Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

” FUNGSI – FUNGSI LAIN DARI SEKOLAH”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Asniwati, M.Pd.
Zain Ahmad Fauzi, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Kelas 7 B PGSD
Angelica Sugiono 1516619018 (UNJ)
Ridha Nadhira 1810125120014 (02)
Fitriyati 1810125220038 (30)
Mardhiatul Husna 1810125220042 (34)
M. Rizki Fahma 1810125310027 (35)
M. Arif Nor Rahman 1810125310034 (37)
M. Padillah 1810125310060 (38)
Husna Amelia 1810125320029 (42)
Marwiah Raya 1810125320030 (43)
Salma 1810125320057 (48)
Annisa Eka Putri 1810125320064 (52)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunianya pada kami. Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah
ke zaman penuh ilmu ini.
Makalah yang berisikan tentang “Fungsi – Fungsi Lain Dari Sekolah” ini kami
susun guna memenuhi tugas mata kuliah Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Tak
lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Hubungan Sekolah dan Maysarakat Ibu Dr. Hj. Asniwati, M.Pd dan bapak Zain
Ahmad Fauzi, M.Pd. yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyusun
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala ikhtiar kita.

Banjarmasin, 10 September 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II MATERI...........................................................................................................3
A. Fungsi Sosialisasi............................................................................................3
B. Fungsi Seleksi, Training Dan Alokasi.............................................................7
C. Fungsi Inovasi Dan Perubahan Sosial...........................................................10
D. Fungsi Pengembangan Pribadi Dan Sosial....................................................11
E. Fungsi Sertifikasi...........................................................................................15
F. Mengembangkan Dan Memantapkan Hubungan - Hubungan Sosial...........16
G. Strategi Membentuk Semangat Kebangsaan.................................................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................22
A. Kesimpulan....................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu elemen pendidikan yang membantu dalam
pembentukan anak serta perbaikan pendidikan mereka. Ketika Sekolah memiliki
niat baik serta metode-metode yang benar, yang dikelola oleh badan pendidikan
yang sungguh-sungguh, akan menghasilkan generasi yang sadar yang meyakini
tujuan bangsa. Di sisi lain tatkala sekolah mengabaikan tugas dan tanggung jawab
mereka, maka nilai-nilai bangsa akan runtuh dan prilaku generasi mendatang akan
mudah terpengaruh hal-hal negatif.

Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara


individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar,
melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungannya. Anak itu berbeda-
beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi mereka
berbeda karena membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak
tertentu bergantung pada status sosial, agama nilai-nilai yang dijalankan orang
tuanya.

Mengutip Pendapat Djohar, pendidikan harus berorientasi pada pembangunan


yang berwawasan kemanusiaan yang menekankan perhatian terhadap manusia
sebagai individu secara utuh, tidak hanya terbatas pada dimensi psikologis,
motorik atau pengetahuan saja, namun pada keutuhan antropologis anak didik
sebagai manusia, dalam arti sebagai pribadi dengan segala karakteristik fisik dan
psikisnya serta karakter sosial budayanya. Fokus pendidikan yang diarahkan pada
pembangunan kemanusiaan meliputi cara memperlakukan sasaran pendidikan,
yaitu individu anak dalam proses pendidikan yang manusiawi, sistem-sistem
pendidikan yang dilaksanakan, manajemen pendidikan, penyelenggaran
pendidikan termasuk kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Bagaimana Fungsi sosialisasi ?

2. Bagaimana Fungsi Seleksi, Training dan Alokasi ?

3. Bagaimana Fungsi Inovasi dan perubahan social ?

4. Bagaimana Fungsi pengembangan pribadi dan social ?

5. Bagaimana Fungsi Sertifikasi ?

6. Bagaimana Mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan


social ?

7. Bagaimana Membentuk semangat kebangsaan ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Fungsi sosialisasi.

2. Untuk mengetahui Fungsi Seleksi, Training dan Alokasi.

3. Untuk mengetahui Fungsi Inovasi dan perubahan social.

4. Untuk mengetahui Fungsi pengembangan pribadi dan social.

5. Untuk mengetahui Fungsi Sertifikasi.

6. Untuk mengetahui Mengembangkan dan memantapkan hubungan-


hubungan social.

7. Untuk mengetahui Membentuk semangat kebangsaan.

2
BAB II
MATERI

A. Fungsi Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup
yang berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial
yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang
dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli
antara lain:

Charlotte Buhler berpendapat Sosialisasi adalah proses yang membantuk


individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir
kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Peter Berger juga berpendapat Sosialisasi adalah suatu proses dimana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
Bruce J. Cohen mengemukakan Sosialisasi adalah proses-proses manusia
mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai
individu maupun sebagai anggota.

Masyarakat memiliki cara khusus untuk membentuk generasi baru yang


memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, peranan-peranan, serta
tanggung jawab sosial yang efektif menurut kondisinya masing-masing. Dengan
caranya tersebut masyarakat meyakini generasi baru yang dikembangkannya
mampu memahami budaya masyarakat dan menerimanya sebagai pedoman
dalam bertindak, bersikap dan berperilaku. Melalui proses sosialisasi anak-anak
yang belum dewasa belajar agar menjadi anggota masyarakat yang dewasa,
mandiri, produktif, inovatif serta kreatif. Proses sosialisasi akan terus berlanjut
dalam siklus kehidupannya, baik melalui bentuk-bentuk formal maupun

3
informal. Proses tersebut mulai dari pendidikan tahap permulaan di lingkungan
keluarga (pendidikan anak usia dini) sampai perguruan tinggi. Di samping itu
juga dilakukan di lingkungan sekolah-sekolah keterampilan, sekolah-sekolah
masyarakat, training-training. pengalaman di dalam organisasi, pengamatan-
pengamatan sendiri, serta dalam seluruh kegiatan interaksi sosialnya. Hal
tersebut semuanya pada dasarnya merupakan proses sosialisasi. Dengan
demikian proses sosialisasi itu sebenarnya dapat terjadi dalam berbagai bentuk
dan cara, tetapi proses sosialisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus. Apa
yang diajarkan, siapa yang mengajar, dan bagaimana mengajar, oleh para
pendidik, oleh para pemimpin, atau apakah oleh tokoh masyarkat tertentu, akan
mempengaruhi keberhasilan proses sosialisasi yang dilakukan oleh seseorang.

Upaya menjaga sinkronisasi proses sosialisasi di masyarakat dan sekolah,


maka sekolah dalam hal ini para pendidik, pengajar dan seluruh komponen
warga sekolah perlu memahami apa dan bagaimana sosial kultur masyarakat
setempat. Dengan demikian sosialisasi nilai-nilai luhur, ide-ide gagasan, pola
perilaku, sikap dan sebagainya dapat berjalan secara sinergis dengan apa yang
diyakini dan dianut oleh budaya masyarakat setempat, tanpa menghilangkan
fungsi-fungsi edukatif dalam membentuk generasi muda. Kesamaan nilai- nilai
yang ditransmisikan kepada generasi muda dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat akan mempercepat keberhasilan proses transformasi yang dilakukan.

Secara umum, sosialisasi berfungsi sebagai media untuk pelestarian individu,


penyebarluasan serta pewarisan norma-norma dan juga nilai sosial.
Sosialisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:
1. Sudut pandang individu Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pe
ngakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosi
al. Dengan hal tersebut, seorang individu bisa menjadi masyarakat yang bai
k. Di mana masyarakat baik adalah warga yang memenuhi harapan umum
warga masyarakat lainnya.

4
2. Kepentingan masyarakat Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, p
enyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma sosial. Nilai dan norm
a terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat tersebut.
Adapun fungsi sosialisasi adalah :
1. Membentuk pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan kaidah nila
i dan norma suatu masyarakat
2. Menjaga keteraturan hidup dalam masyarakat atas keragaman pola tingkah l
aku berdasarkan nilai dan norma yang diajarkan
3. Menjaga integrasi kelompok dalam masyarakat

Kecerdasan dibangun melalui pengembangan potensi intelektual,


emosional, sosial, dan spiritual yang inheren dalam pembelajaran. Sementara itu,
kebijaksanaan dibangun melalui penanaman nilai-nilai kehidupan yang inheren
dalam pembudayaan.
Pembelajaran membentuk manusia terpelajar dan pembudayaan
membentuk manusia berbudaya. Senada dengan itu, juga Sindhunata (2000:14)
menegaskan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menjadi manusia terpelajar,
tetapi juga manusia berbudaya (educated and civiced human being). Tujuan ini
mengisyaratkan betapa pentingnya pendekatan kontekstual, yakni pendidikan
yang dapat mengintegrasikan manusia dalam lingkungannya.
Selain berpartisipasi membentuk kepribadian manusia, juga lingkungan
merupakan ranah produktif untuk mengaktualisasi kecerdasan dan
kebijaksanaan. Berkenaan dengan itu, Maliki (2010:42—44) memandang
pendidikan sebagai satu elemen institusi sosial yang bersama elemen lainnya
menjalankan fungsinya dalam menciptakan keseimbangan sosial.
Untuk itu, pendidikan dituntut ikut serta mengambil fungsi sosialisasi
dan internalisasi nilai kolektif dalam rangka membangun keteraturan, ketertiban,
dan keseimbangan sosial. Fungsi sosialisasi nilai bertujuan mengembangkan
potensi diri, mengubah perilaku, dan penguasaan tata nilai yang dibutuhkan, agar
mampu tampil sebagai bagian dari warga yang produktif. Prinsip

5
penyelenggaraan pendidikan melalui pengembangan nilai-nilai budaya adalah
impelementasi nyata dari pendekatan kontekstual. Dalam pendekatan ini
pendidikan dan kebudayaan berada pada jalinan interaksi dan interrelasi yang
saling mendukung dan melengkapi. Apalagi inti kebudayaan adalah sistem nilai
yang membangun gagasan dan perilaku masyarakat serta seluruh hasil karyanya
yang harus dikembangkan melalui proses pembelajaran (Koentjaraningrat,
2002:3).
Pertama, fungsi dan tujuan pendidikan sebagai sosialisasi. Di dalam
masyarakat pra industri, generasi baru berusaha mengikuti cara hidup generasi
sebelumbnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti pada jaman
sekarang. Pada jaman dulu para generasi bangsa melakukan peniruan terhadap
orang-ornag sebelumnya dengan ikut terjun langsung kedalam fenomena yang
ingin diketahuinya. Mulai dari mengamatai hingga menuri segala seesuatu yang
dilakukan oleh orang dewasa. Untuk itu para anak-anak belajar mengenali
bahasa dan simbol yanng berlaku didalam lingkup oranng-orang dewasa serta
menyesuaikan diri seperti hal orang dewasa.

Dengan demikian majunya masyarakat dapat ditandai dengan kemajuan


budaya yang komplek dan memilki refrensi antara kelompok masyarakat satu
dengan yang lain. Masyarakat tersebut telah mengalami perubahan sosial.
Ketentuan yang diterapkan dalam rangka merubah kebudayaan menjadi lebih
kompleks tersebut terus mengalami teransformasi kepada generasi ke generasi
berikutnya hingga bertemu dengan permasalahan yang baru. Maka dari itu
perkembangan yang pesat tersebut tentunya membutuhkan tempat guna
melakukan transformasi budaya yang lebih efisien dengan menggunakan
sekolah-sekolah.

Preses mentransformasi, menjaga, dan mengembangkan budaya, nilai,


tradisi, norma dan lain sebagainya, secarta langsung telah dibebankan pada
dunia pendidikan karena pendidikan dipandang lebih mampu dalam mengemban
tuigas tersebut. Selain itu keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan, dan

6
perekonomian juga ditekankan untuk melakukan tugas yang sama sehingga di
setiap lini masyarakat tirikat ketat untuk melakukan tugas tersebut. Dalam
permulaan pendidikanya sangatlah penting bagi anak didik dalam menelaah
nilai-nilai tersebut. Hal ini dilakukan karena pada tahap awal seorang individu
dapat memilki kritikal dan evaluasi yang rasional.
Pendidikan-pendidikan juga mempromosikan terkait cita-cita sosial yang
akan dicapainya. Semua peserta didik didorong dan diarahkan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya karena
semuanya dianggap sebagai budaya yang sedang berlaku. Dengan cara tersebut
anak-anak diarahkan untuk berperilaku yang sopan, hormat, dan juga patuh
kepada orang tuannya dan norma-norma yang berlaku (Idi. 2014:73).

B. Fungsi Seleksi, Training Dan Alokasi

1. Fungsi Seleksi

Seleksi adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk


memutuskan apakah seorang pelamar pekerjaan diterima atau ditolak dari
organisasi tersebut. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan
pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi pegawai. Pada prinsipnya
seleksi adalah penentuan karyawan yang akan bergabung dengan organisasi
atau perusahaan dengan memilih sumber daya manusia yang berkomepeten
sehingga organisasi atau perusahaan akan mudah dalam mencapai tujuannya.
Proses seleksi yang dilakukan sekolah pada dasarnya adalah saat melihat dari
kebutuhan guru di sekolah.

Pada proses ini sekolah harus memilih sumber daya yang akan
menjadi guru baru di sekolah untuk mengisi kekosongan atau kekurangan
guru di sekolah dengan tujuan agar proses belajar mengajar sekolah tetap
berjalan sesuai dengan sistemnya. Dalam proses ini sekolah dituntut untuk
bisa menentukan sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidangnya
untuk bergabung dengan sekolah.

7
Fungsi utama dilakukannya seleksi penerimaan tenaga kerja bagi
sekolah adalah 1) Mengisi kekosongan jabatan dengan personil yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan dan dinilai mampu dalam
menjalankan tugas dalam jabatan tesebut, mendapatkan kepuasan dalam
jabatannya sehingga dapat bertahan dalam sistem, menjadi kontributor efektif
bagi pencapaian tujuan dalam sistem, memilik motivasi untuk
mengembangkan diri. 2) Membantu meminimalisasi pemborosan waktu,
usaha, dan biaya yang harus diinvestigasikan bagi pengembangan pendidikan
para pegawai.

2. Fungsi Training

Training atau pelatihan pada hakekatnya merupakan jawaban terhadap


permasalahan yang dihadapi oleh individu atau sekelompok orang dalam
memperoleh dan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam suatu organisasi, pelatihan
merupakan salah satu upaya yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi atau membantu organisasi dapat berjalan dan mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efesien. Pelatihan bagi guru akan memberikan
manfaat serta memberikan kemudahan dalam mengerjakan tugasnya.
Pelatihan juga membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya ke
arah yang lebih baik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Beberapa manfaat nyata yang dapat diperoleh dari pelatihan adalah:

1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas;


2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai stand
ar-standar yang diterima;
3) Menciptakan sikap loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan;
4) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia;
5) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja;

8
6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mere
ka.

Manfaat dari penyelenggaraan program pelatihan atas subyeknya:

a. Manfaat bagi sekolah adalah :


1) Peningkatan produktivitas kerja sekolah sebagai keseluruhan.
2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan;
3) Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat;
4) Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi d
engan komitmen organisasional yang lebih tinggi;
5) Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya ma
najerial yang partisipatif;
6) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif;
7) Penyelesaian konflik secara fungsional.
b. Manfaat bagi guru adalah :
1) Membantu para guru membuat keputusan dengan lebih baik.
2) Meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapinya;
3) Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasiona
l;
4) Timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan kema
mpuan kerjanya;
5) Peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi stress, frustasi dan kon
flik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri;
6) Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaat
kan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara t
eknikal dan intelektual;
7) Meningkatkan kepuasan kerja;
8) Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang;
9) Makin besarnya tekad guru untuk lebih mandiri;

9
10) Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan.
3. Fungsi Alokasi Bagi Sekolah
Alokasi dapat diartikan sebagai penentuan banyaknya uang (biaya) yang dised
iakan untuk suatu keperluan. Selain itu, juga sebagai penentuan penggunaan s
umber daya secara matematis demi pencapaian hasil yang optimal. Fungsi alo
kasi bagi sekolah dapat diartikan sebagai sekolah mengalokasikan atau memb
agi dana yang tersedia untuk digunakan pada sector-sektor yang ada dan sesua
i dangan sasaran yang dituju.

C. Fungsi Inovasi Dan Perubahan Sosial


Pada saat ini disadari atau tidak, bahkan diyakini dan harus menjadi fokus uta
ma adalah bahwa penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat. Hal tersebut menuntut sekolah untuk mentransform
asikan perkembangan tersebut kepada peserta didik dan masyarakat. Sebab denga
n ilmu pengetahuan tersebut masyarakat akan memiliki kemampuan dalam pengu
asaan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk merubah lingkungan bagi kemaj
uan dan peningkatan hidup masyarakat.
Para pendidik, pengajar, peneliti dan para pengkaji ilmu pengetahuan di dalam
lembaga-lembaga pendidikan melalui tulisan-tulisan dan penelitian-penelitian dal
am bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan sumbangan-sumba
ngan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kebijaksanaan sosial dan kesejahte
raan, memberikan ide-ide yang dapat mendorong ke arah perubahan sosial dan pe
ningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Perubahan sosial adalah proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi suatu
sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide
pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan.
Soerjono Soekanto dalam (Rusdiana : 2014) menyatakan bahwa perubahan sosial
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, sikap, dan pola

10
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi ini
menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya memengaruhi segi-segi
lain dalam struktur masyarakat.
Perubahan sering akan mengancam pola-pola lama yang ada dan sering pula
mendapat penolakan dari sebagian masyarakat, sehingga sering menjadi sesuatu
yang kontraversi. Adanya sikap menolak dan cenderung betahan dengan cara
yang telah ada sering terjadi di masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan
baru. Tetapi hal tersebut akan berhenti menjadi kontraversi apabila perubahan
tersebut dapat diimplementasikan dan memberikan hasil yang dapat
meningkatkan harkat dan martabat serta kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab
itu hal yang terpenting dalam setiap perubahan bagi masyarakat adalah
keyakinan bahwa perubahan membawa perbaikan signifikan bagi mereka.
Disinilah peran penting lembaga pendidikan untuk mengadvokasi perubahan
kepada generasi muda dan masyarakat. [ CITATION Sur151 \l 1033 ]
Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kema
mpuan peserta didik yang analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinank
eyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan pada aba
d modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kema
mpuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan dig
anti dengan sikap yang sanggup terhadap perubahan. Cara berpikir dan sikapsika
p tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap bantuan orang lain.
Dengan demikian peserta didik selain sebagai memahami perubahan dalam kehid
upan sosial bisa juga sebagai agen perubahan itu sendiri.

D. Fungsi Pengembangan Pribadi Dan Sosial


Sekolah berfungsi untuk pengembangan pribadi dan sosial peseta didik yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri di
fasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang

11
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir
peserta didik.
Pengembangan diri dan sosial yang terprogram meliputi layanan konseling
dan kegiatan pendukung konseling, serta kegiatan ekstrakurikuler. Pelayanan
konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, sementara kegiatan
ekstrakurikuler dapat dibina konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain
sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri dan sosial
dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.
1. Layanan Konseling
Kegiatan layanan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta
didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma
yang berlaku. Layanan ini juga membantu mengatasi kelemahan, hambatan
serta masalah yang dihadapai peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan peserta didik SD/MI.
Di dalam memenuhi tugas perkembangan diri dan sosial siswa tersebut
maka layanan konseling menyediakan berbagai jenis layanan, yakni :
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di
lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.

12
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan
kegiatan ekstra kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain
dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan caracara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

Pelaksana pelayanan konseling di SD/MI pada dasarnya adalah guru kelas


yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke
dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik di kelas IV, V dan VI dapat
diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok. Dapat juga dilakukan di satu SD/MI atau di sejumlah
SD/MI diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan
konseling. Pelayanan konseling ini diawasi secara intern oleh kepala

13
sekolah/madrasah dan secara ekstern oleh pengawas sekolah/madrasah bidang
konseling, untuk meningkatkan mutu layanan.

2. Ekstrakurikuler
Kegiatan pengembangan diri dan sosial sekolah dasar selain layanan
konseling adalah ekstrakurikuler. Ada berbagai jenis kegiatan ekstra kurikuler
yang diselenggarakan di lingkungan sekolah dasar yang meliputi bidang seni
budaya, olahraga, kepramukaan, dan lain-lain. Adapun jenis-jenis kegiatan
ekstrakurikuler sekolah/madrasah meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan
Ilmiah Remaja (KIR), penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik,
penelitian. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan
bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.
Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diikuti secara individual, kelompok,
klasikal, gabungan (antar kelas/antar sekolah/antar madrasah) dan lapangan,
yaitu diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar
kelas atau kegiatan lapangan. Kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan
minat mereka. Selain itu, ekstrakurikuler juga dapat mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, mengembangkan
suasana rileks dan menyenangkan serta mengembangkan kesiapan karir
peserta didik.
Di sekolah dasar, pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik atau
tenaga kependidikan yang mampu dan mempunyai kewenangan pada
substansi kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud. Pada setiap akhir semester,
untuk setiap peserta didik diberikan nilai yang dilaporkan secara kualitatif
maupun deskriptif pada kolom pengembangan diri dan sosial di laporan hasil

14
belajar. Di samping itu, hasil penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler juga
dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan
lainnya oleh penanggung jawab kegiatan. Pelaksanaan pada kegiatan
ekstrakurikuler dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan
oleh kepala sekolah/madrasah dan oleh pihak yang secara
struktural/fungsional memiliki kewenangan membina kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti
untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah/ madrasah.

E. Fungsi Sertifikasi
Lembaga-lembaga pendidikan selalu memberikan sertifikat bagi siswa- siswa
nya yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dalam bentuk ijazah, di
ploma atau surat keterangan tanda kecakapan. Surat keterangan tersebut bernilai
bagi pemiliknya karena ia akan memiliki hak-hak tertentu untuk memperoleh pek
erjaan sesuai dengan bidang yang dikuasainya sebagaimana diterangkan di dalam
sertifikat. Dalam masyarakat industry pekerjaan-pekerjaan hanya bagi pemegang
sertifikat/diploma. Pekerjaan yang lebih baik akan direbut oleh mereka yang me
miliki sertifikat tertentu, sehingga sertifikat merupakan sesuatu yang sangat berh
arga. Pemegang sertifikat akan memiliki prestise tertentu. Dalam masyarakat den
gan sistem kompetisi dalam menentukan jenjang karier, sertifikat tersebut merup
akan ukuran tertentu bagi pencari pekerjaan.
Dalam hubungannya dengan hal tersebut nampak secara jelas fungsi pendidik
an sebagai persiapan kerja dan pelatihan kerja sehingga keberhasilan sekolah, seb
agian dari fungsinya adalah mempersiapkan anak/pemuda untuk memperoleh pek
erjaan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, fungsi job training belum begit
u terasa merupakan suatu kebutuhan, dan oleh karena itu belum banyak mendapa
t perhatian. Akan tetapi dalam masyarakat modern, fungsi persiapan kerja melalu
i latihan kerja (fungsi job training) sudah merupakan sesuatu kebutuhan yang san
gat mendesak. Adanya job training dimaksudkan untuk memberikan latihan-latih

15
an sebelumnya, seseorang memangku pekerjaannya yang tetap. Dengan demikian
berarti bahwa pendidikan berfungsi memberikan bekal pengetahuan, terutama ket
erampilan-keterampilan menjelang pekerjaan yang sebenarnya. Didalam masyara
kat modern jenis-jenis pekerjaan begitu kompleks dan rumit sehingga tamatan pe
ndidikan formal tertentu dikhawatirkan belum dapat langsung menyesuaikan diri
dan kemampuannya terhadap pekerjaan yang harus dipangkunya. Dalam kondisi
inilah sekolah harus mempersiapkan kemampuan-kemampuan peserta didik untu
k dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang mungkin dapat dilakukannya d
i masyarakat masa akan datang. Untuk itu model pembelajaran dalam rangka per
siapan ini harus terkait dengan apa yang sebenarnya diperlukan oleh jenis-jenis p
ekerjaan di masyarakat. Ini berarti kurikulum muatan lokal yang didesain secara
baik dan sistimatis akan sangat membantu pembentukan peserta didik yang akrab
dengan jenis pekerjaan di masyarakatnya.
Kondisi tersebutlah sebenarnya mendorong paradigma link and match dalam d
unia pendidikan. Hal ini akan dapat dicapai secara efektif dan efesien apabila terb
entuk kemitraan (partnership) yang baik dan harmonis antara dunia pendidikan d
engan dunia kerja dan masyarakat secara sinergis dan berkelanjutan.

F. Mengembangkan Dan Memantapkan Hubungan - Hubungan Sosial


Hubungan-hubungan sosial banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pen
didikan, karena sekolah sebagai proses sosial akan selalu terjadi proses interaksi
sosial. Bahkan teori belajar sosial menyatakan bahwa belajar pada dasarnya adala
h proses interaksi sosial. Belajar tidak akan terjadi secara efektif tanpa proses inte
raksi sosial diantara peserta didik.
Walaupun anak-anak telah memperoleh pengalaman bergaul dalam lingkunga
n rumah/keluarga, akan tetapi aspek-aspek hubungan sosial tersebut lebih banyak
terbentuk melalui kelompok-kelompok sebaya di sekolah. Anak banyak bergaul
dengan teman sebayanya di kelas, di sekolah bahkan dilingkungan rumah tangga
sesama tentang dan lain sebagainya. Di dalam kelompok-kelompok sebaya di sek

16
olah, anak-anak selalu mengadakan interaksi secara kontinu dalam kehidupannya
sehari-hari. Melalui hubungan interpesonal antar anak, yang sebaiknya selalu dia
wasi dan dibimbing oleh guru-guru mereka, anak-anak mengadakan hubungan in
terpersonal sehingga sifat-sifat sosial dan emosional anak akan berkembang dari
sifat-sifat egois menjadi sifat-sifat menghargai pendapat kawan, kerja sama, salin
g bantu membantu, rasa tepo seliro dan sebagainya akan berkembang secara opti
mal dan terarah. Berbagai bentuk organisasi siswa, seperti OSIS, kelompok belaj
ar, kelompok-kelompok hobi (olah raga, kesenian), kelompok palang merah pelaj
ar, kelompok lalu lintas, dan kelompok pramuka, semuanya merupakan wadah te
mpat di mana aspek-aspek sosial anak dapat dikembangkan. Karena itulah dalam
lingkungan pendidikan kurikulum tidak hanya dirancang untuk kegiatan kurikulu
m itu sendiri, tetapi juga ko kurikuler dan ekstra kurikuler yang dapat menumbuh
kembangkan hubungan-hubungan sosial tersebut.
Tumbuh kembangnya proses-proses sosialisasi di sekolah, sangat tergantung p
ada kesiapan sekolah merancang secara baik pola-pola interaksi yang dapat dike
mbangkan di lingkungan sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler. Tatapi kegiat
an ekstra kurikuler yang dirancang harus tetap memerhatikan pola budaya masya
rakat setempat agar tidak menimbulkan benturan budaya.
Bagaimana merancang kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan budaya d
an tata nilai di masyarakat diperlukan pemahaman yang baik dan akurat tentang
masyarakat. Pemahaman yang mendalam tentang masyarakat memerlukan upaya
sekolah untuk selalu dekat dan bermitra secara harmonis dengan masyarakat. Unt
uk itu mengapa sekolah perlu bermitra dengan masyarakat agar apa yang diranca
ng oleh sekolah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dengan kat
a lain sekolah perlu dikelola dengan berbasiskan masyarakat, karena masyarakat
sebagai pemilik sekolah, sekaligus pelanggan sekolah.
Fungsi ini membentuk peserta didik lebih mengetahui, memahami dan menger
ti kelompok-kelompok sosial yang ada di lingkungan sosial mereka. Dalam prose
s ini yang lebih berperan adalah pendidikan nonformal dan informal, tetapi pendi
dikan formal juga mempengaruhi sebagai wadah pengembangan secara akademis

17
Wajarlah kesempatan pendidikan terbuka lebar untuk mendudkung keberhasilan
pembangunan nasional. Hal ini berarti memperbaiki citra masyarakat dari lingku
ngan primitif menuju ke masyarakat yang modern dan berpandangan luas terhada
p dunianya. Pendidikan membawa masyarakat ke arah perubahan yang menuju k
e perbaikan.

G. Strategi Membentuk Semangat Kebangsaan


Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya. Semangat kebangsaan yang timbul pada jiwa bangsa
Indonesia dilandasi oleh rasa kebangsaan dan paham kebangsaan (Murti dkk,
2008). Rasa kebangsaan adalah salah satu bentuk rasa cinta yang melahirkan
jiwa kebersamaan pemiliknya. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi,
kekhawatiran terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa dapat
dihindari. Dari semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial,
semangat rela berkorban, dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa
kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa.
Semangat rela berkorban adalah kesediaan untuk berkorban demi kepentingan
yang besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia
untuk merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, selain
memiliki semangat rela berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik
yang tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang jika orang tersebut
tahu untuk apa mereka berkorban.

Lunturnya semangat kebangsaan pemuda Indonesia merupakan persoalan


bangsa yang serius, mengkhawatirkan dan mendesak untuk segera dicarikan
solusi. Jika dibiarkan begitu saja, dipastikan nasib bangsa dan negara Indonesia
di masa depan akan suram, dan tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia
hanya tinggal kenangan.

Terdapat beberapa solusi untuk membentuk semangat kebangsaan, antara lain:

18
1) Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa dipandang sebagai alat ekspresi diri pribadi, alat ekspresi diri
makhluk sosial, dan alat ekspresi diri warga negara. Berbagai macam
ekspresi tersebut, yang mengandung pesan komunikatif, secara alami akan
memperoleh tanggapan dari pihak lain, baik diminta maupun tidak, baik
negatif, netral, maupun positif. Bahasa juga memiliki berbagai peran
sebagai alat penyebaran dan penyerapan ilmu, alat pengembangan diri
secara umum, alat berpikir nalar, alat komunikasi dan pengembangan
sosial-budaya, dan alat pendidikan.

Segala fenomena sosial, budaya, politik, keamanan, dapat menuntun


menuju rasa bangga dan cinta terhadap bangsa Indonesia, dengan dilandasi
oleh pemahaman terhadap Indonesia dan segala keIndosia-an yang dimiliki
akan membekali peserta didik untuk menjadi insan yang memiliki semangat
kebangsaan yang tangguh.

2) Pramuka

Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan dan pelatihan


kepramukaan mempunyai peran dalam pembentukan karakter Pemuda
Indonesia. Gerakan Pramuka memberikan bekal kepada pemuda Indonesia
supaya memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi
tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Gerakan Pramuka memiliki tingkatan pendidikan dan pelatihan yang terdiri
dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Pendidikan dan pelatihan
pada tingkat Penegak merupakan sebuah “Kawah Candradhimuka” yang
sebernarnya bagi para pramuka karena pramuka penegak dididik dan dilatih
untuk menghadapi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Proses pelantikan ditandai dengan pengucapan Tri Satya oleh pembina


dan diikuti oleh para calon Penegak Bantara sebagai janji setia seorang

19
pramuka untuk taat kepada Tuhan YME, Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta mengamalkan Pancasila, peduli kepada sesama dan
menepati Dasa Darma Pramuka. Semangat Tri Satya inilah yang membuat
setiap Penegak Bantara menjadi seorang patriot paripurna, berjiwa
Pancasila, memiliki semangat juang, cinta alam dan lingkungan sekitar,
pantang menyerah, solidaritas dan setia kawan, serta beriman dan berilmu.

3) Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang


melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), tindakan
(action). Menurut Thomas dalam Citra (2012: 2) tanpa ketiga aspek ini,
maka pendidikan karakter tidak efektif.

Menurut Kemendiknas (2011, 6) Pendidikan karakter adalah usaha


menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta
didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah
menjadi kepribadiannya. Pendidikan karakter bertujuan untuk
mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu
Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2)
membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan
potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa
dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) menyatakan bahwa dalam rangka lebih
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: Religius, Jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Jadi,

20
dengan mempelajari pendidikan karakter, peserta didik juga akan mencapai
tujuan pendidikan nasional yang salah satunya yaitu semangat kebangsaan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Secara umum, sosialisasi berfungsi sebagai media untuk pelestarian individu,
penyebarluasan serta pewarisan norma-norma dan juga nilai sosial.
2. Seleksi bagi sekolah berfungsi untuk mengisi kekosongan jabatan, dan Memb
antu meminimalisasi pemborosan waktu, usaha, dan biaya yang harus diinvest
igasikan bagi pengembangan pendidikan para pegawai. Training berfungsi seb
agai memberikan kemudahan dalam mengerjakan tugasnya. Pelatihan juga me
mbantu guru dalam mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih baik
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Fungsi alokasi bagi sekolah dapat diarti
kan sebagai sekolah mengalokasikan atau membagi dana yang tersedia untuk
digunakan pada sector-sektor yang ada dan sesuai dangan sasaran yang dituju.
3. Sekolah harus mentransformasikan penemuan-penemuan baru dalam bidang il
mu pengetahuan dan teknologi.selain itu Para pendidik, pengajar, peneliti dan
para pengkaji ilmu pengetahuan di dalam lembaga-lembaga pendidikan, juga
perlu untuk memberikan ide-ide yang dapat mendorong ke arah perubahan sos
ial dan peningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat
4. Sekolah berfungsi untuk pengembangan pribadi dan sosial peseta didik yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap peserta didik. Pengembangan diri dan sosial yang terprogram
meliputi layanan konseling dan kegiatan pendukung konseling, serta kegiatan
ekstrakurikuler. Pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor,
sementara kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina konselor, guru dan atau
tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.
5. Dalam hubungannya dengan hal tersebut nampak secara jelas fungsi pendidik
an sebagai persiapan kerja dan pelatihan kerja sehingga keberhasilan sekolah,

22
sebagian dari fungsinya adalah mempersiapkan anak/pemuda untuk memperol
eh pekerjaan. Dengan demikian berarti bahwa pendidikan berfungsi memberik
an bekal pengetahuan, terutama keterampilan-keterampilan menjelang pekerja
an yang sebenarnya. Di dalam masyarakat modern jenis-jenis pekerjaan begitu
kompleks dan rumit sehingga tamatan pendidikan formal tertentu dikhawatirk
an belum dapat langsung menyesuaikan diri dan kemampuannya terhadap pek
erjaan yang harus dipangkunya.Dalam kondisi inilah sekolah harus mempersia
pkan kemampuan-kemampuan peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri de
ngan pekerjaan yang mungkin dapat dilakukannya di masyarakat masa akan d
atang.
6. Pemahaman yang mendalam tentang masyarakat memerlukan upaya sekolah u
ntuk selalu dekat dan bermitra secara harmonis dengan masyarakat. Untuk itu
mengapa sekolah perlu bermitra dengan masyarakat agar apa yang dirancang
oleh sekolah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dengan kat
a lain sekolah perlu dikelola dengan berbasiskan masyarakat, karena masyarak
at sebagai pemilik sekolah, sekaligus pelanggan sekolah.
7. Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang m
enempatkan kepentingan bangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan ke
lompoknya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa materi yang diberikan masih jauh dari kata
sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang materi di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya
dapat dipertanggungjwabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan makalah
yang telah dijelaskan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Hendrayani, Santi dan Samsuddin. (2019). Dampak Pendidikan Terhadap Pola Pikir
Pedagang . JOURNAL OF LANGUAGE EDUCATION DEVELOPMENT, Vol.
2 No. 1.

Ismaya, E. A., & Romadlon, F. N. (2017). Strategi membentuk karakter semangat


kebangsaan anggota ambalan Kyai Mojo dan Nyi Ageng Serang. Refleksi
Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2).

Lestyarini, B. (2012). Penumbuhan semangat kebangsaan untuk memperkuat


karakter Indonesia melalui pembelajaran bahasa. Jurnal pendidikan karakter,
(3).

Ritonga, M. K., Hasibuan, M. N. S., & Siregar, M. (2020). Analisis Terhadap


Mahasiswa Prodi Ppkn Stkip Labuhanbatu Dalam Studi Kasus Kunjungan
Perpustakaan Dan Aplikasinya Pada Penerapan Karakter Semangat
Kebangsaan Tahun 2019. Jurnal Education and Development, 8(3), 42-42.

Rusdiana. (2014). Inovasi dan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sunyoto, Danang. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Center


for Academic Publishing Service

Suriansyah, Ahmad. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.


Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Suriansyah, A. (2015). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat: Dalam


Rangka Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

24
Sumardjono P, Setyorini. Tanpa tahun. Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial.
Jurnal Kependidikan.
Suriansyah, Ahmad. (2015). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat:
Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

25

Anda mungkin juga menyukai