Anda di halaman 1dari 21

PROJEK

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
EVLIN MINARISTA LIMBONG (4183311004)
REGINA
ZIHAN

KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2018


KOMTING : YASIRWAN

DOSEN PENGAMPU : Dra. Rahmulyani, M. Pd. Kons.

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Project” Psikolog
Pendidikan”Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing penulis
dalam menyusun makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran dari dosen pengampu dan juga pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan dalam makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Mei 2019

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………………………... ii

BAB   I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………………….1

2. Rumusan Masalah………………………………………………………………... 1

3. Tujuan……………………………………………………………………………...1

BAB   II PEMBAHASAN

1. Pengertian………………………………………………………………………….2

2. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan…………………………………………... 3

3. Manfaat Psikologi Pendidikan…………………………………………………....5

4. Eksperimen Para Ahli Teori belajar Psikologi…………………………………. 13

BAB   III PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………………………………...17

2. Saran………………………………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang
begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi dampak negatif yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan dampak positif yang ditimbulkan terhadap perkembangan para generasi
bangsa ini. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang
Undang Dasar 1945 adalah sebagai upaya mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang
nantinya akan menjadi penerus perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan
bangsa Indonesia menuju bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.

Namun demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh


UUD 1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif
dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap
perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir
setiap hari masyarakat di seluruh pelosok Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi
mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat
penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku
seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.Realitas
perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan di atas, jelas sangat menuntut
keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan psikologis, kognitif,
afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di
bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka. Di sinilah pentingnya penguasaan
psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik. Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku
dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup psikologi pendidikan?
2. Bagaimana peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik?
4. Bagaimana Eksperimen Para Ahli Teori belajar Psikologi?
5. Apa saja yang diharapkan setelah mempelajari psikologi pendidikan?

    Tujuan
1. Menjelaskan ruang lingkup psikologi dalam pendidikan.
2. Mengetahui peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran.
3. Memahami manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik.
4. Mengetahui Eksperimen Para Ahli.
5. Mencapai hal-hal yang diharapkan setelah mempelajari psikologi pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di
dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan
dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka
jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.

Arthur S. Reber mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin


ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam
hal-hal penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan
kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi
proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan penyenggaraan pendidikan
keguruan. Glover dan Ronning (dalam Online) psikologi pendidikan sebagai penerapan ilmu
dan metode-metode psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar,
pengajaran assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang
berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran.
Duffy dan Roehler (1989)mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum.Menurut Winkel (1991, dalam Online) pembelajaran adalah
separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian internyang berlangsung dan dialami siswa.
Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, (1997), pengajaran adalah proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai
mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya).
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada
siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran
berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.

 
2. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Good dan broopy (1997) adalah sebagai
berikut :
    Hubungan antara psikologi dengan guru

   Manajemen kelas: perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika
kelompok, modeling, reward, punishment, extinction. Hasil-hasil penelitian manajemen
kelas, persiapan dan pelaksanaan dan pengajaran yang baik .

    Mengurangi masalah belajar: pengertian, prinsip, perbedaan individu dalambelajar, model
dan desain balajar dan prinsip pengajaran.

    Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendididkan: prinsop dalam perkembanagn fisik,
kognitf, sosial dan kepribadian, kratifitas dan aplikasinya dalam pendidikan.

    Motifasi: pengertian , teori dan aplikasinya dalam pendidikan

    Evaluasi dalam belajar: pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian,


monitoring begitu banyak hal yang harus dipelajari seorang guru dalam
melakukan proyek siswa. Kemampuan keilmuan seorang guru sngat berbnding lurus dengan
hasil out put siswa. Guru yang tidak bermutu akan menghasilkan siswa tidak bermutu.
Menurut Samuel Smith sebagaimana dikutipoleh Suryabarata, menetapkan ada 16 topik yang
dibatasi dalam psikologi pendidikan, yaitu:

        Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of education psychology).

        Hereditas atau karakteistik pembawaan sejak lahir(heredity).

        Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).

        Perkembangan siswa (growth).

        Proses-proses tingkah laku (behavior process).

        Hakikat dan ruanglingkup belajar (nature and scope of learning).

        Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theoris of learning).

3
        Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan baasan-batasan pengukuran /evaluasi
(measurement:basic princeples snd definitions).

        Transfer belajar, meliputi mat pelajaran (transfer of learning subject matters).

        Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurment).

        Ilmu statistik dasar (element of statistics).

        Kesehatan rohani (mental hyglene).

        Pendidikan membentuk watak (character education).

        Pengetahuan psikologi tentang mat pelajaran sekolah menengah (psychology of


secondary school subject).

        Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psycology of elementary
school subjects).

Psikologi pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus


mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam
proses pendidikan , meliputi tingkah laku belajar (oleh peserta didik), tingkah laku mengajar
(oleh pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh pendidik dan peserta didik yang
saling berinteraksi). Inti permasalahan psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa
mengabaikan persoalan psikologi pendidik, terletak pada peserta didik.

Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi


peserta didik. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-
teori psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu, juga berbagai aspek psikologis para peserta
didik khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar maupun proses belajar mengajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan
menjadi tiga macam, yaitu:

1.Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri
khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik
bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Samuel Smith (Pintner dkk dalam Suryabrata, 2004 / hal.2)menggolong-golongkan persoalan
yang dikupas oleh ahli-ahli yang diselidikinya menjadi 16 macam, yaitu:
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure)
4. Perkembangan siswa (growth)
5. Proses-proses tingkah laku (behavior process)
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning)
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning)
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi
(measuremen: basic principles and definition)
10. Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters)
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of
measurement)
12. Ilmu statistik dasar (element of statistics)
13. Kesehatan rohani (mental hygiene)
14. Pendidikan membentuk watak (character education)
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of
secondary school subject)
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of
elementary school subjects)
 
C. Manfaat Psikologi Pendidikan
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psilokogi. Sumbangsih psikologi
terhadap pendidikan sangat besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal,
seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan
Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang
didalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembiming, pendidik dan pelatih bagipara
peseta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama peilaku peserta didik
dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secaraefektif, yang
pada dilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapain tujuan pendidikan di
sekolah.

5
Disinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang
paikologi pendidikan merupkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni
kompetensi paedagogik. Muhibbin syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-
pengetahuan yang perlu dikuasi guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang eratkaitannya dengn proses belajar mengajar pesertadidik”

Peran Psikologi Pendidikan Di Sekolah


Menurut Crow and Crow (1987), bahwa pendidikan terbagi atas dua, yaitu pendidikanformal
dan pendidikaninternal

a.     Pendidikan Formal


Yang dimaksud pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang
mempergunakan program terencana, biasanya disebut pendidikansekolah. Para ahli psikologi
dan pendidikan tentu saja tidak meremehkan pendidikan informal, akan tetapi meraka
beranggapan bahwa nilai kegunaan prinsip-prinsip psikologis adalah usaha untuk membantu
anak-anak atau orang dewasa mendapat pengalaman-pengalaman dari pendidikan formal

Guru adalah eorang pendidik di sekola, dan sebagai seorang pendidik perlu
menggunakan hasil-hasil penyelidikanpsikologi dalam tugasnya, sehingga dapat memahami
anak didiknya dan dapat mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapi
peserta didik.

Selain itu, psikologi pendidikan sebagai bagian dari studi psikologi, bersaha sejauh
mungkin untuk lebih berhasil dalam memformulasikan tujuan pendidikan, penyusunan
kurikulum dan pengorganisasian proses belajar mengajar. Oleh karena itu, menurut
Suryobroto (dalam Rumini,1993) psikologi pendidikan disekolah berusaha memecahkan
masalah-masalah sebagai berikut:

a.     Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar

b.     Teori dan proses belajar

c.      Hubungan antara taraf kematangan dengan taraf kesiapan belajar

d.     Perbedaan individu dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan

e.      Perbahan batiniah yang terjadi selama belajar


f.       Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang kicapai anak didik

g.     Hubungan teknik antara mangajar dan hasil belajr

h.     Perbandingan hasil pendidikan formal dan pendidikan yang dimiliki para petugas
pendidikan (guru)

i.       Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima

 
b.    Pendidikan Informal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang secara relatif kurang
atau tanpa disadari, yang berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari.

Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik


Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
.Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru
untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajarn pada kondisi yang berbeda-beda seperti
dibawah ini:

Memahami Perbedaan individu (Peserta Didik)


Seorang guru harus berhdapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-
hati, karena karakteristik masing-masing siswa bebeda-beda. Oleh karena itu sangat penting
untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Psikologdan calon guru dalam memehami perbedaan karaki pendidikan dapat membantu guru
dan calon guru memahami karakteristik siswa tersebut.

Penciptaan Iklim Belajar Yang Kondusif Di DalamKelas


Pemahaman yang baika tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara
efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses
belajar mengajar bisa belajar efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang
tepat dalam proses blajar mengajar. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu gur agar
dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses
pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.

Pmilihan Strategi dan Metode Pembelajaran

7
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai, dan mapu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis
belajrar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peseta didik.

Memberikan Bimbingan Pada Pesera Didik


Seorang guru harus memainkan peran yang berbed di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tatapi juga berperan sebagai pembimbing bagi pesertadidik.
Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Pengetahuan tenyang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan
bimbingan pendidikan dan kejuruan yag diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang
berbed-bed.

Mengevaluasi Hasil Pembelajaran


Guru harus melakukan dua kegiaan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
evaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajr siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi, penemuan
prinsip-prinsip evaluasi maupun menenukan hasil-hasil evaluasi.

2.     Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru


Guru sebagai pengajar, perlu memiliki beerapahal sebagai syarat mengajar dengan
baik, agar tujuan pendidikan tercapai. Guru hanya sebai salah satu faktor yang mempengaruhi
pedidikan di sekolah sisamping faktor yang lain seperti: faktor murid, faktor sekolah sebagai
sistem sosial, sekolah sebagai institusi dan faktor-faktor situasional. 

Berikut ini diuraikan masing-masingfaktor tersebut secara singkat

1.     Faktor murid terdiri dari

a). Faktor psikis


1.intlegensi siswa
Intelegensi pada umunnya dapat diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menuasaikan diri dengan lingkungan, dengan cara yang tepat. Intelegensi
bukan hanya mencakup pada kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa,
maka semaikin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.

Oleh karena itu, tindakan yang dipandang lebih bijaksana yaitu dengan cara memindahkan
siswa dan memberikan tempat bagi yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi agar
memberikan pendidikan khusus guna memberikan kepada siswa yang mempunyai intelegensi
rendah.

2.     Sikap siswa

Sikap adalah gejal internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secra positif maupun yang negatif. Sikap siswa yang positif terutama pada anda atau pada
mata pelajaran yang anda sajikan merupakan bertanda awal yang baik bagi proses awal
belajar siswa tersebut. Jadi makna sikap yang terpenting apabila di ikuti oleh objeknya,
misalnya sikap terhadap undang-undang pemilu. Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak
berkenaan dengan objek tertentu, sikap bukan tindakan nyata melainkan masih bersifat
tertutup.

Dalam istilah kecendrungan, terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan
seseorang berkenaan dengan suatu objek. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek
(orang,benda,ide,lingkunagn dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang
bersangkutan terhadap objek tersebut.

3.     Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertenru,
sehingga bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestai belajar bidang-bidang
studi tertentu.

4.     Minat siswa

9
Secara sederhana, minat berarti kecendrungan dan kegeirahan yang tinggi atau keinginana
yang besar terhadap sesuatu. Minat yang seperti di pahami dan dipakai oleh orang selama ini
dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa sesuai dengan bidang-bidang
studi tersebut.

Jadi, minat dapat di ekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan di proleh
kemudian

5.     Motifasi siswa

Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme, baik maupun ataupun hewan,
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motifasi berarti pemasok
daya untuk brtingkah laku secara terarah.

Implikasi motifasi untuk bidang pendidikan yang lain ialah dalam hal memutifasi pelayanan.
Pelayanan yang dimaksud adalah proses memberi bantuan dengan sepenuh hati pada
konsumen dengan menyisihkan untuk memahami orang lain dan peduli terhadap persaan
mereka.

b). Faktor fisiologis 


faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini di bedakan menjadi dua yaitu:pertama,keadaan tonos jasmani.
Keadaan tonos jasmani pada umunya sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat akan meberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses blajar berlangsung pean fungsi
fisiologis pada tubuh sangat mepengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Dalam proses
belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang di terima dan di tangkap oleh
manusia. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik,
baik secara prefentiv maupun secra kurativ. Dengan mentediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan, memeriksa kesehatn fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengunsomsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
2. faktor guru,
dalam hal ini meliputi semua efektifitas guru dalam proses mengajar.

3. faktor sosial di sekolah antara lain:


a. lingkungan sosial sekolah, seperti guru, adminitsrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat terjadi
motifasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Prolaku yang simpatik dapat menjadi
teladan seorang guru atau adminitsrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. lingkuang sosial masyarakata, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa, paling tidak, siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yaang kebetulan belum
dimilkinya.

c. lingkungan sosial keluarga, lingkuangan ini sangat mempengaruhi ketenangan keluarga,


sifat-sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga, semua dapat memberi dampak
terhadap aktifitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik.

 
4. faktor lingkungan non sosial/ situasional 
Faktor-faktor yang termasuk lingkunan non sosial adalah:

a.     Lingkungan lamiyah, seperti kondisi udra yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau, tidak terlalu lemah / gelap, suasana yang sejuk dan tenang.lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas siswa.
Sebaliknya bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung proses belajar siswa akan
terlambat.

b.     Faktor instrumental, yaitu perangkat pelajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware,seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga dan lain sebagainya. Kedua,software,seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c.      Faktor materi pelajran (yang diajarkan siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkemangan siswa. Begitu juga denganmetodemengajar guru, disesuaikan dengan
kondisi perkembangan siswa.

d.     Karena itu agar guru dapat memberikan kontribusi yang positifterhadap aktifitas belajr
siswa, maka guru hars menguasai materi pelajran dan berbagaimetode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondii siswa.

11
Sedangkan menurut Mahmud (1989). Agar guru dalam mengajar bisa efektif makaada
beberapa hal yan harus ditempuh, yaitu:1. Langkah sebelum mengajar, 2. Langkah ketika
pelaksanaan mengajar dan 3. Langkah sesudah mengjar.

Adapun langkh-langahtersebut diatas akan dibahas di bawah ini: 

1. langkah sebelum mengajar, yaitu


  Menentukan tujuan pengajaran / pembelajaran

  Memilih strategi mengajar dan mengumpulkanbahan-bahan pengetahuan untuk mengajar

 Guru harus menyadari tingkat desiapan murid

   Merencanakan cara penilaian 

2. langkah pelaksanaan mengajar


langkah ini meliputi strategi-strategi yna telah dirancang agar tercapai tujuan pengajaran.
Langkahnya adalah komunkasi, motivasi dan kntrol.

3. langkah sesudah mengajar


Langkah berupa ini pengkuran dan penilain asil mengjar. Dalam hal ini tmapaklebih jelas
bahwa mengaja khususnya cara mengajar yang efektif adalah sesuatu tugas yang tidak ringan.

Selanjutnya, menurut Winkel (dalam Rumini dkk.1993), agar guru dapat mengajar dengan
efektif, mak harus memiliki keterpilan didaktis dan meggunakan gaya-gaya memimpin kelas,
oleh karena itu, guru harus bertindak sebagai:

  Seorang inspirator

  Seeorang penddik yang baik, bersikap empati yaitu berusah menyelami alam pikiran dan
peerasaan siswa.

  Seorangpengelola proses belajr yan mampu

  Seorangpemegang reinforcement yang bijaksana
Namun, ebelum menjadi seorang guru, Maka ada beberapa persiapan yang ersifat psikologis
diantarany:
a. Sebagai calon guru, harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang ddasar-dasar
psikolo gi perkembangan dan perilaku manisis.

b.  Mempunyai keterampilan mnimal dalam menggunakan teknik-teknk yang tepat untuk
mempelajari kemampuan, minat dantingkat kesiapan belajar muridnya.

c. Mampu mempertimbangkannilai-niai psikologi dari bermacam-macam prosedur mengajar.

1. Eksperimen Para Ahli Teori belajar Psikologi


Seorang pendidik sebelum menerapkan ilmu psikologi yang dimiliki, tentunya harus
tahu dan paham betul akan teori dan eksperimen-eksperimen yang dilakukan para ahli
psikologi terdahulu agar dapat menunjang pendidik untuk melakukan pengajaran kepada
perserta didik mereka.

1. Classical Conditioning – Ivan Pavlov; Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov


terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
  Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka
refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioningitu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
2.   Operant Conditioning  – B.F. Skinner;  Dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
 Law of operant conditining yaitu timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of operant extinction yaitu timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.

13
3. Social Learning  – Albert Bandura; Teori belajar sosial atau disebut juga
teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
4. Teori Belajar Kognitif–Jean Piaget; Piaget mengemukakan bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik, (1) sensory
motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
  Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
   Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

  Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

  Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

 Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.

1.Hal-hal yang Diharapkan dari belajar Psikologi Pendidikan


Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang pendidik melalui pertimbangan-
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat;


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan pendidik akan dapat
lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang
taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

1.Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai;


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan pendidik dapat
menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan
tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

2.Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling;


Tugas dan peran pendidik, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan
pendidik dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses
hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

3.Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik;


Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa,
seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya
perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya
pendidik akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun
motivator belajar siswanya

4.Menciptakan iklim belajar yang kondusif;


Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Pendidik dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan
iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman dan menyenangkan.

5.Berinteraksi secara tepat dengan siswanya;


Pemahaman pendidik tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya
interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.

6.Menilai hasil pembelajaran yang adil;


Pemahaman pendidik tentang psikologi pendidikan dapat mambantu pendidik dalam
mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

15
Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas maupun membimbing peserta didik, guru
harus memperhatikan segala aspek psikologis peserta didik tersebut, baik itu perkembangan,
ingatan, memori dan pola berpikir anak.Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan
dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa agar mereka mampu tumbuh dan
perkembang sesuai dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat. Permasalahan yang ada
pada anak hendaknya melibatkan komponen orang tua, guru, masyarakat dan konsuler dalam
penyelesaiannya.

Guru harusnya memahami bahwa kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan
nilai yang tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan
kecerdasan emosi.Dua hal ini terkadang mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam
kehidupan di masyarakat.Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang mempebaruhi
sisiwa dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh sebab itu,pendidik haruslah
memperhatikan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran dikelas.
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga proses interaksi
antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan tertentu. Senantiasa tidak bisa
dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek dari pendidikan itu sendiri adalah individu
manusia yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.
Di sinilah peran penting psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu
lembaga yang mencetak kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu pengetahuan
psikologi kepada mereka calon pendidi tersebut.

2.Saran
Adapun untuk para pendidik/guru sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam
proses belajar mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi
pelajarannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan
merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi
pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat,
minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Manfaat Mempelajari Psikologi”. Online. http://pend-
ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html. Diakses 22 Oktober
2012.

17
Anonim. “Sumbangan Psikologi
Pendidikan”. Online. http://nomeng87.wordpress.com/sumbangan-psikologi-dalam-
pendidikan/. Diakses 22 Oktober 2012.
Hutabalian. “Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar
Mengajar”. Online. http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-
pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/. Diakses 22 Oktober 2012.
Oktavia. “Kontribusi Psikologi
Pendidikan. Online.http://orrp11015.blogspot.com/2012/03/kontribusi-psikologi-
pendidikan.html. Diakses 22 oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai