Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN KESUKARAN DAN DAYA BEDA BUTIR SOAL

Tugas Kelompok Makalah


Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Herni Irmayani, M.Pd.
Disusun Oleh:

Kelompok 10
1. Indri Irma Agustina 1710201022
2. Muhammad Agil Muzawir 1710201027

PGMI 01 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT,
tuhan semesta alam, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul,
“Pengertian Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal”. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita, Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat dan para pengikut yang Insya Allah istiqomah hingga
akhir zaman. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan mengalami
kesulitan dan hambatan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT serta bantuan
dan bimbingan berbagai pihak, terutama Ibu Herni Irmayani, M.Pd. penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga bantuan mereka dapat menjadi amal shaleh dan diterima Allah
SWT sebagai bekal di akhirat dan mendapat pahala dari Allah SWT, Amin Ya
Rabbal ‘Alamin. Akhirnya, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, April 2019

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Daya Beda.............................................................................. 3
B. Daya Beda Butir Soal............................................................................... 6
C. Pengertian Tingkat Kesukaran Item........................................................ 14
D. Langkag-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Item...................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 21
B. Saran...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bhwa


evaluasi merupakan pekerjaan yang terencana dan dilakukan dengan cara
berkesinabungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegaiatan akhir atau
penutup dari suatu program tertentu, melainkn merupakan kagiatan yang
dilakukan pada pemulaan, selama progaram berlangsung, serta pada akhir
program ketika program itu dianggap selesai.

Memang tidak bnayk orang yang mengetahui bahwa setiap tindakan kita
memerlukan evaluasi. Hal ini berguna untuk menentukan kinerja yang tetap
dalam menentukan berbagai pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan pula
didalam proses belajar mengajar, evaluasi sangat lah pentingdiperlukan untuk
meningkatkan kualitas siswa dalam menempuh pendidikan.

Didalam evaluasi membutuhkan berbagai teknik untuk membantu


pemaksimalan proses pengevaluasian, dalam hal ini perlu diketahui dalam
pebuatan soal untuk evaluasi harus diketahui daya beda dan kesukaran item
soal tersebut, maka dari itu pemakalah akan mencoba untuk menjelaskan dan
menyampaikan tentang daya pembeda dab tingkat kesukaran soal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat


dirumuskan beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud Daya Pembeda Soal?

2. Apa saja Daya Beda Butir Soal?

3. Apa yang dimaksud Tingkat Kesukaran Item?

4. Apa langkah-langkah perhitungan tingkat kesukaran?

1
2

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat


diambil beberapa tujuan dari masalah tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Mngetahui pengertian Daya Pembeda Soal?

2. Mengetahui macam-macam Daya Beda Butir Soal?

3. Mengetahui pengertian Tingkat Kesukaran Item?

4. Mengetahui langkah-langkah perhitungan tingkat kesukaran?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Daya Pembeda

 Pengertian
Daya pembeda adalah bagaimana kemampuan soal itu untuk
membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group)
dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).1
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu
butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai
kompotensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.

Mengetahui daya pembedaa item soal sangat penting sekali mengingat


salah satu dasar yang di pegang untuk menyusun butir-butir tes itu haruslah
mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya
perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan testee.2

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan


antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.3

 Cara Menentukan Daya Pembeda Butir Tes


Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:4
BA BB
DP = 
JA JB
Keterangan :
DP: Indeks daya pembeda,

1
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. 2012), hlm.
386
2
Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran Konsep Dasar, Teori dan Aplikasi.
(Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2012). 105
3
Arikunto S, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara. 1999), hlm. 211
4
Ibid, hlm. 213

3
4

BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan


benar,
BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar,
JA : banyaknya peserta tes kelompok atas, dan
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah

Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.


DP Kualifikasi
0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

Untuk mengetahui keberartian daya pembeda soal dilakukan dengan


statistik uji-t, dengan persamaan berikut.5

Xa  Xb
t
S a2 S a2

N a Nb

Keterangan :
t : Indeks Daya Pembeda (DP) antara kemampuan kelompok atas dengan
kemampuan kelompok bawah,
Xa : skor rata-rata tiap item tes kelompok atas,
Xb : skor rata-rata tiap item tes kelompok bawah,

5
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara. 2003), hlm. 27
5

Sa : standar deviasi tiap item tes kelompok atas,


Sb : standar deviasi tiap item tes kelompok bawah,
Na: jumlah siswa kelompok atas, dan
Nb : jumlah siswa kelompok bawah.

Harga thitung yang dihasilkan dibandingkan dengan dengan harga ttabel


dengan dk = (Na –1)+(Nb – 1) pada taraf kepercayaan 95%. Jika thitung >
ttabel maka daya pembeda untuk soal tersebut adalah signifikan.

Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menentukan daya pembeda


yaitu :
S A  SB
DP   100%
IA

Keterangan:
DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
SA : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA : Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang
diolah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel berikut.

Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes6


Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif – 9% Sangat buruk, harus dibuang

10 % – 19 % Buruk, sebaiknya dibuang

20 % – 29 % Agak baik atau cukup

6
Karno To. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program ANATES). Jurusan
Pendidikan Psikologi Fip.(IKIP Bandung. 1996), hlm. 15
6

30 % - 49 % Baik

50 % ke atas Sangat Baik

B. Daya Beda Butir Soal7

Anas Sudiono (2011) mengatakan bahwa daya pembeda butir soal


adalah kemampuan suatu butir soal tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (mendiskriminasikan) antara siswa yang berkemampuan tinggi
(pintar) dengan siswa yang berkemampuan rendah sehingga siswa yang
pintar akan menjawab dengan benar lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang kurang pintar.

Daya pembeda butir ini memiliki beberapa manfaat (Kusaeri: 2012)


pertama; untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya
dengan tujuan apakah butir soal tersebut baik, perlu direvisi atau tidak; kedua
untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing butir soal dapat mendeteksi
atau membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang memahami atau
belum. Apabila tes ini' tidak mampu memberikan informasi tersebut soal
tersebut dicurigai berkemungkinan: a) kunci jawaban butir soal itu tidak tepat,
b) butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar, c)
kompetensi yang diukur tidak jelas, d) pengecoh tidak berfungsi, e) materi
yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak siswa yang menebak, f) ada
kemungkinan informasi yang salah dari butir soal tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa tes ini bisa jadi
dilakukan karena seorang guru ketika nilai basil tes belajar yang
diperlihatkan terj adi ketidak normalan di mana anak yang pintar tidak
mampu menjawab pertanyaan soal dan sebaliknya murid yang kurang pintar

7
Fajri Ismail, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses mandiri,
2016), hlm.184-194
7

mampu menjawab tes tersebut. Dengan kata lain, tes ini bertujuan untuk
menghilangkan anomali hasil tes belajar.

Indeks diskriminasi soal untuk daya pembeda diberi lambang D


(singkatan dari discriminatory power), dan indeks diskriminasi soal besarnya
berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1,00. Perbedaan yang paling mendasar
antara tes ini dengan tes-tes sebelumnya adalah indeks kesukaran butir soal
tidak akan bertanda negatif, namun pada tes pembeda butir soal akan
didapatkan hasil bertanda negatif. Apabila dalam hasil pengukuran daya
pembeda didapatkan hasil negatif, ini berarti bahwa butir soal lebih banyak
dijawab betul oleh siswa yang kurang pandai, atau siswa yang pandai tidak
mampu untuk menjawab butir soal tersebut.

Untuk mengetahui batas kualitas butir soal, patokan yang dipegang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Besar Angka Indeks


Diskriminasi Soal (D) Klasifikasi Interprestasi
Soal (D)

Bertanda minus atau Butir soal daya


-
negatif pembedanya jelek sekali

Butir soal daya


< 0,20 Poor
pembedanya jelek

Butir soal daya


0,20 - 0,40 Satisfactory
pembedanya cukup

Butir soal daya


0,40 - 0,70 Good
pembedanya baik

Butir soal daya


0,70 - 1,00 Excellet
pembedanya baik sekali
8

Menurut Anas Sudiono (2011), dari kategori di atas, butir soal setelah di
uji daya bedanya, akan analisis:

1. Butir-butir yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik


(satisfactory, good dan excellent) hendaknya dimasukkan ke dalam bank
soal tes hasil belajar untuk bisa diujikan kembali pada tes-tes berikutnya.

2. Butir-butir yang daya pembedanya masih rendah, ada dua kemungkinan


yang dilakukan, yaitu pertama; diperbaiki, dan diajukan menjadi butir
soal (butir soal yang diperbaiki akan diuji kembali pada hasil tes
berikutnya), kedua: dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lgi pada
tes-tes berikutnya.

3. Untuk butir yang bertanda negatif, sebaiknya soal tersebut langsung


dibuang atau didrop.

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal


digunakan dua model rumus yaitu rumus D dan Teknik Kolerasi Phi:

1. Rumus D

Rumus pertama dalam mencari daya beda adalah rumus D.


Rumusnya sebagai berikut:

D = PA - PB atau

D = PH - PL

Ket:

D : Angka indeks pembeda item

PA atau PH : Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab

benar. Nilai PA atau PH dengan rumus:

BA
PA = PH =
JA
9

PB atau PL : Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab


benar. Nilai PB atau PL dengan rumus:

BB
PA = PH =
JB

Contoh: Data tes hasil belajar dari 8 siswa yang mengikuti tes ujian
dengan jumlah butir soal sebanyak 10 butir soal.

Datanya sebagai berikut:

Nama Nomor Butir Soal


No
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 A 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1

2 B 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

3 C 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0

4 D 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0

5 E 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1

6 F 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

7 G 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1

8 H 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0

Langkah pertama : mencari jumlah seluruh skor untuk mengetahui


nilai atas bawah:

Nama Nomor Butir Soal


No Total
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 A 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 5
10

2 B 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

3 C 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5

4 D 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4

5 E 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 6

6 F 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

7 G 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7

8 H 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 3

4 5 4 5 3 6 3 7 5 5 47

Dari data hasil penjumlahan, diketahui k elompok atas dan bawah


adalah:

Atas Skor Bawah Skor

B 9 5 A

F 8 5 C

G 7 4 D

E 6 3 H

Langkah kedua : Mencari BA dengan cara menghitung jumlah


siswa yang menjawab benar pada kelompok atas;
sebagai contoh perhatikan pada butir soal 1,
kelompok atas yang menjawab benar adalah
siswa B, F dan G = 3. Gunakan langkah ini dalam
mencari BA selanjutnya.

: Mencari BB dengan cara menghitung jumlah


siswa yang menjawab benar pada jumlah siswa
11

yang menjawab benar pada kelompok bawah;


sebagai contoh perhatikan pada butir soal 1,
kelompok bawah yang bernama C. Gunakan
langkah ini dalam mencari BB selanjutnya.

: JA dan JB merupakan jumlah kelompok atas dan


bawah di mana jumlah kelompok atas dan bawah
sama-sama berjumlah 4.

No
BA BB D  PA  PB
Butir BA BB JA JB PA  PB 
JA JB
Soal

1 3 1 4 4 0,75 0,25 0,5

2 3 2 4 4 0,75 0,5 0,25

3 1 3 4 4 0,25 0,75 -0,5

4 4 1 4 4 1 0,25 0,75

5 2 1 4 4 0,5 0,25 0,25

6 3 3 4 4 0,75 0,75 0

7 3 0 4 4 0,75 0 0,75

8 4 3 4 4 1 0,75 0,25

9 9 2 4 4 0,75 0,5 025

10 4 1 4 4 1 0,25 0,75
12

Dari sejumlah perhitungan yang dilakukan di atas dapat dilihat daya


beda butir soal sebagai berikut:

Nomor
Butir Besarnya D Klasifikasi Interprestasi
soal

1 0,5 Good Daya Pembeda Baik

2 0,25 Satisfactory Daya Pembeda Cukup

3 -0,5 Very bad Daya Pembeda Sangat Jelek

4 0,75 Excellent Daya Pembeda Baik Sekali

5 0,25 Satisfactory Daya Pembeda Cukup

6 0 Poor Daya Pembeda Jelek

7 0,75 Excellent Daya Pembeda Baik Sekali

8 0,25 Satisfactory Daya Pembeda Cukup

9 0,25 Satisfactory Daya Pembeda Cukup

10 0,75 Excellent Daya Pembeda Baik Sekali

Berdasarkan hasil analisa daya beda di atas, dapat disimpulkan


bahwa 10 butir item yang dibuat oleh seseorang guru bahwa butir soal
dengan daya pembeda sangat jelek sebanyak 1 butir soal yaitu pada butir
soal nomor 3, daya pembeda jelek sebanyak 1 butir soal yaitu butir soal
nomor 3, daya pembeda cukup sebanyak 4 butir soal yaitu butir soal
nomor 2, 5, 8 dan 9, daya pembeda baik sebanyak tiga soal kategori
sangat baik yaitu pada butir soal nomor 4, 7 dan 10.
13

2. Rumus Korelasi Phi

Untuk teknis analisis Korelasi Phi rumusnya sebagi berikut:

PH  PL

2 ( p )(q )

3. Analisis Fungsi Distraktor

Didalam tes obyektif bentuk pilihan ganda, setiap butir soal selalu
dilengkapi dengan beberapa butir kemungkinan jawaban. Dalam istilah
evaluasi pendidikan, butir-butir kemungkinan jawaban distilahkan
dengan optipn atau alternatif. Option atau alternatif jawabannya
jumlahnya berkisar antara 3 dengan opsi: a,b,c; 4 opsi jawaban: a,b,c,d;
atau 5 opsi jawaban: a,b,c,d,e. Pada 3 sampai 5 buah jawaban, memiliki
satu jawaban benar dan sisanya merupakan jawaban yang salah.
Jawaban-jawaban yang salah dikenal dengan istilah distractor
(distraktor=pengecoh).

Salah satu fungsi distraktor dibuat pada setiap butir soal, agar siswa
ketika mengikut ujian pada tes pilihan ganda, tertarik untuk memilih
distraktor dan menganggap bahwa opsi yang dipilih adalah jawaban
yang betul. Semakin banyak siswa yang terkecoh, maka dapat dipastikan
bahwa distraktor itu menjalankan fungsinya dengan baik. Sebaliknya
semakin sedikit untuk memilih distraktor, maka distraktor itu tidak
menjalankan fungsinya dengan baik sebagai distraktor. Suharsimi
Arikunto (2012), mengatakan bahwa dalam analisis distraktor, distraktor
dapat diperlakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu; pertama diterima, karena
sudah baik, kedua ditolak karena tidak baik, dan ketiga ditulis kembali
(direvisi), karena kurang baik.

Baik atau tidak dan berfungsi atau tidaknya sebuah distraktor,


apabila distraktor itu sekurang-kurangnya dipilih oleh 5 % dari seluruh
peserta tes. Misalnya, tes hasil belajar diikuti 100 orang, maka distraktor
yang baik akan dipilih 5 % dari seleruh peserta tes, atau minimal dari
100 orang tersebut, 5 orang memilih distraktor yang dibuat. Apabila
14

distraktot tersebut dipilih kurang dari 5 %, atau 5 orang, maka distraktot


tersebut dikategori tidak berfungsi.

C. Pengertian Tingkat Kesukaran Item

Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian


pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang
memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis butir soal, yakni
analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda, disamping
validitas dan reliabilitas. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya
mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh
soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.

Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat


tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah. Tingkat
kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa. Semakin sedikit jumlah siswa
yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar
dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengan
benar, berarti itu mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah.8

Menurut Thorndike dan Hagen (1997), analisis terhadap soal-soal (items)


tes yang telah dijawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan penting,
yaitu:

1. Jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk


meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya,
serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara belajar yang lebih
baik.

8
Mahmud09.
Kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/06/tingkat-kesukaran-dan-daya-beda.html. Diakses Pada
tanggal 22 April 2019
15

2. Jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan


(review) soal-soal yang di dasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan
basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya9

D. Langkah-Langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Item

Untuk memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks


kesukaran item Robert L. Thorndike dan Elisabeth Hagen dalam bukunya
Measurement and Evaluation in Psychology and Education mengemukakan
sebagai berikut:

0 - 0,30 soal kategori sukar

0,31 - 0,70 soal kategori sedang

0,71 - 1,00 soal kategori mudah


S
edangkan menurut Witherington dalam bukunya berjudul Psychological
Education sebagai berikut:

0 - 0,25 soal kategori sukar

0,25 - 0,75 soal kategori sedang

0,75- 1,00 soal kategori mudah


M
isalkan sebanyak 10 orang testee mengikuti tes hasil belajar tahap akhir
dalam mata pelajaran Aqidah-Akhlaq yang dituangkan kedalam bentuk tes
obyektif dengan menyajikan 10 butir item dimana untuk setiap butir item
yang dapat dijawab dengan betul diberikan bobot 1 dan jawaban salah
diberikan bobot 0. Setelah tes hasil belajar tersebut berakhir dilakukan
koreksi dan diberikan skor seperti yang tertera dibawah ini:

9
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 18
16

Tabel penyebaran skor jawaban 10 orang siswa terhadap 10 butir item


yang diajukan dalam tes hasil belajar tahap akhir bidang studi
Aqidah-Akhlak.

Nomor Soal
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0

B 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1

C 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0

D 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1

E 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0

F 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1

G 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

H 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1

I 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1

J 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

Np 6 2 8 5 6 2 8 3 8 7

Langkah pertama: mencari P kotor dengan menggunakan rumus sederhana:

Np
P=
N

Dimana:

P = proportion = dificulty indeks = angka indeks kesukaran item

Np = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir


item yang bersangkutan
17

N = jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

Butir Angka Indek


Interprestasi
Item Kesukaran Item (P)

1 0,6 Cukup

2 0,2 Terlalu Sukar

3 0,8 Terlalu Mudah

4 0,5 Cukup

5 0,6 Cukup

6 0,2 Terlalu Sukar

7 0,8 Terlalu Mudah

8 0,3 Cukup

9 0,8 Terlalu Mudah

10 0,7 Cukup

Langkah kedua: untuk menentukan proporsi bersih. Setelah menemukan


proporsi kotor, untuk menemukan indeks kesukaran item skor perlu untuk
menemukan proporsi bersih terlebih dahulu, dan mentransformasikan ke z
dengan menggunakan tabel yang telah disediakan. Untuk menemukan
proporsi bersih dengan menggunakan :

aPk  1
Rumus : Pb =
a 1

Dimana:

Pb = Proporsi bersih

Pk = Proporsi kotor
18

a = Alternatif atau option yang dipasangkan atau disediakan pada item


yang bersangkutan

1 = Bilangan konstan

Contoh: setelah tadi ditemukan Pk diatas P = 0,70

Telah diketahui bahwa nilai Pk = 0,70 dan a = 5 option

aPk  1
Maka: Pb =
a 1

5.(0,70)  1
=
5 1

= 0,625 (sedang)

Jadi, terjadi perbedaan antara proporsi kotor dan proporsi bersih, yang
mana dapat digunakan dalam item soal jenis pilihan ganda. Jadi, dengan
demikian tingkat kesukaran item soal masih dalam tingkatan sedang

Langkah ketiga: mentransformasikan nilai P bersih menjadi nilai z


dengan berkonsultasi pada tabel kurva normal kita ambil sebagai contoh butir
item nomor 9 dengan P bersih 0,75. Untuk mentransformasikan P bersih
menjadi nilai z, kita mencari angka sebesar 0,75 itu dalam tabel kurva normal
yang terlampir. Dari tarbel kurva normal diperoleh kenyataan sebagai
berikut :

B C
z
The Larger Area The Smaller Area

0,750 0,6745 0,250

Berdasarkan hasil konsultasi pada tabel kurva normal, maka harga z


sebesar 0,6747 dengan berpegang kepada patokan yang diberikan oleh
Robert L. Thorndike dan Elisabeth Hagen dalam bukunya Measurement and
19

Evaluation in Psychology and Education maka dengan z sebesar 0,6747 kita


dapat menyatakan bahwa butir item nomor 9 itu termasuk dalam kategori
item yang telah memiliki derajat kesukaran yang cukup (sedang), berarti
butir item nomor 9 itu dinyatakan sebagai butir item yang baik ditilik dari
segi tingkat kesulitannya.

Langkah keempat: mencari atau menghitung angka indeks kesukaran


item ialah dengan menggunakan angka indeks Davis yang sering disingkat
dengan indeks Davis saja dan diberi lambang dengan huruf D di mana D
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

D = 21,063 z + 50

Misalkan sebutir item memiliki P kotor sebesar 0,265. Dengan


berkonsultasi pada tabel kurva normal diperoleh z sebesar 0,6280

B C
z
The Larger Area The Smaller Area

0,735 0,6280 0,265

Dengan menggunakan rumus angka indeks Davis seperti yang telah


disajikan maka:

D = 21,063 z + 50

= (21,063)(0,6280) + 50

= 13,227564 + 50

= 63,2274564

= 63,23 (dibulatkan dua angka dibelakang tanda desimal).

Karena rentangan angka indeks Davis adalah antara 0-100 maka dengan
D sebesar 63,23 kita dapat menyatakan bahwa butir item yang bersangkutan
memiliki derajat kesukaran yang cukup atau sedang (D sebesar 63,23 itu
berada antara 30-70).
20

Jika kita ingin memperoleh angka indeks Davis secara cepat maka kita
dapat menggunakan sebuah tabel yang disebut tabel untuk mengestimasi nilai
D (indeks Davis).10

10
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2011), hlm 372-385
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa analisis tingkat


kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong
mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan
sukar atau mudahnya sesuatu soal. Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekeliruan serta tidak terstrukturnya pola
pembahan yang kami paparkan. Satuhal yang kami pahami bahwa tiada
manuasia yang sempurnya tanpa kesalahan dengan segala yang dimilikinya.
Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini, dengan segala kerendahan
hati kami menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun, berpijak
dari itu makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan keilmuan
terutama generasi Islam di masa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Shodiq. 2012. Evaluasi Pembelajaran Konsep Dasar, Teori dan


Aplikasi. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik. Prosedur.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ismail, Fajri. 2016. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Palembang: Karya Sukses


mandiri.

Karno To. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program ANATES). Jurusan


Pendidikan Psikologi Fip.(IKIP Bandung. 1996), hlm. 15

Mahmud09.
Kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/06/tingkat-kesukaran-dan-daya-bed
a.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2019

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran,


(Bandung: Remaja Rosdakarya,

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai