disusun oleh:
Raudah Nursasmita : 1813042006
Putri Sari Ayu : 1813042010
Dzaky Martadho : 1813042054
Rizki Amalia Dinanti Hasan : 1853042006
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah nya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah sebagai pengganti pertemuan mata kuliah
Psikologi Pendidikan.
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya
berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan
tugas ini.
Daripada itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki tugas ini.
Akhir kata, saya berharap tugas ini dapat memberikan banyak manfaat dan
menambah wawasan bagi siapa pun yang membaca nya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai belajar
dalam pandangan psikologi pendidikan. Serta memenuhi tugas yang telah
diberikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Psikologi
Menurut arti kata-kata maka psikologi sering diterjemahkan menjadi
ilmu jiwa. Yakni dari kata psyche yang berarti jiwa, roh, dan logos yang
berarti ilmu. Sartain memberikan batasan tentang psikologi yaitu
“psychology is the scientific study of the behavior of living organism, with
especial attention given to human behavior”.
Objek psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam:
a. Objek material yakni objek yang dipandang secara keseluruhannya.
Adapun objek material dari psikologi ialah manusia.
b. Objek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang
dipentingkan dalamm psikologi itu. Dalam hal ini maka objek
formal dari psikologi adalah berbeda-beda menurut perbedaan
zaman dan pandangan para ahli masing-masing.
Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi
dan fisiologi bukanlah perbedaan yang sangat tegas melainkan hanyalah
perbedaan dalam tekanan masing-masing adalah tidak mungkin untuk
menarik garis yang tegas yang membedakan antropologi dari sosiologi, atau
umtuk memisahkan dengan tajam sosiologi dan psikologi, atau psikologi
dari fisiologi.
Jelas kiranya bahwa tingkah laku manusia dalam arti luas merupakan
lapangan yang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik
hanya dari salah satu segi saja.
Psikologi pendidikan adalah cabang dati psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan
dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat
hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi
proses dan keberhasilan belajar.
Ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain :
1) Sampai sejauh mana faktor – faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar;
2) Sifat – sifat dari proses belajar;
3) Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar;
4) Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan – perbedaan individual
dalam kecepatan dan keterbatasan belajar;
5) Perubahan – perubahan jiwa yang terjadi selama dalam belajar;
6) Hubungan antara prosedur – prosedur mengajar dengan hasil
belajar;
7) Teknik – teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar;
2
8) Pengaruh relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan
pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal
terhadap suatu individu;
9) Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah;
10) Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi kondisi
sosiologis terhadap sikap para siswa.
Manusia adalah makhluk yang belum selesai, belum lengkap, dan yang
membutuhkan dunia luar untuk berkembang mencapai kesempurnaannya, baik
jasmani maupun rohani. Maka dari itu, manusia mengadakan interaksi dengan
dunia luar dengan menggunakan berbagai daya yang biasa disebut daya – daya
jiwa. adapun daya – daya yang terpenting antara lain adalah pengamatan,
tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan, dan kemauan.
3. Interlejensi
Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. orang berpikiran menggunakan
pikiran. Cepat tidak nya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergangtung
terhadap kemampuan intelejensinya.
William Stern berpendapat bahwa intelejensi sebagian besar tergantung dengan
dasar dan turunan. pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada
intelejensi seseorang. belajar berpkir hanya diartikan bahwa banyak nya
pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir
beratambah baik. Karena itu, pendapat baru membuktikan bahwa intelejensi pada
anak anak yang lemah pikirannya dapat juga didik dengan cara yang lebih tepat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelijensi seseorang sehingga terdapat
perbedaan intelejensi seseorang dengan yang lain ialah:
a. Pembawaan
b. Kematangan
c. Pembentukan
d. Minat dan pembawaan yang khas
e. Kebebasan
4. Motivasi
Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Apa saja
yang di perbuat manusia penting maupun tidak penting, yang berbahaya maupung
3
tidak, selalu ada motivasinya. Oleh karna itu motovasi dalam dunia pendidikan
sangat lah penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.
Para ahli psikologi menggolongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia
kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Sartain
membagi motif-motif menjadi dua golongan yaitu. Physiological drive dan Sosial
motifves dan Woodworth mengadakan klasifikasi motif sebagai berikut yaitu,
Unlearned motives dan Learned motives. Pada uraian-uraian sebelumnya menurut
kebanyakan definisi motivasi mengandung 3 komponen pokok yaitu
menggerakkan, mengarahkan, dan menopang.
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang
diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan
memotivasi itu di lakukan. Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan
seseorang. Menyangkut soal mengapa seseorang berbuat demikian dan apa
tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Mungkin ia didorong oleh nalurinya atau
keinginannya. Oleh karna itu setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang-orang yang akan di motivasi.
5. Belajar
Belajar sebagai aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita
sebagai pendidik anak-anak. Disamping kepandaian-kepandaian yang bersifat
jasmaniah(skill, motor ability), seperti: merangkak, duduk, berjalan tegak, lari,
naik sepeda, makan dengan sendok, dan sebagainya, anak(manusia) itu
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohniah. Jelaslah kiranya,
bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Juaga mengerti
pula kita sekarang, mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang lama
untuuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa
belajar bilamanapun dan dimanapun dia berada. Belajar merupakan suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang
yang sedang melakukan proses belajar.
Berikut adalah teori belajar yang terkenal dalam psikologi:
a. Teori Conditioning
b. Teori Conectionism
c. Teory menurut Psikologi Gestalt
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi
dua golongan:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual
2. faktor yang ada di luar indivudu yang kita sebut faktor sosial
Yang termasuk faktor individual antara lain: faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangankan yang
termasuk faktor sosial antara lain: Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga,
4
guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
5
menuntut terlalu berat melebihi kemampuan anak-anak. Tiap-tiap tuntutan
hendaklah disesuaikan dengna perkembangan umur, jasmani dan rohani anak-anak.
7. Kepribadian ( Personality)
Di dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari tidak jarang kita mendengar
dan bahkan menggunakan kata pribadi atau kepribadian itu, tanpa memikirkan
lebih lanjut apa arti yang sebenarnya dari kata-kata itu. Atau dengan kata lain, kata
pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk menunjukan ada nya ciri-ciri khas yang
ada pada seseorang. Berikut beberapa pengertian yang sangat erat dengan masalah
kepribadian, yakni: sikap, sifat, temperamen, dan watak
Sikap adalah suatu cara berekasi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Tiap orang empunyai sikap yang berbeda-beda terhadap perangsang. Ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti
adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas
perasaan, dan juga situasi lingkungan.
Sifat berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang.
Sifat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan,
minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Temperamen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungan nya dengan
konstitusi tubuh. Yang dimaksud dengan konstitusi tubuh disini ialah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya. Temperamen
lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/tergantung kepada konstitusi
tubuh. Oleh karena itu, temperamen sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkut. Watak dijelaskan
oleh I.R. Pedjawijatna ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan
tertentu dan tetap, baik tindakan itu baik atau pun buruk.
Menurut asal katanya, kepribadian berasal dari bahasa latin personare yang
berarti mengeluarkan suara. Kini kata personality oleh para ahli psikologi dipakai
untuk menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat di percaya tentang individu untuk
menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu itu.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu
1. Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering pula di
sebut faktor fisiologis. Keadaan fisik yang berlaianan menyebabkan sikap dan
sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula.
2. Faktor sosial
Yaitu manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu
yang bersangkutan. Termasuk kedalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi,
adat isdiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dalam masyarakat itu.
3. Faktor kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak
atau orang tidak dapat di pisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak
itu di besarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain adalah:
nilai-nilai
tradisi
pengetahuan dan ketrampilan
bahasa
Ulasan : Buku ini sangat informatif untuk menambah wawasan mengenai psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Keterkaitan antar bab ditulis secara terpadu.
Namun penggunaan kalimat dalam buku ini tidak efektif dan tidak dilengkapi
dengan contoh sehingga membuat penjelasan topik bahasan sulit dipahami.
7
B. Psikologi Belajar (Muhibbin Syah:2015)
1. Hubungan antara perkembangan dengan belajar
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari
pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh begitupun
sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
fungsi organ-organ jasmaninya, dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu
terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang di sandang oleh organ-organ
fisik perkembangan akan terus berlanjut hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan
rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna.perkembangan
dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa proses-proses
perkembangan tersebut meliputi:
a. Perkembangan motor, yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak.
Dalam psikologi kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakan, juga
kelenjar-kelenjar, dan sekresi. Secara singkat motor dapat pula di pahami sebagai
segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi terhadap organ
fisik.
b. Perkembanga koknitif, yaitu perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak. Istilah koknitif berasal dari kata
cognition yang padanannya knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang
luas ialah perolehan, penataan, dan pemeliharaan pengetahuan. Istilah koknitif
sebagai salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Sebagian besar psikolog terutama koknitifis berkeyakinan bahwa
proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak,
Jean Piaget yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980, mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan. Untuk mempermudah
identifikasi tahapan-tahapan perkembangan kognitif tersebt, berikut ini di sajikan
sebuah tabel.
No. Tahap Perkembangan Kognitif Usia Perkembangan
Kognitif
8
c. Perkembangan sosial dan moral, yaitu proses perkembangan mental yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan cara seseorang dalam
berkomunikasi
Pendidikan, ditinjau dari susut psikososial adalah upaya untuk menumbuh
kembangkan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Perkembangan psikososial siswa adalah proses
perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan sosial menurut Bruno (1987) merupakan proses pembentukan
pribadi dalam masyarakat . yakni pribadi dalam masyarakat, kluarga, bangsa, budaya,
dan seterusnya. Para tokoh psikologi telah banyak melakukan penelitian dan
pengkajian perkembangan sosisal anak-anak usia sekolah dasar dan menengah dengan
penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Dalam hal ini yang biasa
dijadikan rujukan adalah aliran teori cognitif psychology dengan tokoh utama Jean
Piaget dan Lawrence Kohlberg; serta aliran teori social learning dengan tokoh utama
Albert Bandura dan R.H Walters.
9
Selanjutnya pengikut Piaget, Lawrence Kohlberg menemukan tiga
tingkat pertimbangan moral yang dilalui manusia prayuwana, yuwana, dan
pascayuwana. Setiap tingkat perkembangan terdiri atas dua tahap
perkembangan, sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia itu
terjadi dalam enam tahap.
10
Tingkat III Moralitas pascakonvensional Remaja dan dewasa
(usia 13 tahun ke atas) mengartikan perilaku
baik sebagi hak pribadi
Tahap 5 : memperhatikan sesuai dengan aturan dan
hak perseorangan patokan sosial
Perubahan hukum dan
aturan apat diterima jika
di perlukan untuk
mencapai hal-hal yang
baik.
Pelanggaran hukum dan
aturan dapat terjadi
karena alasan - alasan
tertentu.
11
Menurut prinsip – prinsip conditioning, prosedur belajar dalam
mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku – perilaku lainnya, yakni
reward dan punishment. Melalui proses pembiasaan (conditioning), siswa
dapat menemukan pemahaman bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan
memohon maaf yang sebaik – baiknya agar tidak mendapat sanksi.
Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral
dengan prosedur – prosedur belajar menurut teori social learning adalah proses
imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua maupun guru harus memainkan
peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh
berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu
memerikan dukungan besar kepada siswa dalam menyelesaikan tugas – tugas
perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah
selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia.
Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu
sangat banyak manfaatnya, antara lain :
a. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat
kepada para siswa dengan pemdekatan yang relevan denga tingkat
perkembangannya.
b. Guru dapat mengantisipasi kemungkina – kemungkinan
timbulnyakesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil
langkah – langkah penanggulangan yang tepat sesuai dengan taraf
perkambangannya.
c. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai
aktivitas proses belajar-mengajar bidang studi tertentu untuk
sekelompok siswa dalam fase perkembangan tertentu.
d. Guru dapat menemukan dan menentukan tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Tidak
seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagi markas fungsi kognitif
bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal fikiran, melainkan juga menara
pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
Otak merupakan pengontrol bagi seluruh kegiatan kehidupan ranah –
ranah psikologis manusia. Otak tidak hanya berpikir dengan kesdaran, tetapi
juga dengaan ketidak sadaran. Pemikiran tidak sadar sering terjadi pada saat
kita tidur, yaitu mimpi. Ada dua macam kecakapan kognitifsiswa yang perlu
dikembangkan oleh guru, yakni :
a. Strategi belajar memahami isi materi pembelajaran
b. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral dalam materi pelajaran tersebut.
Strategi adalah sebuah istilah yang berarti prosedur mental yang berbentuk
tatanan tahap-tahap yang memerlukan alokasi upaya – upaya yang bersifat
kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan – pilihan kebiasaan belajar. Pilihan
belajar ini terdiri atas :
12
1. Menghafal prinsip – prinsip yang terkandung dalam materi;
2. Mengaplikasikan prinsip – prinsip materi.
Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan
luar yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah
ketidaklulusan. Sebaliknya, preferensi kedua biasanya timbul karena dorongan
dari dalam diri sendiri. Artinya siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan
materi-materi yang diajarkan oleh gurunya. Tugas guru dalam hal ini adalah
menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa
menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam
terhadap materi pelajaran.
Keberhasilan pengembanga ranah kognitif juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif dan psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal
jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya,
karena sifatnya terbuka.
2. Konsep Dasar Belajar
Belajar, memori, dan pengetahuan adalah hal – hal yang berkaitan dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori merupakan fungsi mental yang menangkap
informasi stimulis, dan merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia. Menurt Best
(1990), setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh
subsistem akal pendek terlebih dahulu disimpan sesaat dalam tempat
penyimpanan sementara yang disebut sensory memoryI yakni subsistem
penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Struktur sistem akal
manusia terdiri atas tiga subsstem, yakni sensory register, short term memory,
dan long term memory. Belajar memiliki beberapa bantuk, yaitu :
a. Belajar abstrak, bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan
pemecahan masalah yang tidak nyata, misalnya belajar matematika,
astronomi.
b. Belajar keterampilan, bertujuan untuk memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu, misalnya belajar olahraga.
c. Belajar sosial, bertujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalah sosial, seperti masalah keluarga.
d. Belajar pemecahan masalah, bertujuan untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah rasional, lugas,
dan tuntas
13
e. Belajar rasional, bertujuan untuk memperoleh berbagai kecakapan
menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Belajar rasional
tidak memberi tekanan khusus penggunaannya pada bidang eksakta.
f. Belajar kebiasaan, bertujuan untuk memperoleh sikap – sikap dan
kebiasaan – kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif secara
kontekstual serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku.
g. Belajar apresiasi, bertujuan untuk memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah efektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu.
h. Belajar pengetahuan, bertujuan untuk memproleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.
1. Teori Behavioristik
14
Fosnot (1996) mengatakan konstruktivisme adalah teori tentang
pengetahuan dan belajar yang menguraikan tentang apa itu mengetahui
dan bagaimana seseorang “menjadi tahu”. Konstruktivis memandang
ilmu pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan selalu berubah.
Karena itu guru harus memberi kesempatan pada si pembelajar untuk
membangun konsep yang akurat tentang pengetahuan tersebut. Dengan
demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktifitas
kolaboratif, refleksi, dan interpretasi.
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri – ciri perubanahn yang
spesifik. Karakteristik perilaku belaar ini disebut juga sebagai prinsip – prinsip
belajar. Di antara ciri – ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik
perilaku belajar yang terpenting adalah :
a. Perubahan itu intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman
atau praktik yang dilakukan dengan sengaja atau disadari. Karakteristik ini
mengandung konotasi bahwa siswa menyadari adanya perubahan dalam
dirinya, seperti penambahan pengetahuan, sikap dan pandangan tertentu,
dan keterampilan.
15
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering
tampak dalam perubahan – perubahan sebagai berikut:
a. Kebiasaan
Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang
ulang. Karena proses penyusutan / pengurangan inilah, munculnya suatu
pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat – urat syaraf
dan otot – otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.
c. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera – indera. Berkat pengalaman belajar
seorang siswa mampu mencapai pengamatan yang obyektif sebelum
mencapai pengertian. Pengamatan yang salah menimbulkan pengertian
yang salah, begitu pula sebaliknya.
f. Sikap
Sikap adalah pandangan atau kecenderunagn mental untuk bereaksi dengan
cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Perwujudan
perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan –
kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek atau
peristiwa.
g. Inhibisi
Inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan
tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lain yang
lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.
h. Apresiasi
16
Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap
benda – benda yang memiliki nilai luhur. Tingkat apresiasi siswa terhadap
sesuatu bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya.
17
4. EFESIENSI, METODE/PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG
MEMENGARUHI BELAJAR
Pendekatan belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta
metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efesiensi dan
keberhasilan belajar siswa.
A. Definisi efesiensi belajar
Efesiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan
terbaikanatar usaha dengan hasilnya. Dengan demikian , ada dua macam efesiensi
belajar yang dapat dicapai siswa,yaitu:
1) Efesiensi usaha belajar
Suatu kegiatan dapat dikatakn efisien kalau prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Efesiensi dari sudut
usaha ini dapat digambarkan sebagai berikut.
usaha belajar
dino (sangat
besar)
usaha belajar usaha belajar
dina ( besar) diny (sedang)
prestasi
belajar dino,
dina, dan
diny sama
18
2) Efesiensi hsil belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatan efesien bila dengan usaha belajar
tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Seperti yang digambarkan sebagai
berikut.
prestasi
belajar dini
(tinggi)
prestasi prestasi
belajar dino belajar dina
(rendah) (sedang)
usaha
belajar dino,
dini, dan
dina sama
19
B. Pendekatan belajar siswa
Menurut Ballard dan Clanchy(1990), pendekatan terhadap siswa pada
umumnya di pegaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan . ada dua macam
siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu:
1) sikap melestarikan apa yang sudah ada(conserving). siswa pada umumnya
menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan
kembali fakta dan informasi)
2) Seikap memperluas(extending). siswa biasanya menggunakan pendekatan
belajar “analitis”(berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan infomasi)
̵ berargumen
20
Sedangkan menurut Biggs(1991), pendekata belajar dapat dikelmpokkan kedalam
tiga protipe, yakni:
1) Pendekatan surface (permukaan / bersifat lahiriah)
2) Pendekatan deep( mendalam)
3) Pendekatan achieving (pencapaianprestasi tinggi)
John B. Biggs menyimpulkan bahwa protipe-protipe pendekatan belajar pada
umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya
terhadap pengetahuan.
21
Secar global, faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan
menjadi tiga macam sebagai berikut.
22
Menurut Gagne tranfer dalam belajar dapat di golongkan ke dalam empat
katagori, yaitu:
1) Tranfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
selanjutnya.
2) Transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar
selanjutnya.
3) Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan / keterampilan yang lebih tinggi.
4) Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan / keterampilan yang sederajat.
2. Lupa dan kejenuhan belajar
Lupa ialah hilangnya kemapuan untuk menyebut atau memproduksi sesuatu
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana
Gulo(1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagi ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau di alami.
Untuk mengurangi lupa dalam belajar adalah dengan cara meningkatkan
daya ingat akal kita. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba dalam meningkatkan
daya ingatan, antara lain menurut Barlow(1985), Reber (1988), dan
Andresson(1990) adalah sebagi berikut.
23
dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada
tingkat ketrampilan berikutnya.
Secar harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam
belajar, disampig siswa sering mengalami kelupaan, ia juga juga terkadang
mengalami peristiwa negatif lainnya yang di sebut jenuh beljar ini.
Jenuh belajar dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau.
peristiwa jenuh ini kalau dialami oleh siswa yang sedang dalam proses belajar
dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubadzirkan usahanya.
Adapun faktor faktor yang menyebabkan kejenuhan belajar ini terjadi
diantaranya yaitu:
1) Kejenuhan belajr dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi
dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai
pada tingkat ketrampilan berikutnya.
2) Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai
pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan.
Penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda
siswa, karena keletiha dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada
siswa yang bersangkutan.
Menurut Cross(1974) keletihan siswa dapat dikategrikan menjadi tiga
macam yakni:
- keletihan indra siswa
- keletihan fisik siswa
- keletihan mental siswa
Keletihan fisik dan indra pada umumnya dapat dikurangi atau di hilangkan
lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan
mengonsumsi makanan serta minuman yang bergizi. Sebaliknya, keletihan mental
tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana. Sedikitnya ada empat faktor
penyebab keletihan mental siswa yakni:
- karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh
keletihan itu sendiri.
- karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang-
bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut
sedang merasa bosan mempelajari bidang studi tadi.
- karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
lebih banyak kerja intelek yang berat.
- karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan
dia sendiri menilai belajarnya sendirihanya berdasarkan ketentuan yang ia buat
sendiri.
24
Selanjutnya, keletihan mental dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat sebagai
berikut:
- beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan serta
minuman yang bergizi.
- pengubahan atau penjdwalan kembali jam-jam dari hari hari belajar yang
dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
- pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi
pengubahan posisi meja tulis, lemari buku, alat alat perlengkapan belajar dan
sebagainya.
- memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk
belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
- siswa harus berbuat nyata(tidak menyerah atau tiggal diam) dengan cara
mencoba belajar dan belajar lagi.
3. Kesulitan belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
memperoleh kenerja akademik yang memuaskan. Naum dari kenyataan sehari
hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan da pedekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok anatara seorang siswa dengan siswa
lainnya.
Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan
rata-rata disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya
kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Berikut adalah faktor faktor
penyebab kesulitan belajar di antaranya:
Faktor intern siswa yang meliputi ganguan atau kekurangan psiko-fisik
siswa, yaitu:
- yang bersifat kognitif(ranah cipta), antar lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual atau intelejensi siswa
- yang bersifat afektif (ranah rasa) seperti labilnya emosi dan sikap
- yang bersifat psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat alat
indra.
Faktor ekstern siswa
- lingkungan kluarga
- lingkungan masyarakat
- lingkungan sekolah
25
Selain faktor faktor di atas ada juga faktor khusus yaitu sindrom psikologis
berupa ketidakmampuan belajar yang menimbulkan kesulitan belajar, yaitu:
Disleksia (ketidakmapuan belajar membaca)
Disgrafia (ketidakmapuan belajar menulis)
Diskalkulia ( ketidakmapuan belajar matematika)
26
5. Evaluasi dan prestasi belajar
Evaluasi hasil belajar atinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang ditetapka dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi
adalah assesment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
yang di capai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
a) Tujuan evaluasi
- mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa.
- mengetahui kedudukan siswa dalam kelas
- mengetahui tingkat usaha yang dilakukan dalam belajar
- mengetahui sejauh mana siswa menggunakan kapasitas kognitifnya untuk
keperluan belajar.
- untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar.
b) Fungsi evaluasi
- fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian rapor
- fungsi promosi untuk menentukan kenaikan atau kelulusan.
- fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan dan mengadakan
remedial teaching.
- sebagai sumber data BP untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
- sebagai bahan petimbangan pengembangan masa yang akan datang.
c) Ragam evaluasi
- pre-test dan post-test
- evaluasi prasyarat
- evaluasi diagnostik
- evaluasi formatif
- evaluasi sumatif
- ujian akhir nasional
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan, ditinjau dari susut psikososial adalah upaya untuk menumbuh
kembangkan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Perkembangan psikososial siswa adalah proses
perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain.
Psikologi pendidikan adalah cabang dati psikologi yang dalam penguraian dan
penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak,
baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan
terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Jelas kiranya bahwa tingkah laku manusia dalam arti luas merupakan lapangan
yang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik hanya dari salah satu
segi saja.
B. Saran
belajar merupakan tidakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang
ada, sehingga dapat menciptakan suasan kelas yang diinginkan bersama.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
30
Psikologi Belajar / Muhibbin Syah. Jenis Bahan, Monograf. Pengarang,
Muhibbin, Syah. Penerbitan, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada .
Ulasan : Buku Psikologi Belajar karya Syah Muhibbin sebagai media sumber pembelajaran
memiliki beberapa keunggulan. Buku ini membahas materi dengan cukup lengkap dan
dilengkapi dengan contoh – contoh yang memudahkan pembaca dalam mahami isi materi.
Namun penggunaan kalimat dalam buku ini kurang efektif, cenderung berbelit – belit serta
terdapat terlalu banyak istilah – istilah asing.
31