Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERAN SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA SOSIALISASI DAN


PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Bahrul Munib, SH.I., M.Pd.I

Disusun Oleh:

Shofiatul Jinan Azzahiyyah

212101010025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita
yakni nabi besar Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang-benderang yakni Addinul Islam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Bahrul Munib, SH.I., M.Pd.I. pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pendidikan dan masyarakat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bahrul Munib, SH.I.,


M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam, yang telah banyak
memberi arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Sekolah Sebagai Sosialisasi Dan Pembentukan Karakter Anak ...... 3
B. Makna Sekolah ..................................................................................... 8
C. Sekolah Sebagai Screening Moral ..................................................... 10
D. Sekolah Sebagai Pembentukan Kepribadian ................................... 16
E. Pengaruh Keluarga Dan Sekolah Terhadap Individu .................... 18
F. Mini Research ..................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kegiatan yang bersifat universal di dalam kehidupan manusia,


baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan
merupakan upaya yang dilakukan dalam mengembangkan potensi siswa
secara jasmnai maupun rohani. Pendidikan memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia yang berguna untuk mencerdaskan generasi penerus
bangsa dengan mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki.
Tujuan Pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang
berkarakter mulia dan bermoral dalam bersosialisasi dengan lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan karakter saat ini sangat
diperlukan karena dengan melihat fakta yang terjadi seperti fenomena atau
peristiwa krisis moral di kalangan anak-anak, remaja dan dewasa. Oleh
karena itu, penguatan Pendidikan karakter saat ini sangat dibutuhkan dan
perlu untuk menanamkan akhlak mulia dan bermoral pada diri anak sejak
dini baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Salah satu Pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah dikenal
sebagai Lembaga sosialisasi dan pembentukan screening moral atau
pembentukan karakter individu. Maksud dari agen sosialisasi yaitu adanya
sarana dan prasarana untuk siswa berkomunikasi dan berinteraksi satu sama
lain, sehingga moral dalam diri anak tersebut akan terbentuk, sebab anak
diajarkan untuk menerima nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku baik
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam lingkungan sekolah
akan lebih diarahkan pada penanaman moral, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Melalui proses Pendidikan di sekolah, anak akan dikenalkan
dengan nilai dan norma yang tercantum dalam tata tertbi di sekolah, budaya
yang ada di sekolah dan budaya masyarakat, juga dapat mengembangkan
kemampuan atau skill yang dimiliki anak melalui ekstrakurikuler yang telah
disediakan oleh pihak sekolah, sehingga anak dapat menerapkan apa yang

1
telah dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sekolah dapat dikatakan sebagai Lembaga sosialisasi dan


pembentukan karakter anak?
2. Apa makna dari sekolah?
3. Mengapa sekolah disebut sebagai screening moral?
4. Bagimana sekolah dapat dikatakan sebagai pembentukan kepribadian?
5. Apa saja pengaruh keluarga-sekolah terhadap individu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui fakta bahwa sekolah sebagai lembaga sosialisasi dan


pembentukan karakter anak.
2. Untuk mengetahui makna dari sekolah.
3. Untuk mengetahui fakta bahwa sekolah sebagai screening moral.
4. Untuk mengetahui fakta bahwa sekolah sebagai pembentukan
kepribadian.
5. Untuk mengetahui pengaruh keluarga-sekolah terhadap individu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekolah Sebagai Sosialisasi Dan Pembentukan Karakter Anak


Sosialisasi merupakan bentuk interaksi antara individu dengan
lainnya yang berguna untuk membentuk kepribadian seseorang. Sosialisasi
juga merupakan proses tempat generasi penerus bangsa dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, tingkah laku, perbuatan, Tindakan, dan nilai-nilai atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat dan dianggap perlu untuk menjadi
warga negara yang produktif. Anak mempelajari nilai-nilai dan norma-
norma tersebut karena semua tingkah laku, perbuatan, dan Tindakan mereka
diatur dalam tata tertib sekolah agar mereka bisa menjadi anak yang disiplin
dan bertanggung jawab.
Sosialisasi di sekolah meliputi adanya proses interaksi anak, baik
dalam keluarga dan masyarakat. Hal tersebut harus diperhatikan
bahwasannya pengaruh lingkungan keluarga, sekolah danmasyarakat
berpengaruh terhadap terbentuknya kepribadian anak. Contohnya anak yang
terlahir dari keluarga berpendidikan nantinya akan cenderung menjadi anak
yang berpendidikan juga. Anak yang berasal ari keluarga religious akan
cenderung menjadi anak yang religious pula. Soisalisasi di sekolah sangat
bermanfaat bagi para pendidik maupun peserta didiknya sebab mereka dapat
memahami hubungan antara manusia di seolah dengan struktur masyarakat
sekitar. Jadi, sosialisasi di sekolah tidak hanya melibatkan warga sekolah
saja, melainkan juga melibatkan lingkungan masyarakat atau dapat
dikatakan bahwa sosialisasi di sekolah tak dapat dipisahkan dengan
lingkungan masyarakat. Tujuan dari sosialisasi di sekolah yakni untuk
mensosialisaikan peserta didik atau memberi bimbingan dan arahan
mengenai bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kajian soisologi menjelaskan bahwa pendidik dipandang
sebagai agen sosialisasi yang sangat penting dalam Pendidikan, terutama
dalam lembaga sekolah. Tidak hanya pendidik saja yang dipandang penting

3
dalam sosialisasi di sekolah, melainkan stage holder seperti staf, penjaga
perpustakaan, petugas kebersihan, petugas keamanan dan lain-lain. Stage
holder tersebut termasuk juga dalam agen sosialisasi di sekolah sebab
mereka ikut serta dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didiknya agar tidak melakukan perbuatan yang dapat melanggar tata tertib
yang berlaku di sekolah. Hal tersebut adalah salah satu cara dalam
membantu pembentukan karakter anak. Karakter merupakan sifat yang
didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini dan tertanam kuat dalam diri
seseorang yang mendasari Tindakan yang dilakukan.1 Larakter ini bersifat
permanen atau sudah melekat pada diri seseorang. Pendidikan karakter
sendiri yakni pendidikan moral karena meliputi pengetahuan, perasaan, dan
tindakan moral. Tanpa ketiga komponen tadi Pendidikan karakter tidak akan
berjalan efektif. Tanpa adanya Pendidikan dan pengajaran karakter, orang
tidak akan mampu memiliki moral yang baik.
Pendidikan karakter yang melalui dalam berbagai kegiatan
pembelajaran mampu untuk mengembangkan karakter anak yang baik di
sekolah. Berikut merupakan beberapa Pendidikan karakter yang digunakan
dalam sekolah, antara lain:
1. Mengedepankan nilai-nilai etika sebagai bahan dasar Pendidikan
karakter
2. Menggunakan pelatihan dan pendekatan yang efektif
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang peduli
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpendapat mengenai
ide dan sikapnya
5. Menggunakan kurikulum yang sesuai yang mendukung Pendidikan
karakter
6. Menumbuhkan motivasi peserta didik

1
Yenny Anggraini, Program Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah, Vol 6,
Jurnal Basicedu, 2022, hal 9205 - 9212

4
7. Membangun Kerjasama dan hubungan yang baik dengan semua warga
sekolah

Pendidikan karakter hanya akan menjadi sebuah teori jika tidak


dipahami secara menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional. Jika
pendidikan karakter ingin lebih efektif, maka harus memenuhi tiga desain
dalam pemogramannya, antara lain yaitu:
1. Desain Pendidikan karakter dalam kelas
Pada desain ini relasi pendidik yakni sebagai pengajar dan peserta
didik sebagai pembelajar di dalam kelas. Relasinya yakni dialog dengan
banyak arah sebab sama-sama berinteraksi dengan materi yang
dijelaskan.
2. Desain Pendidikan karakter dalam kultur sekolah
Pada desain ini kultur sekoklah mampu untuk membentuk karakter
anak didik dengan bantuan pranata sosial di sekolah. Misalnya,
menanamkan nilai kejujuran tidak cukup dengan memberikan pesan-
pesan moral kepada peserta didik tetapi, harus diperkuat dengan
penciptaan kultur kejujuran melalui tata peraturan sekolah yang tegas
terhadap tiap perilaku ketidakjujuran peserta didik.
3. Desain Pendidikan karakter dalam komunitas
Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga,
masyarakat umum dan lain-lain memiliki tanggung jawab dalam
pembentukan karakter peserta didik.

Pendidik juga dianggap memiliki watak adiluhung sebab perannya


adalah untuk mengajar dan membimbing para peserta didiknya agar menjadi
anak yang berkualitas dalam hal ilmu pengetahuan, karakter atau
kepribadian yang baik, moral yang baik dan dapat berguna bagi seluruh
masyarakat. Pendidik harus mampu untuk membimbing peserta didiknya
untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan memberi contoh sikap atau
perilaku yang baik supaya memiliki karakter yang berguna bagi masyarakat.
Moral dari seorang pendidik tidak lain yakni untuk mencerdaskan generasi

5
bangsa. Jadi, jika peserta didiknya gagal atau bernasib buruk maka pendidik
akan merasa sedih dan gagal dalam membimbing karakter peserta didiknya
serta gagal dalam membentuk kepribadiannya. Tidak hanya itu, Lembaga
sekolah harus bisa mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki
anak sehingga bisa menjadi diri sendiri. Dengan demikian, ketika dewasa
nanti anak mampu untuk hidup sendiri dan menjadi anak yang mandiri.
Peran sekolah sebagai agen sosialisasi, antara lain sebagai berikut:
1. Menumbuhkan sikap disiplin peserta didik
Sekolah harus mampu untuk menumbuhkan sikap disiplin terhadap
peserta didiknya dengan memberi pengajaran dan bimbingan agar
menaati peraturan yang berlaku di sekolah serta mampu untuk
mengendalikan peserta didiknya agar tidak bertindak yang dapat
merugikan sekolah maupun masyarakat.
2. Membentuk keterikatan pada kelompok sosial peserta didik
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan bisa bertahan tanpa
adanya manusia yang lain. Keterikatan antara individu dengan individu
lainnya mencipatakan suatu interaksi sosial dengan kelompok
masyarakat lainnya dimanapun tempatnya.
3. Membentuk otonomi peserta didik yang efektif
Otonomi memberikan kebebasan suatu individu untuk menentukan
berbagai pilihan dalam hidupnya.2 Sekolah dapat membantu dalam
membentuk otonomi peserta didik agar mereka lebih efektif dalam
mengambil keputusan atau pilihannya, sebab apa yang mereka pilih dan
tentukan tersebut menjadi tanggung jawab dirinya.

Peran sekolah tidak hanya sebagai lembaga sosialisasi melainkan


juga sebagai pembentukan karakter. Adapun beberapa cara dalam
pembentukan karakter yang harus dilakukan oleh lembaga sekolah,
sebagai berikut:

2
Salmiah, Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Moral Siswa di MAN 3
Makassar, Vol 4, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, hal 98-102

6
1. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Peraturan Sekolah
Dalam sekolah terdapat banyak peserta didik yang memiliki
kepribadian dan karakter yang beragam. Oleh karena itu, peraturan atau
tata tertib yang ada di sekolah menjadi suatu hal yang harus di patuhi
oleh semua peserta didik sehingga mereka terlatih untuk bersikap
disiplin. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekolah dapat membentuk
karakter anak yang disiplin akan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Adanya tata tertib di sekolah menjamin suasana di sekolah menjadi
tenang dan tertib sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik sesuai apa yang telah durencanakan oleh pendidik.
2. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Kegiatan Upacara Di Sekolah
Kegiatan upacara yang ada di sekolah telah menjadi suatu kebiasaan
yang bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air
pada setiap individu. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
sekolah dapat membentuk kepribadian anak dengan pemberian contoh
dalam pelaksanaan kegiatan upacara seperti harus bersikap tegas saat
menjadi pemimpin upacara dan khidmat selama proses kegiatan upacara
berlangsung. Secara tidak langsung perilaku tersebut akan membentuk
karakter peserta didik.
3. Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Nilai-nilai
Pembentukan karakter melalui nilai-nilai yang dianut oleh peserta
didik tercermin dalam interaksi atau sosialisasi yang terjadi di dalam
sekolah. Sikap dan moral yang baik dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekolah akan dapat membentuk karakter anak yang disiplin.
Motivasi dan visi misi sekolah termasuk dalam nilai-nilai untuk
pembentukan karakter disiplin peserta didik.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa kultur sekolah


dapat menjadi salah satu cara dalam pembentukan karakter disiplin peserta
didik. Pembentukan karakter disiplin pada peserta didik sangat penting

7
karena untuk beradaptasi dengan baik dalam lingkungan sosial pada saat
masa perkembangannya.

B. Makna Sekolah

Salah satu Pendidikan formal di Indonesia adalah sekolah. Lembaga


sekolah bertujuan untuk membentuk karakter anak yang kreatif, cerdas,
inovatif, mandiri, bermoral, dan memiliki sikap tanggung jawab. Sekolah
adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah
pengawasan guru.3 Sekolah merupakan lembaga yang yang menghasilkan
generasi yang cerdas, pandai dan terampil. Secara sistematik, sekolah
diartikan sebagai lembaga pendidikan formal yang melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki, baik dari aspek moral, intelektual,
emosional maupun sosial. Sekolah memiliki aturan atau tata tertib yang
harus dijalankan oleh setiap siswa. Lembaga sekolah ini dianggap menjadi
faktor penentu terbentuknya kepribadian dan karakter peserta didik karena
sekolah mempunyai peranan penting dalam membantu peserta didiknya
mencapai tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan anak
menyangkut aspek kematangan dalam bersosialisasi, kematanagn personal,
dan kematangan dalam beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Disekolah berlangsung adanya proses pengajaran dan pendidikan.
Dimana dalam proses pendidikan, peserta didik diperkenalkan dengan
istilah nilai-nilai atau norma-norma, budaya masyarakat, bangsa dan negara
yang berguna untuk pengembangan kepribadian anak sebagai individu
maupun sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara. Sehingga dari
diperkenalkannya hal tersebut peserta didik mampu untuk mengerti,
memahami, dan mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan

3
Titin dkk, Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian Akhlak
Mulia Siswa SMAS, vol 3, no 12, 2014, hal 2-3

8
sehari-hari. Sekolah juga menyediakan sarana bagi terbentuknya kelompok
teman sebayanya. Contohnya yakni dalam proses pembelajaran pendidik
menerapkan metode diskusi berkelompok yang mengharuskan peserta didik
untuk berinteraksi dengan teman sekelompoknya guna untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik.
Sekolah dapat diibartkan sebuah perahu yang ditumpangi oleh
banyak orang dengan tujuan yang sama dalam mencapai titik berlabuh
untuk selamat sampai tujuan. Meskipun perahu tersebut ditumpangi oleh
banyak orang tetapi mereka memiliki perbedaan yang dimana perbedaan
tersebut membawa mereka ke suatu tujuan yang sama. Jadi, sekolah
merupakan lembaga yang memiliki banyak siswa tetapi mereka memiliki
perbedaan karakter, perbedaan pemikiran dan perbedaan kepribadian tetapi
mengharuskan mereka untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Perbedan-perbedaan tersebut membawa mereka
dalam tujuan yang sama yakni mencapai cita-cita yang mereka inginkan dan
dapat membentuk kepribadian serta karakter yang berakhlak mulia.
Sekolah harus memiliki visi dan misi yang mampu memberikan
kontribusi besar bagi dunia Pendidikan dan teruji melalui output yang
dihasilkan bagi masyarakat, terutama siswa itu sendiri.4 Sekolah sebagai
lembaga yang dipercaya oleh masyarakat wajib mengedepankan visi
misinya ke berbagai unsur warga sekolah agar menjadi acuan dalam tiap
kegiatan yang dijalankan atau yang telah di programkan oleh pihak sekolah
itu sendiri. Visi dan misi sekolah ini menjadi titik pusat dalam semua proses
kegiatan pembelajaran baik yang akademik maupun non akademik sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan mencerdaskan siswa serta
membangun kepribadian atau karakter yang berakhlak mulia.

4
Kireina Media, “Pentingnya Visi Misi Sekolah”,
(https://www.kireinamedia.com/2020/03/pentingnya -plang-visi-misi-sekolah.html, diakses pada
tanggal 07 Maret 2020)

9
C. Sekolah Sebagai Screening Moral
Kata screening berasal dari Bahasa inggris yang berarti penyaringan
atau menyaring. Sedangkan moral berarti sikap baik dan buruk yang telah
ada dan melekat pada diri manusia. Terdapat juga istilah moralitas yakni
kualitas penilaian sikap baik dan buruknya seseorang. Jadi, maksud dari
screening moral yaitu penyaringan sikap baik atau buruk seseorang yang
telah melekat pada diri orang tersebut. Konsep dari moral ini lebih mengacu
pada sikap atau perilaku seseorang dalam bertindak. Moral pada anak dapat
dikembangkan melalui pendidikan moral baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Tujuan dari pendidikan moral sendiri yaitu untuk
mengembangkan kognitif moral anak dalam lingkungan sekolah. Konsep
dari pendidikan moral dan pendidikan karakter memiliki perbedaan yaitu
pada pendidikan moral bersifat teoritis sedangkan pada pendidikan karakter
menggabungkan aspek teoritis juga praktis, tetapi keduanya memiliki
hubungan yang erat bahkan tidak dapat dipisahkan.
Saat ini, di Indonesia banyak peristiwa atau fenomena
penyimpangan moral yang dilakukan oleh para remaja bahkan orang yang
sudah berusia lanjut. Terutama dalam bidang pendidikan, telah banyak
kasus penyimpangan moral yang dapat merugikan semua warga dan
berdampak negative pada kognitif moral anak jika mereka mengetahui hal
tersebut. Hampir setiap hari kita ditunjukkan dengan adanya pelanggaran-
pelanggaran moral seperti, pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan,
perkelahian dan lain-lain. Dimana korban dari pelanggaran-pelanggaran
moral tersebut lebih tertuju kepada anak-anak dibawah umur yang masih
belum mengerti mengenai kejahatan-kejahatan yang terjadi di Indonesia.
Dari peristiwa penyimpangan-penyimpangan moral tersebut yang telah
terjadi, maka diperlukan adanya pendidikan moral untuk anak mulai sejak
dini baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Inilah yang dimaksud dengan sekolah sebagai screening moral
karena Lembaga tersebut akan memberi 3 unsur penting dalam proses
pendidikan antara lain bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran mengenai

10
pendidikan moral agar anak tidak melakukan hal-hal atau suatu tindakan
yang dapat melanggar nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di sekolah.
Diharapkan ketiga unsur tadi mampu untuk membentuk karakter setiap
individu. Bimbingan tersebut berorientasi pada aspek kepribadian anak atau
akhlak yang dimana tujuannya agar peserta didik memiliki kepribadian yang
kuat dan moral yang berakhlakul kharimah. Dan melalui bimbingan tersebut
peserta didik mampu untuk mengetahui kedudukan manusia sebagai
makhluk yang bermoral dan berbudi pekerti.
Sekolah merupakan lembaga yang telah banyak mencuri perhatian
masyarakat sebab lembaga yang dipercaya untuk mampu dalam mencetak
generasi bangsa yang bermoral dan berkualitas baik. Dalam pendidikan,
pendidik bukan hanya sekedar seorang guru yang memberi ilmu
pengetahuan kepada peserta didiknya, akan tetapi pendidik merupakan yang
memberi nilai-nilai atau yang menanamkan nilai-nilai baik terhadap peserta
didiknya dengan menghubungkannya ke dalam nilai-nilai kehidupan.
Tugas dari seorang pendidik tidak hanya itu, melainkan pendidik
juga harus mampu untuk menyaring moral peserta didiknya dengan cara
mencatat hal-hal tentang mpral setiap individu. Hal tersebut perlu dilakukan
sebab pendidik akan mengetahui seberapa besar perkembangan moral anak
setelah diberi bimbingan dan pengajaran selama di sekolah. Jika terdapat
peserta didik yang masih melakukan penyimpangan moral seperti
melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah, maka
pendidik akan tahu apa yang akan beliau lakukan untuk memberi bimbingan
dan sanksi agar peserta didik menyesal dan tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Tujuan dilakukannya pencatatan
moral anak yakni hal tersebut dapat menjadi tolak ukur diluluskan atau tidak
diluluskannya peserta didik nantinya. Karena saat ini yang menjadi salah
satu syarat kelulusan peserta didik yaitu nilai akhlak dan moral yang baik
selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai peristiwa penyimpangan
moral pada anak, maka dapat diketahui bahwa terdapat dua faktor yang

11
menjadi munculnya perilaku penyimpangan moral pada anak, diantaranya
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Pendidikan keluarga
Orang tua dianggap sebagai faktor utama adanya perilaku
menyimpang pada anak yakni dalam memberikan arahan mengenai
tata cara bertutur kata yang baik dan berperilaku ketika berinteraksi
dengan lingkungan masyarakat. Orang tua memberi pengaruh besar
terhadap perilaku anak karena model tutur kata dan perilaku yang
dicontohkan dalam keluarga akan dilakukan juga ketika anak berada
di luar lingkungan keluarga. Maka dari itu, keluarga sebagai figure
panutan untuk anak harus mampu untuk memberi arahan mengenai
norma kesopanan bagaimana cara berinteraksi yang baik kepada
teman sebaya atau orang yang lebih tua.
b. Kondisi ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik (miskin) yang
membuat mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan anak. Ketika
orang tua sering tidak bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan
anak, maka anak akan bersikap di luar norma maksudnya yaitu anak
akan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan dan
marah terhadap orang tuanya.
c. Tingkat perkembangan intelektual
Faktor ini timbul dari diri anak yang lalai atau malas untuk
memahami nilai-nilai moral. Moral yang seharusnya menjadi kunci
utama dalam bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat malah
diabaikan dan dianggap remeh sehingga penyimpangan-
penyimpangan moral sering terjadi.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan masyarakat
Anak berperilaku dan bertutur kata sesuai apa yang mereka
lihat dengan indra penglihatannya yang dilakukan oleh orang-orang

12
dewasa di sekitarnya. Di samping itu, masyarakat tidak memberi
arahan untuk pelurusan pola tutur kata yang benar dan perilaku yang
baik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak tidak melakukan tindakan yang termasuk dalam
pelanggaran moral.
b. Lingkungan teman bermain
Interaksi dengan teman sebaya atau teman bermain terjadi
proses mempengaruhi atas tutur kata dan pola tindak dan di antara
mereka yang dominan yang akan menjadi titik pusat adanya moral
kelompok. Jika interaksi yang dilakukan dalam berkolompok
termasuk dalam pola tutur kata dan pola tindak yang positif, maka
akan berdampak baik juga terhadap individu, tetapi, sebaliknya jika
interkasinya yang terjadi termasuk dalam pola tutur kata dan pola
tindak yang negatif akan menjadi salah satu penyebab terjadinya
perilaku penyimpangan moral.
c. Penyalahgunaan IT
Ilmu penegtahuan dan teknologi saat ini sangat berkembang
pesat. Dengan teknologi yang begitu canggih, dalam hitungan detik
saja semua orang dapat mengetahui informasi dari segala belahan
dunia yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak besar dalam
kehidupan. Di Indonesia, lebih dari setengah populasi yang ada
menjadi pengguna teknologi terutama dalam teknologi informasi.
againian besarnya adalah para remaja yang menjadi pengguna aktif
teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini memberi dua
sisi dampak yakni dampak positif dan negatif. Tetapi, hal tersebut
sesuai dengan bagaimana cara kita menggunakannya. Salah satu dari
penyimpangan moral dalam faktor ini adalah terkadang ketika kita
mengakses web atau apapun itu muncul adanya iklan yang tidak
senonoh. Hal tersebut dapat mempengaruhi kognitif moral anak

13
yang dapat menyebabkan anak melakukan tindakan yang melanggar
moral.

Dari kajian diatas mengenai factor-faktor penyebab terjadinya


penyimpangan moral anak. Maka diperlukan adanya peran sekolah dan
keluarga dalam mengatasi hal tersebut. Peran sekolah dan keluarga dalam
mengatasi penyimpangan moral anak antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai pendidik
a. Peran sekolah, dengan memberi dorongan untuk semangat belajar
maka peserta didik akan focus terhadap pendidikannya dengan
penuh semangat, mengawasi setiap apa yang dilakukan peserta didik
dan membina untuk mendisiplinkan peserta didik agar mematuhi
tata tertib yang berlaku di sekolah.
b. Peran keluarga, lebih memperhatikan anaknya dengan cara
mendidiknya agar berperilaku baik dan memberi nasehat kepada
anak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
2. Sebagai pelatih
a. Peran sekolah, melatih peserta didiknya dalam mengatasi
permasalahan yang sulit atau Ketika kesulitan dalam belajar,
memberikan Latihan-latihan soal atau pekerjaan rumah secara
mandiri, menerapkan metode-metode pembelajaran yang tidak
membosankan guna untuk meningkatkan semangat belajar peserta
didik.
b. Peran keluarga, dapat melatih kejujuran terhadap anak danmemberi
contoh perilaku yang baik terhadap anaknya dengan begitu anak
akan memiliki perilaku baik terhadap semua orang karena orang tua
menjadi figur peniru bagi anak.
3. Sebagai pembimbing
a. Peran sekolah, dengan memberikan bantuan kepada peserta didik
jika terdapat masalah dimana hal tersebut termasuk juga dalam
aspek mendidik sebab menyangkut dalam perkembangan

14
kepribadian peserta didik dan pembentukan karakter peserta
didiknya.
b. Peran keluarga, dengan membiasakan anak agar belajar mandiri
dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi dan membantu
dalam berinteraksi dengan teman sebayanya agar mendapat teman
yang baik,
4. Sebagai model dan teladan
a. Peran sekolah, memberi contoh dalam penampilan fisik seperti, cara
berpakaian yang baik, cara berjalan yang sopan. Hal tersebut
dilakukan karena pendidik merupakan model, figur, dan teladan bagi
peserta didiknya.
b. Peran keluarga, orang tua harus mampu menjadi seorang model dan
teladan bagi anaknya yang patut untuk ditiru dan jadi panutan seperti
halnya rajin mengikuti kegiatan sosial (kerja bakti membersihkan
lingkungan dan gotong royong) di lingkungan masyarakat.

Dengan adanya cara mengatasi penyimpangan moral pada anak yang


terdiri dari peran sekolah dan peran keluarga dan meliputi 4 golongan yakni
sebagai pendidik, sebagai pembimbing, sebagai pelatih dan sebagai model
dan teladan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan moral
peserta didik, sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Pembiasaan sikap yang baik penting untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam lingkungan rumah, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kebiasaan yang baik menjadi
salah satu penentuk dalam terbentuknya moral anak.
2. Hukuman dan Penghargaan
Dengan adanya hukuman dan penghargaan, anak akan belajar apa
yang salah dan benar dari kejadian sebelumnya. Adanya hukuman
karena berjalannya suatu pertauran. Peraturan tercipta dari adanya
system nilai dan norma sedangkan nilai atau norma berguna untuk

15
mengarahkan dan membimbing peserta didik agar tidak melakukan
perilaku penyimpangan moral.
3. Keteladanan
Guru atau pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya sebab
selain memberikan ilmu pengetahuan pendidik juga memberikan sikap
yang baik pula terhadap peserta didiknya agar dapat menjadi suatu
panutan.
4. Kualifikasi Kegiatan Peserra didik
Kualifikasi kegiatan yang ada di sekolah sangat penting untuk
peserta didiknya karena sekolah akan memprioritaskan kualitas peserta
didiknya baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun moralnya.

D. Sekolah Sebagai Pembentukan Kepribadian

Dalam sebuah proses sosialisasi terdapat agen sosialisasi yang


terdiri dari keluarga, teman sebaya/kelompok bermain, sekolah, dan media
massa. Keluarga termasuk dalam kelompok sosial pertama dalam
kehidupan manusia yang berinteraksi dengan kelompok lainnya.
Perbandingan antara peranan keluarga dengan peranan sekolah dalam
pembentukan kepribadian anak yakni peranan sekolah lebih luas
peranannya daripada peran keluarga. Peran sekolah dalam pembentukan
kepribadian peserta didik yakni memberikan bimbingan mengenai sikap-
sikap atau kebiasaan-kebiasaan baik dan belajar bekerja sama dengan teman
sekelompok.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal. Di
sekolah individu akan diberi ajaran, bimbingan, dan arahan mengenai ilmu
pengetahuan dan akan mendapatkan hal-hal yang baru yang tidak di
dapatkan saat di rumah. Individu juga akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai hal yang belum diketahui. Individu memiliki
potensi, bakat, dan keterampilan yang berbeda-beda dari individu lainnya.
Potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dan ditingkatkan di lingkungan

16
seklah sebab salah satu peran sekolah yakni membentuk kepribadian anak.
Dalam lingkungan sekolah, anak akan menemukan jati dirinya dan
memberikan bekal kepada peserta didiknya untuk menjalankan kewajiban
dan tanggung jawab di kehidupan masa depannya. Sekolah juga
memberikan pemahaman nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Seorang guru atau pendidik merupakan media utama dalam
membentuk kepribadian anak. Penentu dari keberhasilan sekolah yakni
adanya kerja sama antar pendidik dan peserta didik. Beberapa indikator
penting dalam pembentukan kepribadian anak, antara lain:
1. Pendidik yang kompeten
Pendidik menjadi media komunikasi utama dalam berinteraksi
dengan pendidik memberikan informasi atau mengajarkan ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku baik di
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2. Kecakapan pendidik atau kemampuan personal
Kemampuan yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam mengajar
akan menjadi sebuah tuntunan atau panutan peserta didiknya karena
memiliki kepribadian yang baik, contohnya ketika pendidik mengajar
dengan sikap yang wibawa. Jadi, pendidik akan menjadi seorang figur
atau panutan oleh peserta didiknya. Kecakapan pendidik menjadi hal
penting dalam membentuk kepribadian peserta didik.
3. Pendidik memiliki sisi karismatik terhadap peserta didik
Dengan pendidik yang memiliki sisi karismatik, maka peserta didik
akan bersikap hormat atau menghormati terhadap pendidiknya dan tidak
akan bersikap melawan pada pendidiknya.
4. Kualitas lembaga pendidikan
Sekolah yang memiliki kualitas baik, system yang baik, ketersediaan
media pembelajaran, dan kualitas guru atau pendidik yang baik akan
berpengaruh besar dan menjadi faktor penentu dalam kepribadian anak.

17
Berdasarkan kajian diatas mengenai indikator penting dalam
pembentukan kepribadian anak dapat disimpulkan bahwa sekolah yang
memiliki akreditasi baik, kualitas yang baik, pendidik yang berkualitas, dan
sarana prasarana yang mendukung akan menjadi faktor penting dalam
membentuk kepribadian anak. Sebab sekolah yang berkualitas memiliki visi
misi yang baik dan memiliki peraturan yang baik sehingga kedisiplinan
peserta didik akan terkontrol dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

E. Pengaruh Keluarga Dan Sekolah Terhadap Individu

Individu merupakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tidak


terbatas. Setiap individu memiliki hubungan sosial dengan individu yang
lain dengan cara berinteraksi atau bersosialisasi. Setiap individu diciptakan
sebagai makhluk sosial yang selalu bergantung pada makhluk lain dan tidak
dapat terlepas dari suatu lingkungan dan pendidikan.
Lingkungan keluarga merupakan pihak pertama dan utama dalam
mendidik individu sebab pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak
sangat besar. Keluarga yang memberi bimbingan dan arahan atau menuntun
kemana individu akan dididik. Sejak dalam kandungan bahkan hingga
dewasa, anak telah diberi didikan cara untuk berbicara, berjalan, berlari, dan
lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga menjadi figur penting
dalam membentuk kepribadian anak. Jadi, keluarga harus memiliki
kepribadian yang baik agar dapat menjadi model atau panutan bagi anak.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memberi pengaruh besar
terhadap pembentukan karakter atau kepribadian anak. Beberapa hal yang
memengaruhi terbentuknya karakter anak adalah kasih sayang dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga kepada anak dan keharmonisan dalam
keluarga yang memberi dampak positif yaitu terjalinnya komunikasi atau
interaksi yang baik dalam lingkungan keluarga. Prinsip-prinsip dalam
mendidik anak untuk menjadi individu yang baik sebagai berikut:

18
1. Memiliki sikap yang tegas
2. Mengajarkan nilai-nilai kesopanan
3. Memberi bimbingan mengenai Pendidikan informal dalam keluarga

Bukan hanya dari lingkungan keluarga saja yang dapat


memengaruhi perkembangan individu, melainkan lingkungan sekolah juga
berperan penting di dalamnya. Hubungan antara pendidik dengan peserta
didik harus kuat, maksudnya yakni memiliki hubungan sosial yang baik
sebab hal tersebut merupakan penentu utama dalam perkembangan
individu. Di sekolah anak tidak hanya diajarkan mengenai ilmu
pengetahuan tetapi juga diajarkan dan di bimbing mengenai pendidikan
moral. Di dalam sekolah, individu dapat menggali potensi atau bakat yang
dimilikinya agar potensi yang dimiliki oleh individu dapat berkembang
dengan baik. Individu juga dapat berinteraksi atau memiliki hubungan sosial
yang baik dengan teman sebayanya maupun dengan warga sekolah lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasannya sekolah memiliki peran
penting dalam perkembangan individu.

Mengenai peran sekolah terhadap perkembangan individu dapat


dilihat dari perkembangan sosialnya. Anak telah lama menempuh
pendidikan di sekolah tersebut maka secara tidak langsung terdapat
peningkatan intelegensinya atau IQ-nya. Tetapi, dapat ditegaskan
bahwasannya sekolah bukan hanya sebagai lembaga atau tempat untuk
meningkatkan intelektualnya saja, melainkan peran sekolah jauh lebih besar
sebab di dalamnya terdapat keberlangsungan proses pendidikan. Proses
pendidikan tersebut seperti halnya pembentukan moral dan kebiasaan yang
baik pada tiap individu, perkembangan kecakapan-kecakapan individu,
saling menjalin kerja sama antar teman sekolompok, melaksanakan
perintah-perintah guru dan menaati peraturan sekolah yang berlaku.

Peran guru atau pendidik lebih besar dibandingkan dengan peran


dari struktur dan organisasi sekolah sebab perhatian yang diberikan oleh
pendidik terhadap individu lebih berdampak baik yakni meningkatkan

19
perkembangan individu karena guru atau pendidik lebih sering
menghadapai peserta didiknya dalam proses pembelajaran.

F. Mini Research
Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian yakni
mengenai peran sekolah sebagai lembaga sosialisasi dan pembentukan
karakter terhadap peserta didik memang benar adanya. Peranannya sangat
penting sekali karena sekolah merupakan wadah bagi peserta didik untuk
bersosialisasi atau berinteraksi dan sekolah juga sebagai salah satu sarana
untuk membentuk karakter peserta didik. Sosialisasi di sekolah meliputi
adanya interaksi peserta didik dengan teman sebayanya maupun dengan
warga sekolah yang lain sebab dalam bersosialisasi atau berinteraksi sangat
erat hubungannya dengan lingkungan masyarakat. Dalam kajian sosiologi
dijelaskan bahwa pendidik termasuk dalam agen sosialisasi yang sangat
penting karena pendidik yang memberi arahan, bimbingan, dan pengajaran
kepada peserta didiknya agar menjadi siswa yang bermoral. Para guru di
SMPIT Al Ghozali Jember ini mencoba memposisikan bagaimana mendidik
siswa dan menyesuaikan dari tujuan sekolah dengan visinya yaitu
berbudaya islami, artinya membimbing siswa untuk menjadi karakter yang
sesuai dengan moral agama islam. Berdasarkan hal tersebut, kedudukan
pendidik berpengaruh besar dalam pembentukan karakter anak. Pendidik
harus mampu untuk membimbing peserta didiknya agar belajar dengan
sungguh-sungguh dan memberi contoh sikap atau perilaku yang baik supaya
memiliki karakter yang baik pula.
Berdasarkan pembahasan di atas yang menjelaskan mengenai peran
sekolah sebagai screening moral dinyatakan benar karena menurut hasil
penelitian di SMPIT Al Ghozali Jember yakni sekolah dapat disebut sebagai
screening moral karena di dalam sekolah tersebut terdapat salah satu mata
pelajaran yang didalamnya diselipkan materi pembimbingan moral. Dengan
adanya mata pelajaran tersebut dapat menjadi salah satu cara dalam

20
mengatasi penyimpangan moral yang sedang marak saat ini di kalangan
pelajar. Hamper setiap hari kita ditunjukkan dengan adanya perilaku
penyimpangan-penyimpangan moral seperti pelecehan seksual,
pembunuhan, narkoba, perkelahian, pembulyan, dan lain-lain. Dari
peristiwa penyimpangan-penyimpangan moral tersebut, maka diperlukan
adanya Pendidikan moral untuk anak mulai dari sejak dini baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal itulah yang dimaksud
dengan sekolah sebagai screening moral atau penyaringan moral karena
sekolah akan memberikan 3 unsur penting dalam proses Pendidikan antara
lain bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran. Diharapkan dari ketiga
unsur tadi mampu untuk membentuk karakter setiap individu.
Berdasarkan pembahasan di atas yang menjelaskan mengenai
sekolah sebagai pembentukan kepribadian di anggap benar karena menurut
hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPIT Al Ghozali Jember
menyatakan bahwa sekolah sebagai pembentukan kepribadian anak dengan
membuat program yang dapat membentuk suatu kepribadian siswa,
misalnya dengan adanya program BPI (Bina Pribadi Islami). Dimana
program BPI ini yang menjadi salah satu faktor pembentuk kepribadian
siswa yang di dalamnya terdapat kegiatan seperti, dakwah atau tausiyah
yang dilaksanakan setiap hari jum’at, tahlil, tahfidz, dan tadarus Al-Qur’an
bersama-sama. Secara tidak langsung, semua kegiatan yang terdapat dalam
program BPI tersebut akan dapat membentuk suatu kepribadian siswa
karena pendidik telah memberikan suatu bimbingan mengenai kebiasaan-
kebiasaan baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
indikator penting dalam pembentukan kepribadian anak, antara lain:
1. Guru yang kompeten
2. Kecakapan pendidik atau kemampuan personal
3. Pendidik memiliki sisi karismatik terhadap peserta didik
4. Kualitas Lembaga pendidikan
Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian mengenai
pengaruh keluarga dan sekolah terhadap perkembangan individu memang

21
sangat berpengaruh sekali karena pendidikan pertama dan utama berada
pada keluarga. Begitu juga dengan sekolah sebagai penunjang pendidikan
anak sehingga butuh kerja sama antara sekolah dan keluarga. Hubungan
antara pendidik dengan peserta didik harus kuat, maksudnya yakni memiliki
hubungan sosial yang baik sebab hal tersebut merupakan penentu utama
dalam perkembangan individu.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia yang
berguna untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa yang berkarakter
mulia dan bermoral dalam bersosialisasi dengan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Sosialisasi di sekolah meliputi adanya proses
interaksi anak, baik dalam keluarga dan masyarakat. Hal tersebut harus
diperhatikan bahwasannya pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat sangat besar terhadap terbentuknya kepribadian anak.
Istilah screening moral berarti penyaringan sikap baik dan buruk
seseorang yang telah melekat pada diri orang tersebut. Konsep dari
moral ini lebih mengacu pada sikap atau perilaku seseorang dalam
bertindak. Moral pada anak dapat dikembangkan melalui pendidikan
moral baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pengaruh dari lingkungan keluarga dan sekolah sangat besar juga dalam
perkembangan individu.
B. Saran
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk
mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh peserta didiknya,
sebab sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam
pembentukan karakter, pembentukan moral, dan juga sebagai screening
moral. Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat juga harus
mampu dalam menciptakan suasana interaksi atau sosialisasi yang baik
antar individu satu dengan individu lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Amin A. (2017). Sinergiritas Pendidikan Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat; Analisis


Tripusat Pendidikan. Jurnal Media Informasi Pendidikan Islam, vol 16 (1), 107-110.

Anggraini Y. (2022). Program Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral di


Sekolah. JURNAL BASICEDU, vol 6 (5), 2-3.

Damsy dkk. (2014). Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Mengatasi Sikap Dan Perilaku
Menyimpang Anak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, vol 3 (2), 5-9.

Halimatussakdiah dkk. (2022). Penyimpangan Moral Siswa: Studi Kasus Di SMPN 2 Kediri,
Lombok Barat. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, vol 6 (1), 106-110.

Kireina media. (2020). Pentingnya Visi Misi Sekolah. Diakses pada 25 September 2022,
https://www.kireinamedia.com/2020/03/pentingnya-plang-visi-misi-
sekolah.html.

Salmiah. (2017). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Moral
Siswa di MAN 3 Makassar. Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, vol 4 (1), 98-
102.

Sobri dkk. (2019). Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Kultur Sekolah. Jurnal
Pendidikan IPS, vol 6 (1), 67-69.

Subianto J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan


Karakter Berkualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, vol 8 (2), 334-337.

Titin dkk. (2014). Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan
Kepribadian Akhlak Mulia Siswa SMAS. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, vol
3 (12), 2-3.

Yanti dkk. (2014). Faktor-faktor Penyebab Pergeseran Moral Dan Budi Pekerti Peserta
Didik. Jurnal FKIP, vol 2 (3), 3-7.

24

Anda mungkin juga menyukai