekali tidak dipilih oleh
subjek berarti distraksi tersebut buruk dan jelas menyesatkan. Sebaliknya, distraksi
5
dianggap berhasil jika sangat menarik bagi peserta tes yang tidak memahami konsep atau
belum menguasai materi. Distractor dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Diterima, karena sudah baik.
b. Ditolak, karena tidak baik.
c. Ditulis kembali (perbaikan), karena kurang baik.

F. Analisis Daya Pembeda


Secara operasional, daya beda butir didefinisikan sebagai efektivitas butir untuk
membedakan peserta tes yang memperoleh sekor tinggi dengan peserta tes yang
memperoleh sekor rendah. Daya beda suatu soal tes tergantung pada besar kecilnya nilai
indeks beda soal. Untuk menghitung indeks pembeda, pertama-tama membagi peserta tes
menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas yang memperoleh nilai tinggi dan kelompok
bawah yang memperoleh nilai rendah. Di sini apabila nomor indeks identifikasi suatu butir
pertanyaan bertanda positif (D>0), maka dapat dikatakan butir pertanyaan tersebut
mempunyai daya beda. Hal ini dapat diartikan bahwa banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar pada kelompok atas, dan banyak siswa yang menjawab soal salah pada
kelompok bawah. Jika item pertanyaan memiliki D=0, maka hal ini menunjukkan bahwa
item pertanyaan tersebut tidak memiliki daya beda sama sekali. Artinya jumlah jawaban
benar pada kelompok atas dan jumlah jawaban benar pada kelompok bawah adalah sama.
Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak memungkinkan kita untuk
membedakan keterampilan kedua kelompok peserta. Namun jika nilai D suatu item
pertanyaan bertanda negatif, hal ini dapat diartikan bahwa item pertanyaan tersebut
dijawab lebih akurat oleh peserta didik dari kelompok bawah dibandingkan oleh peserta
didik dari kelompok yang atas/tinggi.
Identifikasi diperlukan untuk mengetahui kekuatan suatu soal ditinjau dari tingkat
kesulitannya. Dengan kata lain kita tidak dapat mengontrol kemampuan antara item soal
yang ada antara siswa yang belum menguasai materi yang diujikan dengan siswa yang
sudah menguasai materi yang diujikan. Menurut Zainul, keunikan suatu butir soal
merupakan indikator sejauh mana butir soal tersebut dapat membedakan kelompok
peserta ujian yang berkinerja tinggi dan yang berkinerja rendah. Angka yang
menunjukkan derajat kekhasan disebut indeks kekhasan. Nilai berkisar dari 0,00 hingga
1,00. Karakter bisa ada di indeks ini negatif bila suatu tes terbalik menunjukkan kualitas
tes yaitu anak pandai disebut tidak pandai dan sebaliknya.
Menentukan daya pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.
6
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


Dengan interprestasi DP sebagai berikut:
Daya Pembeda (DP) Interprestasi atau penafsiran DP
DP ≥ 0,70 Baik sekali (digunakan)
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik (digunakan)
0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup
DP < 0,20 Jelek

Terdapat 3 titik daya pembeda yaitu:


-1,00 0,00 1,00
Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi
(positif)
Berdasarkan poin-poin di atas, terdapat tolok ukur yang dapat digunakan untuk
menentukan sejauh mana suatu item pertanyaan dapat dinyatakan sebagai pembeda yang
baik.

Patokan:
Besarnya angka Klasifikasi Interpretasi
indeks diskriminasi
item (D
Kurang dari Poor Butir item yang bersangkutan
0,20 daya pembedanya lemah sekali
. (jelek), dianggap tidak memiliki

7
daya pembeda yang baik
0,20 - 0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang
cukup (sedang)
0,40 - 0,70 Good Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang
baik.
0,70 - 1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang
baik sekali.
Bertanda negatif - Butir item yang bersangkutan
daya pembedanya negatif (jelek
sekali)

G. Kesimpulan
Penilaian pembelajaran juga memerlukan evaluasi proses penilaian dan pengukuran
siswa. Salah satunya adalah menganalisis tingkat kesulitan soal, ciri-cirinya, dan fungsi
distraksi atau distraksi. Terkait apa yang sebenarnya diperlukan ketika menganalisis
tingkat kesulitan soal, hal ini untuk melihat apakah subjek dapat menangani soal yang
diajukan atau apakah soal tersebut terlalu mudah atau terlalu sulit. Pasalnya persentase
kesukaran soal minimal terdiri dari 25% sulit, 50% sedang, dan 25% mudah. Bagian
ditujukan untuk subjek pintar dan tidak terlalu pintar, yang menganggap soal mudah atau
tidak sulit untuk dijawab. Demikian pula, kebutuhan akan identifikasi sangatlah penting,
terutama dalam soal-soal pilihan ganda, karena hal ini memungkinkan kita untuk
mengidentifikasi anak mana yang pintar dan mana yang tidak. Ditambah, dengan
gangguan dan jawaban yang mengganggu untuk pertanyaan pilihan ganda. Menganalisis
pertanyaan memberikan informasi tentang panduan untuk meningkatkan pembelajaran. Ini
berfungsi sebagai alat yang memungkinkan bagi pendidik untuk mengukur hasil belajar
siswa dengan adil dan tepat. pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.

H. Daftar Pustaka

8
Fatimah, L. U., & Alfath, K. (2019). Analisis Kesukaran Soal, Daya Pembeda dan Fungsi
Distraktor. AL-MANAR: Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam. 8(2). 37-64.
Fitriani, N. (2021). Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh
Soal Pelatihan Kewaspadaan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan. 12(2).
199-205.
Solichin, M. (2017). Analisis daya beda soal, taraf kesukaran, validitas butir tes,
interpretasi hasil tes dan validitas ramalan dalam evaluasi pendidikan. Dirasat:
Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam. 2(2). 192-213.
Yani, A., Asri, A. F., & Burhan, A. (2014). Distraktor Soal Ujian Semester Ganjil Mata
Pelajaran Produktif Di Smk Negeri 1 Indralaya Utara. Jurnal Pendidikan Teknik
Mesin, 1(2), 98–115.

Anda mungkin juga menyukai