Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Teknik Penentuan Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Soal”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


EVALUASI BELAJAR

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Darmiyati, M.Pd.
Diani Ayu Pratiwi, M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK I0
6B PGSD

11. Resti Fauzah 1810125120024


15. Nur Aji Setia Nugraha 1810125210008
53. Annisa Eka Putri 1810125320064
54. Mariana Iftitah 1810125320065

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021

i
PEMBAGIAN MATERI

A. Pengertian Tingkat Kesukaran (Nur Aji Setia Nugraha)


B. Langkah – langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Item (Annisa Eka
Putri)
C. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal (Mariana Iftitah)
D. Analisi Daya Beda (Resti Fauzah)
BAB I (Mariana Iftitah)
BAB III (Nur Aji Setia Nugraha)
Edit Power Point (Resti Fauzah)
Edit Makalah (Nur Aji Setia Nugraha)
Edit Vidio (Annisa Eka Putri)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta
sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Evaluasi Belajar, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, dengan materi
“Teknik Penentuan Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Soal”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Belajar yang sudah membimbing untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan tulisan ini menjadi lebih
baik kedepannya. Aamiin Yarobbal Allaamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Banjarmasin, 10 April 2021

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Pengertian Tingkat Kesukaran Item ......................................................... 2
B. Langkah – langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Item..................... 2
C. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal .................................................. 4
D. Analisis Daya Pembeda ........................................................................... 7
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran adalah system, Artinya suatu rangkaian kegiatan
yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur
mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur
akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan
proses pembelajaran
Item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab tingkat kesukaran item itu memiliki
korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item memiliki tingkat kesukaran
maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu
terlalu mudah juga tidak akan memiliki daya pembeda.
Oleh karena itu sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam
batas yang mampu memberikan daya pembeda. Namun demikian bilamana
terdapat tujuan khusus penyusunan tes dapat pula pertimbangan tersebut
dikesampingkan, seperti tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda
dengan tingkat kesukaran pada tes diagnostic
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tingkat kesukaran item ?
2. Apa saja Langkah-langkah penghitungan tingkat kesukaran item?
3. Bagaimanakah menentukan Tingkat kesukaran item soal?
4. Bagaimanakah menentukan kemampuan Daya Pembeda?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tingkat kesukaran item
2. Untuk mengetahui langkah-langkah penghitungan tingkat kesukaran item
3. Untuk mengetahui cara menentukan tingkat kesukaran item soal
4. Untuk mengetahui cara kemampuan daya pembeda

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tingkat Kesukaran Item
Tingkat kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item menurut
Sukardi (2011:136) adalah angka yang menunjukkan proporsi siswa yang
menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes
objektif. Menurut Daryanto (2010:179), soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal
adalah angka yang menunjukkan bahwa apakah soal yang diujikan termasuk
mudah, sedang atau sukar. Analisis butir soal atau analisis item adalah
pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan
yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis butir soal, yakni
analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda, disamping validitas
dan reliabilitas. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-
soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang
termasuk mudah, sedang, dan sukar. Butir tes harus diketahui tingkat
kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu
sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban
siswa. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan
benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa
yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti itu mengindikasikan soal
itu tidak sukar atau soal itu mudah..
B. Langkah – langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Item
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.
Menentukan tingkat kesukaran soal penting, karena dengan mengetahuinya
dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk memilih soal-soal dengan tingkat
kesukaran yang bervariasi.

2
Tabel 1. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Keterangan


00,0 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
Cara
Menentukan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Soal
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:

B
P
Js
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Keterangan


00,0 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
Langkah-langkah untuk mencari tingkat kesukaran butir soal menurut Arifin
dalam Abet Yani adalah :
a) Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai
dengan skor terendah.
b) Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut
kelompok atas (higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah
yang selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group). Sisa 46%
disisihkan.
c) Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap
peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah . Jika

3
jawaban peserta didik benar, diberi tanda 1 (satu), sebaliknya jika
jawaban peserta didik salah, diberi tanda 0 (nol)
Selanjutnya untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu dengan menggunakan
rumus :

Keterangan :
TK = tingkat kesukaran
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin dalam Abet
Yani adalah :
1) Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.
2) Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang.
3) Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar.
C. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal
Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal- soal tes dari segi
kesulitanya sehingga dapat di peroleh soal-soal mana yang termasuk mudah
,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya mengkaji
soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori lemah atau
rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.
1. Taraf kesukaran tes
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas yang baik, disamping
memenuhi validitas dan reliabilitas adalah daya keseimbangan dari tingkat
kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksutkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah sedang dan sukar secara porposional.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan
analisis pembuat soal.

4
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah sedang dan sukar.Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga kategori tersebut. dan
ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori tersebut artinya sebagian
besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori
mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.
Perbandingan antara soal mudah sedang sukar bisa di buat 3-4-3. Artinya,
30% soal kategori mudah 40% soal kategori sedang dan 30% lagi
soalkategori sukar. Di samping itu oleh karena suatu tes dimaksutkan untuk
memisahkan antara murid-murid yang betul-betul mempelajari suatu
pelajaran dengan murid-murid yang tidak mempelajari pelajaran itu, maka
tes atau item yang baik adalah tes atau item yang betul-betul dapat
memisahkan ke dua golongan murid tadi. Jadi setiap item disamping harus
mempunyai derajat kesukaran tertentu, juga harus mampu membedakan
antara murid yang pandai dengan murid yang kurang pandai.
Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut di uji
cobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Cara
melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
B
I=
N
Keterangan:
I =Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B =Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N =Banyaknya yang memberikan jawaban pada soal yang di maksudkan.
Kriteria yang digunakan makin kecil indeks yang di peroleh makin sulit
soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh makin mudah
soal tersebut.
Menurut keiteria yang sering di ikuti indeks kesukaran sering di
klasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P 0 – 0,30 adalah soal kategori sukar.
Soal dengan P 0,31 – 0,70 adalah soal kategori sedang.
Soal dengan P 0,71 – 1,00 adakah soal kategori mudah.

5
Contoh:
Guru SKI memberikan 10 pertanyaan piihan berganda denga komposisi 3
soal mudah , 4 soal sedang , dan 3 soal sukar. Jika di lukiskan susunan
soalnya adalah sebagai berikut :

No soal Abilitas yang Diukur Tingkat kesukaran soal

1 Pengetahuan Mudah
2 Aplikasi Sedang
3 Pemahaman Mudah
4 Analisis Sedang
5 Evaluasi Sukar
6 Sitesis Sukar
7 Pemahaman Mudah
8 Aplikasi Sedang
9 Analisis Sedang
10 Sitesis Sukar

Kemudian soal tersebut di berikan kepada 10 orang siswa dan tidak seorang
pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah di periksa
hasilnya adalah sebagai berikut.

Banyakya Banyaknya siswa Indeks


No siswa yang yang menjawab B Kategori
soal menjawab (N) (B) N soal

1 20 18 0,9 Mudah
2 20 12 0,6 Sedang
3 20 10 0,5 Mudah
4 20 20 1,0 Seang
5 20 6 0,3 Sukar
6 20 4 0,2 Sukar
7 20 16 0,8 Mudah

6
8 20 11 0,55 Sedang
9 20 17 0,85 Sedang
10 20 5 0,25 Sukar

Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor
3 yang semula di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba
ternyata termasuk kedalam kadegori sedang.demikian,juga soal nomor 4
yang semula di proyeksikan sededang ternyata termasuk kedalam kategori
mudah . nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam
kategori mudah. Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi
semula atas dasar tersebut ketiga soal diatas harus diperbaiki kembali.
Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang.
Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah.
Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah.
D. Analisis Daya Pembeda
Untuk mengetahui intensitas sebuah soal dalam hal kesukaran dibutuhkan
sebuah daya pembeda, yaitu kemampuan antara butir soal dapat membedakan
antara peserta didik yang menguasai materi yang diujikan dan peserta didik
yang belum menguasai materi yang diujikan.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi. Yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks ini
kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes terbalik menunjukkan
kualitas tes yaitu anak pandai disebut tidak pandai dan sebaliknya. Dengan
demikian ada 3 titik daya pembeda yaitu:
-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda


negative rendah tinggi (positif)

Bertitik tolak dari titik di atas, terdapat patokan yang dapat digunakan untuk
mengetahui sebesar manakah sebuah item butir soal dapat dinyatakan memiliki
pembeda yang baik. Patokannya adalah sebagai berikut:

7
Besarnya angka Klasifikasi Interpretasi
indeks diskriminasi
item (D)
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap
tidak memiliki daya pembeda yang baik.
0,20 - 0,40 Satisfactor y Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang cukup
(sedang)
0,40 - 0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik
0,70 - 1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik sekali.
Bertanda negatif - Butir item yang
bersangkutan
Bertanda negatif - Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek sekali)

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun tidak
pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.
Demikian sebaliknya, jika siswa yang pandai maupun tidak pandai tidak bisa
menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya
pembeda.
Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang
pandai saja. Contohnya, jika suatu kelompok anak yang berprestasi tinggi
dapat menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir suatu
kelompok yang berprestasi rendah menjawab salah, dikatakan bahwa soal itu
memiliki indeks diskriminasi (D) terbesar. Sebaliknya jika kelompok yang
berprestasi rendah seluruhnya menjawab soal dengan benar sedangkan
kelompok berprestasi tingginya menjawab dengan salah, maka indeks
diskriminasi (D) soal tersebut -1,00. Sedangkan jika antara kedua kelompok

8
sama-sama menjawab dengan benar, berarti indeks diskriminasi (D) soal
tersebut 0,00 atau tidak memiliki daya pembeda.
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat
digunakan 2 macam rumus berikut ini:
a. Rumus Pertama,
D = PA – PB atau D = PH - PL
Di mana :
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)
PA atau PH = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan. Dapat diperoleh dengan rumus :
BA
PA = PH = JA

Di mana:
BA : Banyaknya testee kelompok atas yang menjawab dengan betul butir
item bersangkutan.
JA : Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas
PB atau PL = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawb dengan
betul butir item yang bersangkutan. Dapat diperoleh dengan rumus:
BA
PB = PL = JA

Di mana:
BA =Banyaknya testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
benarbutir item yang bersangkutan
JA =Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah.
b. Rumus Kedua, angka indeks diskriminasi item diperoleh dengan
menggunakan teknik korelasi Phi ( ǿ ) dengan rumus,

Di mana:
ǿ : Angka indeks korelasi Phi, yang dalam hal ini dianggap sebagai
angka indeks diskriminasi item.
PH : Proportion of the higher group
PL : Proportion of the lower group

9
2 : Bilangan konstan
P : Proporsi seluruh testee yang jawabannya betul
q : Proporsi seluruh testee yang jawabannya salah, di mana q = (l – p)
Cara Menentukan Daya Pembeda.
Membedakan menjadi kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok
besar (100 ke atas).
a) Kelompok kecil (kurang 100)
Seluruh kelompok tes terbagi 2 sama besar, separuh kelompok atas dan
separuh kelompok bawah sebagai berikut:
Siswa Skor Siswa Skor
A 10 5
B 9 Kelompok atas EFG 4 Kelompok
C 8 (JA) H 3 Bawah (JB)
D 7 2

b) Kelompok besar (100 ke atas)


Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan
bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contoh
sebagai berikut:

Dari tabel kelompok atas dan bawah itu dicari menggunakan rumus:
D = (Ba/JA)-(Bb/JB)=Pa-Pb
D : Daya Pembeda
J : Jumlah Peserta
JA : Jumlah Peserta Atas
JB : Jumlah Peserta Bawah

10
Bb : Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benar
Ba : Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar
PB - BB/JB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA – BA/JA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel Analisa 10 butir soal, 10 siswa
Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor
A A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
B B 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5
C B 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4
D B 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 5
E B 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6
F A 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
G A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
H A 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7
I B 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3
J A 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8
10=N 7 7 4 8 7 6 7 8 6 5 65
Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor- skor sebagai
berikut: A = 9, B = 5, C = 4, D = 5, E = 6, F = 8, G = 10, H = 7, I = 3,
J = 8.
Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array
(urutan penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling
rendah.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
10 6
9 5
8 5
8 4
7 3
JA : 5 orang Jb : 5 orang

11
Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan
kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:
Kelompok atas Kelompok bawah
JA JB
G = 10 E=6
A=9 B=5
F=8 D=5
J=8 C=4
H=7 I=3
Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi butir-butir soal sehingga diketahui
hasilnya :

Kemudian diinterpretasikan terhadap D (tabel pertama).


Sebagai tindak lanjut atas hasil analisis daya pembeda adalah:
a. Butir-butir item yang sudah memiliki daya pembeda baik
(satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam
bank soal. Dan dapat dikeluarkan lagi pada tes berikutnya karena
kualitasnya sudah cukup memadai.
b. Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada
2 kemungkinan:

12
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki
dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar, yang kemudian
dianalisis lagi apakah meningkat atau tidak.
2) Dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi untuk tes
hasil belajar.
c. Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya
bertanda negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar tidak usah
dikeluarkan lagi, sebab butir yang demikian kualitasnya sangat
jelek (testee yang pandai lebih banyak menjawab salah ketimbang
testee yang tidak pandai, justru hanya sedikit yang menjawab
salah)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkat kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item adalah
angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu
soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objektif. Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi karena di luar jangkauannya.
Langkah - langkah penghitungan tingkat kesukaran item adalah
dengan menjumlahkan skor masing - masing butir soal yang dicapai oleh
semua teste, menghitung indeks tingkat kesukaran butir soal dengan
menggunakan rumus, memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan
indeks tingkat kesukaran dengan kriteria
Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal- soal tes
dari segi kesulitanya sehingga dapat di peroleh soal-soal mana yang
termasuk mudah ,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda
artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam
kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Ada
beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah sedang dan sukar.Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga kategori tersebut. dan
ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori tersebut artinya sebagian
besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori
mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang
Daya pembeda adalah kemampuan antara butir soal yang dapat
membedakan antara peserta didik yang menguasai materi yang diujikan dan
peserta didik yang belum menguasai materi yang diujikan. Tujuannya untuk

14
mengetahui intensitas sebuah soal dalam hal kesukaran dibutuhkan sebuah
daya pembeda

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih
biaknya makalah ini mendapat kritik yang membangun agar dalam
penyusunannya dapat lebih disempurnakan lagi. Dan alangkah baiknya jika
isinya dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengajar agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam memahami materi “Teknik Penentuan
Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Soal”

15
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. .


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta Timur:


PT Bumi Aksara.

Dewi, Sukma Sacita. dkk. 2018. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Soal Olimpiade Matematika (OMI) Tingkat SMP Tahun 2018.
Banyuwangi : Universitas PGRI Banyuwangi.
Novita. Widya. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (Core) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Pengetahuan Awal
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Pekanbaru. Pekan Baru :
UIN Suska Riau
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sudijono, A. (2016). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Fatimah, Alfath. 2019. Analisis Kesukaran Soal, Daya Pembeda Dan Fungsi
Distraktor. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam. 8(2): 37-65
Syamsudin. 2012. Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pol Jawaban
Tes (Analisis Butir Soal). Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”. 1(2) : 189

16

Anda mungkin juga menyukai