Anda di halaman 1dari 7

TUTOR

Ayu Nurul Amalia, S.Pd, M.Pd

Oleh:

Patricia (859511243)

UPBJJ JAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah- Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas evaluasi pembelajaran.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Ayu Nurul Amalia, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembina mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran di SD.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak hal
yang perlu diperbaiki. Saran, kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak
sangat membantu saya terutama untuk kemungkinan pengembangan lebih lanjut.
Akhirnya saya berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak serta dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kualitas belajar mahasiswa

Jakarta, 2 Juni 2023

Penulis

i
2

PEMBAHASAN SOAL
1. Jelaskan mengapa analisis butir soal penting dan bagaimana cara melakukan
analisisnya.

Analisis butir soal penting karena sebagaimana fungsiny untuk mengukur kompetensi yang
sudah dan belum dicapai peserta didik, merencanakan tindak lanjut apakah ada kegiatan
remedial atau pengayaan bagi peserta didik. Bagi guru analisis butir soal juga mempunyai
fungsi untuk mengukur kemampuan guru dalam membuat butir soal yang sesuai kisi-kisi,
sesuai kaidah penulisan soal dan sebaran soal rataa untuk meningkatkan mutu butir soal
yang dibuat guru sehingga soal yang mempunyai kriteria baik dan dapat dipergunakan bisa
dipakai kembali dan menjadi bank soal.

Cara Analisis Butir Soal


1. Berdasarkan Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulty level) suatu butir soal didefinisikan sebagai proporsi atau
persentase subjek yang menjawab butir tes tertentu dengan benar. Sedangkan angka yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu butir soal dinamakan indeks kesukaran yang
dilambangkan dengan p, nilai p ini terletak antara 0 dan 1. Berbicara tentang karakteristik
butir soal berdasarkan teori klasik, maka yang perlu kita pahami dan perhatikan yaitu adanya
butir soal dan peserta tes (testee). Bisa saja terjadi bahwa suatu butir tes dianggap mudah oleh
kelompok siswa kelas A misalnya, tetapi pada kelompok siswa kelas B butir tes tersebut
dianggap sulit. Jadi, berdasarkan teori ini, analisis tingkat kesukaran soal tidak lepas dari butir
soal dan testee. Biasanya, testee dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, misalnya,
kelompok testee yang memiliki skor tinggi, skor sedang, dan skor rendah (jika kita bermaksud
membagi mereka dalam tiga kelompok). Tetapi jika kita bermaksud menbagi mereka dalam
dua kelompok, maka ada kelompok testee yang memiliki skor tinggi dan memiliki skor
rendah. Begitu juga dengan butir soal, ada butir soal yang dapat dijawab oleh semua testee,
ada juga butir soal yang dijawab oleh sebagian, dan ada yang tidak dapat dijawab oleh semua
testee (Mansyur, dkk., 2009). Lebih lanjut menurut Sukiman (2012) kriteria yang digunakan
untuk menentukan jenis tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Indeks Tingkat kesukaran Kategori
0,00 – 0,30 Soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 Soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 Soal tergolong mudah
Sumber: Sukiman, 2012
2. Berdasarkan Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Menurut
Sukiman (2012) memberikan kriteria daya beda soal sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Indeks Daya Beda Soal
Indeks Daya Beda Kategori
Tanda negatif Tidak ada daya beda
< 0,20 Daya beda lemah
0,20 – 0,39 Daya beda cukup
0,40 – 0,69 Daya beda baik
0,70 – 1,00 Daya beda baik sekali
Sumber: Sukiman, 2012
3. Berdasarkan Pola Jawaban Soal (Distractor / Pengecoh)
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti
bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi
dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-
pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Sesuatu distraktor
dapat diperlakukan dengan 3 cara, yaitu: (1) diterima, karena sudah baik, (2) ditolak karena
tidak baik, (3) ditulis kembali, karena kurang baik. Kekurangannya mungkin hanya terletak
pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.
Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki,
3
sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang (Arikunto, 2010). Pengecoh dikatakan berfungsi
efektif apabila paling tidak ada siswa yang terkecoh memilih (Purwanto, 2013).

2. Apa yang dimaksud dengan realibilitas tes dan hitung dengan menggunakan korelasi
product moment terhadap 10 peserta didik yang mendapat nilai Bahasa Indonesia (X) dan
Bahasa Inggris (Y) dibawah ini :
No Nama X Y
1 A 5 6
2 B 7 8
3 C 8 7
4 D 5 5
5 E 6 7
6 F 7 7
7 G 4 5
8 H 5 7
9 I 8 8
10 J 6 6

Uji korelasi dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara Diagnostik dengan
10 peserta didik yang mendapat nilai Bahasa Indonesia (X) dan Bahasa Inggris (Y) dibawah
ini :
Adapun rumus yang digunakan adalah product moment,yaitu :
Rumus :
𝑁𝑁 ∑ 𝑥𝑥𝑥𝑥−(∑ 𝑥𝑥)(∑ 𝑦𝑦)
𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 = =104:132,574=0,7884
�{𝑁𝑁 ∑ 𝑥𝑥 2 −(∑ 𝑥𝑥)2 }{𝑁𝑁 ∑ 𝑦𝑦 2 −(∑ 𝑦𝑦)2 }
Keterangan :
𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of Cases
Σxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Σx = Jumlah seluruh skor X
Σy = Jumlah seluruh skor Y
(Suharsimini, Arikunto, 2006: 193)

Besarnya “r” product


Interpretasi
moment (𝒓𝒓𝒙𝒙𝒙𝒙 )
0,00 - 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi akan tetapi, korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
0,20 - 0,40 Antara varibel X dan Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah.
0,40 - 0,70 Antara varibel X dan Y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup.
0,70 - 0,90 Antara varibel X dan Y terdapat korelasi yang
kuat atau tinggi.
0,90 - 1,00 Antara varibel X dan Y terdapat korelasi yang
sangat kuat atau sangat tinggi.
(Suharsimini, Arikunto. 2006: 180).

3. Diketahui jumlah peserta didik = 40

Kelompok Alternatif jawaban Jumlah


A b *c d e
Atas 0 1 7 3 0 11
Tengah 0
4
Bawah 2 6 2 1 0 11
Catatan * kunci jawaban

a) Berapa besar tingkat kesukaran butir soal tsb

P= B/N=7+2/40=0,35
b) Berapa besar indek daya beda soal tersebut
D=PA/JMLH:PB/JMLH=7/11:2/11=0,45

c) Apakah soal tsb berfungsi efektif? Soal tersebut masuk dalam kategori lebih
dari>0,4 artinya sangat baik berfungsi efektif.

d) Jelaskan bagaimana memperbaiki butir soal!

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butir soal adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal. Butir soal dianggap baik jika mempunyai indeks
tingkat kesukaran (P) antara 0,25 sampai dengan 0,75 atau yang mendekati angka tersebut.

2. Perhatikan daya pembeda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci (jawaban
soal) mempunyai indeks daya pembeda positif tinggi dan pengecohnya mempunyai
indeks daya pembeda negatif.
3. Perhatikan stem atau pokok soalnya sebab stem yang ambigius akan membingungkan
peserta ujian untuk menentukan jawabannya

4. Jelaskan prinsip dan tujuan penilaian kelas disertai contoh di sekolah anda
PRINSIP:

a. Proses Penilaian merupakan Bagian dari Pembelajaran


Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas
proses belajar-mengajar. Demikian pula proses belajar akan efektif apabila didukung oleh
penialaian kelas yang efektif. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dari awal
sampai akhir. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan
tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektifitas proses
pembelajaran.

b. Penilaian Mencerminkan Masalah Dunia Nyata


Penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam
memecahkan persoalan yang ada dalam masyarakat dan dunia kerja.
Kemampuan yang dimiliki siswa harus dapat diaplikasikan dalam memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang nyata.

c. Menggunakan Berbagai Ukuran, Metode dan Kriteria


Berbagai aspek kemampuan belajar siswa memiliki karakteristik tersendiri. Untuk dapat
mengungkapkan hal tersebut diperlukan penilaian yang mencakup ukuran, metode, kriteria
dan teknik yang sesuai agar tepat dan terpecaya atau valid dan reliable. Teknik-teknik tersebut
meliputi tes tertulis, tes praktek (performance test), penilaian produk, penialaian proyek, peta
perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan portofolio.
d. Penilaian Harus Bersifat Holistik
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan kognitif, apektif,
dan psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa secara utuh
diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek tersebut. Dengan prinsip seperti itu dapat
5
dietahui pula karakteristik siswa dalam setiap aspek kemampuan, serta hubungan setiap aspek
kemampuan dalam diri siswa.
e. Penilaian Kelas Mengacu Kepada Kemampuan (Competency Referenced)
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan belajar dan ketuntasan penguasaan
kompetensi siswa. Materi penugasan atau ulangan harus benar-benar merefleksikan setiap
kemampuan syang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Hasil penialaian harus memberikan
informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi yang telah ditetapkan. Penyampaian
hasil belajar siswa disampaiakan dalam bentuk chart.
f. Berkelanjutan
Penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana
menagajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian penialaian melalui
pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester, serta
akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu
tahun ajaran. Penialaian dilakukan dengan berbagai teknik baik tes maupun non-tes sesuai
dengan karakteristik aspek yang diukur.
Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, melainkan dari awal dan saat
proses pembelajaran. Selain itu harus juga dilakukan analisis terhadap hasil penilaian dan
merumuskan umpan balik yang berfungsi sebagai masukan dalam perencanaan proses
pembelajaran berikutnya.

g. Didaktis
Hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina siswa
dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Dalam hal ini guru dapat melakukan berbagai
upaya yang bersifat konstruktif. Seperti pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, tetapi
hadiah yg dberikan tdk harus selalu dalam bentuk material, tetapi bisa juga dalam bentuk
tindakan psikologis. Namun dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pemberian
hadiah dalam bentuk material juga sangat dimungkikn. Asalkan tidak berpengaruh negatif
berupa sikap materialistik dan selalu adanya imbalan dalam setiap berbuat.
Hal lain adalah alat dalam penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus dirancang
agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
h. Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru
untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat penilaian
yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dan diproses penilaian kelas.
Penilaian diarahkan agar dapat menggali informasi lebih mendalam. Oleh karenanya bentuk
soal dan penugasan harus yang berbentuk soal uraian atau pemecahan masalah.
i. Melihat yang Benar dan yang Salah
Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil
penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanyakesalahan secara umum terjadi
pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa. Dalam pelaksaannya
terkadang ada siswa yang sudah menguasai kemampuan yang ditetapkan, sehingga dalam
memberikan jawaban uraian atau pemecahan masalah terkadang tidak sama dengan jawaban
tersedia dalam bahan jar di kelas. Nah penilaian ini hanya dapat dilakukan jika penilaian
didukung dengan penilaian yang sahih (valid) dan handal (terpercaya).

Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut:


a. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri agar proses
pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi
sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar
memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa.
6
b. Pengecekan ( checking-up) yaitu bahwa peniliaian bertujuan untuk mengecek apakah ada
kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian
kelas, baik yang bersifat formal maupun informal, guru melakukan pengecekan kemampuan
(kompetensi) apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang belum dikuasai.
c. Pencarian (finding-out) yaitu penilaian bertujuan untuk mencari dan menemukan hal-hal
yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru
harus selalu merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan
proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan temuan tentang penyebab
itulah guru dapat menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam mengatasinya.
d. Penyimpulan (summing-up) yaitu penilaian bertujuan untuk menyimpulkan apakah anak
didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penyimpulan
sangat penting khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak
kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain di akhir semester atau tahun pelajaran, baik dalam
bentul rapor maupun bentuk lainnya.

Contoh di sekolah saya:


1. Dengan memberikan ulangan setiap habis 1 tema
2. Memberikan nontes sesuai tema tersebut.

5. Tentukan aspek psikomotorik dengan kompetensi dasar terhadap pelajaran IPA dengan
bobot sbb : Pengetahuan bobot 1, pemahaman bobot 2, aplikasi bobot 3 analisa bobot 4 dan
evaluasi bobot 5. Apabila siswa B dapat skor 10 dari 10 skor maksimum ada aspek
pengetahuan, skor 8 dari 10 skor maksimum pada aspek pemahaman skor 10 dari 15 skor
maksimum pada aspek aplikasi, skor 5 dari 7 skor maksimum pada aspek analisa, dan skor 1
dari 2 skor maksimum pada aspek evaluasi. Buatlah tabel pedoman penyekoran dan
hitunglah nilai B dalam mengusai pelajaran IPA

Aspek penilaian Skor Bobot Skor siswa Jumlah


maksimum
Pengetahuan 10 1 10 10
Pemahaman 10 2 8 16
Aplikasi 15 3 10 30
Analisa 7 4 5 20
Evaluasi 2 5 1 5
81

Skor maksimum 10+20+45+28+10=113

Maka nilai siswa adalah: ( 81 : 113) x 100 = 72

Anda mungkin juga menyukai