Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNIK EVALUASI PEMBELAJARAN

TOPIK VIII: TEKNIK PENGELOLAAN NILAI

DOSEN PENGAMPU : ISHAQ MADEAMIN, S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV :

SULFITRI 105191115621
SASA RAMADANI 105191110921
FIZA FIRNANDA 105191111721
ANDI MUHAMMAD HISYAM 105191114521
RAHMADANI ISMAIL 105191112321
AULIA AZMAT SADIK 105191113021

KELAS 5E

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1445 H/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah teknik evaluasi pembelajaran
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah ini dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, 22 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Analisis Derajat Kesukaran Item .................................................................. 3
B. Analisis Daya Pembeda Item ........................................................................ 4
C. Teknik Distractor .......................................................................................... 6
D. membedakan antara analisis derajat kesukaran item dan
teknik daya pembeda item dalam evaluasi pembelajaran ............................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG
Bagi seorang guru kegiatan evaluasi sangatlah menjadi tuntutan, dimana seorang
guru harus mengetahui hasil belajar siswanya dengan serangkaian tes yang berupa soal-
soal serta berupa percobaan-percobaan kepada anak didik. Utuk memudahkan guru dalam
menilai hasil tes tersebut dibuatlah analisis butir soal.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa
dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah
kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butirbutir soal (itemtes). Dalam
aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk
mengetahui tujuan yangingin dicapai.Dan dari uraian di atas maka penulis akan
memaparkan makalah yang berjudul “Analisis Butir Soal”.
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif
ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-
mengajajar itu sendiri. Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian
pertanyaanpertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas
yang memadai. Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang
baik,kurang baik, dan soal yang jelek. Sehingga dari identifikasi tersebut dapat menjadi
petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat dilakukan dari tiga segi,
yaitu: (1) dari segi derajat kesukaran itemnya, (2) dari segi daya pembeda itemnya, (3)
dari segi fungsi distraktornya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana membuat analisis derajat kesukaran item?
2. Bagaimana menyusun analisis daya pembeda item?
3. Bagaimana membuat teknik distractor?

1
4. Bagaimana membedakan antara analisis derajat kesukaran item dan teknik daya
pembeda item dalam evaluasi pembelajaran?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana membuat analisis derajat kesukaran item?
2. Untuk mengetahui Bagaimana menyusun analisis daya pembeda item?
3. Untuk mengetahui Bagaimana membuat teknik distractor?
4. Untuk Bagaimana membedakan antara analisis derajat kesukaran item dan teknik
daya pembeda item dalam evaluasi pembelajaran?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS DERAJAT KESUKARAN ITEM
Bermutu atau tidaknya item tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf
kesulitan yang dimliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar
dapat dikatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu
sukar dan tidakpula terlalu mudah, dengan kata lain derajat kesukaran item itu sedang atau
cukup. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut diatas, maka butir-butir item tes hasil belajar
dimana seluruh testee tidak bisa menjawab dengan betul karena terlalu sukar, sehingga item tes
hasil belajar tersebut tidak dapat dikatakn sebagai item tes hasil belajar yang baik. Demikian pula
sebaliknya, apabila semua testee dapat menjawab seluruh item tes hasil belajar, maka juga tidak
dapat dimasukkan pada katagori item tes yang baik karena terlalu mudah.

RUMUS : P = B
JS

Keterangan:
P= Proportion (Difficulty Index)
B= Banyaknya testee yang dapat menjawab soal dengan benar
JS= Jumlah teste yang mengikuti tes
Cara memberikan kesukaran item:
a. Menurut Robert L.Thordndike dan Elizabeth Hagen
Besarnya p Interpretasi
Kurang dari Terlalu sukar
0,30
0,30-0,70 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu mudah

b. Menurut Witherington
Besarnya P interpretasi
Kurang dari Terlalu sukar

3
0,25
0,25-0,75 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,75 Cukup ( sedang)

Tindak Lanjut Hasil Analisis Difficulty Index


1. Item soal yang termasuk kategori baik akan dimasukkan ke dalam bank soal,
suatu saat akan dikeluarkan dan digunakan lagi.
2. Item soal kategori terlalu sukar atau terlalu mudah mendapatkan 3 alternatif :
a. Dibuang atau didrop.
b. Dipakai lagi setelah di perbaiki kelemahan-kelemahannya.
c. Didokumentasikan di bank soal dan digunakan untuk tes seleksi (Soal yang
terlalu sukar untuk tes yang ketat, sementara soal yang terlalu mudah untuk
tes yang longgar.

B. ANALISIS DAYA PEMBEDA ITEM


Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (= pandai), dengan
testee yang kemampuannya rendah (= bodoh) sedemikian rupa sehingga sebagian besar testee
yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang
menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawa butir item
tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan benar.
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka
indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan
yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh
sebutir item. Indeks diskriminasi item itu umumnya diberi lambing dengan huruf D
(discriminatory power), dan seperti halnya angka indeks kesukaran item, maka indeks
diskriminasi item ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai 1,00. Namun diantara keduanya
terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu :
1. Angka indeks kesukaran tidak pernah negative, maka indeks daya pembeda dapat
bertanda negative (minus)

4
2. Jika sebutir item memiliki item dengan tanda positif, artinya bahwa butir item tersebut
telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa peserta didik yang termasuk kategori
pandai lebih banyak yang bisa menjawab dengan betul terhadap butir item yang
bersangkutan, sedangkan peserta didik yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang
menjawab salah.
3. Jika sebutir item angka indeks D= 0,00 (nihil), maka hal ini menunjukkan bahwa butir
item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali, artinya bahwa jumlah
peserta didik atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah peserta didik
kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok tersebut tidak
ada perbedaannya sama sekali (=0).
4. Apabila bertanda negative, artinya bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak
dijawab betul oleh peserta didik kelompok bawah (bodoh) ketimbang peserta didik
kelompok atas (pandai) atau peserta didik yang sebenarnya termasuk dalam kategori
pandai lebih banyak jawabannya salah, sedangkan peserta didik yang sebenarnya
termasuk dalam kategori bodoh justru lebih banyak yang jawabannya betul.
Standar pembeda item
Besarnya Angka Indeks Klasifikasi Interpretasi
Diskriminasi Item (D)
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek)
dianggap tidak memilih daya pembeda
yang baik
0,20-0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik
0,40-0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah
memiliki dya pembeda yang baik
0,70-1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik sekali
Bertanda Negatif - Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif ( jelek sekali )

5
RUMUS :
D= PA-PB
Keterangan :
D= discriminatory power
PA= Proporsi testee bagian atas yang dapat menjawab soal yang dengan benar
PB= proporsi testee bagian bawah yang dapat menjawab yang dapat menjawab soal
dengan benar.

Rumus menghitung PA dan PB


PA= BA
JA

PB= BB
JB

Keterangan:
BA=Jumlah testee kelas atas yang bisa menjawab benar
JA= Jumlah testee kelas atas
BB= Jumlah testee kelas bawah yang bisa menjawab benar
JB= Jumlah teste kelas bawah

C. ANALISIS FUNGSI DISTRAKTOR


Pada tes obyektif bentuk multiple choice, setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes
hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban (= option atau alternatif).
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah. Salah satu
darioption atau alternatif itu merupakan jawaban yang benar (= kunci jawaban) dan sisanya
merupakan jawaban salah. Jawaban yang salah itu biasa dikenal dengan istilah distractor atau
pengecoh.
Tujuan utama dari pemasangan distraktor adalah agar dari sekian banyak testee yang
mengikuti tes hasil belajar, ada yang tertarik untuk memilihnya. testee menyangka bahwa
distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban benar. Bila semakin banyak testee yang

6
terkecoh, maka kita dapat menyatakan bahwa disktraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya
dengan sebaik-baiknya. Begitu pula sebaliknya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa distraktor baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, apabila distraktor tersebut telah memiliki daya tarik sedemikian rupa,
sehingga testee merasa bimbang serta ragu-ragu lalu pada akhirnya mereka terkecoh dan memilih
distraktor sebagai jawaban yang benar.
Menurut Anas Sudijono (2011: 411), mengungkapkan bahwa distractor telah dapat
menjalankan fungsinya dengan baik apabila distractor tersebut telah dipilih sekurang-kurangnya
5% dari seluruh peserta tes. Distrsctor yang telah menjalankan fungsinya dengan baik dapat
digunakan kembali pada tes yang akan datang. Dengan demikian, efektivitas distractor adalah
seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak
mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distractor
tersebut, maka distractor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika peserta tes
mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit. Dilihat dari segiomit, sebuah item
dikatakan baik
jika omitnya tidak lebih dari 10 % pengikut tes. Suatu distraktor dapat diperlakukan
dengan 3 cara:
1. Diterima, karena sudah baik.
2. Ditolak, karena tidak baik.
3. Ditulis kembali, karena kurang baik.

Berikut ini diberikan contoh cara menganalisis fungsi distraktor. Misalkan suatu hasil tes
belajar diikuti oleh 50 orang peserta tes, bentuk soalnya adalah multiple choice item dimana
setiap butir item dilengkapi dengan 5 alternatif jawaban (option). Tes hasil belajar tersebut terdiri
dari 50 butir soal.

Dengan adanya pola penyebaran jawaban seperti pada tabel di atas, maka dapat diketahui
berapa persen peserta tes yang terkecoh memilih distraktor yang diberikan yaitu:

Untuk item tes no.1, kunci jawabannya adalah A dan distraktornya adalah B,C,D,E.

7
1. Distraktor B dipilih oleh 8 orang berarti : 8/50 x 100% = 16%. Dengan demikian
distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai pengecoh dengan baik, karena dipilih
oleh lebih 5% peserta tes.
2. Distraktor C dipilih oleh 6 orang berarti : 6/50 x 100% = 12%. Dengan demikian
distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai pengecoh dengan baik, karena
dipilih oleh lebih 5% peserta tes.
3. Distraktor D dipilih oleh 4 orang berarti : 4/50 x 100% = 8%. Dengan demikian distraktor
C juga telah menjalankan fungsinya sebagai pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh
lebih 5% peserta tes.
4. Distraktor E dipilih oleh 2 orang berarti : 2/50 x 100% = 4%. Dengan demikian
distraktor E belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pengecoh, karena hanya dipilih
oleh 4% peserta tes (kurang dari 5%), dst.

D. ANALISIS DERAJAT KESUKARAN ITEM DAN TEKNIK DAYA PEMBEDA ITEM


DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN
Analisis derajat kesukaran item dan teknik daya pembeda item merupakan dua metode
yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran. Keduanya memiliki perbedaan dalam cara
mengukur dan menilai kinerja peserta didik dalam konteks pembelajaran.
1. Analisis derajat kesukaran item: Metode ini digunakan untuk menilai kinerja peserta
didik berdasarkan tingkat kesukaran mereka dengan materi yang diberikan. Peserta didik
diberikan skor yang mencerminkan tingkat kesukaran mereka dengan materi yang
diberikan, dan kemudian diberikan waktu tertentu untuk menjawab pertanyaan yang
didasarkan pada materi tersebut.
2. Teknik daya pembeda item: Metode ini digunakan untuk menilai kinerja peserta didik
berdasarkan perbedaan antara kemampuan peserta didik dan kemampuan pembelajar
yang diinginkan. Peserta didik diberikan pertanyaan yang memiliki daya pembedaan, dan
kemudian disarankan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih salah satu
dari beberapa opsi yang diberikan. Kemampuan peserta didik yang diukur adalah
perbedaan antara kemampuan pembelajar yang diinginkan dan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.

8
Keputusan pemilihan metode yang tepat dalam pengujian pembelajaran penting untuk
validitas kinerja peserta didik dan memastikan keakuratan dalam pengujian. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pengujian meliputi keputusan tentang jenis
pengujian, penggunaan komputer dalam pengujian, keterampilan peserta didik dalam bahasa,
keahlian pengujian, dan keahlian diri peserta didik.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Analisis butir tes hasil belajar merupakan power test. Yakni kegiatan yang dilakukan
secara sistematis terhadap butir tes yang diujikan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan. Soal-soal yang terdapat dalam tes hasil
belajar seharusnya dilakukan analisis terlebih dahulu agar soal yang diberikan bersifat
baik dan bermutu.
2. Manfaat analisis butir tes hasil belajar Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak
berfungsi dengan baik, meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu,
tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal dan merevisi soal yang tidak relevan
degan materi yang diajarkan yang ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat
menjawab butir soal tertentu.
3. Tes hasil belajar biasanya berupa soal-soal yang terdiri dari soal pilihan ganda dan soal
uraian. Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu
Teknik analisis kesukaran item soal Teknik anallisis daya pembedaTeknik analisis fungsi
distractor
4. Analisis derajat kesukaran item dan teknik daya pembeda item merupakan dua metode
yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran. Keduanya memiliki perbedaan dalam cara
mengukur dan menilai kinerja peserta didik dalam konteks pembelajaran.

B. SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tedapat kesalahan-kesalahan baik
penggunaan tanda baca dan dalam hal menggunakan kata, semua itu karena minimnya
pengetahuan kami tentang menulis, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat kontruktif demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya,, terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Creswell, John W. 2012. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Stufflebeam, Daniel L., George F. Madaus, dan Thomas Kellaghan. 2001. Evaluation Models:
Viewpoints on Educational and Social Evaluation. Boston, MA: Kluwer Academic Publishers.

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

11

Anda mungkin juga menyukai