Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

disusun oleh:
Raudah Nursasmita : 1813042006
Putri Sari Ayu : 1813042010
Dzaky Martadho : 1813042054
Rizki Amalia Dinanti Hasan : 1853042006

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah nya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah sebagai pengganti pertemuan mata kuliah
Psikologi Pendidikan.
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya
berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan
tugas ini.
Daripada itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki tugas ini.
Akhir kata, saya berharap tugas ini dapat memberikan banyak manfaat dan
menambah wawasan bagi siapa pun yang membaca nya.

Bandar Lampung, 21 Februari


2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
A. Psikologi Pendidikan
(DRS. M. Ngalim Purwanto, MP. : 2010) .............................................. 2
1. Psikologi ........................................................................................... 2
2. Bahasa dan Berpikir ......................................................................... 3
3. Intelejensi ......................................................................................... 3
4. Motifasi ............................................................................................ 3
5. Belajar .............................................................................................. 4
6. The Self and Frustasi ........................................................................ 5
7. Kepribadian ...................................................................................... 6
B. Psikologi Belajar (Muhibbin Syah:2015) .............................................. 8
1. Hubungan Antara Perkembangan Dengan Belajar ........................... 8
2. Konsep Belajar ................................................................................. 13
3. Karakteristik, Manfestasi, dan Ragam Belajar ................................. 15
4. Efesiensi, Metode/Pedekatan, dan
Faktor yang Memengaruhi Belajar ................................................... 18
5. Evaluasi dan Prestasi Belajar ........................................................... 27

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 28


A. Kesimpulan ............................................................................................ 28
B. Saran ....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 29


LAMPIRAN .................................................................................................. 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk


menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan
cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Psikologi belajar
adalah sebuah disiplin (cabang ilmu) psikologi yang berisi teori-teori
psikologis mengenai cara belajar yakni teori-teori yang khusus mengupas cara
individu belajar atau mempelajari sesuatu. Untuk melaksanakan profesinya,
tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam
pengetahuan psikologis yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan
zaman dan kemajuan sains dan teknologi.
Di antara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru adalah
pengetahuan psikologis pendidikan yang erat kaitan dengan proses belajar
peserta didik. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan mengenai
proses perubahan perilaku maka, makalah ini disusun.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai belajar
dalam pandangan psikologi pendidikan. Serta memenuhi tugas yang telah
diberikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Psikologi Pendidikan (DRS. M. Ngalim Purwanto, MP. : 2010)

1. Psikologi
Menurut arti kata-kata maka psikologi sering diterjemahkan menjadi
ilmu jiwa. Yakni dari kata psyche yang berarti jiwa, roh, dan logos yang
berarti ilmu. Sartain memberikan batasan tentang psikologi yaitu
“psychology is the scientific study of the behavior of living organism, with
especial attention given to human behavior”.
Objek psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam:
a. Objek material yakni objek yang dipandang secara keseluruhannya.
Adapun objek material dari psikologi ialah manusia.
b. Objek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang
dipentingkan dalamm psikologi itu. Dalam hal ini maka objek
formal dari psikologi adalah berbeda-beda menurut perbedaan
zaman dan pandangan para ahli masing-masing.
Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi
dan fisiologi bukanlah perbedaan yang sangat tegas melainkan hanyalah
perbedaan dalam tekanan masing-masing adalah tidak mungkin untuk
menarik garis yang tegas yang membedakan antropologi dari sosiologi, atau
umtuk memisahkan dengan tajam sosiologi dan psikologi, atau psikologi
dari fisiologi.
Jelas kiranya bahwa tingkah laku manusia dalam arti luas merupakan
lapangan yang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik
hanya dari salah satu segi saja.
Psikologi pendidikan adalah cabang dati psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan
dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat
hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi
proses dan keberhasilan belajar.
Ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain :
1) Sampai sejauh mana faktor – faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar;
2) Sifat – sifat dari proses belajar;
3) Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar;
4) Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan – perbedaan individual
dalam kecepatan dan keterbatasan belajar;
5) Perubahan – perubahan jiwa yang terjadi selama dalam belajar;
6) Hubungan antara prosedur – prosedur mengajar dengan hasil
belajar;
7) Teknik – teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar;

2
8) Pengaruh relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan
pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal
terhadap suatu individu;
9) Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah;
10) Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi kondisi
sosiologis terhadap sikap para siswa.
Manusia adalah makhluk yang belum selesai, belum lengkap, dan yang
membutuhkan dunia luar untuk berkembang mencapai kesempurnaannya, baik
jasmani maupun rohani. Maka dari itu, manusia mengadakan interaksi dengan
dunia luar dengan menggunakan berbagai daya yang biasa disebut daya – daya
jiwa. adapun daya – daya yang terpenting antara lain adalah pengamatan,
tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan, dan kemauan.

2. Bahasa dan Berpikir


Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan
yang terarah pada suatu tujuan dan bahasa adalah alat yang terpenting bagi
berpikir. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir itu. Ciri – ciri
yang utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Ada beberapa macam cara
berpikir, diantaranya yaitu berpikir induktif, berpikir deduktif, dan berpikir
analogis.

3. Interlejensi
Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. orang berpikiran menggunakan
pikiran. Cepat tidak nya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergangtung
terhadap kemampuan intelejensinya.
William Stern berpendapat bahwa intelejensi sebagian besar tergantung dengan
dasar dan turunan. pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada
intelejensi seseorang. belajar berpkir hanya diartikan bahwa banyak nya
pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir
beratambah baik. Karena itu, pendapat baru membuktikan bahwa intelejensi pada
anak anak yang lemah pikirannya dapat juga didik dengan cara yang lebih tepat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelijensi seseorang sehingga terdapat
perbedaan intelejensi seseorang dengan yang lain ialah:
a. Pembawaan
b. Kematangan
c. Pembentukan
d. Minat dan pembawaan yang khas
e. Kebebasan

4. Motivasi
Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Apa saja
yang di perbuat manusia penting maupun tidak penting, yang berbahaya maupung

3
tidak, selalu ada motivasinya. Oleh karna itu motovasi dalam dunia pendidikan
sangat lah penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.
Para ahli psikologi menggolongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia
kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Sartain
membagi motif-motif menjadi dua golongan yaitu. Physiological drive dan Sosial
motifves dan Woodworth mengadakan klasifikasi motif sebagai berikut yaitu,
Unlearned motives dan Learned motives. Pada uraian-uraian sebelumnya menurut
kebanyakan definisi motivasi mengandung 3 komponen pokok yaitu
menggerakkan, mengarahkan, dan menopang.
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang
diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan
memotivasi itu di lakukan. Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan
seseorang. Menyangkut soal mengapa seseorang berbuat demikian dan apa
tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Mungkin ia didorong oleh nalurinya atau
keinginannya. Oleh karna itu setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang-orang yang akan di motivasi.

5. Belajar
Belajar sebagai aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita
sebagai pendidik anak-anak. Disamping kepandaian-kepandaian yang bersifat
jasmaniah(skill, motor ability), seperti: merangkak, duduk, berjalan tegak, lari,
naik sepeda, makan dengan sendok, dan sebagainya, anak(manusia) itu
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohniah. Jelaslah kiranya,
bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Juaga mengerti
pula kita sekarang, mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang lama
untuuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa
belajar bilamanapun dan dimanapun dia berada. Belajar merupakan suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang
yang sedang melakukan proses belajar.
Berikut adalah teori belajar yang terkenal dalam psikologi:
a. Teori Conditioning
b. Teori Conectionism
c. Teory menurut Psikologi Gestalt
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi
dua golongan:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual
2. faktor yang ada di luar indivudu yang kita sebut faktor sosial
Yang termasuk faktor individual antara lain: faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangankan yang
termasuk faktor sosial antara lain: Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga,

4
guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

6. The Self dan Frustrasi


Sartain mengatakan “The self is the individual as known to and felt about by the
individual.” Jadi, perkataan the self berarti meliputi semua penghayatan, anggapan,
sikap dan perasaan-perasaan, baik yang didasari maupun tidak didasari, yang ada
pada seseorang tentang dirinya sendiri. Jadi the self yang ada pada tiap-tiap
manusia itu mengandung dua hal:
1. Self picture, yakni menghayati dan perasaan-perasaan seseorang tentang diri
nya sendiri yang didasari
2. dan perasaan-perasaan dan sikap-sikap seseorang tentang dirinya sendir dan
tidak disadari. Tentu saja diantara keduanya terdapat tingkatan-tingkatan.
Hal lain tentang the self yang penting pula kita ingat ialah: bahwa the self tidak
selalu tetap. Pada situasi tertentu mungkin the self itu berlainan dengan pada situasi
yang lain. Pada situasi tertentu mungkin kita merasa diri sendiri superior,
sedangkan pada situais lain merasa inferior.
Akan tetapi, meskipun tingkah laku yang menunjukan the self kita pada orang
lain kelihatanya berubah-ubah/berbeda-beda menurut situasi yang di hadapi, pada
umumnya secara keseluruhan the self itu menyatakan diri dalam tingkah laku yang
hampir boleh dikatakan tetap pada tiap-tiap orang.
Sehubungan dengan yang baru di uraikan di atas, pada umumnya the self
sangat berguna bagi tiap-tiap orang yang bersangkutan. Tentu saja baik-buruknya
atau berguna tidaknya the self itu bagi orang yang bersangkutan tergantung kepada
sesuai atau tidaknya the self itu dengan keadaan sebenarnya dari diri orang itu. The
self yang ada pada tiap-tiap orang dapat dijadikan ukuran bagaimana perasaan
harga diri orang itu, bagaimana dan sampai dimana ia menilai dan memandang
dirinya.
Di dalam manusia dinyatakan terdapat dorongan-dorongan batin yang dapat
memengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia. Agresi terjadi bila hasrat atau
dorongan batin seseorang tidak dapat dipenuhi karena suatu rintangan. Jika hasrat
dalam batin kita tidak diberi kepuasan, kita akan merasa kecewa dan hal itu yang
dinamakan dengan frustasi.
Frustasi dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam berlainan pada
tiap-tiap orang, tergantung dengan tabiat dan tempramen masing-masing dan
bergantung pula kepada keadaan tiap orang yang pada dasarnya memang tidak
sama.
Disekolah anak-anak pun tidak sedikit mengalami situasi-situasi yang
mengandung frustasi. Sekolah mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
dan dijalankan oleh murid-murid. Memang sekolah harus mendidik anak-anak
menjadi manusia yang tahu tata tertib dan tunduk pada tata tertib dan peraturan.
Mereka harus dapat melakukan pekerjaan yang memnag sudah menjadi kewajiban
nya. Tetapi biarpun demikian, tidak boleh kita membebani anak-anak dengan
tugas-tugas yang berat yang tidak terpikul oleh anak itu. Sekolah tidak boleh

5
menuntut terlalu berat melebihi kemampuan anak-anak. Tiap-tiap tuntutan
hendaklah disesuaikan dengna perkembangan umur, jasmani dan rohani anak-anak.

Pendidik harus memberi kesempatan kepada anak untuk menuruti semua


kehendaknya. Dengan demikian si anak tidak mmengalami frustasi dan dapat
berkembang dengan semestinya. Namun, pendapat seperti itu tentu saja berat
sebelah dan tidak dapat dibenarkan. Anak adalah makhluk yang sedang mengalami
perkembangan. Ia belum mengetahui norma-normakesusilaan yang baik dan yang
buruk. Disamping kekurangannya yang harus dipimpin dan ditunjuki, anak juga
mempunyai kata hati sendiri yang harus pula dikembangkan. Demikianlah, anak
tidak dapat dibiarkan begitu saja berkembang dengan sendirinya, tetapi sebaliknya
tidak mungkin pula selalu ditekan dan dirintangi kehendaknya. Anak hendaklah
diajar menyesuaikan diri, yang berarti dapat menerima dan mematuhi peraturan-
peraturan man yang harus diturut dan peraturan-peraturan mana yang harus
ditentang.

7. Kepribadian ( Personality)
Di dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari tidak jarang kita mendengar
dan bahkan menggunakan kata pribadi atau kepribadian itu, tanpa memikirkan
lebih lanjut apa arti yang sebenarnya dari kata-kata itu. Atau dengan kata lain, kata
pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk menunjukan ada nya ciri-ciri khas yang
ada pada seseorang. Berikut beberapa pengertian yang sangat erat dengan masalah
kepribadian, yakni: sikap, sifat, temperamen, dan watak
Sikap adalah suatu cara berekasi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Tiap orang empunyai sikap yang berbeda-beda terhadap perangsang. Ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti
adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas
perasaan, dan juga situasi lingkungan.
Sifat berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang.
Sifat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan,
minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Temperamen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungan nya dengan
konstitusi tubuh. Yang dimaksud dengan konstitusi tubuh disini ialah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya. Temperamen
lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/tergantung kepada konstitusi
tubuh. Oleh karena itu, temperamen sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkut. Watak dijelaskan
oleh I.R. Pedjawijatna ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan
tertentu dan tetap, baik tindakan itu baik atau pun buruk.
Menurut asal katanya, kepribadian berasal dari bahasa latin personare yang
berarti mengeluarkan suara. Kini kata personality oleh para ahli psikologi dipakai
untuk menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat di percaya tentang individu untuk
menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu itu.

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu
1. Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering pula di
sebut faktor fisiologis. Keadaan fisik yang berlaianan menyebabkan sikap dan
sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula.
2. Faktor sosial
Yaitu manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu
yang bersangkutan. Termasuk kedalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi,
adat isdiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dalam masyarakat itu.
3. Faktor kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak
atau orang tidak dapat di pisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak
itu di besarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain adalah:
 nilai-nilai
 tradisi
 pengetahuan dan ketrampilan
 bahasa

Ulasan : Buku ini sangat informatif untuk menambah wawasan mengenai psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Keterkaitan antar bab ditulis secara terpadu.
Namun penggunaan kalimat dalam buku ini tidak efektif dan tidak dilengkapi
dengan contoh sehingga membuat penjelasan topik bahasan sulit dipahami.

7
B. Psikologi Belajar (Muhibbin Syah:2015)
1. Hubungan antara perkembangan dengan belajar
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari
pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh begitupun
sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
fungsi organ-organ jasmaninya, dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu
terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang di sandang oleh organ-organ
fisik perkembangan akan terus berlanjut hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan
rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna.perkembangan
dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa proses-proses
perkembangan tersebut meliputi:
a. Perkembangan motor, yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak.
Dalam psikologi kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakan, juga
kelenjar-kelenjar, dan sekresi. Secara singkat motor dapat pula di pahami sebagai
segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi terhadap organ
fisik.
b. Perkembanga koknitif, yaitu perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak. Istilah koknitif berasal dari kata
cognition yang padanannya knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang
luas ialah perolehan, penataan, dan pemeliharaan pengetahuan. Istilah koknitif
sebagai salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Sebagian besar psikolog terutama koknitifis berkeyakinan bahwa
proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.

Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak,
Jean Piaget yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980, mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan. Untuk mempermudah
identifikasi tahapan-tahapan perkembangan kognitif tersebt, berikut ini di sajikan
sebuah tabel.
No. Tahap Perkembangan Kognitif Usia Perkembangan
Kognitif

1. c. Sensory-motor(sensori-motor) 0 sampai 2 tahun


d.
2. e. Preoerational(praoperasional) 2 smpai 7 tahun
f.
3. g. Concrete-operational(konkret-operasional) 7 sampai 11 tahun

4. h. Formal-operational(formal-operasional) 11 sampai 15 tahun


i.
j.

8
c. Perkembangan sosial dan moral, yaitu proses perkembangan mental yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan cara seseorang dalam
berkomunikasi
Pendidikan, ditinjau dari susut psikososial adalah upaya untuk menumbuh
kembangkan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Perkembangan psikososial siswa adalah proses
perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan sosial menurut Bruno (1987) merupakan proses pembentukan
pribadi dalam masyarakat . yakni pribadi dalam masyarakat, kluarga, bangsa, budaya,
dan seterusnya. Para tokoh psikologi telah banyak melakukan penelitian dan
pengkajian perkembangan sosisal anak-anak usia sekolah dasar dan menengah dengan
penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Dalam hal ini yang biasa
dijadikan rujukan adalah aliran teori cognitif psychology dengan tokoh utama Jean
Piaget dan Lawrence Kohlberg; serta aliran teori social learning dengan tokoh utama
Albert Bandura dan R.H Walters.

a. Perkembangan Sosial dan Moral Versi Piaget dan Kohlberg.


Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak, di
tentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Sementara itu, lingkungan sosial
merupakan pemasok materi mentah yang akan dioalah oleh ranah kognitif anak
tersebut secara aktif. Pada tahap perkembangan kognitif yang memungkinka sikap
dan perilaku egosentrisme seorang anak berkurang , lazimnya pertimbangan moral
anak tersebut menjadi lebih matang.
Usia anak Tahap perkembangan moral Ciri khas

4-7 tahun Realisme moral (dalam tahap  Memusatkan pada akibat


perkembangan kognitif - akibat perbuatan.
praoperasional)  Aturan-aturan dipandang
ta berubah.
 Hukuman atas
pelanggaran dipandang
bersifat otomatis)

7-10 tahun Masa transisi ( dalam tahap  Perubahan secara


perkembangan kognitif bertahap ke arah
konkret-operasional) pemilikan moral tahap
ke dua

11 tahun ke atas ,otonomi, realisme, dan  Mempertimbangkan


resiprositas moral ( dalam tujuan - tujuan perilaku
tahap perkembangan kognitif moral.
formal-operasional)  Menyadari bahwa aturan
moral adalah
kesepakatan tradisi yang
dapat berubah.

9
Selanjutnya pengikut Piaget, Lawrence Kohlberg menemukan tiga
tingkat pertimbangan moral yang dilalui manusia prayuwana, yuwana, dan
pascayuwana. Setiap tingkat perkembangan terdiri atas dua tahap
perkembangan, sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia itu
terjadi dalam enam tahap.

Teori enam tahap perkembangan pertimbangan moral versi Kohlberg


Tingkat Tahap Konsep moral

Tingkat I Moralitas prakonvensional  Anak mementukan


(usia 4-10 tahun) keburukan berdasarkan
tingkat hukuman akibat
Tahap 1 : memperhatikan keburukan tersebut.
ketaatan dan  Perilaku bak dihubugkan
hukum dengan penghindaran
diri dari hukuman.
Tahap 2 : memperhatikan  Perilaku baik
pemuasan hukum. dihubungkan dengan
pemuasan keinginan dan
kebutuhan sendiri tanpa
mempertimbangkan
kebutuhan orang lain.

Tinglat II Moralitas konvensonal (usia  Anak dan remaja


10-13 tahun) berperilaku sesuai
dengan aturan dan
Tahap 3 : memperhatikan patokan moral agar
citra “anak baik” memperoleh persetujuan
orang dewasa, bukan
untuk menghindari
hukuman.
 Perbuatan baik dan
buruk dinilai
berdasarkan tujuannya.
Jadi, ada perkembangan
kesadaran terhadap
perlunya aturan.

Tahap 4 : memperhatikan  Anak dan remaja


hukum dan memiliki sikap pasti
peraturan terhadap wewenang dan
peraturan
 Hukum harus ditaati oleh
semua orang

10
Tingkat III Moralitas pascakonvensional  Remaja dan dewasa
(usia 13 tahun ke atas) mengartikan perilaku
baik sebagi hak pribadi
Tahap 5 : memperhatikan sesuai dengan aturan dan
hak perseorangan patokan sosial
 Perubahan hukum dan
aturan apat diterima jika
di perlukan untuk
mencapai hal-hal yang
baik.
 Pelanggaran hukum dan
aturan dapat terjadi
karena alasan - alasan
tertentu.

Tahap 6 : memperhatikan  Keputusan mengenai


prinsip-prinsip perilaku-perilaku sosial
etika didasarkan atas prinsip-
prinsip moral pribadi
yang bersumber dari
hukum universal yang
selaras dengan kebaikan
umum dan kepentingan
orang lain.
 Keyakinan terhadap
moral pribadi dari nilai -
nilai tetap melekat
meskipun sewaktu-
waktu berlawanan
dengan hukum yang di
buat untuk
mengekalkanaturansosial
.

b. Perkembangan sosial dan moral versi teori belajar sosial


Seorang tokoh teori ini yaitu Albert Bandura, memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata refleks otomatis atau stimulus, melainkan juga
reaksi yang timbul akibat interaksi antar lingkungan dengan skema kognitif
manusia itu sendiri.

Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura meliputi proses belajar


sosial dan moral. Menurut Bandura seperti yang dikutip Barlow ( 1985),
sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (
imitation) dan penyajian contoh perilaku ( modeling). Pendekatan teori belajar
sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada
perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).

11
Menurut prinsip – prinsip conditioning, prosedur belajar dalam
mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku – perilaku lainnya, yakni
reward dan punishment. Melalui proses pembiasaan (conditioning), siswa
dapat menemukan pemahaman bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan
memohon maaf yang sebaik – baiknya agar tidak mendapat sanksi.

Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral
dengan prosedur – prosedur belajar menurut teori social learning adalah proses
imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua maupun guru harus memainkan
peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh
berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu
memerikan dukungan besar kepada siswa dalam menyelesaikan tugas – tugas
perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah
selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia.
Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu
sangat banyak manfaatnya, antara lain :
a. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat
kepada para siswa dengan pemdekatan yang relevan denga tingkat
perkembangannya.
b. Guru dapat mengantisipasi kemungkina – kemungkinan
timbulnyakesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil
langkah – langkah penanggulangan yang tepat sesuai dengan taraf
perkambangannya.
c. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai
aktivitas proses belajar-mengajar bidang studi tertentu untuk
sekelompok siswa dalam fase perkembangan tertentu.
d. Guru dapat menemukan dan menentukan tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Tidak
seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagi markas fungsi kognitif
bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal fikiran, melainkan juga menara
pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
Otak merupakan pengontrol bagi seluruh kegiatan kehidupan ranah –
ranah psikologis manusia. Otak tidak hanya berpikir dengan kesdaran, tetapi
juga dengaan ketidak sadaran. Pemikiran tidak sadar sering terjadi pada saat
kita tidur, yaitu mimpi. Ada dua macam kecakapan kognitifsiswa yang perlu
dikembangkan oleh guru, yakni :
a. Strategi belajar memahami isi materi pembelajaran
b. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral dalam materi pelajaran tersebut.
Strategi adalah sebuah istilah yang berarti prosedur mental yang berbentuk
tatanan tahap-tahap yang memerlukan alokasi upaya – upaya yang bersifat
kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan – pilihan kebiasaan belajar. Pilihan
belajar ini terdiri atas :

12
1. Menghafal prinsip – prinsip yang terkandung dalam materi;
2. Mengaplikasikan prinsip – prinsip materi.
Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan
luar yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah
ketidaklulusan. Sebaliknya, preferensi kedua biasanya timbul karena dorongan
dari dalam diri sendiri. Artinya siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan
materi-materi yang diajarkan oleh gurunya. Tugas guru dalam hal ini adalah
menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa
menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam
terhadap materi pelajaran.
Keberhasilan pengembanga ranah kognitif juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif dan psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal
jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya,
karena sifatnya terbuka.
2. Konsep Dasar Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir


semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
manusia terbentuk, yang kemudian dimodifikasi dan dikembangkang karena
belajar (Suryabata, 2002). Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Hasil belajar yang ideal
ditandai dengan munculnya pengalaman – pengalaman psikologis baru yang
positif. Pengalaman – pengalaman tersebut diharapkan dapat mengembangkan
aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif bagi siswa.

Belajar, memori, dan pengetahuan adalah hal – hal yang berkaitan dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori merupakan fungsi mental yang menangkap
informasi stimulis, dan merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia. Menurt Best
(1990), setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh
subsistem akal pendek terlebih dahulu disimpan sesaat dalam tempat
penyimpanan sementara yang disebut sensory memoryI yakni subsistem
penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Struktur sistem akal
manusia terdiri atas tiga subsstem, yakni sensory register, short term memory,
dan long term memory. Belajar memiliki beberapa bantuk, yaitu :
a. Belajar abstrak, bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan
pemecahan masalah yang tidak nyata, misalnya belajar matematika,
astronomi.
b. Belajar keterampilan, bertujuan untuk memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu, misalnya belajar olahraga.
c. Belajar sosial, bertujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalah sosial, seperti masalah keluarga.
d. Belajar pemecahan masalah, bertujuan untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah rasional, lugas,
dan tuntas

13
e. Belajar rasional, bertujuan untuk memperoleh berbagai kecakapan
menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Belajar rasional
tidak memberi tekanan khusus penggunaannya pada bidang eksakta.
f. Belajar kebiasaan, bertujuan untuk memperoleh sikap – sikap dan
kebiasaan – kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif secara
kontekstual serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku.
g. Belajar apresiasi, bertujuan untuk memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah efektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu.
h. Belajar pengetahuan, bertujuan untuk memproleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.

Menurut Wheeler dalam Association for Educational Communication and


Technology (1994), teori adalah suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang
menerangkan sejumlah hubungan antara berbagai fakta dan memperkirakan
hasil-hasil baru berdasarkan fakta-fakta tersebut. Sedangkan teori belajar dapat
dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan
yang berkaitan dengan peristiwa belajar.

Diantara sekian banyak teori belajar, beradasarkan hasil eksperimen


terdapat tiga macam teori yang menonjol yaitu: Connectionism (Thorndike),
Classical Conditioning (Pavlov), dan Operant Conditioning (Skinner). Ketiga
macam teori itu disatukan menjadi teori belajar Behavioristik. Ada pula teori
belajar Kognitif, di antara nya yang paling terkenal adalah teori Cognitive
Field dan Information-processing theory. Kemudian dari teori Konstruktivis
ada dua pandangan teori yang mendominasi yaitu, Individual Cognitive
Contstructivist dan Sociocultural Constructivist.

1. Teori Behavioristik

Paradigma behavioristik menekankan proses belajar sebagai perubahan


relatif permanen pada perilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai
hasil pengalaman (Mazur, dalam Eggen dan Kauchak, 1997). Dengan
demikian penekanan hanya pada perilaku yang dapat dilihat, tanpa
memerhatikan perubahan-perubahan atau proses-proses internal apap
pun yang terlihat di dalam nya. Perilaku yang disebabkan oleh sakit,
distres, emosional, atau kematangan tidak dapat disebut sebagai
belajar.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan berfokus pada


perubahan – perubahan proses mental internal yang digunakan dalam
upaya memahami dunia eksternal. Teori kognitif menekankan bahwa
dalam proses belajar, pembelajar aktif dalam mengembangkan
pemahaman mereka sendiri tentang topik yang mereka pelajari.

3. Teori Belajar Konstruktivis

14
Fosnot (1996) mengatakan konstruktivisme adalah teori tentang
pengetahuan dan belajar yang menguraikan tentang apa itu mengetahui
dan bagaimana seseorang “menjadi tahu”. Konstruktivis memandang
ilmu pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan selalu berubah.
Karena itu guru harus memberi kesempatan pada si pembelajar untuk
membangun konsep yang akurat tentang pengetahuan tersebut. Dengan
demikian, belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktifitas
kolaboratif, refleksi, dan interpretasi.

Masrun dan Martaniah (1978) berpendapat bahwa faktor – faktor yang


memengaruh belajar di antaranya adalah :

a. Kemampuan bawaan anak


b. Kondisi fisik dan psikis anak
c. Kemauan belajar anak
d. Sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka
mengenai kemajuan mereka sendiri
e. Bimbingan

3. Karakteristik, Manifestasi, dan Ragam Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri – ciri perubanahn yang
spesifik. Karakteristik perilaku belaar ini disebut juga sebagai prinsip – prinsip
belajar. Di antara ciri – ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik
perilaku belajar yang terpenting adalah :
a. Perubahan itu intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman
atau praktik yang dilakukan dengan sengaja atau disadari. Karakteristik ini
mengandung konotasi bahwa siswa menyadari adanya perubahan dalam
dirinya, seperti penambahan pengetahuan, sikap dan pandangan tertentu,
dan keterampilan.

b. Perubahan itu positif dan aktif


Perubahan yang terjadi karena proses belajar yang bersifat positif dan
aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan haapan. Hal ini
juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan, yakni diperolehnya sesatu yang baru yang lebih baik daripada
apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak
terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, melainkan
karena usaha siswa itu sendiri.

c. Perubahan itu efektif dan fungsional


Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, artinya
perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi
siswa. Perubahan bersifat fungsional berarti ia relatif menetap dan apabila
dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.

15
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering
tampak dalam perubahan – perubahan sebagai berikut:
a. Kebiasaan
Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang
ulang. Karena proses penyusutan / pengurangan inilah, munculnya suatu
pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.

b. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat – urat syaraf
dan otot – otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.

c. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera – indera. Berkat pengalaman belajar
seorang siswa mampu mencapai pengamatan yang obyektif sebelum
mencapai pengertian. Pengamatan yang salah menimbulkan pengertian
yang salah, begitu pula sebaliknya.

d. Berpikir asosiatif dan daya ingat


Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dan respons. Daya ingat merupakan
perwujudan belajar, karena merupakan unsur pokok dalam berpikir
asosiatif. Jadi siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai
dengan bertambahnya sipanan materi dalam memori.

e. Berpikir rasional dan kritis


Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan dari perilaku belajar. Dalam
berpikir rasional siswa dituntut untuk menggunakan logika dalam
memecahkan masalah. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk
menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan
gagasan pemecahan masalah.

f. Sikap
Sikap adalah pandangan atau kecenderunagn mental untuk bereaksi dengan
cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Perwujudan
perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan –
kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek atau
peristiwa.

g. Inhibisi
Inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan
tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lain yang
lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.

h. Apresiasi

16
Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap
benda – benda yang memiliki nilai luhur. Tingkat apresiasi siswa terhadap
sesuatu bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya.

i. Tingkah laku afektif


Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan.

Ragam – ragam belajar terdiri dari :


a. Ragam abstrak, yaitu belajar yang tujuannya adalah untuk memperoleh
pemahaman dan pemecahan masalah – masalah yang tidak nyata.

b. Ragam keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan –


gerakan motorik yang berhubungan dengan neuromuscular. Tujuannya
adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
Dalam belajar jenis ini latihan – latihan intensif sangat diperlukan.
c. Ragam sosial adalah belajar memahami masalah – masalah dan teknik –
teknik memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai
pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah – masalah sosial
seperti masalah keluarga, masalah kelompok, dan lainnya.

d. Ragam pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode – metode


ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teliti. Tujuannya ialah
untuk memperoleh kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, luags, dan tuntas.

e. Ragam rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir


secara logis dan sistematis. Tujuannya adalah untuk memperoleh kecakapan
– kecakapan menggunakan prinsip dan konsep –konsep.

f. Ragam kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan – kebiasaan baru


atau perbaikan kebiasaan – kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap – sikap dan kebiasaan – kebiasaan yang lebih tepat dan
positif.

g. Ragam apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai


suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini menghargai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu.

h. Ragam pengetahuan / studi ialah belajar dengan cara melakukan


penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan
belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.

17
4. EFESIENSI, METODE/PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG
MEMENGARUHI BELAJAR
Pendekatan belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta
metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efesiensi dan
keberhasilan belajar siswa.
A. Definisi efesiensi belajar
Efesiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan
terbaikanatar usaha dengan hasilnya. Dengan demikian , ada dua macam efesiensi
belajar yang dapat dicapai siswa,yaitu:
1) Efesiensi usaha belajar
Suatu kegiatan dapat dikatakn efisien kalau prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Efesiensi dari sudut
usaha ini dapat digambarkan sebagai berikut.

usaha belajar
dino (sangat
besar)
usaha belajar usaha belajar
dina ( besar) diny (sedang)

prestasi
belajar dino,
dina, dan
diny sama

18
2) Efesiensi hsil belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatan efesien bila dengan usaha belajar
tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Seperti yang digambarkan sebagai
berikut.

prestasi
belajar dini
(tinggi)
prestasi prestasi
belajar dino belajar dina
(rendah) (sedang)
usaha
belajar dino,
dini, dan
dina sama

19
B. Pendekatan belajar siswa
Menurut Ballard dan Clanchy(1990), pendekatan terhadap siswa pada
umumnya di pegaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan . ada dua macam
siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu:
1) sikap melestarikan apa yang sudah ada(conserving). siswa pada umumnya
menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan
kembali fakta dan informasi)
2) Seikap memperluas(extending). siswa biasanya menggunakan pendekatan
belajar “analitis”(berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan infomasi)

Perbandingan pendekatan belajar Bellard&Clanchy

Ragam pendekatan belajar dan karakteristiknya

Pendekatan Strategi Pertanyaannya Tujuannya

Reproduktif ̵ Menghafal - Apa Pembenaran/penye


butan kembali
̵ Meniru materi
̵ Menjelaskan
̵ Meringkas

Analitis ̵ Berpikir kritis - Mengapa? Pembentukan


kembali materi
̵ Mempertanyak - Bagaimana? kedalam pola
an baru/berbeda
- Apabetul?
̵ Menimbang-
nimbang - Apa penting?

̵ berargumen

Spekulatif ̵ Sengaj - Bagaimana Menciptakan/meng


mencari kalau? embangkan materi
kemungkinan pengetahuan.
dan penjelasan
baru
̵ Berspekulasi
dan membuat
hipotesis

20
Sedangkan menurut Biggs(1991), pendekata belajar dapat dikelmpokkan kedalam
tiga protipe, yakni:
1) Pendekatan surface (permukaan / bersifat lahiriah)
2) Pendekatan deep( mendalam)
3) Pendekatan achieving (pencapaianprestasi tinggi)
John B. Biggs menyimpulkan bahwa protipe-protipe pendekatan belajar pada
umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya
terhadap pengetahuan.

Perbandingan protipe pendekatan belajar Biggs

Protipe pendekatan Motif dan karakteristik Strategi


belajar

Surface approach Ekstrinsik dengan ciri Memusatkan pada rincian -


(pendekatan permukaan) menghindari kegagalan rincian materi dan semata-
tetapi tidak belajar keras mata mereproduksi secara
persis.

Deep approah(pendekatan Instrinsik dengan ciri Memaksimalkan


mendalam) berusaha memuaskan pemahaman dengan
keingintahuan terhadap isi berpikir, banyak membaca
materi. dan berpikir.

Achieving Ego-enhancement dengan Mengoptimalkan


approach(pendekatan ciri bersaing untuk meraih pengaturan waktu dan
mencapai prestasi tinggi) nilai/prestasi tertinggi. usaha belajar

C. Faktor - faktor yang memengaruhi belajar


Ciri khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan - perubahan yang bersifat
intensional(disengaja), positif dan aktif(bermanfaat dan atas hasil usaha usaha
sendiri), efektif dan fungsional(berpngaruh dan mendorong timbulnya perubahan
baru). manifestasi perilaku belajar tampak dalam kebiasaan, eterampila, pengamatan,
berpikir asosiatif dan daya.

21
Secar global, faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan
menjadi tiga macam sebagai berikut.

Faktor-faktor yang memengaruhi belajar

Ragam faktor dan unsur-unsurnya

Internal siswa Eksternal siswa pendekatan

1. Aspek fisiologis 1. Aspek sosial 1. Pendekatan tinggi


- tonus jasmani - keluarga - speculative
- mata dan telinga - guru dan staf - achieving
- masyarakat
- teman

2. Aspek psikologi 2. lingkungan sosial 2.Pendekatan menengah


- intelejensi - rumah - analitical
- sikap - sekolah - deep
- Minat - peralatan 3. Pendekatan rendah
- Bakat - alam - reproductive
- motivasi - surface

D. Transfer, lupa,jenuh, dan kesulitan belajar


1. Transfer belajar
Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu
serig kali memengaruhi proses belajar yang sedang di alaminya sekarang. Inilah
yang di sebut transfer dalam belajar.
Transfer belajar mengandung arti pemindahan ketrampilan hasil belajr dari
satu situasi kesituasi lainnya(Rober 1998). Kata “pemindahan keterampilan”
tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu
karena diganti dengan keterampilan baru pada masa depan. Oleh sebab itu,
definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan
melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu
lainnya.

22
Menurut Gagne tranfer dalam belajar dapat di golongkan ke dalam empat
katagori, yaitu:
1) Tranfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
selanjutnya.
2) Transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar
selanjutnya.
3) Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan / keterampilan yang lebih tinggi.
4) Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan / keterampilan yang sederajat.
2. Lupa dan kejenuhan belajar
Lupa ialah hilangnya kemapuan untuk menyebut atau memproduksi sesuatu
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana
Gulo(1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagi ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau di alami.
Untuk mengurangi lupa dalam belajar adalah dengan cara meningkatkan
daya ingat akal kita. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba dalam meningkatkan
daya ingatan, antara lain menurut Barlow(1985), Reber (1988), dan
Andresson(1990) adalah sebagi berikut.

a. Overlearning artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar


atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau
reaksi tertentu muncul setelah siswa mempelajari respon tersebut dengan
cara di luar kebiasaan.
b. Extra study time ialah upaya panambahanalkasi waktu belajar atau
penambahan frekuensi aktivitas belajar.
c. Mnemonic device berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
Sedangkan kejenuhan belajar ialahrentang waktu tertentu yang digunakan
untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber 1988). seorang siswa yang
mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan
yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil
belajar ini pada umumnya tidak berlangsung lama, tetapi dalam rentang waktu
tertentu saja.seorag siswa yang sedang dalam kadaan jenuh sistem akalnya tak
dapat bekerja sebagimana yang diharapkan dalam memproses item-item
informasi atau pengalaman baru, sehngga kemampuan belajrnya seakan - akan
“jalan ditempat”.
Apabila kemajuan belajar yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam
bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar yang lazim disebut
plateau. Kejenuhan belajr dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi

23
dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada
tingkat ketrampilan berikutnya.
Secar harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam
belajar, disampig siswa sering mengalami kelupaan, ia juga juga terkadang
mengalami peristiwa negatif lainnya yang di sebut jenuh beljar ini.
Jenuh belajar dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau.
peristiwa jenuh ini kalau dialami oleh siswa yang sedang dalam proses belajar
dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubadzirkan usahanya.
Adapun faktor faktor yang menyebabkan kejenuhan belajar ini terjadi
diantaranya yaitu:
1) Kejenuhan belajr dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi
dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai
pada tingkat ketrampilan berikutnya.
2) Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai
pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan.
Penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda
siswa, karena keletiha dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada
siswa yang bersangkutan.
Menurut Cross(1974) keletihan siswa dapat dikategrikan menjadi tiga
macam yakni:
- keletihan indra siswa
- keletihan fisik siswa
- keletihan mental siswa
Keletihan fisik dan indra pada umumnya dapat dikurangi atau di hilangkan
lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan
mengonsumsi makanan serta minuman yang bergizi. Sebaliknya, keletihan mental
tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana. Sedikitnya ada empat faktor
penyebab keletihan mental siswa yakni:
- karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh
keletihan itu sendiri.
- karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang-
bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut
sedang merasa bosan mempelajari bidang studi tadi.
- karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
lebih banyak kerja intelek yang berat.
- karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan
dia sendiri menilai belajarnya sendirihanya berdasarkan ketentuan yang ia buat
sendiri.

24
Selanjutnya, keletihan mental dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat sebagai
berikut:
- beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan serta
minuman yang bergizi.
- pengubahan atau penjdwalan kembali jam-jam dari hari hari belajar yang
dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
- pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi
pengubahan posisi meja tulis, lemari buku, alat alat perlengkapan belajar dan
sebagainya.
- memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk
belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
- siswa harus berbuat nyata(tidak menyerah atau tiggal diam) dengan cara
mencoba belajar dan belajar lagi.

3. Kesulitan belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
memperoleh kenerja akademik yang memuaskan. Naum dari kenyataan sehari
hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan da pedekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok anatara seorang siswa dengan siswa
lainnya.
Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan
rata-rata disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya
kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Berikut adalah faktor faktor
penyebab kesulitan belajar di antaranya:
 Faktor intern siswa yang meliputi ganguan atau kekurangan psiko-fisik
siswa, yaitu:
- yang bersifat kognitif(ranah cipta), antar lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual atau intelejensi siswa
- yang bersifat afektif (ranah rasa) seperti labilnya emosi dan sikap
- yang bersifat psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat alat
indra.
 Faktor ekstern siswa
- lingkungan kluarga
- lingkungan masyarakat
- lingkungan sekolah

25
Selain faktor faktor di atas ada juga faktor khusus yaitu sindrom psikologis
berupa ketidakmampuan belajar yang menimbulkan kesulitan belajar, yaitu:
 Disleksia (ketidakmapuan belajar membaca)
 Disgrafia (ketidakmapuan belajar menulis)
 Diskalkulia ( ketidakmapuan belajar matematika)

26
5. Evaluasi dan prestasi belajar
Evaluasi hasil belajar atinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang ditetapka dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi
adalah assesment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
yang di capai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
a) Tujuan evaluasi
- mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa.
- mengetahui kedudukan siswa dalam kelas
- mengetahui tingkat usaha yang dilakukan dalam belajar
- mengetahui sejauh mana siswa menggunakan kapasitas kognitifnya untuk
keperluan belajar.
- untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar.
b) Fungsi evaluasi
- fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian rapor
- fungsi promosi untuk menentukan kenaikan atau kelulusan.
- fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan dan mengadakan
remedial teaching.
- sebagai sumber data BP untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
- sebagai bahan petimbangan pengembangan masa yang akan datang.
c) Ragam evaluasi
- pre-test dan post-test
- evaluasi prasyarat
- evaluasi diagnostik
- evaluasi formatif
- evaluasi sumatif
- ujian akhir nasional

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan, ditinjau dari susut psikososial adalah upaya untuk menumbuh
kembangkan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Perkembangan psikososial siswa adalah proses
perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain.
Psikologi pendidikan adalah cabang dati psikologi yang dalam penguraian dan
penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak,
baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan
terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Jelas kiranya bahwa tingkah laku manusia dalam arti luas merupakan lapangan
yang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik hanya dari salah satu
segi saja.

B. Saran
belajar merupakan tidakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang
ada, sehingga dapat menciptakan suasan kelas yang diinginkan bersama.

28
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Drs. M. Ngalim, MP.. 2010. Psikologi Pendidikan. PT Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Syah, Muhibbin. 2015. Psikologi Belajar. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

29
LAMPIRAN

Kode Buku : RR.PK0001 Judul : PSIKOLOGI PENDIDIKAN Pengarang : M.


NGALIM PURWANTO Tahun : 2017, cetakan ke 28Dimensi : hvs 70 GR, 16 X
24 cm, 184 hlm + xiii ISBN : 979-514-036-1

30
Psikologi Belajar / Muhibbin Syah. Jenis Bahan, Monograf. Pengarang,
Muhibbin, Syah. Penerbitan, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada .

Ulasan : Buku Psikologi Belajar karya Syah Muhibbin sebagai media sumber pembelajaran
memiliki beberapa keunggulan. Buku ini membahas materi dengan cukup lengkap dan
dilengkapi dengan contoh – contoh yang memudahkan pembaca dalam mahami isi materi.
Namun penggunaan kalimat dalam buku ini kurang efektif, cenderung berbelit – belit serta
terdapat terlalu banyak istilah – istilah asing.

31

Anda mungkin juga menyukai