Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Agung : 22.01.01.0146
2. Djuhaeni : 22.01.01.0016
3. Hendri Jusni : 22.01.01.0153
4. Nursabilah Ludin : 22.01.01.0051
5. Yatris Ratnasari : 22.01.01.0008
Segala puji hanya milik Allah SWT, sholawat beserta salam kami panjatkan kepada Nabi
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang seperti saat ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan yang strategis dalam membentuk
stratifikasi sosial. Sehingga banyak sekali orang tua wali yang ingin menyekolahkan anak-
anaknya sampai ke jenjang yang setinggi mungkin tanpa melihat bagaimana keadaan
ekonominya saat ini. Karena menganggap dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang
di tempuh anak-anaknya maka makin besarlah kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
dengan pendapatan tinggi untuk mendapat kedudukan yang baik dan dengan demikian masuk
golongan sosial menengah keatas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan berasal dari kata didik dan kata ini di beri imbuhan “me” sehingga
menjadi “mendidik” yang di mana artinya itu memelihara dan memberi latihan agar anak
tersebut memperlakukan latihan atau ajaran mengenai akhlak anak tersebut dan kecerdasan
pikiran anak tersebut.
Sedangkan menurut Mahmud di lihat dari cakupannya pendidikan terdiri dari 3 pengertian
yaitu :
1) Pendidikan dalam makna maha luas, yaitu ketika pendidikan itu dijadikan sebagai
kenyataan kehidupan manusia. Jadi kehidupan disini adalah pendidikan begitupun
sebaliknya bahwa pendidikan adalah kehidupan, sehingga keduanya membutuhkan
antara satu sama lainnya.
2) Pendidikan dalam makna luas terbatas, yaitu ketika pendidikan itu di jadikan sebagai
sejumlah program pengembangan kualitas dari manusia itu sendiri.
3) Pendidikan dalam makna sempit, yaitu ketika pendidikan itu dijadikan sebagai
keterbatasan pada formal sekolah.
Jadi intinya pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada peserta
didik dengan tujuan agar pendidik bisa membentuk kepribadian dari siswa tersebut.
Stratifikasi sosial adalah sebuah pelapisan masyarakat , jadi kata stratifikasi sosisl
adalah berasal dari kata “strata” yang memiliki arti lapisan, sehingga stratifikasi sosial dapat
di artikan lapisan masyarakat. Jadi pengertian stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat maksudnya adalah sistem
pada lapisan masyarakat ini merupakan ciri yang tetap atau umum dalam masyarakat yang
hidupnya teratur.
2
B. Peran Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial
Pendidikan telah menjadi sektor yang strategis dalam program pembangunan suatu
bangsa. Sebagaimana pernyataan yuliana bahwa : “Banyak negara telah menjadikan sektor
pendidikan sebagai leading sector atau sektor utama atau unggulan dalam program
pembangunan. Ternyata negara yang menjadikan pendidikan sebagai leading sector telah
menjadi negara maju dan telah menguasai pasar dunia. Jepang menjadi negara maju karena
pendidikan menjadi perhatian utama dalam kebijakan pembangunan di negara tersebut.
Pendidikan di pandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di
dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu, dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan
yang lebih tinggi. Dapat di katakan bahwa pendidikan merupakan suatu jalan untuk menuju
mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah sebuah gerakan Masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan
yang lebih baik. Jadi yang dikatakan mobilitas sosial adalah perubahan pergeseran
peningkatan ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Proses keberhasilan ataupun
kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial.
Asumsi dalam mobilitas sosial tentang bertambah tingginya taraf pendidikan maka
semakin besar kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah.
Pendidikan tinggi saat ini masih sangat selektif, dengan menggunakan komputer untuk
menilai tes seleksi menjadi obyektif artinya tidak dipengaruhi lagi oleh kedudukan orangtua
atau orang yang memberikan rekomendasi. cara itu membuka kesempatan yang lebih luas
bagi anak-anak golongan rendah dan menengah untuk memasuki perguruan tinggi atas dasar
prestasinya dalam tes masuk itu.
Cukup banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat di sekitar kita tentang orang yang
meningkat akan status sosial nya berkat pendidikan yang di peroleh nya. Hal senada juga di
benarkan oleh nasution bahwa : “pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan pendidikan
pada HIS yaitu SD pada zaman belanda mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapat
3
kedudukan sosial yang terhormat. Apalagi kalau ia lulus MULO, AMS atau perguruan tinggi
maka makin besarlah kesempatan untuk mendapat kedudukan yang baik dan dengan
demikian masuk golongan sosial menengah atas”
Menurut beliau, pada sekarang ini asumsi tersebut tidak selalu benar. Beliau
menyatakan bahwa : “ pendidikan tidak akan menjadi alat mobilitas sosial bagi golongan
rendah dan menengah apabila tingkat pendidikannya hanya sampai taraf menengah. Jadi
walaupun kewajiban belajar di tingkatkan sampai SMA masih menjadi pertanyaan apakah
mobilitas sosial sendirinya akan meningkat.
Pendidikan SMA pun saat ini apalagi SD hampir tidak ada pengaruhnya dalam
mobilitas sosial, ijazah SMA tidak ada artinya lagi dalam mencari kedudukan yang tinggi
ataupun seseorang ke golongan sosial yang lebih tinggi. Bahkan pendidikan tinggi yang di
anggap sebagai suatu syarat bagi mobitas sosial bagi lulusan perguruan tinggi pun sekarang
sudah semakin sulit untuk memperoleh kedudukan yang baik.
Demikian juga dengan oerguruan tinggi, matakuliah atau bidang studi yang berkaitan
mempunyai status yang lebih tinggi. Misalnya matematika dan fisika di pandang lebih tinggi
daripada BK atau tata buku. Sikap tersebut muncul bukan hanya pada siswa tapi juga di
kalangan guru dan orangtua yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu
kepada anaknya.
4
Seperti yang telah diketahui bahwasanya pendidikan tidak terlepas dari masyarakat
maka dari itu sekolah sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu.
Akhirnya banyak sekolah yang memberikan pendidikan sesuai golongan-golongannya
bahkan membedakan kurikulumnya.
Stratifikasi sosial atau sistem kasta bisa terbentuk secara sengaja dan tidak sengaja.
Stratifikasi yang di bentuk secara sengaja terjadi berdasarkan kesepakatan masyarakat guna
mencapai suatu tujuan bersama. Contoh stratifikssi yang di bentuk secara sengaja misalnya
menyangkut wewenang dan kekuasaaan seseorang dalam organisasi formal militer
pemerintahan, jabatan seseorang, karyawan perusahaan dan sebagainya.
Stratifikasi sosial yang di bentuk secara tidak sengaja misalnya menyangkut usia
senior (sesepuh) yang di nilai lebih bijak dan berpengalaman sehingga petuahnya patut di
jadikan nasehat bagi yang usianya lebih muda. Selain itu juga bisa menyangkut kepandaian
seseorang misal pemuka agama, guru dan lain-lain.bisa juga menyangkut kekayaan di mana
pada kehidupan masyarakat pada umumnya orang yang kaya akan lebih di hormati.
Dalam bukunya sosiologi karya Budiono dan buku berjudul sosiologi: menyelami
fenomena sosial di masyarakat karya Bagja Waluya di jelaskan bahwa stratifikasi sosial itu
bisa berupa uang, kehormatan, ilmu, kepemilikan barang bernilai ekonomis, kekuasaan,
keturunan, pekerjaan dan kesalahan dalam beragama.
5
f. Keturunan, misalnya keturunan kerajaan akan di anggap sebagai darah biru yang
ekslusif atau istilahnya kekuarga bangsawan.
Stratifikasi sosial biasanya di latar belakangi oleh perbedaan ras dan budaya,
pembagian tugas yang terspesialisasi kelangkaan sumber daya maupun kekuasaan.
Sedangkan ukuran atau kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukann stratifikasi sosial
adalah sebagai berikut :
6
4. Ukuran ilmu pengetahuan ,ilmu pengetahuan sering di pakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial di masyarakatnya.
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik,
profesi yang di sandang misalnya dokter, insinyur dan sebagainya. Namun sering
timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang di sandang tersebut
lebih di nilai tinggi daripada ilmu yang di kuasainya sehingga banyak orang yang
berusaha dengan cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan seperti
ijazah palsu dan sebagainya.
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang
memiliki keahlian atau berpendidikan akan mendapat penghargaan kebih besar di banding
mereka yang tidak berpendidikan. Maka dari itu pendidikan merupakan merupakan salah satu
dasar stratifikasi sosial.
Jika sekolah berdampak pada lapangan kerja yang diperoleh dan upah atau
penghasilan yang di terima. Masa depan anak- anak dari lapisan sosial yang lebih tinggi
(menengah aTau atas) akan tetap bertahan, maka disini kualitas sekolah atau pendidikan
dapat mempertahankan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang
tidak dapat di hindari dan terdapat di setiap masyarakat manapun di dunia ini. Pandangan dan
keperluan mengenai pendidikan, dorongan, dan cita-cita. Hal yang lain bertalian dengan
pendidikan di warnai stratifikasi sosial. Masyarakat yang menganut sistem sosial terbuka
memiliki kesempatan yang luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi,
konsekuensinya terbuka pula untuk turun jatuh kedalam tangga sisial yang lebih rendah.
Gejala naik turunnya tangga pelapisan sosial ini tidak terdapat dalam masyarakat yang
menganut sistem pelapisan sosial tertutup.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap -tiap masyarakat yang beradab, tetapi
tujuan pendidikan tidaklah sama dalam suatu masyarakat. Sistem pendidikan suatu
masyarakat (bangsa) dan tujuan pendidikannya di dasarkan atas prinsip-prinsip, Cita-cita dan
filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-27html.
diakses pada 5 oktober 2023
http://republika.co.id/berita/jurnalismewarga/wacana/16/03/14.o408c7336-mahasiswa-bukan-
bonsai, diakses pada 5 oktober 2023
http://odyrogents.wordspress.com/jenisjenis/macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-
dalam-masyarakat/, diakses pada 6 oktober 2023