Disusun Oleh:
212101010025
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita
yakni nabi besar Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang-benderang yakni Addinul Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Bahrul Munib, SH.I., M.Pd.I. pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pendidikan dan masyarakat.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
telah dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam sosialisasi di sekolah, melainkan stage holder seperti staf, penjaga
perpustakaan, petugas kebersihan, petugas keamanan dan lain-lain. Stage
holder tersebut termasuk juga dalam agen sosialisasi di sekolah sebab
mereka ikut serta dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didiknya agar tidak melakukan perbuatan yang dapat melanggar tata tertib
yang berlaku di sekolah. Hal tersebut adalah salah satu cara dalam
membantu pembentukan karakter anak. Karakter merupakan sifat yang
didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini dan tertanam kuat dalam diri
seseorang yang mendasari Tindakan yang dilakukan.1 Larakter ini bersifat
permanen atau sudah melekat pada diri seseorang. Pendidikan karakter
sendiri yakni pendidikan moral karena meliputi pengetahuan, perasaan, dan
tindakan moral. Tanpa ketiga komponen tadi Pendidikan karakter tidak akan
berjalan efektif. Tanpa adanya Pendidikan dan pengajaran karakter, orang
tidak akan mampu memiliki moral yang baik.
Pendidikan karakter yang melalui dalam berbagai kegiatan
pembelajaran mampu untuk mengembangkan karakter anak yang baik di
sekolah. Berikut merupakan beberapa Pendidikan karakter yang digunakan
dalam sekolah, antara lain:
1. Mengedepankan nilai-nilai etika sebagai bahan dasar Pendidikan
karakter
2. Menggunakan pelatihan dan pendekatan yang efektif
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang peduli
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpendapat mengenai
ide dan sikapnya
5. Menggunakan kurikulum yang sesuai yang mendukung Pendidikan
karakter
6. Menumbuhkan motivasi peserta didik
1
Yenny Anggraini, Program Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah, Vol 6,
Jurnal Basicedu, 2022, hal 9205 - 9212
4
7. Membangun Kerjasama dan hubungan yang baik dengan semua warga
sekolah
5
bangsa. Jadi, jika peserta didiknya gagal atau bernasib buruk maka pendidik
akan merasa sedih dan gagal dalam membimbing karakter peserta didiknya
serta gagal dalam membentuk kepribadiannya. Tidak hanya itu, Lembaga
sekolah harus bisa mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki
anak sehingga bisa menjadi diri sendiri. Dengan demikian, ketika dewasa
nanti anak mampu untuk hidup sendiri dan menjadi anak yang mandiri.
Peran sekolah sebagai agen sosialisasi, antara lain sebagai berikut:
1. Menumbuhkan sikap disiplin peserta didik
Sekolah harus mampu untuk menumbuhkan sikap disiplin terhadap
peserta didiknya dengan memberi pengajaran dan bimbingan agar
menaati peraturan yang berlaku di sekolah serta mampu untuk
mengendalikan peserta didiknya agar tidak bertindak yang dapat
merugikan sekolah maupun masyarakat.
2. Membentuk keterikatan pada kelompok sosial peserta didik
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan bisa bertahan tanpa
adanya manusia yang lain. Keterikatan antara individu dengan individu
lainnya mencipatakan suatu interaksi sosial dengan kelompok
masyarakat lainnya dimanapun tempatnya.
3. Membentuk otonomi peserta didik yang efektif
Otonomi memberikan kebebasan suatu individu untuk menentukan
berbagai pilihan dalam hidupnya.2 Sekolah dapat membantu dalam
membentuk otonomi peserta didik agar mereka lebih efektif dalam
mengambil keputusan atau pilihannya, sebab apa yang mereka pilih dan
tentukan tersebut menjadi tanggung jawab dirinya.
2
Salmiah, Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Moral Siswa di MAN 3
Makassar, Vol 4, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, hal 98-102
6
1. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Peraturan Sekolah
Dalam sekolah terdapat banyak peserta didik yang memiliki
kepribadian dan karakter yang beragam. Oleh karena itu, peraturan atau
tata tertib yang ada di sekolah menjadi suatu hal yang harus di patuhi
oleh semua peserta didik sehingga mereka terlatih untuk bersikap
disiplin. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekolah dapat membentuk
karakter anak yang disiplin akan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Adanya tata tertib di sekolah menjamin suasana di sekolah menjadi
tenang dan tertib sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik sesuai apa yang telah durencanakan oleh pendidik.
2. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Kegiatan Upacara Di Sekolah
Kegiatan upacara yang ada di sekolah telah menjadi suatu kebiasaan
yang bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air
pada setiap individu. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
sekolah dapat membentuk kepribadian anak dengan pemberian contoh
dalam pelaksanaan kegiatan upacara seperti harus bersikap tegas saat
menjadi pemimpin upacara dan khidmat selama proses kegiatan upacara
berlangsung. Secara tidak langsung perilaku tersebut akan membentuk
karakter peserta didik.
3. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Nilai-nilai
Pembentukan karakter melalui nilai-nilai yang dianut oleh peserta
didik tercermin dalam interaksi atau sosialisasi yang terjadi di dalam
sekolah. Sikap dan moral yang baik dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekolah akan dapat membentuk karakter anak yang disiplin.
Motivasi dan visi misi sekolah termasuk dalam nilai-nilai untuk
pembentukan karakter disiplin peserta didik.
7
karena untuk beradaptasi dengan baik dalam lingkungan sosial pada saat
masa perkembangannya.
B. Makna Sekolah
3
Titin dkk, Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian Akhlak
Mulia Siswa SMAS, vol 3, no 12, 2014, hal 2-3
8
sehari-hari. Sekolah juga menyediakan sarana bagi terbentuknya kelompok
teman sebayanya. Contohnya yakni dalam proses pembelajaran pendidik
menerapkan metode diskusi berkelompok yang mengharuskan peserta didik
untuk berinteraksi dengan teman sekelompoknya guna untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik.
Sekolah dapat diibartkan sebuah perahu yang ditumpangi oleh
banyak orang dengan tujuan yang sama dalam mencapai titik berlabuh
untuk selamat sampai tujuan. Meskipun perahu tersebut ditumpangi oleh
banyak orang tetapi mereka memiliki perbedaan yang dimana perbedaan
tersebut membawa mereka ke suatu tujuan yang sama. Jadi, sekolah
merupakan lembaga yang memiliki banyak siswa tetapi mereka memiliki
perbedaan karakter, perbedaan pemikiran dan perbedaan kepribadian tetapi
mengharuskan mereka untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Perbedan-perbedaan tersebut membawa mereka
dalam tujuan yang sama yakni mencapai cita-cita yang mereka inginkan dan
dapat membentuk kepribadian serta karakter yang berakhlak mulia.
Sekolah harus memiliki visi dan misi yang mampu memberikan
kontribusi besar bagi dunia Pendidikan dan teruji melalui output yang
dihasilkan bagi masyarakat, terutama siswa itu sendiri.4 Sekolah sebagai
lembaga yang dipercaya oleh masyarakat wajib mengedepankan visi
misinya ke berbagai unsur warga sekolah agar menjadi acuan dalam tiap
kegiatan yang dijalankan atau yang telah di programkan oleh pihak sekolah
itu sendiri. Visi dan misi sekolah ini menjadi titik pusat dalam semua proses
kegiatan pembelajaran baik yang akademik maupun non akademik sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan mencerdaskan siswa serta
membangun kepribadian atau karakter yang berakhlak mulia.
4
Kireina Media, “Pentingnya Visi Misi Sekolah”,
(https://www.kireinamedia.com/2020/03/pentingnya -plang-visi-misi-sekolah.html, diakses pada
tanggal 07 Maret 2020)
9
C. Sekolah Sebagai Screening Moral
Kata screening berasal dari Bahasa inggris yang berarti penyaringan
atau menyaring. Sedangkan moral berarti sikap baik dan buruk yang telah
ada dan melekat pada diri manusia. Terdapat juga istilah moralitas yakni
kualitas penilaian sikap baik dan buruknya seseorang. Jadi, maksud dari
screening moral yaitu penyaringan sikap baik atau buruk seseorang yang
telah melekat pada diri orang tersebut. Konsep dari moral ini lebih mengacu
pada sikap atau perilaku seseorang dalam bertindak. Moral pada anak dapat
dikembangkan melalui pendidikan moral baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Tujuan dari pendidikan moral sendiri yaitu untuk
mengembangkan kognitif moral anak dalam lingkungan sekolah. Konsep
dari pendidikan moral dan pendidikan karakter memiliki perbedaan yaitu
pada pendidikan moral bersifat teoritis sedangkan pada pendidikan karakter
menggabungkan aspek teoritis juga praktis, tetapi keduanya memiliki
hubungan yang erat bahkan tidak dapat dipisahkan.
Saat ini, di Indonesia banyak peristiwa atau fenomena
penyimpangan moral yang dilakukan oleh para remaja bahkan orang yang
sudah berusia lanjut. Terutama dalam bidang pendidikan, telah banyak
kasus penyimpangan moral yang dapat merugikan semua warga dan
berdampak negative pada kognitif moral anak jika mereka mengetahui hal
tersebut. Hampir setiap hari kita ditunjukkan dengan adanya pelanggaran-
pelanggaran moral seperti, pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan,
perkelahian dan lain-lain. Dimana korban dari pelanggaran-pelanggaran
moral tersebut lebih tertuju kepada anak-anak dibawah umur yang masih
belum mengerti mengenai kejahatan-kejahatan yang terjadi di Indonesia.
Dari peristiwa penyimpangan-penyimpangan moral tersebut yang telah
terjadi, maka diperlukan adanya pendidikan moral untuk anak mulai sejak
dini baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Inilah yang dimaksud dengan sekolah sebagai screening moral
karena Lembaga tersebut akan memberi 3 unsur penting dalam proses
pendidikan antara lain bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran mengenai
10
pendidikan moral agar anak tidak melakukan hal-hal atau suatu tindakan
yang dapat melanggar nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di sekolah.
Diharapkan ketiga unsur tadi mampu untuk membentuk karakter setiap
individu. Bimbingan tersebut berorientasi pada aspek kepribadian anak atau
akhlak yang dimana tujuannya agar peserta didik memiliki kepribadian yang
kuat dan moral yang berakhlakul kharimah. Dan melalui bimbingan tersebut
peserta didik mampu untuk mengetahui kedudukan manusia sebagai
makhluk yang bermoral dan berbudi pekerti.
Sekolah merupakan lembaga yang telah banyak mencuri perhatian
masyarakat sebab lembaga yang dipercaya untuk mampu dalam mencetak
generasi bangsa yang bermoral dan berkualitas baik. Dalam pendidikan,
pendidik bukan hanya sekedar seorang guru yang memberi ilmu
pengetahuan kepada peserta didiknya, akan tetapi pendidik merupakan yang
memberi nilai-nilai atau yang menanamkan nilai-nilai baik terhadap peserta
didiknya dengan menghubungkannya ke dalam nilai-nilai kehidupan.
Tugas dari seorang pendidik tidak hanya itu, melainkan pendidik
juga harus mampu untuk menyaring moral peserta didiknya dengan cara
mencatat hal-hal tentang mpral setiap individu. Hal tersebut perlu dilakukan
sebab pendidik akan mengetahui seberapa besar perkembangan moral anak
setelah diberi bimbingan dan pengajaran selama di sekolah. Jika terdapat
peserta didik yang masih melakukan penyimpangan moral seperti
melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah, maka
pendidik akan tahu apa yang akan beliau lakukan untuk memberi bimbingan
dan sanksi agar peserta didik menyesal dan tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Tujuan dilakukannya pencatatan
moral anak yakni hal tersebut dapat menjadi tolak ukur diluluskan atau tidak
diluluskannya peserta didik nantinya. Karena saat ini yang menjadi salah
satu syarat kelulusan peserta didik yaitu nilai akhlak dan moral yang baik
selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai peristiwa penyimpangan
moral pada anak, maka dapat diketahui bahwa terdapat dua faktor yang
11
menjadi munculnya perilaku penyimpangan moral pada anak, diantaranya
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Pendidikan keluarga
Orang tua dianggap sebagai faktor utama adanya perilaku
menyimpang pada anak yakni dalam memberikan arahan mengenai
tata cara bertutur kata yang baik dan berperilaku ketika berinteraksi
dengan lingkungan masyarakat. Orang tua memberi pengaruh besar
terhadap perilaku anak karena model tutur kata dan perilaku yang
dicontohkan dalam keluarga akan dilakukan juga ketika anak berada
di luar lingkungan keluarga. Maka dari itu, keluarga sebagai figure
panutan untuk anak harus mampu untuk memberi arahan mengenai
norma kesopanan bagaimana cara berinteraksi yang baik kepada
teman sebaya atau orang yang lebih tua.
b. Kondisi ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik (miskin) yang
membuat mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan anak. Ketika
orang tua sering tidak bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan
anak, maka anak akan bersikap di luar norma maksudnya yaitu anak
akan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan dan
marah terhadap orang tuanya.
c. Tingkat perkembangan intelektual
Faktor ini timbul dari diri anak yang lalai atau malas untuk
memahami nilai-nilai moral. Moral yang seharusnya menjadi kunci
utama dalam bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat malah
diabaikan dan dianggap remeh sehingga penyimpangan-
penyimpangan moral sering terjadi.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan masyarakat
Anak berperilaku dan bertutur kata sesuai apa yang mereka
lihat dengan indra penglihatannya yang dilakukan oleh orang-orang
12
dewasa di sekitarnya. Di samping itu, masyarakat tidak memberi
arahan untuk pelurusan pola tutur kata yang benar dan perilaku yang
baik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak tidak melakukan tindakan yang termasuk dalam
pelanggaran moral.
b. Lingkungan teman bermain
Interaksi dengan teman sebaya atau teman bermain terjadi
proses mempengaruhi atas tutur kata dan pola tindak dan di antara
mereka yang dominan yang akan menjadi titik pusat adanya moral
kelompok. Jika interaksi yang dilakukan dalam berkolompok
termasuk dalam pola tutur kata dan pola tindak yang positif, maka
akan berdampak baik juga terhadap individu, tetapi, sebaliknya jika
interkasinya yang terjadi termasuk dalam pola tutur kata dan pola
tindak yang negatif akan menjadi salah satu penyebab terjadinya
perilaku penyimpangan moral.
c. Penyalahgunaan IT
Ilmu penegtahuan dan teknologi saat ini sangat berkembang
pesat. Dengan teknologi yang begitu canggih, dalam hitungan detik
saja semua orang dapat mengetahui informasi dari segala belahan
dunia yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak besar dalam
kehidupan. Di Indonesia, lebih dari setengah populasi yang ada
menjadi pengguna teknologi terutama dalam teknologi informasi.
againian besarnya adalah para remaja yang menjadi pengguna aktif
teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini memberi dua
sisi dampak yakni dampak positif dan negatif. Tetapi, hal tersebut
sesuai dengan bagaimana cara kita menggunakannya. Salah satu dari
penyimpangan moral dalam faktor ini adalah terkadang ketika kita
mengakses web atau apapun itu muncul adanya iklan yang tidak
senonoh. Hal tersebut dapat mempengaruhi kognitif moral anak
13
yang dapat menyebabkan anak melakukan tindakan yang melanggar
moral.
14
kepribadian peserta didik dan pembentukan karakter peserta
didiknya.
b. Peran keluarga, dengan membiasakan anak agar belajar mandiri
dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi dan membantu
dalam berinteraksi dengan teman sebayanya agar mendapat teman
yang baik,
4. Sebagai model dan teladan
a. Peran sekolah, memberi contoh dalam penampilan fisik seperti, cara
berpakaian yang baik, cara berjalan yang sopan. Hal tersebut
dilakukan karena pendidik merupakan model, figur, dan teladan bagi
peserta didiknya.
b. Peran keluarga, orang tua harus mampu menjadi seorang model dan
teladan bagi anaknya yang patut untuk ditiru dan jadi panutan seperti
halnya rajin mengikuti kegiatan sosial (kerja bakti membersihkan
lingkungan dan gotong royong) di lingkungan masyarakat.
15
mengarahkan dan membimbing peserta didik agar tidak melakukan
perilaku penyimpangan moral.
3. Keteladanan
Guru atau pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya sebab
selain memberikan ilmu pengetahuan pendidik juga memberikan sikap
yang baik pula terhadap peserta didiknya agar dapat menjadi suatu
panutan.
4. Kualifikasi Kegiatan Peserra didik
Kualifikasi kegiatan yang ada di sekolah sangat penting untuk
peserta didiknya karena sekolah akan memprioritaskan kualitas peserta
didiknya baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun moralnya.
16
seklah sebab salah satu peran sekolah yakni membentuk kepribadian anak.
Dalam lingkungan sekolah, anak akan menemukan jati dirinya dan
memberikan bekal kepada peserta didiknya untuk menjalankan kewajiban
dan tanggung jawab di kehidupan masa depannya. Sekolah juga
memberikan pemahaman nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Seorang guru atau pendidik merupakan media utama dalam
membentuk kepribadian anak. Penentu dari keberhasilan sekolah yakni
adanya kerja sama antar pendidik dan peserta didik. Beberapa indikator
penting dalam pembentukan kepribadian anak, antara lain:
1. Pendidik yang kompeten
Pendidik menjadi media komunikasi utama dalam berinteraksi
dengan pendidik memberikan informasi atau mengajarkan ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku baik di
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2. Kecakapan pendidik atau kemampuan personal
Kemampuan yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam mengajar
akan menjadi sebuah tuntunan atau panutan peserta didiknya karena
memiliki kepribadian yang baik, contohnya ketika pendidik mengajar
dengan sikap yang wibawa. Jadi, pendidik akan menjadi seorang figur
atau panutan oleh peserta didiknya. Kecakapan pendidik menjadi hal
penting dalam membentuk kepribadian peserta didik.
3. Pendidik memiliki sisi karismatik terhadap peserta didik
Dengan pendidik yang memiliki sisi karismatik, maka peserta didik
akan bersikap hormat atau menghormati terhadap pendidiknya dan tidak
akan bersikap melawan pada pendidiknya.
4. Kualitas lembaga pendidikan
Sekolah yang memiliki kualitas baik, system yang baik, ketersediaan
media pembelajaran, dan kualitas guru atau pendidik yang baik akan
berpengaruh besar dan menjadi faktor penentu dalam kepribadian anak.
17
Berdasarkan kajian diatas mengenai indikator penting dalam
pembentukan kepribadian anak dapat disimpulkan bahwa sekolah yang
memiliki akreditasi baik, kualitas yang baik, pendidik yang berkualitas, dan
sarana prasarana yang mendukung akan menjadi faktor penting dalam
membentuk kepribadian anak. Sebab sekolah yang berkualitas memiliki visi
misi yang baik dan memiliki peraturan yang baik sehingga kedisiplinan
peserta didik akan terkontrol dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
18
1. Memiliki sikap yang tegas
2. Mengajarkan nilai-nilai kesopanan
3. Memberi bimbingan mengenai Pendidikan informal dalam keluarga
19
perkembangan individu karena guru atau pendidik lebih sering
menghadapai peserta didiknya dalam proses pembelajaran.
F. Mini Research
Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian yakni
mengenai peran sekolah sebagai lembaga sosialisasi dan pembentukan
karakter terhadap peserta didik memang benar adanya. Peranannya sangat
penting sekali karena sekolah merupakan wadah bagi peserta didik untuk
bersosialisasi atau berinteraksi dan sekolah juga sebagai salah satu sarana
untuk membentuk karakter peserta didik. Sosialisasi di sekolah meliputi
adanya interaksi peserta didik dengan teman sebayanya maupun dengan
warga sekolah yang lain sebab dalam bersosialisasi atau berinteraksi sangat
erat hubungannya dengan lingkungan masyarakat. Dalam kajian sosiologi
dijelaskan bahwa pendidik termasuk dalam agen sosialisasi yang sangat
penting karena pendidik yang memberi arahan, bimbingan, dan pengajaran
kepada peserta didiknya agar menjadi siswa yang bermoral. Para guru di
SMPIT Al Ghozali Jember ini mencoba memposisikan bagaimana mendidik
siswa dan menyesuaikan dari tujuan sekolah dengan visinya yaitu
berbudaya islami, artinya membimbing siswa untuk menjadi karakter yang
sesuai dengan moral agama islam. Berdasarkan hal tersebut, kedudukan
pendidik berpengaruh besar dalam pembentukan karakter anak. Pendidik
harus mampu untuk membimbing peserta didiknya agar belajar dengan
sungguh-sungguh dan memberi contoh sikap atau perilaku yang baik supaya
memiliki karakter yang baik pula.
Berdasarkan pembahasan di atas yang menjelaskan mengenai peran
sekolah sebagai screening moral dinyatakan benar karena menurut hasil
penelitian di SMPIT Al Ghozali Jember yakni sekolah dapat disebut sebagai
screening moral karena di dalam sekolah tersebut terdapat salah satu mata
pelajaran yang didalamnya diselipkan materi pembimbingan moral. Dengan
adanya mata pelajaran tersebut dapat menjadi salah satu cara dalam
20
mengatasi penyimpangan moral yang sedang marak saat ini di kalangan
pelajar. Hamper setiap hari kita ditunjukkan dengan adanya perilaku
penyimpangan-penyimpangan moral seperti pelecehan seksual,
pembunuhan, narkoba, perkelahian, pembulyan, dan lain-lain. Dari
peristiwa penyimpangan-penyimpangan moral tersebut, maka diperlukan
adanya Pendidikan moral untuk anak mulai dari sejak dini baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal itulah yang dimaksud
dengan sekolah sebagai screening moral atau penyaringan moral karena
sekolah akan memberikan 3 unsur penting dalam proses Pendidikan antara
lain bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran. Diharapkan dari ketiga
unsur tadi mampu untuk membentuk karakter setiap individu.
Berdasarkan pembahasan di atas yang menjelaskan mengenai
sekolah sebagai pembentukan kepribadian di anggap benar karena menurut
hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPIT Al Ghozali Jember
menyatakan bahwa sekolah sebagai pembentukan kepribadian anak dengan
membuat program yang dapat membentuk suatu kepribadian siswa,
misalnya dengan adanya program BPI (Bina Pribadi Islami). Dimana
program BPI ini yang menjadi salah satu faktor pembentuk kepribadian
siswa yang di dalamnya terdapat kegiatan seperti, dakwah atau tausiyah
yang dilaksanakan setiap hari jum’at, tahlil, tahfidz, dan tadarus Al-Qur’an
bersama-sama. Secara tidak langsung, semua kegiatan yang terdapat dalam
program BPI tersebut akan dapat membentuk suatu kepribadian siswa
karena pendidik telah memberikan suatu bimbingan mengenai kebiasaan-
kebiasaan baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
indikator penting dalam pembentukan kepribadian anak, antara lain:
1. Guru yang kompeten
2. Kecakapan pendidik atau kemampuan personal
3. Pendidik memiliki sisi karismatik terhadap peserta didik
4. Kualitas Lembaga pendidikan
Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian mengenai
pengaruh keluarga dan sekolah terhadap perkembangan individu memang
21
sangat berpengaruh sekali karena pendidikan pertama dan utama berada
pada keluarga. Begitu juga dengan sekolah sebagai penunjang pendidikan
anak sehingga butuh kerja sama antara sekolah dan keluarga. Hubungan
antara pendidik dengan peserta didik harus kuat, maksudnya yakni memiliki
hubungan sosial yang baik sebab hal tersebut merupakan penentu utama
dalam perkembangan individu.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yang
berguna untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa yang berkarakter
mulia dan bermoral dalam bersosialisasi dengan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Sosialisasi di sekolah meliputi adanya proses
interaksi anak, baik dalam keluarga dan masyarakat. Hal tersebut harus
diperhatikan bahwasannya pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat sangat besar terhadap terbentuknya kepribadian anak.
Istilah screening moral berarti penyaringan sikap baik dan buruk
seseorang yang telah melekat pada diri orang tersebut. Konsep dari
moral ini lebih mengacu pada sikap atau perilaku seseorang dalam
bertindak. Moral pada anak dapat dikembangkan melalui pendidikan
moral baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pengaruh dari lingkungan keluarga dan sekolah sangat besar juga dalam
perkembangan individu.
B. Saran
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk
mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh peserta didiknya,
sebab sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam
pembentukan karakter, pembentukan moral, dan juga sebagai screening
moral. Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat juga harus
mampu dalam menciptakan suasana interaksi atau sosialisasi yang baik
antar individu satu dengan individu lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Damsy dkk. (2014). Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Mengatasi Sikap Dan Perilaku
Menyimpang Anak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, vol 3 (2), 5-9.
Halimatussakdiah dkk. (2022). Penyimpangan Moral Siswa: Studi Kasus Di SMPN 2 Kediri,
Lombok Barat. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, vol 6 (1), 106-110.
Kireina media. (2020). Pentingnya Visi Misi Sekolah. Diakses pada 25 September 2022,
https://www.kireinamedia.com/2020/03/pentingnya-plang-visi-misi-
sekolah.html.
Salmiah. (2017). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Moral
Siswa di MAN 3 Makassar. Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, vol 4 (1), 98-
102.
Sobri dkk. (2019). Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Kultur Sekolah. Jurnal
Pendidikan IPS, vol 6 (1), 67-69.
Titin dkk. (2014). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan
Kepribadian Akhlak Mulia Siswa SMAS. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, vol
3 (12), 2-3.
Yanti dkk. (2014). Faktor-faktor Penyebab Pergeseran Moral Dan Budi Pekerti Peserta
Didik. Jurnal FKIP, vol 2 (3), 3-7.
24