Disusun Oleh:
Kelompok 7
2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat allah SWT. Yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati keindahan alam ciptaan-nya. Solawat dan salam tetaplah kita
cuarahkan kepada baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajran agama yang sempurna dengan bahasa
yang sangat indah.
Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang ‘’Analisis Butir Butir
Soal’’ Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami membutuhkan pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .……………………………………………………….........…………………………………... i
KATA PENGANTAR …..…….………………………………….…………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………….....………………………………………………………………..……............ iii
BAB I PENDAHULUAN …….………………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …..……………………………………………….………………….……… 1
1.2 Perumusan Masalah …………….………………………….……………………………. 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……...………………………………………..……………………………… 3
2.1 Analisis Butir Soal …………………………..…………………………………………….. 3
2.2 Daya Pembeda …………………………………………..………………………............ 3
2.3 Indeks Kesukaran ………………..…….………………………………....……………… 14
2.4 Efektifitas Opsi ……………………………….…………………………………………….. 17
BAB III PENUTUP ………………..………………………………………………………….…………. 23
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………............................. 23
3.2 Saran ………………………………………………………………………………..………. 24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………..……… 25
BAB I
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa
bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.
Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat
menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai
daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-
siswa yang pandai saja.
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang
seluruh kelompok bawah menjawab salah maka soal tersebut mempunyai D
paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya, jika semua kelompok atas menjawab salah,
tetapi semua kelompok bawah menjawab betul maka nilai D-nya -1,00. Akan
tetapi, jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama
menjawab benar atau sama-sama menjawab salah maka soal tersebut
mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai ter bawah, lalu
dibagi 2(dua)
Ex.
9 -
9 .
8 .
8 .
8 27% sebagai J A 2 27% sebagai J B
. 1
. 1
. 1
- 0
b. Rumus Mencari D
BA BB
D= - = P A - PB
J A JB
Di mana:
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Contoh Perhitungan
Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang
siswa, terdapat dalam tabel sbb:
10 8 6 5
9 7 6 5
8 7 6 5
8 7 6 3
8 7 6 3
10 orang 10 orang
10 orang 10 orang
Perhatikan pada tabel analisis 10 butir soal 20 siswa. Di belakang nama siswa
dituliskan huruf A atau B sebagai tanda kelompok. Hal ini untuk mempermudah
menentukan B A dan BB
Sudah disebutkan bahwa soal yang baik adalah soal yang dapat mem bedakan
antara anak pandai dengan anak bodoh, dilihat dari dapat dan tidaknya
mengerjakan soal itu.
Marilah kita perhatikan tabel analisis lagi, khusus untuk butir soal nomor 1.
J A = 10 J B = 10
P A = 0,8 PB = 0,3
BA = 8 BB = 3
P A = 0,8 PB = 0,9
BA = 8 BB = 9
Butir soal ini jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah
dibandingkan dengan jawaban benar dari kelompok atas. Ini berarti bahwa untuk
menjawab soal dengan benar, dapat dilakukan dengan menebak.
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mem punyai indeks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0.7.
BA BB
D= - ( P - P ) ……………………………………..(1)
J A JB A B
B A B B B A +B A
P= - =
J A JB 2J A
1 BA
= ( )
2 JA
P A + PB
P= …………………………………………………….(2)
2
Dari indeks kesukaran (P) dan indeks diskriminatif (D) dapat di peroleh hubungan
Sebagai berikut:
D max = 2P ……………………………………………..(3)
Sebagai contoh :
Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memungkinkan untuk
mendapat daya pembeda yang paling tinggi.
Nilai-nilai P yang dianjurkan oleh penulis-penulis soal adalah antara 0,30 dan
0,70, namun harus diingat bahwa soal-soal itu tidak berarti mempunyai daya
pembela yang tinggi.
Tes pilihan ganda dengan option 4 dibrtikan kepada 30 orang siswa. Jumlah soal
15. Setelah di periksa, datanya adalah sebagai berikut:
Kriteria yang digunakan dari tabel Ross dan Stanley adalah sbb:
Jumlah N option
Testi (N) (27 % N) 2 3 4 5
28 - 31 8 4 5 5 5
32 - 35 9 5 5 5 5
36 - 38 10 5 5 5 5
Dst.
Kriteria pengujian daya pembeda adalah sbb: Bila SR – ST sama - atau lebih besar
dari nilai tabel, artinya butir soal itu mempunyai daya pembeda.
Dari data di atas, batas pengujian adalah 5, yakni yang pertama dalam tabel di
atas dengan jumlah N (28 - 31), n = 8 pada option 4.
Dari contoh di atas dapat disimpulakan bahwa cara meng hitung daya pembeda
adalah dengan menempuh langkah sbb:
Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria
"memiliki daya pembeda" bila nilai selisih jumlah siswa yang menjawab salah
antara kelompok kurang dengan kelompok pandaim (SR - ST) sama /lebih besar
dari nilai tabel.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mem pertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
Seorang siswa akan menjadi hafal akan kebiasaan guru-gurunya dalam hal
pembuatan soal ini. Misalnya saja guru A dalam memberikan ulangan soalnya
mudah-mudah, sebaliknya guru B kalau memberikan ulangan soalnya sukar-
sukar. Dengan pengetahuannya tentang kebiasaan ini, maka siswa akan belajar
giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya jika akan mendapat
ulangan dari guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak mau
belajar sama sekali.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan
indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar. Sebaliknya,
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan
dari kata "proporsi". Dengan demikian, soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika
dibandingkan dengan P = 0, 20 Sebaliknya, soal dengan P = 0, 30 lebih sukar
daripada soal dengan P = 0, 80
Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan disebut
sebagai indeks kesukaran, tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena
semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi,
telah disepakati bahwa walaupun semakin tinggi indeksnya menunjukkan soal
yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.
B
Rumus mencari P adalah: p=
JS
Di mana:
P = indeks kesukaran
Ex.
N B B Indeks K
o a a B a
JS
n n t
s y y e
o a a g
a k k p
l si si ri
s s s
w w o
a a a
y y l
g g
m m
e e
nj nj
a a
w w
a a
b b
(J (
S) B
)
1 2 1 0,9 m
0 8 u
d
a
h
2 2 1 0,6 s
0 2 e
d
a
n
g
3 2 1 0,5 s
0 0 e
d
a
n
g
4 2 2 1,0 m
0 0 u
d
a
h
5 2 6 0,3 s
0 u
k
a
r
6 2 4 0,2 s
0 u
k
a
r
7 2 1 0,8 m
0 6 u
d
a
h
8 2 1 0,55 s
0 1 e
d
a
n
g
9 2 1 0,85 m
0 7 u
d
a
h
1 2 5 0,25 s
0 0 u
k
a
r
Dari sebaran di atas ternyata ada 3 soal yang melset, yakni soal no 3 yang semula
di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata masuk ke
dalam kategori sedang.
Demikian juga soaln no 4 yang semula di proyeksikan sedang ternyata masuk ke
dalam kategori mudah. Soal no 9 semula di proyeksikan sedang ternyata masuk
kedalam kategori mudah. Sedangkan 7 soal lainnya sesuai dengan proyeksi
semula. Atas dasar tersebut ketiga soal di atas harus di perbaiki kembali.
Walaupun demikian, ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik,
yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30
sampai dengan 0,70.
Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak
berarti tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dan penggunaannya. Jika dari
pengikut yang banyak, kita menghendaki yang lulus hanya sedikit, kita ambil
siswa yang paling top. Untuk ini maka lebih baik diambilkan butir-butir tes yang
sukar.
Sebaliknya, jika kekurangan pengikut ujian, kita pilihkan soal-soal yang mudah.
Selain itu, soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai,
sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat kepada
siswa yang lemah.
Yang dimaksud efektifitas opsi di sini adalah distribusi testee dalam hal
menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Efektifitas opsi
pada soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan
jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko).
Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat 0.
Dan efektifitas opsi pada soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor)
berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih
sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok
menyesatkan. Sebaliknya, sebuah distraktor (pengecoh) dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang
besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang
menguasai bahan.
Dalam tabel yang memuat analisis jawaban 30 orang siswa, dengan pilihan
jawaban a, b, c, dan d. Sebetulnya, banyaknya soal yang dikerjakan ada 50 butir,
tetapi yang dikutip hanya 15 butir. Di atas tabel tersebut terdapat keterangan
bahwa subjek nomor 1 betul semua, artinya semua pilihan jawaban mendapat
skor 1, dan dia mendapat jumlah skor 50. Siswa yang pilihan jawabannya sama
dengan siswa nomor 1, berarti skornya 1. Cara menganalisis tabel tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Bubuhkan skor 1 untuk semua butir pada semua siswa yang pilihannya sama
dengan siswa nomor 1. Sebaiknya, pemberian skor dilakukan butir demi butir,
jadi mulai dari butir 1. Siswa yang memilih a, diberi skor 1, yang bukan a diberi
skor 0. Untuk siswa yang tidak memilih, yaitu dengan tanda - diberi skor 0.
Setelah penskoran butir 1 selesai, dijumlahkan ke bawah, ada berapa siswa yang
mendapat skor 1. Jumlahan skor itulah nanti yang menunjukkan taraf kesukaran,
sesudah dibagi dengan 30 dan dikalikan 100. Daya pembeda untuk tiap-tiap butir
juga langsung dapat dicari, menggunakan rumus yang sudah dijelaskan untuk
menentukan daya pembeda.
b. Lanjutkan memberi skor butir 2. Untuk skor butir 2, karena siswa nomor 1
memilih c maka semua siswa yang memilih c diberi skor 1, yang lainnya 0.
Demikian juga untuk butir nomor 3, karena siswa nomor 1 memilih c dan betul
maka semua siswa yang memilih c diberi skor 1, yang bukan pilihan c diberi skor
0.
c. Setelah selesai memberikan skor sampai dengan nomor 15 maka sudah dapat
diketahui jumlah skor 1 pada setiap butir. Selanjutnya, dapat diketahui taraf
kesukaran dan daya pembeda dari masing masing butir, menggunakan rumus
yang sudah dipraktikkan dalam perhitungan terdahulu.
Kelompok/pilihan a* b c d om Jumlah
Kelompok atas 2 1 9 2 1 15
Kelompok bawah 1 4 5 4 1 15
Jumlah 3 5 14 6 2 30
1) Pilihan a, adalah kunci jawaban, yaitu jawaban yang betul, dan diharapkan
semua siswa dapat menjawab dengan betul, yaitu memilih a. Ternyata yang
memilih a hanya 3 orang, berarti butir soal tersebut terlalu sukar. Anak pandai
saja yang dapat menjawab hanya 2 orang, dan kebetulan anak bodoh (kelompok
bawah) ada yang beruntung satu orang.
2) Pilihan b adalah pengecoh. Dari 30 orang siswa yang terkecoh ada 5 orang,
yaitu dari At 1 orang dan dari Bw 4 orang. Pilihan salah seperti ini adalah wajar.
Yang terkecoh adalah siswa-siswa yang belum menguasai materi.
4) Pilihan biasa, ada siswa yang terkecoh, yaitu 6 orang, dari kelompok atas (At) 2
orang dan dari kelompok bawah (Bw) 4 orang.
5) Omit ada 2 orang, masing-masing dari kelompok atas dan kelompok bawah.
Keadaan seperti ini pun wajar.
Jika guru menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini, harus
dapat mengambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan dua penye bab
sebagai berikut.
1) Butir soal yang dibuat tidak baik, karena dapat menyesatkan hampir separo
dari jumlah siswa memilih c. Kesimpulan semen tara yang dapat diambil adalah
bahwa pilihan c mempunyai daya tarik yang besar sehingga seolah-olah pilihan
jawab itulah yang benar, mungkin rumusan kalimatnya, atau mungkin isi soalnya
menunjukkan kalau benar.
2) Yang menarik siswa bukan butir soalnya, tetapi materi yang dikuasai siswa
memang seperti yang tertera dalam pilihan c itu. Kalau memang maksud yang
dikehendaki oleh guru adalah materi seperti butir a, maka mungkin ketika guru
mengajar, yang diterima oleh siswa seperti materi dalam c. Jika seperti ini yang
terjadi, maka guru harus mengulang mengajar agar penguasaan materi yang
dimiliki oleh siswa adalah seperti yang tertera dalam opsi a.
Jadi, kini marilah kita berlatih lagi dengan pola jawaban, yaitu butir nomer
4, dan 6. Butir soal 4 kunci jawabannya adalah c, dan kunci jawaban butir
soal 6 adalah d. Sesudah itu lanjutkan membaca contoh perhitungan yang
ada di buku.
Contoh perhitungan:
Pilihan a b C* d 0 jumlah
Jawaban
Kelompok 5 7 15 3 0 30
atas
Kelompok 8 8 6 5 3 30
bawah
jumlah 13 15 21 9 3 60
*)adalah kunci jawaban
21
1) P = = 0,35
60
15 6 9
2) D = P A - PB = - = = 0,30
30 30 30
Sebenamya ketentuan ini hanya berlaku untuk tes pilihan ganda dengan 5
alternatif dan P = 0, 80 . Tetapi demi praktisnya diberlakukan untuk semua.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan
sukar atau mudahnya suatu soal. Soal yang baik dan bermutu adalah soal
yang memiliki taraf kesukaran seimbang antara mudah, sedang, sulit.
Untuk menafsirkan Indeks kesukaran soal dapat digunakan kriteria yaitu,
jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah, jika
jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72% termasuk
sedang, dan jika jumlah peserta didik yang gagal 73% ke atas termasuk
sukar.
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang kurang pintar (berkemampuan rendah). Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Angka
yang menunjukkan besarnya daya beda disebut Indeks Diskriminasi
berkisar antara 0,00 sampai 1,00, Akan tetapi pada indeks diskriminasi ini
mengenal ada tanda negatif (-) yakni -1,0 ---------------- 0,0 ---------------- 1,0
(semakin ke kanan soal semakin baik, semakin ke kiri maka soal semakin
jelek, sebab semakin ke kanan siswa yang pandai semakin sulit tidak bisa
menjawab dan sebaliknya siswa yang kurang pintar (kiri) bisa menjawab
dengan asal-asalan). Butir soal tes yang baik juga harus dapat
menunjukan daya pembedanya. Manfaat daya pembeda butir soal
diantaranya adalah untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui
data empiriknya, dan untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal
dapat mendeteksi atau membedakan kemampuan siswa.
Efektivitas opsi yaitu suatu pola yang dapat menggambarkan
bagaimana testee menentukan pilihan jawabannya terhadap
kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap
butir item. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata
oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang yang
kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata.
Pengecoh dianggap bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu
sama atau mendekati jumlah ideal.
3.2 Saran