Anda di halaman 1dari 18

TEACHER MADE TEST

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Evaluasi Pendidikan
Yang diampu oleh Dr. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si., Ak.

Disusun Oleh:
Meylania Mardila (190421628928)
Muhammad Wildan Naufal (190421628813)
Nabilah Nur Salma (190421628835)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
FEBRUARI 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalaumalaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TEACHER MADE TEST”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
pada mata kuliah Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Malang. Selain itu, kami
selaku penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Endang Sri Andayani, S.E.,
M.Si., Ak. selaku pengampu mata kuliah Evaluasi pendidikan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 20 Februari 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 3
1.1. Latar Belakang………………………………………………................................ 3
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 3
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………................ 5
2.1 Karakteristik dan Jenis Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran…………………… 5
2.2 Taksonomi Tujuan Pendidikan…………………………………………………….. 7

2.3 Tes Blue Print ………………………………………………………………………12

2.4 Membahas Artikel…………………………………………………………………. 15

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………… 16

3.1 SIMPULAN………………………………………………………………………… 16
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus menguasai beberapa pengetahuan
terkait dengan penilaian pendidikan, diantaranya: (1) Mampu memilih prosedur-prosedur
penilaian yang tepat untuk membuat keputusan pembelajaran, (2) Mampu
mengembangkan prosedur penilaian yang tepat untuk membuat keputusan pembelajaran,
(3) Mampu dalam melaksanakan, melakukan penskoran, serta menafsirkan hasil penilaian
yang telah dibuat, (4) Mampu menggunakan hasil-hasil penilaian untuk membuat
keputusan-keputusan di bidang pendidikan, (5) Mampu mengembangkan prosedur
penilaian yang valid dan menggunakan informasi penilaian, dan (6) Mampu dalam
mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian. Penilaian yang efektif dan sering digunakan
dalam pembelajaran adalah sebuah tes. Frederick G Brown (1976) mengatakan bahwa tes
adalah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku seseorang. Sistematik
juga memiliki pengertian obyektif, standart dan syarat-syarat kualitas lainnya

Menurut Sumardi Suryabrata (1984) tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana
testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standart atau testee lainnya.
Dari beberapa uraian dan kutipan di atas jika dikaitkan dengan evaluasi pendidikan dapat
ditarik kesimpulan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis, obyektif dan standart yang
berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang harus dijawab oleh testee untuk
menghasilkan suatu nilai yang mencerminkan tingkah laku atau prestasi testee. Sebagai
calon pendidik kita harus tau berbagai macam jenis-jenis tes mulai dari apa
karakterisiknya, tujuan dari tes tersebut hingga bagian-bagian yang termasuk ke dalam
berbagai jenis tes.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa karakteristik dan jenis tujuan Pendidikan dan pembelajaran?
2. Apa isi taksonomi bloom dan pendapat dari tokoh yang lain?
3. Apa itu tes blue print?

3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa karakteristik dan jenis tujuan Pendidikan dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui isi dari taksonomi bloom beserta dengan pendapat tokoh yang
lain
3. Untuk mengetahui ap aitu tes blue print.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Jenis Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran


Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dan peserta didik
untuk mengembangkan potensi serta pengetahuan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan dan atau latihan bagi peranannya dimasa mendatang. Dalam suatu
pendidikan sangat erat dengan adanya peserta didik dan pendidik sehingga terjadi
suatu proses pembelajaran. Suatu keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses
belajar di sekolah, maka dari itu sekolah merupakan salah satu pelaksana
pendidikan yang dominan dalam keseluruhan organisasi pendidikan disamping
keluarga dan masyarakat. Samino (2010 : 37) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada
orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik
kedewasaan jasmani, rohani maupun sosial.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, definisi Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana helajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Karakteristik pembelajaran dan pendidikan menurut M.J. Langeveld (1980)
sebagai berikut.
1. Ilmu Pendidikan yang Otonom.
Ilmu pendidikan merupakan disiplin keilmuan tersendiri yang otonom. Artinya
ilmu pendidikan mengkaji sendiri dan menghasilkan konsep/teori tentang
pendidikan seperti: belajar dengan berbuat (learning by doing), belajar
mandiri, belajar sepanjang hayat.
2. Ilmu Pendidikan menerapkan konsep dan teori yang dikembangkan dalam
ilmu yang lain.
Ilmu pendidikan menerapkan konsep atau teori yang dikembangkan dalam
ilmu lain seperti, filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi,
administrasi/manajemen, dan ekonomi yang diperlukan baik untuk
memperkaya konsep kependidikan maupun untuk meningkatkan rekayasa
pendidikan itu sendiri.

Obyek studi ilmu pendidikan ialah berbagai aspek interaksi sosial budaya
antara peserta didik dengan pendidik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Bertitik tolak dari filosofis, psikologis dan sosial budaya yang menggambarkan
obyek studi ilmu pendidikan, maka terdapat (5) lima komponen inti ilmu
pendidikan yang membentuk batah tubuh ilmu pendidikan. Kelima komponen itu
adalah:
1. Kurikulum; yaitu komponen yang berkenan dengan tujuan dan bahan acuan
interaksi. Konsep yang dikembangkan dalam teori kurikulum ini antara lain

5
teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum dan
model-model pengembangan kurikulum.
2. Belajar; yaitu komponen yang berkenaan dengan proses pelaksanaan
interaksi yang ditinjau dari sudut peserta didik. Teori yang dikembangkan
dalam komponen ini antara lain : jenis dan cara belajar, hierarkis proses
belajar dan kondisi-kondisi belajar.
3. Mendidik/mengajar ; yaitu komponen yang berkenaan dengan pelaksnaan
interaksi yang ditinjau dari sudut pendidik. Teori yang dikembangkan
antara lain bagaimana model mendidik/mengajar, metode/teknik mendidik
dan sistem pengelolaan kelas.
4. Lingkungan Pendidikan; yaitu komponen yang berkenaan dengan
bagaimana situasi interaksi pendidikan berlangsung beserta unsur-unsur
penunjangnya. Teori yang dikembangkan antara lain : perencanaan dan
pengelolaan pendidikan, bimbingan konseling, media pendidikan.
5. Penilaian; yaitu komponen yang berkenaan dengan cara mengetahui
bagaimana/seberapa jauh tujuan yang diinginkan dicapai melalui interaksi
belajar itu terwujud. Teori yang dikembangkan antara lain: model-model
penilaian, metode/teknik menilai dan instrumen-instrumen penilaian.

Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:


1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir
yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap
lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia
yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Secara jelas
tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila
dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai
tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus
dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
3. Tujuan Pembelajaran/Instruksional

6
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian
dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka
selesai mengikuti pelajaran.

2.2 Taksonomi Tujuan Pendidikan


Pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasikan
skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam
kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif
mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi,
dan sikap. Sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi
manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengaitkan ketiga ranah ini dengan
Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge,
Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun,
kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan
doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan.
Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan
karsa dengan ranah psikomotorik.

1. Ranah Kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang
telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi
memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan
dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang
menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi
6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan
dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New
York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2)
comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4)
analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6)

7
evaluation (penilaian). 6 tingkatan ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk
piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan
tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan
level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking
skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya
menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi,
kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.
Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat
bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan
berdasarkan dengan hafalan saja. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
jenjang ini adalah : mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan,
membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi
indeks, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari, menghafal,
meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan,
mempelajari, mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dan menulis.
2. Pemahaman (Comprehension)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu : 1.
Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain) 2.
Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi) 3. Ekstrapolasi (kemampuan
memperluas arti). Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-
katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep. 2
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
memperkirakan, menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan, merinci,
mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,
mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan, mendiskusikan,
menggali, mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, mempolakan,
memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.
3. Penerapan (Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi
pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya

8
dengan cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut
untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang
belum pernah diberikan sebelumnya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam jenjang ini adalah : menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan,
menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung,
membangun, membiasakan, mencegah, menggunakan, menilai, melatih, menggali,
mengemukakan, mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan,
mengkonsepkan, melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses,
mengaitkan, menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, dan
mentabulasi.
4. Analisis (Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan
suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat
berupa : 1. Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi) 2. Analisis
hubungan ( identifikasi hubungan) 3. Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-
prinsip organisasi (identifikasi organisasi) Di jenjang ini, peserta didik diminta
untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan
membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat. Kata
kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah : menganalisis,
mengaudit, memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi,
memerinci, menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan, merasionalkan,
menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan, menyimpulkan, menemukan,
menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih,
mengukur, melatih, dan mentransfer.
5. Sintesis (Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan
mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.
Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau
kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di jenjang ini, peserta
didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan
berbagai ilmu dan pengetahuan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
jenjang ini adalah : mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan,
mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang,
membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan,
mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas,
memfasilitasi, membentuk, merumuskan, menggeneralisasi, menggabungkan,
memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan, memproduksi,
merangkum, dan merekonstruksi.
6. Evaluasi (Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal
untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan
dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang
dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik,
penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut

9
Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu : 1. Evaluasi berdasarkan bukti
internal 2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal Di jenjang ini, peserta didik
mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan
dan kebijakan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik,
menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan,
menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan,
memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek dalam kegiatan belajar
mengajar. Krathwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf,
2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu:
1. Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan
masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif. Penerimaan adalah
semacam kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulasi dari luar yang
datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta
didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka
bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka memiliki
kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. 4
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih,
mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
2. Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang
menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini
dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya. Kata
kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab,
membantu, mengajukan, mengkompromi, menyenangi, menyambut, mendukung,
menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan
menolak.
3. Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan
terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai
fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur
dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggung jawab terhadap segala hal
selama proses pembelajaran. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan,

10
memperjelas, memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan,
menekankan, dan menyumbang.
4. Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan
dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan
sains terhadap kehidupan manusia. Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam kategori ini adalah : menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan,
mengkombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat,
memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.
5. Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini
dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya. 5 Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi,
mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan
memecahkan.

3. Ranah Psikomotorik
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri
dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interpretatif. Kategori yang
termasuk dalam ranah ini adalah:
1. Meniru
Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya
dari keterampilan itu. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini
adalah : mengaktifan, menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur,
mengumpulkan, menimbang, memperkecil, membangun, mengubah,
membersihkan, memposisikan, dan mengkonstruksi.
2. Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta
memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan. Kata kerja operasional yang
dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengoreksi, mendemonstrasikan,
merancang, memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasikan, mengisi,
menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, dan mencampur.
3. Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang
ditampilkan lebih meyakinkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini adalah : mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim,

11
memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan,
mengemas, dan membungkus.
4. Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. 6 Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah
mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan, memulai,
menyetir, menjeniskan, menempel, mensketsa, melonggarkan, dan menimbang.
Konsep taksonomi bloom mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin
Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi
ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep
terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu
creating yang sebelumnya tidak ada. Revisi Taksonomi Bloom dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

2.3 Tes Blue Print


Test blue print adalah kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan
dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran,
penyusunan strategi, pelaksanaaan program dan focus kegiatan serta langkah-
langkah atau implementasi yang harus dilaksanakana oleh setiap unit di
lingkungan kerja. Biasanya blueprint ini disebut juga sebagai kisi-kisi soal tes.
Kisi-kisi soal tes yang merupakan bagian dari silabus biasanya berisi standar

12
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian,
waktu, dan sumber belajar biasanya berbentuk dalam table matriks. Dalam hal ini
akan membantu untuk lebih focus terhadap tujuan dan membuat soal test.
Meskipun tidak akan sama persis dengan blueprint, namun setidaknya akan
membantu untuk lebih dekat dengan tujuan pembelajaran.
Adapun beberapa langkah-langkah menyusun Blueprint:
1. Mengidentifikasi Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi kometensi dasar ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
banyak kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik dan dapat
dibuatkan alat penilaiannya. Pada tahan ini, ada dua kegiatan utama yaitu
mengidentifikasi level kognitif paa kompetensi dasar dan mengidentifikasi
materi pokoknya. Kegiatan mengidentifikasi level kognitif dapat dilihat
dari Kata Kerja Operasional (KKO) yang tertera pada kalimat Kompetensi
Dasar. Sedangkan mengidentifikasi materi pokok dengan cara menentukan
materi yang menjadi pokok bahasan dari kompetensi dasar tersebut.

2. Menentukan Lingkup Materi.


Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan ruang lingkup materi masing-
masing mata pelajaran. Untuk mengetahui ruang lingkup masing-masing
mata pelajaran dapat mengacu pada kurikulum sekolah masing-masing
yang merujuk pada peraturan yang berlaku.

3. Menentukan level Kognitif


Langkah selanjutnya mengelompokkan kompetensi dasar berdasarkan level
kognitifnya. Level kognitif pada langkah ini mengacu pada gradasi level
kognitif. Gradasi level kognitif terbagi menjadi 3 level, yaitu :
1) Level kognitif tingkat 1, mengukur kognitif level C1 dan C2
2) Level kognitif tingkat 2, mengukur kognitif level C3
3) Level kognitif tingkat 3, mengukur kognitif level C4, C5, da C6
Pada tahap ini, kurikulum mengharapkan dengan adanya pembelajaran
yang berorientasi pada Higher Order Thingking Skills atau HOTS. HOTS
merupakan bagian dari gradasi level kognitif.
4. Menyusun kisi-kisi soal
Selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal memiliki
beberapa komponen yaitu :
• Identifikasi kisi-kisi soal
• Kompetensi dasar
• Lingkup materi
• Level kognitif
• Indicator soal
• Bentuk soal
• Nomor soal

13
5. Menyusun Instrumen Soal
Sebelum meyusun soal, sebaiknya dibuatkan terlebih dahulu instrument
soal pada kartu soal. Di dalam kartu soal terdapat beberapa komponen,
seperti : Kompetensi Dasar/Lingkup Materi; Level Kognitif; Indikator
Soal; Rumusan Butir Soal; Pembahasan Jawaban; Kriteria Penilaian. Pada
kegiatan ini berlaku untuk soal pilihan ganda ataupun isian, berdasarkan
blueprint yang telah disusun.

6. Menganalisis Butir Soal pada Kartu Soal


Penyusunan instrument soal di kartu soal sebelum dibuatkan naskah soal
memiliki tujuan penting. Instrument soal sebelum dijadikan naskahnya,
harus dianalisis kebergunaan instrument yang telah disusun.

2.4 Membahas Artikel


Dalam artikel telah dibahas bagaimana perbedaan antara kerangka
Pengembangan Pengajaran dan Pembeajaran(DTL) dan Taksonomi Bloom. Dari
perspektif DTL merupakan visi untuk pendidikan, tujuan utama dari pendidik
adalah bukan membuat peserta didik tidak mengumpulkan informasi, tetapi untuk
membantu siswa mengembangkan pikiran mereka untuk memecahkan masalah di
bidang tertentu sehingga siswa terus meningkatkan kemampuan mereka untuk
memahami berbagai fenomena ilmiah dan peristiwa sosial dan , yang paling
penting, dari kehidupan mereka sendiri. Pada intinya, DTL berpendapat bahwa
potensi peserta didik untuk belajar dan pengembangan pemikiran tidak ditentukan
sebelumnya dan tujuan dari pendidik adalah untuk mengembangkan pikiran siswa
- dengan menggunakan materi dan kontekskhusus domain filosofis, psikologis, dan
subjek. Sedangkan Taksonomi didasarkan pada hierarki tujuan pembelajaran, yang
mencakup "menghafal" sebagai tugas awal, kemudian "pemahaman,"
"menerapkan," "menganalisis," "mengevaluasi," dan akhirnya "menciptakan"
sebagai tingkat tertinggi dari tujuan tersebut. Taksonomi sangat populer dan
berpengaruh dalam penelitian dan praktik pendidikan saat ini, meskipun kadang-
kadang dikritik dari perspektif yang lebih tradisional dan konservatif yang
mengklaim bahwa pemikiran urutan yang lebih tinggi tidak dapat dimulai sampai
siswa menguasai "fakta mendasar" dan kebijaksanaan konvensional. Meskipun
Taksonomi Bloom tidak secara eksplisit merujuk pada proses otak, asumsi
keseluruhannya konsisten dengan metafora komputer sebenarnya
menghubungkannya dengan klaim yang saat ini populer bahwa semua tahapan dan
tingkat perkembangan pengetahuan terjadi di "komputer biologis" yang paling
kompleks - otak manusia. Dengan demikian, Taksonomi secara implisit
menegaskan kembali klaim reduksi yang sangat merugikan di bidang pendidikan.
Namun sebaliknya, visi DTL dalam artikel ini, menolak model kognisi manusia
berbasis otak dan sebaliknya membuka kemungkinan untuk mengembangkan akun
pikiran dan pembelajaran non-reduksi yang konsisten. Jadi kesimpulannya,
pendidikan sangat memerlukan taksonomi tujuan pendidikan. Dengan menerapkan

14
taksonomi bloom ini dalam pendidikan, peserta didik dapat mengasah kemampuan
apa saja yang dimilikinya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dan peserta didik untuk
mengembangkan potensi serta pengetahuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan
atau latihan bagi peranannya dimasa mendatang. Dalam suatu pendidikan sangat erat
dengan adanya peserta didik dan pendidik sehingga terjadi suatu proses pembelajaran.
Suatu keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar di sekolah, maka dari itu
sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan yang dominan dalam keseluruhan
organisasi pendidikan disamping keluarga dan masyarakat.
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Kemudian ada tes blue print, test blue
print adalah kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan dalam pembuatan
kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaaan
program dan focus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus
dilaksanakana oleh setiap unit di lingkungan kerja. Biasanya blueprint ini disebut juga
sebagai kisi-kisi soal tes.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Putu dan Sujoko Edy. Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom. Salatiga:
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi, 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara
B Kartowagiran - Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012 - staff.uny.ac.id
Chabib Toha, Teknik Evaluasi hal. 43
Effendi, Ramlan. "Konsep revisi taksonomi Bloom dan implementasinya pada pelajaran

matematika SMP." JIPMat 2.1 (2017).

Gunawan, Imam dan Retno Anggarini. Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif: Kerangka
Landasan Untuk Pembelajaran, dan Penilaian. Madiun: GGSD FIP IKIP PGRI
Madiun.
Hermino, Agustinus. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter. Bandung: Alfabeta

Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu
2012) hal 17.
Magdalena, dkk. Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan. Tangerang: Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
Mulyasa, Enco. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi-Konsep, Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Rochman Nata wijaya dan R. Ibrahim, 1992, Ilmu Pendidikan Pengembangan Pendidikan
Tenaga Kependidikan. (Kertas kerja disampaikan dalam temu karya FIP seIndonesia).
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197011091998021-
SURURI/Pokok_Bahasan_Riset_dalam_Pendidikan.pdf. Diakses pada 20 Februari 2021
Wowo, Sunaryo Kusnawa, 2012. Taksonomi Kognitif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

16
Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai