Oleh :
Kelompok: 4
1. Saraswati
2. Eka Kurniati
3. Andi Sihab
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Aqidah Islam.
Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian Aqidah, Iman Islam atau yang lebih
khususnya membahas pengertian aqidah islam, ruang lingkup pembahasan aqidah,
kemahaesaan allah dan lain-lain. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang Aqidah Iman Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Kemahaesaan Allah
Allah adalah esa; satu dalam dzat, sifat dan karya-nya.Keesaan Allah merupakan gambaran
kemahakuasaan-Nya yang tidak tertandingi oleh apa dan siapapun, sebab selain Dia adalah
ciptaan-Nya belaka. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah, yaitu keyakinan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Keyakinan akan keesaan Allah merupakan ciri utama
dari agama Islam yang berbeda dengan agama-agama lainnya di dunia. Keesaan Allah dalam
ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada agama Yahudi dan Nasrani. Tauhid
merupakan keyakinan akan keesaan Allah yang meniadakan segala unsur yang lain. Satu
bukanlah terdiri dari unsur-unsur atau bagian dari bilangan, tetapi satu yang utuh. Keesaan
Allah dalam keyakinan muslim bukan hanya berupa pengetahuan dan pengakuan tetapi
mendorong dalam membentuk perilaku dan sikap tauhid yang diawali dengan persaksian
melalui syahadat. Syahadatain berbunyi:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah Rasulullah Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah “
mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah. Artinya
hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim. Tuhan diartikan sebagai segala
sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat orang tergantung kepadanya. Apabila
ada seseorang memiliki sesuatu baik orang maupun barang atau kedudukan, apabila dominan
dan membuat orang itu tergantung kepadanya, maka orang itu tidaklah bertauhid. Karena itu,
persaksian yang dinyatakan dalam syahadat itu tidak terbatas pada ucapan dua kalimat
syahadat (syahadatain), melainkan dibuktikan dalam berpikir, bertindak, dan bersikap.
Berpikir tauhid adalah berpikir utuh dan intgral, ia akan memandang alam maupun manusia
sebagai sesuatu sistem yang integral. Dengan demikian ia akan mampu memberikan penilaian
dan bertindak secara adil. Sementara dalam hubungannya dengan sikap, maka tauhid
memiliki implikasi dalam bentuk sikap hidup yang tidak tergantung pada siapapun selain
pada Allah, karena itu ia akan hidup berani, merdeka dan mandiri.
Akhir-akhir ini di Indonesia kembali marak terjadi penyimpangan dan pelecehan agama
Islam. Ini menandakan bahwa rukun iman yang merupakan dasar dari aqidah agama Islam di
masyarakat Indonesia telah melenceng. Oleh karena itu kita perlu mengkaji lebih jauh lagi
apa sebenarnya yang dimaksud dengan rukun iman.
Iman artinya percaya dan yakin kepada Allah Pencipta, kemudian kepada malaikat, rasul,
kitab, qada dan qadar, juga hari akhir. Tapi, ada yang merumuskan iman itu harus
mengandung 3 aspek: hati, lidah, dan perbuatan. Hati membenarkan apa yang kita percayai
dengan yakin, lidah menyatakan dan mengakui apa yang dipercayai hati. Dan kesungguhan
dan kebenaran iman akan terbukti kalau diikuti dengan amal yang baik (amal shaleh)
Iman ibarat fondasi, yang menjadi penyangga pada bangunan (agama). Kokohnya bangunan
akan sangat bergantung pada kokohnya fondasi. Tapi iman itu sendiri dapat kuat bila
disangga oleh enam pilar utama disebut “rukun iman”. Di dalam Al-Quran disebutkan :
“Bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, dan nabi-nabi” (QS Al-Baqarah, 2:177).
Iman Kepada Allah, inti iman sesungguhnya adalah tauhid (mengesakan Allah), sebagaimana
yang menjadi misi segala Nabi (QS 21:25). Pada ayat-ayat lain dijelaskan :
Allah itu Esa Zat-Nya, tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia (QS 112: 1)
Allah Esa Sifat-Nya (Dia hidup berkuasa, Berilmu, Berkehendak), tetapi sifat_nya
tidak sama dengan makhluk lain-Nya. (QS 2:255 ; QS 42:13)
Allah Esa Perbuatan-Nya. Perbuatan Allah tidak bisa ditiru oleh siapapun. Dia
menciptakan bunga, adakah manusia dapat membuat sekuntum bunga? (QS 59:24)
Allah Esa Wujud-Nya (QS 13:16)
Allah Esa dalam memberi hukum. Sebaik apapun hukum yang dibuat manusia, tidak
dapat menyamai hukum Tuhan, umpamanya ditinjau dari segi keadilannya,
simpelnya, kebijaksanaannya, filosofi hukumnya, dan akibat yang dihasilkan oleh
hukumnya ( QS 5:50; 28:70).
Allah Esa menerima ibadah. Tiada yang pantas, patut dan berhak disembah kecuali
Dia semata. (QS 1:5; 21:25).
Allah Esa menerima do’a, hajat dan hasrat manusia. Berdoa dan minta tolonglah
hanya kepada-Nya karena Dia pasti memperkenankan apa yang diminta hamba-Nya.
(QS 3:8; 51:58).
Iman kepada malaikat, mengapa kita wajib beriman kepada malaikat? Karena salah satu dari
pekerjaan malaikat adalah menyampaikan wahyu dan menulis segala perbuatan kita. Dari
wahyu itulah kita memperoleh informasi Tuhan itu Esa, Tuhan mempunyai aturan-aturan
yang harus ditaati oleh manusia (syari’ah). Kalau kita tidak percaya kepada malaikat, maka
akan menjadi ragu pula terhadap wahyu yang disampaikannya kepada para Nabi dan
Rasulullah. Oleh karena itu kita harus percaya kepada malaikat, agar kita bisa memperoleh
informasi yang luas dari wahyu yang disampaikannya.
Iman kepada para Nabi dan Rasul. Untuk mengatur kehidupan manusia yang baik dan benar
Tuhan menurunkan wahyu yang dibawa malaikat yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul.
Nabi adalah orang-orang pilihan yang cerdas, terpercaya, dan tahan uji. Mereka dipilih Tuhan
untuk menerima berita dan menyampaikannya kepada umat (manusia). Menurut Al-Quran
setiap umat telah diutus Rasul atau Nabi untuk mereka (QS Fathir, 35:24). Tuhan tidak akan
mengazab manusia yang di tempat mereka belum pernah diutus pemberi peringatan. Manusia
diberi kebebasan untuk memilih apakah akan menerima hidayah yang disampaikan atau tidak
(QS Al-Isra’, 17:15).
Iman kepada Kitab-Kitab Allah. Konsekuensi dari iman kepada Nabi dan Rasul, wajib iman
(percaya) pula kepada yang dibawanya. Para Rasul itu, sebagaimana dikemukakan terdahulu,
membawa misi kerasulan (risalah). Risalah itu berupa perintah-perintah Tuhan, Baik yang
berupa (kewajiban) untuk dijalankan, maupun perintah untuk ditinggalkan (larangan). Itulah
makna asli dari “Kitab” yaitu “Perintah Suci”. Salah satu dari rukun iman percaya kepada
“kitab-kitab Allah”. Didalam surat Al-Baqarah ayat 24 disebutkan bahwa orang beriman
adalah orang yang percaya kepada kitabyang diturunkan kepadamu, Muhammad (yaitu Al-
Quran) dan yang percaya kepada kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya (Zabur,
Taurat, dan Injil). Semua kitab yang telah ada sebelumnya mengajarkan hal yang sama yaitu
tentang tauhid kepada Allah, yang berbeda hanya dalam pelaksanaannya.
Iman kepada Hari Akhir (Eskatologi). Kepercayaan kepada Hari Akhir atau hari Kiamat
dikenal juga dengan istilah “Eskatologi”, yaitu suatu ajaran teologi atau kepercayaan
mengenai akhir zaman, Hari Kiamat atau Hari Kebangkitan. Iman atau kepercayaan kepada
Tuhan, malaikat, kitab dan rasul, membawa kita kepada kepercayaan pada adanya Hari
Akhirat ataupun Hari Kebangitan. Keyakinan akan adanya Hari Kiamat adalah kepercayaan
yang paling asasi pada setiap agama, terutama agama Islam. Hidup sekarang, di dunia ini
sebenarnya hanyalah hidup sementara, hidup persinggahan untuk menyiapkan bekal
kehidupan yang lebih abadi di akhirat nanti. Segala perbuatan kita di dunia akan dimintai
pertanggungjwabannya. Iman kepada hari akhirat amat penting. Meskipun dalam rukun iman
diletakkan pada rukun yang kelima, tetapi kalau kita perhatikan Al-Quran sering
menyebutkan iman kepada hari akhir ini langsung di bawah Iman kepada Allah, seakan rukun
iman hanya ada dua (QS Al-Baqarah, 2:8).
Iman kepada Qadla dan Qadar. Qadla dan Qadar seringkali “takdir” berasal dari bahasa Arab
yang akar katanya: Qadla-yaqdli-qadlaan, biasa berarti: hukum atau keputusan (QS. 4:65):
perintah (QS. 17:23), kehendak (QS 3:47) menciptakan (QS 41:12). Sedang Qadar berasal
dari akar kata: Qaddara-yuqaddiru-taqdiran, mempunyai arti: kadar atau ukuran (QS. 2:20).
Qadla dan Qadar (taqdir) artinya : Hukum, keputusan, perintah, kehendak, ciptaan menurut
kadar, ukuran, ketentuan, aturan, kekuasaan. Iman kepada qadla-qadar Allah artinya Percaya
bahwa segala hukum, keputusan, perintah, ciptaan tidak lepas (selalu berlandasan) pada
kadar, ukuran, ketentuan, aturan, dan kekuasaan Allah SWT. Kewajiban kita beriman kepada
qadla-qadar ini diatur dalam banyak ayat dalam Al-Quran agar kita terus berusaha dan
berikhtiar dalam menjalani kehidupan ini, tidak berputus asa, dan mudah menyerah.
Melihat uraian di atas, kita bisa mengambil berbagai pelajaran mengenai rukun iman yang
merupakan fondasi dari sistem aqidah Islam. Uraian ini bisa membuat kita lebih
memperkokoh lagi aqidah kita untuk mengatasi berbagai penyimpangan oleh orang yang
tidak bertanggungjawab yang ingin menghancurkan Islam.
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut kepada-Nya
dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai Pembuat perhitungan. [1222] Maksudnya: Para Rasul yang menyampaikan syari'at-
syari'at Allah kepada manusia. (QS. A; Ahzab;39)
Tentang perbedaan para Nabi dan Rasul dengan umat manusia biasa diterangkan dalam Al
Qur’an “ Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka
Artinya :
Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-
Nya. dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan
izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.
(QS. Ibrahim;11)
Manusia dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tidak mungkin mengetahui segala
informasi tentang Tuhan, kecuali diberitahu oleh Tuhan sendiri. Pencarian Tuhan oleh
manusia menyebabkan kesalahan yang sangat fatal, karena manusia menjadi penentu
Tuhannya. Dalam logika yang sehat, Tuhan sebagai pencipta haruslah Maha Kuasa dari
segala sesuatu yang diciptakannya. Oleh karena itu, manusia memerlukan informasi tentang
Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri;
bukan benar menurut manusia. Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak
memiliki kemampuan sehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu
manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh Tuhan
untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan fungsi Rasul sebagai
orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan segala sesuatu tentang Tuhan.
Karena itu beriman kepada Tuhan mengharuskan orang untuk beriman kepada Rasul, karena
dengan perantaraan Rasullah orang dapat mengetahui segala sesuatu tentang Tuhan. Nabi dan
Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka tidak berbicara atas dasar pikirannya,
melainkan atas dasar wahyu. Mengenai penunjukkan seseorang sebagai Nabi dan Rasul
bukanlah ditunjuk oleh manusia tetapi oleh Tuhan sendiri, sebagaimana Allah menunjuk
Muhammad sebagai Rasulullah dengan firman- Nya:
Artinya :
Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan
kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan
yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (QS.Fussilat, 41:6)
Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan,
atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada
keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau
menyekutukan Allah. Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah,
bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa
yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan
diamalkan. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman
permulaan Islam. Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa
yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti
di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT, diterangkan
bahwa kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan
dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-
Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan
membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah ).
DAFTAR PUSTAKA
Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdu!
Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama
Jumadil Akhir 1425HIAgustus 2004M
Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~) karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamu!
Wasiith (tl/614:tL.3-~).
Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
Lihat Buhuuts fii `Aqiidah Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir
bin `Abdul Karim at `Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah Ahiis
Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim alHamd dan
Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr. Nashir bin `Abdul
Karim al-`Aql.
Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun
Syaikh Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit
Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M