Paper
Disusun:
1. Rois Saifuddin (1608076032)
2. Wahyuni Minatus Zahroh (1808076018)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
A. LATAR BELAKANG
Evaluasi pembelajaran adalah system, artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masng-masing unsur mempunyai fungsi dan peran
tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya.
Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama
pentingnya dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan
memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi
belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses
pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan
pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan system evaluas dalam
pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (murid, siswa, mahasiswa, dan lain-
lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi,
batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal. Dalam aplikasinya mempunyai fungsi
dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi alat yang digunakan untuk mengukur tersebut harus dibuat sedemikian rupa
dengan memperhatikan soal tersebut dapat digunakan untuk mengfukur keberhasilan. Oleh
sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal dengan baik dan
benar, caranya yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Tingkat
kesukaran soal dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah soal tersebut
tergolong mudah atau sukar. Sedangkan daya pembeda soal digunakan untuk membedakan
kelompok yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tingkat kesukaran?
2. Bagaimana analisis dari tingkat kesukaran soal ?
3. Bagaimana cara menghitung dari tingkat kesukaran soal ?
2
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian tingkat kesukaran
2. Untuk mengetahui analisis dari tingkat kesukaran soal
3. Untuk mengetahui cara menghitung dari tingkat kesukaran soal
3
E. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Menganalis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Untuk
memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah
adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan
adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya,
bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan
analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi
jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
I = B÷N
I = indek kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal
tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria
indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut :
0 - 0,30 = soal kategori sukar.
0,31 - 0,70 = soal kategori sedang.
0,71 - 1,00 = soal kategori mudah.
Berikut ini adalah contoh penyelesaian tentang tingkat kesukaran soal. Guru memberikan
10 pertanyaan pilihan berganda dengan komposisi 3 mudah, 4 soal sedang, dan 3 soal sukar.
Jika dilukiskan, susunan soalnya adalah sebagai berikut :
4
No. Soal Abilitas yang Diukur Tingkat Kesukaran Soal
3. Pemahaman Mudah
4. Analisis Sedang
5. Evaluasi Sukar
6. Sintesis Sukar
7. Pemahaman Mudah
8. Aplikasi Sedang
9. Analisis Sedang
10. Sintesis Sukar
Kemudian soal tersebut diberikan kepada 20 orang siswa dan tidak seorangpun yang
tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah diperiksa, hasilnya adalah sebagai berikut :
1. 20 18 0,9 Mudah
2. 20 12 0,6 Sedang
3. 20 10 0,5 Sedang
4. 20 20 1,0 Mudah
5. 20 6 0,3 Sukar
6. 20 4 0,2 Sukar
7. 20 16 0,8 Mudah
8. 20 11 0,55 Sedang
9. 20 17 0,85 Mudah
10. 20 5 0,25 Sukar
Dari data di atas, ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula
diproyeksikan ke dalam kategori mudah, setelah dicoba ternyata termasuk ke dalam kategori
sedang. Demikian juga soal nomor 4 yang semula diproyeksikan sedang ternyata termasuk
ke dalam kategori mudah. Soal nomor 9 semula diproyeksikan sedang, ternyata termasuk ke
5
dalam kategori mudah. Sedangkan 7 soal lainnya sesuai dengan proyeksi semula. Atas dasar
tersebut, ketiga soal di atas harus diperbaiki kembali.
1. Soal no. 3 diturunkan ke dalam kategori mudah,
2. Soal no. 4 dinaikkan ke dalam kategori sedang,
3. Soal no. 9 dinaikkan ke dalam kategori sedang.
6
Contoh :
No. Peserta Didik
Soal 1 2 3 4 5 6 Dst.
1
2
3
4
5
Dst
7
Tabel Jawaban Benar Salah dari Kelompok Atas
No. Pesera Didik
Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 + + + - + + - - - +
2 + + + + + + - - + +
3 + + + + - + - - + +
4 + + + + + + + + - +
5 + - + + + + - + - +
6 + + + + + + + - - +
7 + + + - + + + - - +
8 + + + + + + - - - +
9 - + + - - + - + + -
10 + + - + + + - - + +
8
1) Untuk soal nomor 1 pada kelompok bawah yang salah 6 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 4 orang.
2) Untuk soal nomor 2 pada kelompok bawah yang salah 6 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 2 orang.
3) Untuk soal nomor 3 pada kelompok bawah yang salah 6 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 3 orang.
4) Untuk soal nomor 4 pada kelompok bawah yang salah 6 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 1 orang.
5) Untuk soal nomor 5 pada kelompok bawah yang salah 6 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 3 orang.
6) Untuk soal nomor 6 pada kelompok bawah yang salah 3 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 2 orang.
7) Untuk soal nomor 7 pada kelompok bawah yang salah 5 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 3 orang.
8) Untuk soal nomor 8 pada kelompok bawah yang salah 4 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 4 orang.
9) Untuk soal nomor 9 pada kelompok bawah yang salah 5 orang, dan pada kelompok
atas yang salah 4 orang.
10) Untuk soal nomor 10 pada kelompok bawah yang salah 5 orang, dan pada
kelompok atas yang salah 3 orang.
Berdasarkan data di atas dapat dibuat tabel seperti berikut :
No. Soal WL WH WL+WH WL-WH
1 6 4 10 2
2 6 2 8 4
3 6 3 9 3
4 6 1 7 5
5 6 3 9 3
6 3 2 5 1
7 5 3 8 2
8 4 4 8 0
9 5 4 9 1
10 5 3 8 2
9
Jadi, tingkat kesukaran setiap soal adalah sebagai berikut :
10
1) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 50%
8
2) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 40%
9
3) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 450%
7
4) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 35%
9
5) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 45%
5
6) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 25%
8
7) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 40%
8
8) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 40%
9
9) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 45%
8
10) Untuk soal nomor 1 : 𝑇𝐾 = 20 𝑥100% = 40%
1 50% Sedang
2 40% Sedang
3 45% Sedang
4 35% Sedang
5 45% Sedang
6 25% Mudah
7 40% Sedang
8 40% Sedang
9 45% Sedang
10 40% Sedang
10
Tabel Klasifikasi Soal Berdasarkan Proporsi Tingkat Kesukarannya
Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Jumlah
Mudah
6 1 (10%)
P 27%
Sedang
1,2,3,4,5,7,8,9,10 9 (90%)
P 28% - 72%
Sukar
0 0 (0%)
P 73%
Untuk memperoleh persentasi belajar yang baik, sebaiknya proporsi antara tingkat
kesukaran soal tersebar secara normal. Perhitungan proporsi tersebut dapat diatus
sebagai berikut:
1) Soal sukar 25%, soal mudah 50%, soal mudah 25%, atau
2) Soal sukar 20%, soal mudah 60%, soal mudah 20%, atau
3) Soal sukar 15%, soal mudah 70%, soal mudah 15%,
Seharusnya, penyusunan suatu soal dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat
kesukaran soal, sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik dapat menggambarkan
prestasi yang sesungguhnya.
11
Contoh:
Diketahui :N = 40
WL = 12
WH = 3
WL+WH = 15 n
n = 11 (27% x 40)
option = 5 (pilihan ganda)
Jadi:
0,256 n = 0,256 x 11 = 2,816 = mudah
0,800 n = 0,800 x 11 = 8,8 = sedang
1,344 n = 1,344 x 11 = 14,784 = sukar
ket:
p = tingkat kesukaran
∑B = jumlah peserta didik yang menjawab benar
N = jumlah peserta didik
12
Contoh :
40 orang peserta didik Sekolah Dasar dites dalam mata pelajara Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Dari seluruh peserta didik tersebut, ada 25 orang yang dapat menjawab dengan
benar soal nomor 1. Dengan demikian, tingkat kesukaran soal nomor 1 itu adalah :
25
p= 40=0,625
untuk penafsiran tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
p > 0,70 = mudah
0,30 < p < 0,70 = sedang
P < 0,30 = sukar
Dengan demikian soal nomor 1 dalam contoh termasuk dalam kategori soal “sedang”.
Tingkat kesukaran model ini banyak mengandung kelemahan, karena tingkat
kesukaran model ini sebenarnya merupakan “ukuran kemudahan” soal. Semakin tinggi
indesk tingkat kesukaran (p), maka semakin mudah soalnya. Sebaliknya, semakin rendah
indeks tingkat kesukarannya, maka semakin sulit soalnya. Artinya, model tingkat
kesukaran seperti ini lebih tepat disebut tingkat kemudahan (easiness). Dalam
praktiknya, ada soal yang dikategorikan ekstrem sukar (jika p mendekati nol) dan soal
yang termasuk ekstrem mudah (jika p mendekati satu). Sehubungan dengan tingkat
kesukaran ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun di bank soal,
yaitu :
1) Soal yang termasuk ekstrem sukar atau ekstrem mudah tidak memberikan informasi
yang berguna bagi sebagian besar peserta didik. Oleh karena itu, soal seperti ini
kemungkinan distribusi jawaban pada alternatif jawaban ada yang tidak memenuhi
syarat.
2) Jika ada soal ekstrem sukar atau ekstrem mudah, tetapi setiap pengecoh (distribusi
jawaban) pada soal tersenut menunjukkan jawaban yang merata, logis dan daya
bedanya negative (kecuali kunci), maka soal-soal tersebut masih memenuhi syarat
untuk diterima.
3) Jika ada soal ekstrem sukar dan ekstrem mudah, tetapi memiliki daya pembeda dan
statistic pengecoh memenuhi kriteria, maka soal tersebut dapat dipilih dan diterima
sebagai salah satu alternatif untuk disimpan dalam bank soal.
13
4) Jika ada soal ekstrem sukar dan ekstrem mudah, daya pembeda dan statistic
pengecohnya belum memenuhi kriteria, maka soal tersebut perludievisi dan diuji
coba lagi.
Tingkat kesukaran 30,3 berada diatara 28 dan 72, berarti soal tersebut termasuk sedang.
Catatan: batas lulus ideal = 6 (skala 0 – 10).
14
KESIMPULAN
1. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal atau
peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya
dinyatakan dengan bentuk indeks.
2. Menganalis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Cara
menetukan tingkat kesukaran suatu soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐵
I=𝑁
15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta
Asrul, Rusyadi Ananda, dan Rosnita. 2014. Evaluasi pembelajaran. Cipta Pustaka Media. Bandung
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Fu’adi, Athok. 2008. Sistem Pengembangan Evaluasi. STAIN Po PRESS: Ponorogo
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Solichin. 2017. Analisis Daya Beda Soal, Taraf Kesukaran, Validitas Butir Tes, Interprestasi Hasil
Tes Dan Validitas Ramalan Dalam Evaluasi Pendidikan. J. Manajemen & Pendidikan Islam.
2 (2). Hlm.192-213.
Streiner, D. L.. (2003). Starting at the beginning : an introduction to coefficient alpha and internal
consistency, Journal of Personality Assessment, 80 (1), hlm. 99-103.
16