Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN HUMANIORA

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Menempuh Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran
IPS Sekolah Dasar)

Dosen Pengampu :
KRISMA WIDI WARDANI

Oleh
Kelompok 6
Albertus Galih 292015088
Silvia Isna 292015090
Agnesita Sekar. A 292015100
Tutut Rahmawati 292015103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S1


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, Februari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................iii

ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................................2
BAB 2 KAJIAN TEORI ................................................................................................................3
2.1 Hakekat Pendidikan Humaniora .....................................................................................3
2.2 Hakekat Pemikiran Logis, kritis, sistematis, dan inovatif ..............................................3
2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar..............................................7
2. 3.1 Kognitif .................................................................................................................7
2. 3.2 Fisik ........................................................................................................................8
2. 3.3 Psikologis ..............................................................................................................8
2. 3.4 Sosial.......................................................................................................................8
2.4 Hakekat Evaluasi ...........................................................................................................9
2. 5 Teknik Evaluasi ............................................................................................................9
2. 5.1 Ciri-ciri Tes yang Baik................................................................................................14
2.6 Cara Membuat Instrumen .............................................................................................14
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan bersama dengan orang lain manusia perlu mengembangkan sikap
untuk saling menghargai dan menghormati. Manusia di bekali dengan akal dan budi atau
lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan adanya tuntutan-tuntutan hidup
manusia yang lebih dari tuntutan hidup makhluk lain, dan memunculkan karya-karya
yang tidak dapat di hasilkan oleh makhuk lain. Oleh sebab itu manusia dibekali dengan
potensi-potensi yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Potensi potensi yang ada
perlu dioptimalkan dan diaktualkan. Dalam upaya untuk mengembangkan potensi-potensi
yang ada, setiap manusia memerlukan bantuan manusia lain. Manusia juga perlu
mendapatkan perlakuan yang manusiawi dari manusia lainnya, sehingga muncullah istilah
humaniora.
Humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia
dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi. Humaniora dapat ditujukan untuk
membantu manusia agar terbentuk menjadi manusia yang memiliki kematangan
emosional, kematangan moral, dan kematangan spiritual.
Dalam kehidupan sering muncul tindak kekerasan, anarkis, penganiayaan, pelecehan,
dan diskriminatif. Manusia belum bisa menghargai hak-hak manusia lain.Oleh karena itu,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk manusia yang berjiwa sosial dan
memiliki jiwa kemanusiaan. Gagasan pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan
merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin
terkikis.
Melalui pendidikan de-humaniora diharapkan manusia dapat mengenal dirinya,
kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan alam fisik
melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pendidikan de-humaniora
maka perlu ada dukungan dengan adanya karakteristik perkembangan peserta didik di
sekolah dasar sehingga dengan mengembangkan kemampuan peserta didik dapat
diterapkan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, agar pendidik dapat memperhatikan
sikap dan perilaku peserta didik maka diperlukannya evaluasi untuk mengamati sejauh
mana perkembangan peserta didik. Cara untuk memperoleh hasil evaluasi yaitu teknik tes
dan teknik non-tes

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan humaniora dalam karakteristik perkembangan peserta didik di
Sekolah Dasar ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif ?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan peserta didik sekolah dasar ?
4. Apa yang dimaksud dengan evaluasi ?
5. Bagaimana teknik evaluasi yang tepat ?
6. Bagaimana cara penyusunan instrumen evaluasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan humaniora dalam karakteristik perkembangan peserta
didik di Sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui hakekat pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif.
3. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan peserta didik sekolah dasar.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hakekat evaluasi
5. Untuk mengetahui teknik evaluasi yang tepat
6. Untuk mengetahui instrumen penyusunan evaluasi

2
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Hakekat Pendidikan Humaniora
Dunia pendidikan selama ini masih kurang memperhatikan masalah pembentukan
karakter dan watak (character building) peserta didik. Akibat persoalan moralitas yang
kurang mendapat perhatian itu, sebagian manusia Indonesia tiba-tiba muncul menjadi
pemarah, pendendam, curang, suka membangga-banggakan diri sendiri dan
kelompoknya, penuh fitnah, anarkis, provokatif, gila kekuasaan, dan menampakkan
sejumlah sikap lainnya yang negatif. Tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat tidak
hanya dirasakan oleh anak-anak, namun remaja, dewasa, bahkan orang tua pun
mengalami tindak kekerasan. Mereka tidak hanya menjadi korban, akan tetapi juga
menjadi pelaku. Pelaku bukan hanya orang-orang yang tidak pernah tahu sekolah, tetapi
juga yang sedang dan sudah mengenyam pendidikan sekolah, tingkat dasar, menengah,
menengah atas, dan perguruan tinggi.
Sekolah yang semestinya merupakan tempat pendidikan formal saat ini dapat
dikatakan sebagai gedung kriminal. Tawuran antar pelajar masih marak terjadi dimana-
mana, yang menimbulkan korban jiwa dan meterial. Menurut A. Daliman (2013:2)
pendidikan nasional pada hakekatnya adalah untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Tidak hanya matang kognitifnya saja, tetapi juga harus matang secara sikap
dan psikomotoriknya. Oleh sebab itu pemerintah memprogamkan bidang studi
Humaniora masuk kedalam kurikulum sekolah. Menurut Prof. Dr. Nugroho Notosusanto
(dalam A. Daliman, 2013:3) berpendapat berdasarkan eksistensinya Humaniora
merupakan bidang-bidang studi yang berusaha menafsirkan makna kehidupan manusia di
dunia dan berusaha mempertinggi martabat dan eksistensi manusia. Berbeda lagi dengan
definisi dari Elwood. Ia bertitik tolak dari nilai-nilai moral yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain serta dengan alam lingkungan. Humaniora menurut Elwood
adalah seperangkat sikap dan perilaku moral manusia terhadap sesamanya. Artinya
hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang
Khalik (Tuhan).
Secara etimologi Humaniora berasal dari bahasa Latin humanus yang berati
manusiawi. Atas dasar etismologi ini Hassan Shadily dalam A Daliman (2013:2)
memberikan definisi bahwa humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang membuat
manusia lebih manusiawi. Yang dimaksud manusiawi adalah membuat manusia lebih
berbudaya. Manusia memanusiakan diri dalam dan dengan kebudayaan. Kebudayaan

3
pada hakekatnya merupakan realisasi dan kristalisasi pengembangan pribadi dan akal
budi manusia. Dalam hubungan ini kebudayaan dapat berarti pasif dan aktif. Kebudayaan
secara pasif artinya keaktifan manusia dalam menciptakan sesuatu, misalnya alat
elektronik, candi, bangunan dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan aktif adalah suatu
proses atau keaktifan manusia dalam membuat kebudayaan, lebih tepatnya disebut
dengan membudaya. Dalam hidupnya, manusia tidak bisa terlepas dari alam sekitarnya.
Membudaya berarti mengatur dan mengubah alam sekitar agar dapat bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Di zaman modern ini akal dan pikiran manusia
memang berkembang sangat pesat, terbukti mereka dapat menciptakan teknologi yang
canggih dan modern. Apabila manusia tidak bijak dalam menyikapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bukan tidak mungkin apabila manusia diperbudak
oleh hasil ciptaanya sendiri.
Manusia merupakan mahluk yang paling mulia diantara ciptaan Tuhan yang lainnya,
karena manusia dibekali dengan akal budi. Manusia memilki kemampuan untuk mengatur
kehidupan mahluk lain, mengubah apa yang ada di alam, manusia memiliki ilmu
pengetahuan yang membuat kehidupan mereka lebih sempurna, serta manusia memilki
kekuasaan terhadap mahluk lain untuk keperluan hidupnya. Dengan akal dan dayanya,
manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang bersifat bahan mentah, yang disediakan
oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka.
Dengan selalu berfikir dan mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya
dengan mereka yang tidak berminat untuk selalu berfikir dan mencoba.
Humaniora menyiapkan manusia berpikir luwes, lincah dengan segala visi dan
persepsi untuk perkembangan dan penyesuaian (Anwar Saleh, 2002:13). Meskipun
membosankan, kebenaran dan ketelitian sangat diperlukan di dalam pendidikan bahasa
dan seni agar dapat mencapai nilai tinggi. Kesenian seperti drama harus dimainkan
dengan cermat untuk memenuhi segala tuntutan, dan dinikmati secaratenang. Para siswa
aktif memainkan peran, berlatih gigih, dan mau mengorbankan waktu untuk berlatih.
Semua memegang peran sebelum tampil di pentas dan masing-masing berlatih. Itu semua
merupakan pembentukan pribadi dan budi pekerti bernilai tinggi. Itu berbeda dengan
"kesantaian pasif' memutar kaset, mendengar radio, menonton TV. Orang dengan
gampang dapat menikmati sesuatu tanpa susah payah dan tanpa latihan. Namun berapa
banyak segi edukatif dalam kesantaian pasif terlepas lewat begitu saja. Itu sebabnya
kesantaian pasif seperti di atas kurang berdaya dalam memanusiakan manusia.
Maksudnya, isi pendidikan humaniora itu adalah melatih orang untuk mempunyai

4
keahlian meningkat sampai puncak kemampuan dalam segala hal, yang berguna nyata
dalam hidup manusia (Sunarja, dalam Anwar Saleh, 2002:13).
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan manusia, masyarakat, dan alam
lingkunganya secara terus menerus guna mempertahankan kehidupan manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam penyusunan sistem pendidikan perlu
memeperhatikan masalah-masalah eksistensi manusia pada masa lampau, masa kini, dan
kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Pendidikan nasional juga harus mampu
mengembangkan bangsa dan kebudayaan nasional. Dalam menciptakan suasana
humaniora dalam sekolah diperlukan pemimpin yang yakin akan kegunaan pendidikan
humaniora, dapat menangkap inti dan jiwanya, dan sanggup memberi waktu, biaya,
tenaga, dan ruang gerak untuk aktivitasnya. Pendidikan humaniora tidak boleh
dipaksakan, digencet waktu, tidak ada tenaga, serta memerlukan pendidik yang memiliki
cinta terhadap anak didiknya.
Pendidikan humaniora lebih menekankan pada nilai-nilai. Nilai moral dipandang
sebagai dasar manusia untuk dapat membudaya dengan lingkungannya. Bidang studi
yang merupakan dasar pembentukan nilai moral adalah pendidikan kebudayaan.
Pendidikan kebudayaan membentuk manusia untuk menjadi lebih manusiawi. Pendidikan
humaniora dikembangkan dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya. Menurut
Sunarja dalam Anwar Saleh (2002:16) manusia budaya pasti dapat melihat keseluruhan
dan bagian-bagian detail keselarasan. la dapat merasakan ketidakberesan dalam tata
hidup, tata hukum, dan tata kerja.

2.2 Hakekat Pemikiran Logis, Kritis, Sistematis, dan Inovatif


Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. (Jurnal Universitas
Negeri Surabaya, oleh Tatag Yuli Siswono). Berpikir sebagai suatu kemampuan mental
seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain berpikir logis, sistematis,
kritis, dan inovatif.
Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik
kesimpulan yang dapat dibuktikan bahwa kesimpulan tersebut benar sesuai dengan
pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan sebelumnya. Berpikir kritis merupakan
suatu keterampilan berpikir secara efektif untuk mengevaluasi secara sistematis yang
berdasarkan dari pemikiran diri sendiri dan orang lain. Salah satu pendekatan yang dapat
untuk meningkatkan minat siswa dalam berpikir kritis adalah dengan menciptakan

5
suasana kelas yang nyaman dengan memberikan pertanyaan pada siswa. Berikanlah
pertanyaan yang dapat menarik perhatian pada siswa untuk mengevaluasi dan bertindak
atas pemikirannya sendiri.
Proses berpikir kritis meliputi :
1. Mengenal situasi.
2. Mempertimbangkan pendapat sesuai dengan bukti atau data-data yang akurat
(menganalisa).
3. Memberikan argumentasi beserta bukti kebenarannya.
4. Menarik kesimpulan atau memberikan keputusan akhir.
5. Mengaplikasikan kesimpulan.
Berpikir kritis memiliki komponen yaitu berpikir logis yang berkaitan dengan
keterampilan seperti membandingkan, mengurutkan, sebab-akibat, menyusun,
mengaitkan dan sebagainya. Keterampilan berpikir kritis dan inovatif merupakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan oleh siswa. Revisi
taksonomi bloom menurut Anderson & krathwohl (Utami, 2013), mengklasifikasikan
ranah kognitif ke dalam enam tingkatan berpikir yaitu :
1. Mengingat (Remembering) 4. Menganalisis (Analysing)
2. Memahami (Understanding) 5. Mengevaluasi (Evaluating)
3. Menerapkan (Applying) 6. Mencipta(Creating)
Tahap yang selanjutnya dilakukan setelah berpikir kritis adalah berpikir sistematis.
Berpikir sistematis merupakan kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan tahapan yang tepat. Dalam berpikir secara
sistematis maka diperlukan untuk memahami data-data atau informasi yang digunakan.
Tahap yang selanjutnya dilakukan setelah berpikir sistematis yaitu berpikir inovatif.
Berpikir inovatif merupakan proses untuk menghasilkan ide-ide atau karya-karya yang
baru. Berpikir inovatif diperoleh melaui kegiatan atau aktivitas siswa yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Kreativitas siswa dapat digunakan siswa untuk mengemukakan
ide-ide baru dalam membuat konsep, mengembangkan masalah baru yang tersusun untuk
dipecahkan. Kreativitas diharapkan siswa dapat menemukan ide-ide baru yang belum
diciptakan sebelumnya.
Dengan menggunakan pemikiran logis, kritis, sistematis, inovatif diharapkan siswa
dapat mempelajarai masalah secara sistematis dengan merumuskan ide-idet atau karya-
karya yang inovatif sehingga siswa dapat menemukan wawasan yang baru. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka siswa harus memiliki keterampilan dalam berpikir kritis
dan kreatif. Oleh karena itu, siswa harus memiliki mentalitas dalam belajar yang
dilakukan secara terus menerus dengan mempelajari teknik-teknik dalam membuat suatu

6
karya. Melalui aktivitas atau kegiatan siswa diharapakan dapat meningkatkan kemampuan
2.3 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar
berpikir siswa menjadi lebih kritis dan inovatif.
Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat
drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 12 tahun
menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
2.3.1 Perkembangan Fisik Siswa SD
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada
usia 10 tahun baik lakilaki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah
kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 13 tahun anak perempuan
berkembang lebih cepat dari pada lakilaki, Sumantri dkk (2005).
a. Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yanglebih
lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahundi SD.
b. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak lakilaki dan perempuan kurang lebi sama.
Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih
langsing dari anak lakilaki.
c. Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami
masalonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
d. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih
kuat daripada anak lakilaki. Anak lakilaki memulai lonjakan pertumbuhanpada
usia sekitar 11 tahun.Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan
mendekati puncaktertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai
denganmenstruasi umumnya dimulai pada usia 1213 tahun. Anak lakilaki
memasukimasa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 1316 tahun.
e. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini
terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum
mampubereproduksi menjadi mampu bereproduksi.Hampir setiap organ atau sistem
tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahanini. Anak pubertas awal (prepubertas)
dan remaja pubertas akhir (postpubertas)berbeda dalam tampakan luar karena
perubahan perubahan dalam tinggiproporsi badan serta perkembangan ciriciri seks
primer dan sekunder.
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang,waktu
terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Ratarata anak
perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak
lakilaki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu
1,5hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang

7
memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaanperbedaan ini ada anak
yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.
2.3.2 Perkembangan Kognitif Siswa SD
a. Tahap Oprasional Konkrit
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkrit di kehidupan sehari-hari, Jean Piaget (1896-1980).Tetapi dalam tahap konkrit
oprasional masih mempunyai kekurangan yaitu anak mampu melakukan aktifitas
logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak
dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal yaitu tanpa adanya bahan yang
konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah dengan baik.
2.3.3 Perkembangan Sosial
Usia 0-12 bulan bayi sudah bisa mengekspresikan perasaannya, yaitu sudah bisa
membalas senyuman, menangis, tertawa, berteriak, dan dapat mengenal wajah anggota
keluarga.Usia 1-3 anak mulai dapat berinteraksi dengan anggota keluarga atau dengan
anggota keluarga yang sudah dikenal, dan mengekspresikan persaan dengan wajar
(marah, senang, sakit, takut).Usia 4-6 anak dapat bekerja sama dengan orang lain,
bermain, berimajinasi, memiliki sikap tenggang rasa, mulai mandiri, dapat mengikuti
aturan, dan puas dengan prestasi yang dicapai atau yang dimilikinya. Pada usia sekolah
kususnya usia SD anak mulai memiliki teman sebaya, namun pada usia ini anak tidak
mudah lagi untuk menuruti perintah karena cenderung di prngaruhi oleh teman
sebayanya.

2.3.4 Perkembangan Psikologis


Masuk usia SD anak mulai berkembang ketrampilannya, namun pada usia ini anak
cenderung bersifat mandiri dan egosentris atau berpusat pada diri sendiri. Dan dunia
mereka adalah keluarga dan taman kanak-kanaknya. Daya konsentrasi anak tumbuh
pada kelas kelas besar SD. Mereka dapatmeluangkan lebih banyak waktu untuk tugas
tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya.
Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan
bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga
mulai peduli pada permainan yang jujur.

2.4 Hakekat Evaluasi


Dalam setiap pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen yang terpenting
bagi guru karena untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa sehingga guru
dapat mengetahui hambatan-hambatan yang dimiliki oleh siswa. Menurut Elis dan
Rusdiana, Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai

8
proses sistematis dalam menentukan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. (Evaluasi
Pembelajaran, 21 : 2015). Evaluasi dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian
perkembangan kemampuan siswa dengan tujuan yang dicapai oleh siswa.
Dalam proses evaluasi guru harus menyesuaikan karakteristik siswa dengan
menggunakan suatu tolak ukur rertentu. Karakteristik yang dimiliki siswa dalam
pembelajaran adalah kesesuaian perkembangan kemampuan siswa yang meliputi tiga
aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan
motivasi), dan psikomotor (keterampilan, gerak, dan tindakan). Evaluasi tersebut dapat
dilakukan secara lisan, tertulis, ataupun perbuatan.
Hasil yang diperoleh dari evaluasi adalah kualitas yang menyangkut tentang nilai
maupun arti. (Evaluasi Pembelajaran, 9 : 2012). Dalam melakukan kajiian tentang
evaluasi maka yang perlu dilakukan adalah mempelajari tentang proses yang berkaitan
dengan kualitas. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari
proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut dapat dilakukan secara sistematis dam
berkelanjutan yang sesuai dengan prosedur.

2.5 Teknik Evaluasi


1. Teknik Tes
Sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut
pemakaian dan waktu atau kapan digunakannya tes tersebut Model-model tes
tersebut, yaitu:
a. Tes Seleksi
Tes seleksi ini tak jarang lagi kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari.Tes
ini juga bisa kita sebut, tes penyaringan bagi calon siswa tahun ajaran baru yang
ingin memasuki suatu lembaga sekolah.Materi tes yang digunakan dalam tes ini
hanyalah materi prasyarat untuk mengikuti atau melanjutkan ke pendidikan
selanjutnya. Misalnya seorang siswa akan mengikuti lomba cerdas cermat, siswa
tersebut di beri ujian atau tes seleksi, ujian tersebut berisi tentang materi-materi
yang di ujikan di lomba. Apabila nilainya memenuhu syarat siswa tersebut dapat
menjadi peserta cerdas cermat mewakili sekolahnya.Tes ini dapat dilaksanakan
dengan lisan, tulisan, serta dapat dengan perbuatan.
b. Tes Awal
Tes ini juga sering kita dengar dengan istilah pre-test. Tes ini digunakan pada
saat akan berlangsungnya penyempaian materi yang akan di ajarkan oleh guru

9
kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
yang akan di ajarkan telah dapat di kuasai oleh siswa didik. Tes ini mengandung
makna, yaitu: tes yang dilaksankan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran
terjadi. Materi tes yang di berikan harus berkenaan dengan materi yang akan
diajarkan dan soalnya mudah-mudah akan tetapi memenuhi pokok pembahasan
yang seharusnya materi tersebut telah dikuasai oleh siswa. Contoh soal tentang
sejarah kerajaan Islam di Indonesia yang di ajarkan di kelas 5. Dengan catatan
apa bila semua soal tes awal dapat dijawab atau dikuasai dengan baik dan benar,
maka materi tes yang ditanyakan tidak akan diajarkan lagi, dan apabila materi tes
yang ditanya belum cukup dipahami siswa, maka guru hanya mengajarkan materi
yang belum dipahami. Tes ini dapat dilaksanakan dan dilakukan dengan tes lisan
dan tulisan.
c. Tes Akhir
Tes ini lebih banyak diketahui dengan post-test.tes ini dilaksanakan pada akhir
proses pembelajaran suatu materi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang materi dan pokok penting materi yang dipelajari.
Materi tes ini barkaitan dengan materi yang telah diajarkan kepada siswa
sebelumnya, terutama materi tentang sub-sub penting pelajaran. Naskah tes akhir
sama dengan tes awal supaya guru kita dapat mengetahui mana lebih baik hasil
kedua tes tentang pemahaman siswa. Apabila siswa lebih memahami suatu materi
setelah proses pembelajaran maka, program pengajaran dinilai berhasil.
d. Tes Diagnostik
Tes ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga dengan mengetahui kelemahan siswa tersebut, maka kita bisa
memperlakukan siswa tersebut dengan tepat.Materi tes yang ditanya dalam tes
diagnostik biasanya mengenai hal-hal tertentu yang juga merupakan pengalaman
sulit bagi siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan
mengkaloborasi kedua cara tes. dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika
hasil pemeriksaan tersebut membuktikan kelemahan daya serap siswa maka
terhadap suatu pembelajaran. Maka siswa tersebut akan dilakukan pembimbingan
secara khusus kepadanya.
e. Tes Formatif
Tes ini merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui sejauh
mana siswa menguasai pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dlam

10
jangka waktu yang telah ditentukan, tes ini dilaksanakan biasanya di tengah-
tengah perjalanan program pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan ulangan
harian. Materi tes ini adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa
sebelumnya.Soalnya bisa dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika
siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan
menyampaikan materi selanjutnya. Dan apabila materi belum dapat dikuasai
secara menyeluruh, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum
dipahami.
f. Tes Sumatif
Tes ini tidak asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari program
pembelajaran.Tes ini juga bisa disebut EBTA, tes akhir semestes, UAN.Tes ini
dilaksanaka pada akhir program pembelajaran.Seperti setiap akhir semester, akhir
tahun. Materinya yang di tes adalah materi yang telah diajar kan selama satu
semester. Dengan demikian materi ini lebih banyak dari materi te yang ada pada
tes formatif. Tes ini biasanya dilakukan dengan cara tulisan, dan biasanya siswa
memperoleh soal yang sama satu sama lain. Tes ini memiliki tingkat tes yang
sukar atau lebih berat dari tes formatif.Dengan ada tes ini maka kita bisa
menentukan peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran, dan
juga tes ini menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program
pembelajaran selanjutnya.

2. Teknik Non-Tes
Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat
evaluasi, diantaranya
a. Skala Bertingkat
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka terhadap
suatu hasil penentuan.Kita dapat menilai hampir segala aspek dengan
skala.Dengan maksud agar pencatatannya objektif, maka penilaian terhadap
penampilan atau pengambaran kepribadian seseorang disiapkan dalam bentuk
skala.
b. Kuesioner

11
Kuesioner juga dapat diartikan angket yang digunakan sebagai alat bantu
dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar. Dengan adanya angket yang
harus diisi oleh siswa maka guru akan mengetahui keadaan, pengalaman,
pengetahuan dan tingkah. Angket atau soal kuesioner dapat di berikan secara
langsung dan dijawab atau diisi langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner
langsung. Dan jika angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain
( sanak saudaranya), namun soalnya dituju untuk objek, ini disebut kuesioner
tidak langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan tenaga.
c. Daftar Cocok
Daftar cocok adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah dipahami oleh
penjawabnya dengan cara menconteng saja.
Contoh:
Berikanlah tanda conteng pada kolom yang sesui dengan pendapatnya.
Pendapat pernyataan penting biasa Tidak penting
1. Rajin belajar
2. Suka membaca
3. Sering bolos
4. Cepat memahami
d. Wawancara
Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah proses
pengumpulan keterangan yang dilakukang dengan tanya jawab lisan sepihak,
bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis:
1. wawancara terpimpin,yang materi pertanyaannya telah terstruktur dengan
tujuannya.
2. wawacara bebas, yang materi yang ditanyakan bebas tidak terstruktur akan
tetapi mempunyai tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung atau orang
tuanya.
e. Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang
dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti
dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis. Observasi atau pengamatan
dapat dibedakan menjadi 3 bentuk:

12
1. Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya langsung
memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati. Seperti pengamatan
tentang pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi petani.
2. Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kata gorinya. Pengamatan
ini dilakukan di luar dari kelompok yang ingin diamati.
3. Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting
dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai dengan
tujuan evaluasi.
f. Riwayat hidup
Riwayat hidup juga bisa kita katakan curiculum vite (CV).Atau gambaran
hidup peserta didik, dalam segala aspek. Dengan mengkaji atau menganalisis
dukumen atau riwayat hidupnya maka seorang guru akan dapat menarik
kesimpulan tentang tingkah laku atau kepribadian dan sikap dari peserta didik.
Soal-soal yang biasa digunakan seperti.Nama siswa, status dalam keluarga, agama
yang dianut, prestasinya dll.

2.5.1 Ciri-Ciri Tes yang Baik


Tes akan dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Validitas
Maksud dari validitas adalah apa bila tes tersebut sesuai dengan materi
pembelajaran. Kata lainnya adalah nilai tes tersebut tepat atau mempunyai nilai
ketepatan jawabanya. Contoh: untuk mengukur pertisipasi siswa terhadap proses
pembelajaran dapat dilahat melaluai kehadiran, terpusatnya perhatian siswa pada
pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam
arti yang relevan pada permasalahan.
2. Realibilitas

13
Maksud dari reabilitas tes adalah apa bila tes tersebut dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Dengan kata lain, jika
diberikan kepada siswa tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka siswa akan
tetap berada dalam urutan atau tingkatan yang sama dalam kelompoknya.
3. Objektivitas
Maksud dari objektivitas tes adalah tidak adanya unsur pribadi antara guru dengan
peserta didik baik dalam aspek membuat soal maupun dalam skoringnya.
4. Praktis dan Ekonomis
Istilah ini telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.Dalam tes yang
dimaksud dengan praktis dan ekonomis adalah sebuah tes tidak boros waktu ataupun
biaya, sehingga mudah diikuti.

2.6 Cara Membuat Instrumen


Jenis-jenis Instrumen
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukurketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dariresponden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia
ketahui.
3. Interview
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari datatentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu.
5. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung, observasidapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan
rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati.
6. Skala bertingkat (ratings)

14
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentangprogram atau orang. Instrumen ini dapat
dengan mudah memberikan gambaran penampilan,terutama penampilan di dalam
orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnyasifat-sifat. Di dalam
menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
7. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Didalammelaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda
tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.

Langkah-langkah menyusun Instrumen


(Iskandar, 2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian,yaitu:
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.

15
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pendidikan humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang membuat manusia lebih


manusiawi. Sekolah yang semestinya mejadi tempat pembentukan manusia seutuhnya,
namun pada realisasinya hal ini belum dapat terlaksana secara maksimal. Masih banyak
terjadi penyimpangan-penyimpangan baik diluar maupun di dalam sekolah. Melalui
pendidikan humaniora, manusia dituntut untuk menjadi manusia yang berbudaya, dalam
arti dapat berhubungan baik dengan sesama manusia, dengan alam, dan juga dengan
Sang Pencipta.

Melalui humaniora peserta didik juga diharapkan dapat berpikir secara logis, kritis,
sitematis, dan inovatif guna memecahkan masalah di dalam kehidupannya. Peserta
didik diharapkan dapat mengenal situasi yang sedang dihadapinya serta dapat
menyikapinya secara bijak. Dalam penerapan pendidikan humaniora disekolah perlu
memperhatikan karakteristik perkembangan peserta didik, baik secara kognitif, fisik,
psikologis, dan sosial. Karena disetiap usia anak memerlukan perlakuan yang berbeda
oleh pendidik.

Untuk mengetahui sejauh mana humaniora sudah terlaksana, guru perlu


memerlukan evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu komponen yang terpenting bagi
guru karena untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa sehingga guru dapat
mengetahui hambatan-hambatan yang dimiliki oleh siswa. Teknik evaluasi dapat
dilakukan secara tes maupun non tes.
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007.

Elis Ratnawulan dan A. Rusdiana. 2015. Evaluasi Pembelejaran. Bandung : Pustaka Setia

A . Daliman, 2013. Pendidikan Humaniora dalam Rangka Pembaharuan Sistem Pendidikan


Nasional. PDF

Saleh, Anwar. 2002. Pendidikan Humaniora untuk Mengembangkan Wawasan Kemanusiaan


dan Kebangsaan. PDF

Utami, Asih. 2013. Profil Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Gaya Kognitif. Tesis tidak dipublikasikan. Malang : Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Malang.
Zainal, Arifin, Dr.s, M.pd. 2012. EVALUASI PEMBELAJARAN. Jakarta : DIKTIS Kemenag

(Hartamto. 2013. Instrumen Penelitian.PDF. .https://hartanto104.files.wordpress.com)


Diunduh Jumat 17 Februari 2017 Pukul 14. 15 WIB

(Tatag Yuli Siswono. Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif. http://www.researchgate.net)


Diunduh Rabu 15 Februari 2017 Pukul : 10.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai