Analisis soal adalah bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang
baik, dan juga soal yang buruk. Dengan melakukan analisis soal dapat kita peroleh
tentang informasi kualitas suatu soal yang dirasa soal itu buruk maka “petunjuk”
untuk mengadakan sebuah perbaikan.
Nah, kapan sebuah soal itu bisa dikatan soal yang baik? Untuk menjawab dari
pertanyaan tersebut, perlu kita terangkan tiga masalah yang berhubungan dengan
menganalisis atau analisis soal, yaitu ada taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban soal.
Soal yang baik merupakan soal dengan tingkatan yang tidak terlalu mudah juga
tidak terlalu susah atau sukar. Siswa cenderung akan faham dan hafal terhadap
kebiasaan guru-gurunya dalam membuat soal. Siswa akan tahu guru yang mana
yang mempunyai kebiasaan untuk membuat soal yang sukar untuk dikerjakan dan
juga guru yang mana saja yang mempunyai kebisaan untuk membuat soal yang
mudah/ringan dan sedang. Dengan pengetahuan siswa tentang kebiasaan gurunya,
siswa hanya akan semangat dan belajar dengan giat ketika mengetahui
bahwasanya soal dalam ulangan yang akan dikerjakan siswa adalah merupakan
soal yang dibuat oleh guru yang mempunyai kebiasaan membuat soal yang terlalu
mudah.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya soal disebut dengan indeks
kesukaran. Besarnya sebuah indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.00. di
dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbl P (p besar), singkatan
dari “Proporsi”.
P=B
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah sebuah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda tersebut disebut dengan indeks
diskriminasi, disingkat D (d besar). Pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif
atau min. Tanda Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu
soal ”terbalik” menunjukan kualitas testee. Seperti indeks kesukaran, indeks
diskriminasi berkisar:
D = BA _ BB ( PA – PB) ...................(1)
JA JB
P = BA + B B = BA + B A
JA + JB 2JA
= 1 (BA + BB)
2 (JA + JA)
P = PA + PB...............................................................(2)
2
Dari indeks kesukaran dan indeks diskriminasi dapat diperoleh hubungan
sebagai berikut:
Dmax = 2P .......(3)
Pola yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal
menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal
soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan
jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam
istilah evaluasi disebut omit, disingkat O.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (discraktor) berfungsi
sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali
oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan.
Sebaliknya sebuah distraktor ( pengecoh ) dapat dikatakan berfungsi dengan baik
apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-
pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih
bisa diperbaiki sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang.
Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit
dipilih oleh 5% pengikut tes.