Oleh Kelompok 10
(Reni Retnawati Malaka, Karmeliana Lalu, Maria Emila Santi, Maria Anjelina Pau, Yulius Dappa)
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dan memberikan informasi mengenai analisis butir soal.
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni pengambilan infor masi melalui
kajian kepustakaan buku-buku evaluasi pembelajaran maupun yang bersumber dari internet. Analisis soal
antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang lebih atau sedang dan
soal yang tidak baik. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kekurangan sebuah soal tes
dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Dalam tes dan pengukuran, dikenal beberapa karakteristik
butir soal. Untuk tes hasil belajar pada umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu :
tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban (distraktor).
Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama-sama akan menentukan mutu butir soal. Bila salah satu
dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi persyaratan maka mutu butir soal akan turun.
Kata Kunci: Perlunya Analisis Butir Soal, Karakteristik Butir Soal, Tingkat Kesukaran , Daya Pembeda,
Berfungsi Tidaknya pilihan
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar
mengajar. Sistem penilaian yang baik akan mendorong guru menggunakan strategi mengajar yang lebih
baik dan memotivasi anak untuk belajar lebih giat. Penilaian biasanya dimulai dengan kegiatan
pengukuran. Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statistika terapan yang bertujuan untuk
membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga menghasilkan tes yang berfungsi
secara optimal, valid, dan reliabel.
Proses belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja
tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu
diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan? Untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan sudah tercapai perlu diadakan tes. Sebuah tes yang dapat baik sebagai alat pengukur harus
dianalisis terlebih dahulu. Dalam menganalisis butir soal dalam tes harus memperhatikan daya serap,
tingkat kesukaran, daya beda, fungsi pengecoh, . Hal tersebut dilakukan agar tes yang diberikan kepada
siswa sesuai dengan daya serap siswa, tingkat kesukarannya, dan soal yang diberikan pun harus valid.
Sehingga, tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
PEMBAHASAN
Analisis butir soal adalah suatu kegiatan analisis untuk menentukan tingkat kebaikan butir-butir
soal yang terdapat dalam suatu tes sehingga informasi yang dihasilkan dapat kita perpergunakan untuk
memperbaiki butir soal dalam tes tersebut.
Penilaian terhadap butir soal pada dasarnya merupakan analisis butir soal, dan selama ini pada
umumnya para ahli pengukuran mengatakan bahwa analisis butir soal maksudnya adalah penilaian
terhadap soal. Telah diketahui bersama bahwa penyusunan tes sangat mempengaruhi kualitas butir soal.
Pendekatan untuk menganalisis butir soal yang berkembang saat ini terdiri dari dua pendekatan
yaitu pendekatan klasik dan pendekatan modern. Kedua pendekatan ini masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Namun keduanya masih sering digunakan dalam analisis butir soal. Analisis
butir soal dengan pendekatan klasik diantaranya dapat dilakukan menggunakan Program Iteman.
Dengan melihat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, penyusunan tes dituntut untuk mengikuti
pedoman penyusunan tes dan melakukan ujicoba. Kemudian berdasarkan hasil ujicoba, respon peserta
dianalisis menggunakan Program Iteman untuk mendapatkan karakteristik butir soal.
Data hasil analisis dengan Program Iteman dianalisis kembali menggunakan instrumen penilaian
butir soal yang memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. Suryabrata (1999) menyatakan bahwa
analisis butir soal mencakup telaah soal atau analisis kualitatif dan analisis terhadap data empirik hasil
ujicoba atau analisis kuantitatif.
Analisis butir soal secara kualitatif menekankan penilaian dari ketiga segi yaitu materi, konstruksi, dan
bahasa. Namun demikian dalam pembahasan ini dikhususkan untuk menjelaskan analisis butir soal secara
kuantitatif.
Analisis ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh secara empiris melalui ujicoba dari suatu
perangkat tes. Analisis kuantitatif sering disebut dengan analisis item yang menghasilkan karakteristik
atau parameter butir dan tes, yaitu: tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban dan kunci setiap
butir, serta reliabilitas dan kesalahan pengukuran (SEM) dalam tes.
Telah disinggung di depan bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi
soal-soal yang baik, kurang lebih atau sedang dan soal yang tidak baik. Dengan analisis soal dapat
diperoleh informasi tentang kekurangan sebuah soal tes dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.
Dalam tes dan pengukuran, dikenal beberapa karakteristik butir soal. Untuk tes hasil belajar pada
umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu : tingkat kesukaran, daya beda dan
distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban (distraktor). Ketiga karakteristik butir soal ini
secara bersama-sama akan menentukan mutu butir soal. Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak
memenuhi persyaratan maka mutu butir soal akan turun.
A. Perlunya Analisis Butir Soal
Ada beberapa alasan mengapa diperlukan analisis butir soal. Menurut (Asmawi Zainul,
dkk :1997) alasan tersebut antara lain :
a. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi dan revisi
butir soal.
b. Untuk menyediakan informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga akan lebih
memudahkan bagi pembuat soal dalam menyusun perangkat soal yang akan memenuhi kebutuhan
ujian dalam bidang dan tingkat tertentu.
c. Untuk segera dapat mengetahui masalah yang terkandung dalam butir soal, seperti: kemenduaan
butir soal, kesalahan meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar dan terlalu mudah, atau
soal yang mempunyai daya beda rendah. Masalah ini bila diketahui dengan segera akan
memungkinkan bagi pembuat soal untuk mengambil keputusan apakah butir soal yang
bermasalah itu akan digugurkan atau direvisi guna menentukan nilai peserta didik.
d. Untuk dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal.
e. Untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun
beberapa perangkat soal yang paralel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat bermanfaat bila
akan melakukan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa kelompok peserta tes dalam
waktu yang berbeda.
B. Karakteristik Butir Soal
1. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi Arikunto : 2001).
Seorang siswa akan menghafal akan kebiasaan guru-gurunya dalam hal pembuatan soal ini.
Misalnya saja guru A dalam memberikan ulangngan soalnya mudah-mudah, sebaliknya guru B
kalau memberikan ulangan soalnya sukar-sukar. Dengan pengetahuannya tentang kebiasaan ini,
maka siswa akan belajar giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya mendapat
ulangan dari guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak mau belajar sama sekali.
Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran
(diificulty indeks). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran
ini menunnjukan taraf kesukaran soal. Soal dan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu
terlalu sukar. Sebaliknya , indeks 1,0 menunnjukan bahwa soal terlalu mudah.
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari “Proporsi
“. Dengan demikian, soal dengan P = 0.70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P= 0, 20.
Sebaliknya, soal dengan P = 0,30 lebih sukar dari pada soal dengan P= 0,80.
Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai
indeks kesukaran, tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena semakin mudah soal itu,
semakin besar pulah bilangan indeksnya. Akan tetapi disepakati bahwa walaupun semakin tinggi
indeksnya menunjukan soal yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.
B
Rumus mencari P adalah: P=
JS
Dimana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut:
b. Rumus Mencari D
Rumus uuntuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
BA BB
D= − =P A−¿ P ¿
J A JB B
Dimana:
Butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7.
Analisis butir soal adalah suatu kegiatan analisis untuk menentukan tingkat kebaikan butir-butir
soal yang terdapat dalam suatu tes sehingga informasi yang dihasilkan dapat kita perpergunakan untuk
memperbaiki butir soal dalam tes tersebut.
Untuk tes hasil belajar pada umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu :
tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban (distraktor).
Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama-sama akan menentukan mutu butir soal. Bila salah satu
dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi persyaratan maka mutu butir soal akan turun.
REFERENSI
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Pusat Antar Universitas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Dan kebudayaan.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Jakarta; GRAHA ILMU