Disusun Oleh:
1. Intan Nadilah (21184202006)
Segala puji bagi Allah atas kelimpahan nikmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Implementasi
Pembelajaran Humanistik dalam Permasalahan Pendidikan Karakter di Tingkat
Sekolah Dasar” dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa pula ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung
penulisan ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga mendapat balasan
dari Allah tuhan semesta alam.
Saya selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak menutup kemungkinan apabila
terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat di jadikan motivasi
untuk penyempurnaan penulisan makalah pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menambah referensi
keilmuan masyarakat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Paulo Friere, seorang pakar pendidikan dari Brazil yang disebut sebagai
tokoh mutikontinental, berhasil melihat fenomena pendidikan semacam ini
sebagai sasaran kritik pedasnya dalam karyanya yang terkenal Pendidikan Kaum
Tertindas. Menurutnya hubungan antara guru dan murid pada semua tingkatan
baik di dalam maupun luar sekolah mengungkapkan watak bercerita (narrative)
yang mendasar di dalamnya. Guru bercerita dan murid hanya patuh
mendengarkan, semua isi pelajaran disampaikan dengan cara bercerita, baik yang
menyangkut nilai-nilai maupun segi empiris dari realitas, sehingga pembelajaran
menjadi kaku dan mati.
1
Dalam kerangka operasionalnya pendidikan Islam dan pendidikan jenis
lain pada umumnya seringkali hanya menjadikan pendidikan suatu kegiatan
menabung, para murid menjadi celengan dan guru menjadi penabungnya. Namun
yang terjadi bukanlah proses komunikasi akan tetapi guru menyampaikan
pernyataan-pernyataan dan mengisi tabungan yang diterima dan dituangkan
dengan penuh patuh oleh para muridnya. Inilah konsep pendidikan gaya Bank,
dimana ruang gerak yang di sediakan kepada murid hanya sebatas menerima,
mencatat kemudian menyimpan. Dalam praktik pendidikan yang demikian ini
sesungguhnya guru telah menjadi kaum penindas dan murid telah menjadi kaum
tertinda, gaya pendidikan semacam inilah yang akan mematikan daya kreatifitas
setiap murid.
2
manusia akan dikatakan manusia seutuhnya apabila dari kedua unsur tersebut
sama-sama ada.
Untuk itu penanaman karakter harus dimulai sejak dini, Bredecam dan
Copple mengkaji bahwa anak usia dini bersifat unik, mengekspresikan
perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris dan
memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak usia
dini juga memiliki sifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi,
masih mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam bertindak, memiliki daya
3
perhatian yang pendek. Hal tersebut merupakan masa-masa belajar yang paling
potensial. Para ahli psikologi juga menyebut masa usia dini sebagai usia emas
(golden age) karena usia dini terbukti sangat menentukan terhadap kemampuan
anak dalam mengembangkan potensinya.
Maka dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
secara mendalam tentang teori humanistik yang digunakan oleh lembaga
pendidikan ini dalam proses pembelajaran dan pengembangan potensi diri para
peserta didik serta dalam melahirkan generasi-gereasi muda yang berkarakter dan
siap untuk meghadapi tantangan-tantangan masa depan. Sehingga penulis
memberi judul penelitian tesis ini “Implementasi Pembelajaran Humanistik
dalam Permasalaham Pendidikan Karakter di Tingkat Sekolah Dasar”.
4
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penanaman karakter di
tingkat Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
5
tema tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain dengan metode
Integrated learning, ada juga sekolah yang mengaplikasikan motode Joyfull
learning sebagai metode pembelajaran yang baik untuk pemahaman siswa.
Kemudian metode Contextual teaching, agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Dan menerapkan metode Cooperative
learning agar setiap problem pendidikan dapat diselesaikan dengan cara
berkelompok.
6
2.2 Proses Penanaman Karakter di tingkat Sekolah Dasar
1. Jam kejujuran, yaitu miniatur jam yang dimiliki setiap siswa dan tertempel
di bagian depan ruang kelas. Siswa diajak untuk jujur, yakni dengan cara
merubah jarum jam pada miniatur jam kejujuran sesuai jam kedatangan
siswa ke dalam kelas.
2. Mengintegrasikan nilai-nilai kejujuran, yaitu guru dituntut untuk
memasukkan nilai kejujuran pada setiap kompetensia atau mata pelajaran,
sehingga para siswa dapat mencermati makna kejujuran dan mengetahui
pentingnya jujur, kemudian berkeinginan untuk selalu jujur.
3. Buku harian, yaitu buku yang berisi kolom tentang kegiatan sholat,
mengaji, belajar dan membantu orang tua. Buku ini diisi oleh siswa dan di
tanda tangani para orang tua. dengan kegiatan ini dapat mendorong siswa
untuk selalu jujura mengerjakan kewajiban di rumah dan jujur melaporkan
kepada wali kelas.
7
2. Lingkungan indah, dengan adanya lingkungan yang indah di sekolah siswa
akan merasa senang dan nyaman menjadi penghuni di dalamnya. Para
siswa akan bersemangat berangkat ke sekolah untuk menikmati keindahan
lingkungan dan bermain bersama binatang-binatang yang ada di sekolah.
Hal sehingga siswa akan disiplin untuk tidak terlambat dan tadang lebih
awal.
8
Adapun kegiatan-kegiatan yang diterapkan di Sekolah Dasar untuk
menanamkan karakter cinta tanah air ialah sebagai berikut:
1. Upacara bendera, yaitu kegiatan upacara rutin di hari senin pagi, dengan
kegiatan ini siswa akan belajar tentang pendidikan kebangsaan,
mengenang jasa para pahlawan dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme
pada diri siswa. Sehingga para siswa sadar bahwa dirinya merupakan
generasi bangsa yang harus cinta tanah air dan berjuang memajukan
Indonesia.
2. Kenal Bangsa, yaitu kegiatan di luar sekolah dengan mengunjungi tempat-
tempat yang memiliki banyak nilai kebudayaan, seni dan sejarah, kegiatan
ini bertujuan untuk mengenalkan siswa pada negara. Maka siswa akan
mengetahui tradisi adat setempat, budaya, makan khas, pakaian adat, hasil
karya daerah, bahasa dan kekayaan lainnya yang dimiliki oleh setiap
daerah yang ada di Indonesia. Dan siswa memiliki kemauan untuk
melestarikannya sebagai bentuk cinta terhadap tanah air.
3. Hari Batik, yaitu hari dimana seluruh warga sekolah diwajibkan untuk
menggunakan pakaian batik, karena batik merupakan ciri khas seni
indonesia dan seni busana yang tidak dimiliki negara lain. Penerapan hari
batik merupakan langkah yang bagus untuk menanamkan rasa bangga dan
cinta akan seni Indonesia, keanekaragaman batik merupakan bentuk dari
falsafah “Bhinneka Tunggal Ika” berbeda-beda tapi tetap satu jua.
2.3 Kekurangan dalam Pembelajaran Humanistik terhadap Pendidikan
Karakter di Sekolah Dasar.
2.3.1 Ketika menerapkan teori pembelajaran Humanistik ini, sulit bagi siswa
Sekolah Dasar untuk memahami potensi mereka. Ini karena pendidik
“meninggalkan” siswanya dengan penemuan diri, tanpa dituntun dan
diberi petunjuk untuk membentuk karakter siswa, sehingga siswa harus
9
menemukan karakternya sendiri. Dengan siswa menemukan karakter
sendiri itu bisa menyebabkan mereka salah langkah, serta dapat berdampak
negatif dalam pemeuan karakter diri mereka sendiri.
2.3.3 Jika siswa tidak fokus pada proses pembelajaran, mereka mungkin masih
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran selanjutnya dikarenakan
keterlambatan pada tahap awal yaitu pengenalan karakter dalam diri
mereka.
2.3.4 Jika siswa tidak memahami apa yang diajarkan dan tidak didukung
langsung oleh pendidik, dapat menghambat kemajuan siswa pada saat
belajar di rumah maupun di sekoah.
2.4.2 Adanya media massa negatif, sehingga mengganggu proses belajar. Karna
melihat zaman sekarang yang sudah semakin modern. Seperti anak-anak
yang masih menduduki bangku Sekolah Dasar sudah di izinkan untuk
menggunakan telepon genggam, itu bahkan seringpula di salah gunakan.
Sehingga bisa berdampak negatif pada karakter siswa.
10
2.4.3 Kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya penanaman nilai, mereka
beranggapan pembelajaran nilai tidak meningkatkan aspek kognitif.
https://www.kompasiana.com/zayyinhikamofficial/
60cc39689f7b9d15a70ac7a2/teori-belajar-humanistik-dan-dampaknya-terhadap-
pembelajaran-pendidikan-agama-islam
BAB III
UPAYA
Dalam menerapkan teori belajar humanistik dalam sekolah agar maksimal dan
berjalan dengan lancar maka diperlukan adanya suatu upaya dalam proses
membelajaran diantarnya :
Pada model pendidikan humanisme memerlukan siswa yang unik dan aktif,
sehingga mengusahakan siswa aktif berpatisipasi dalam kelas. Ada beberapa
model Pendidikan yang humanisme antara lain
11
Yaitu:
a) Memfasilitasi orang lain tanpa mengajar.
b) Memmengajar diri dengan belajar secara signifikan.
c) Belajar tanpa tekanan, dan
d) Mendidik dan mengajarkan siswa secara signifikan tanpa tekanan, dan
Memfasilitasi perbedaan yang ada.
2. Humanizing of The Classroom
Model pendidikan ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter,
sehingga mengakibatkan siswa meninggalkan pendidikan. Model
pendidikan berpedoman pada tiga hal yaitu menyadari diri yang
merupakan proses pertumbuhan, perubahan, dan perkembangan yang terus
berubah, menggali konsep identitas diri, dan membuka jalan berfikir yang
luas. Perubahan yang dilakukan bukan hanya pada materi Tetapi pada
aspek metodologis yang dipandang manusiawi.
3. Active Learning
Model Pendidikan ini gagasan dari M. L. Siberman yang mana belajar
bukanlah konsekuensi otomatis dalam menyampaikan informasi pada
siswa, akan tetapi belajar melibatkan tindakan dan mental sekaligus.
Pendidikan active learning yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara
mendengar, melihat dan mendiskusikan maka akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam menguasai pelajaran.
4. Quantum Teching
12
Guru mampu melakukan metode pendekatan pembelajaran Misalnya
belajar dengan metode animasi, belajar dengan cara visual, belajar dengan
cara menggambarkan dan mengamatinya, dan belajar dengan cara diskusi
memecahkan masalah yang ada dan melakukan refleksi seperti
mengajukan tanya jawab, sehingga membuat kelas aktif dan dapat
mengembangkan wawasan siswa.
2.Kelas
3.Guru
Guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kassih sayang,
self steem dan aktualisasi diri (Sriyanti, 2011: 86). Perspektif Humanistik,
pendidik harus memperhatikan pendidikan yang lebih responsif terhadap
kebutuhan afektif siswa, kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berhubungan
dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral (Djiwandono, 2006:
181).
13
memperhatikan keadaan murid, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan
yang terdapat di antara mereka” (Daradjat, 2005: 15). Guru yang humanis belajar
bukan hanya dari guru akantetapi dari siswa juga, memiliki hubungan yang baik
dengan siswa, memberi dorongan kepada siswa dengan saling percaya.
4.Siswa
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negative.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/zayyinhikamofficial/
60cc39689f7b9d15a70ac7a2/teori-belajar-humanistik-dan-dampaknya-
terhadap-pembelajaran-pendidikan-agama-islam
15