Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK JENJANG SEKOLAH DASAR

Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Ery rahmawati M,PD

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Silviana putri (2286206048)


2. Metriana Susanti (2286206051)
3. Nadim Asrof (2286206045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI SIDOARJO
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah sebagai tugas dari mata kuliah perencanaan
pembelajaran yang diampu oleh Ery rahmawati M,PD

Terima kasih juga kepada teman-teman dan pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis menyadari akan kekuranngan, baik pengetahuan
ataupun sumber dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran dari pembaca, yang tentunya besifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul..................................................................................................

Kata pengantar...................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6

A. Konsep Tujuan Pendidikan........................................................................6


B. Tujuan Pembelajaran.................................................................................7
C. Fungsi Tujuan............................................................................................8
D. Sumber Tujuan..........................................................................................8
E. Klasifikasi Tujuan Pendidikan...................................................................9
F. Klasofikasi Tujuan Pembelajaran..............................................................10
G. Kriteria Perumusan Pembelajaran.............................................................11

BAB III PENUTUP..........................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12

Daftar Pustaka..................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

Secara filosofis tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup. Pentingnya tujuan
dalam proses pendidikan sama hal pentingnya pendidikan dalam proses kehidupan.
Mungkin tidak ada tujuan pendidikan bagi orang yang tidak memiliki tujuan hidup.
Tanpa adanya tujuan yang jelas seperti dikatakan semua perencanaan itu bagaikan
mimpi yang tak mungkin dilakukan.

Tujuan pendidikan menggambarkan tentang idealisme, cita-cita keadaan individu


atau masyarakat yang dikehendaki. Karenanya tujuan merupakan salah satu hal yang
penting dalam kegiatan pendidikan, sebab tidak saja memberikan arah kemana harus
dituju, tetapi juga memberikan arah ketentuan yang pasti dalam memilih materi,
metode, alat/media, evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan. Dengan sebuah rumusan
tujuan pendidikan, maka proses pendidikan akan dengan mudah dinilai/diukur tingkat
kebehasilannya. Keberhasilan pendidikan akan dengan mudah dan cepat dapat dilihat
dari segi pecapai tujuan. Dengan tujuan juga mempermudah menyusun/menetapkan
materi, metode dan alat atau media yang digunakan dalam proses pendidikan.

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tujuan Pendidikan 

Tujuan adalah merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam


pengembangan kurikulum. Zais (1976:297) menegaskan bahwa sebagai komponen
dalam kurikulum, tujuan merupakan bagian yang paling sensitif, sebab tujuan bukan
hanya akan mempengaruhi bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung merupakan
fokus dari suatu program pendidikan.

Dalam beberapa leteratur pendidikan/kurikulum memakai beberapa istilah tujuan


seperti purposes, aims, goals dan objectives untuk menunjukkan harapan pendidikan.
Oliva menggunakan beberapa istilah seperti “out come, aim, end, purpose, function,
goal dan objective”. Meskipun istilah-istilah ini dalam bahasa umum mempunyai
persamaan, tetapi dalam bahasa pendidikan mempunyai perbedaan yang bermakna. Out
come mengarah kepada harapan akhir secara umum. Sedangkan “aims” sama dengan
“end”, purpose, function dan univesal goal”. Tujuan pendidikan ini sangat luas.
Biasanya merupakan pernyataan tujuan pendidikan umum, yang dapat dipakai sebagai
petunjuk pendidikan seluruh negara tersebut.

Beberapa istilah tujuan yang menggambarkan pada tingkat yang berbeda-beda,


seperti: Aims yang menunjukkan arah umum pendidikan. Secara ideal, aims
merefleksikan suatu tingkat tujuan pendidikan berdasarkan pemikiran filosofis dan
psikologis masyarakat Dengan perkataan lain aims adalah statemen tentang hasil
kehidupan yang diharapkan (expected life outcomes) berdasarkan skema nilai filsafar
hidup (Boudy, 1971:13). Menurut Zais, (1976:298) aims untuk tujuan pendidikan
jangka panjang yang digali dari nilai-nilai filsafat suatu Bangsa.

Zais menjelaskan tujuan kurikulum (aim) merupakan pernyataan yang melukiskan


keidupan yang diharapkan, tujuan atau hasil yang didasarkan pada pandangan filsafat
dan tidak langsung berhubungan dengan dengan tujuan sekolah. Tujuan ini mungkin
dapat dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan. Barangkali aims ini dapat
disamakan dengan “tujuan pendidikan nasional” di Indonesia, karena pada tujuan
pendidikan nasional ini dinyatakan keinginan bangsa Indonesia untuk mencapai suatu
hasil pendidikan yang berlandasakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang bernama
Pancasila. Tujuan jenis ini tidak berkaitan langsung dengan hasil pendidikan di sekolah
atau hasil proses belajar mengajar dalam ruang-ruang kelas.

Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari situasi sekolah dan hasilnya
mungkin jauh setelah proses belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk
menjadikan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab pada negara, atau manusia
yang sehat jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan ini
hanya mungkin dapat dicapai setelah anak menyelesaikan beberapa tingkatan
pendidikan formal, informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk mencapai tujuan
umum “aims” perlu ditentukan pula yang lebih spesifik dari aims tersebut yang biasa
dinamakan dengan goals.

6
Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara aims dan objectives. Yang
tersebut terakhir adalah tujuan yang dicapai sebagai hasil belajar dalam ruang-ruang
kelas sekolah) dengan perkataan lain, goals adalah hasil proses belajar menurut suatu
sistem sekolah lebih umum dari objectives dan bukan merupakan hasil langsung proses
belajar dalam ruang kelas dan untuk mencapainya memerlukan seperangkat objectives.
Contohnya antara lain adalah kemampuan berpikir analitik dan berpikir kritis,
mengapresiasi dan mengamalkan ajaran agama Islam dan lain sebagainya. Barangkali di
Indonesia goals ini dapat disamakan dengan tujuan kurikulum sekolah atau tujuan
institusional.

Tingkat tujuan yang lebih rendah dari goals dalah objectives yaitu tujuan suatu unit
atau pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil belajar dalam ruang-
ruang kelas sekolah. Pada tingkat ini, kita berbicara tentang kemungkinan pemakaian
objectives tingkah laku (behavioral objectives) yang menunjukkan tingkah laku yang
eksplisit yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Dengan perkataan lain
objective adalah hasil belajar siswa dalam kelas, yaitu hasil proses belajar mengajar
dalam kelas atau kegiatan belajar mengajar setiap haris sebagai hasil implentasi
kurikulum. Contohnya: siswa mengusasi prinsip-prinsip dasar ilmu kimia, siswa dapat
menyelesaikan 4 soal dari 5 soal persamaan kuadrat dan lain-lain.

Menurut Muhammad Ansyar adalah salah seorang yang paling gigih menekankan
penting ditetapkan tujuan tingkah laku ini. Dia mengemukakan bahwa tujuan tingkah
laku harus mencakup tiga komponen: (1) tingkah laku yang diinginkan, (2) kondisi
tertentu tempat tingkah laku itu terjadi, dan (3) tingkat untuk kerja tingkah laku itu.

Di Indonesia kita kenal tingkatan/hirarkis tujuan itu dalam beberapa istilah seperti
Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan
Instruksional Umum dan Khusus.

B. Tujuan Pembelajaran 

Tujuan institusional/goal dan tujuan kurikuler dijabarkan lagi dalam tujuan


pembelajaran, tujuan ini lebih konkret dan lebih operasional yang pencapaiannya
dibebankan kepada tiap pokok bahasan yang terdapat dalam tiap bidang studi. Menurut
Suryosubroto, (1990: 20-21) tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa
saja yang harus dikuasai oleh peserta belajar sesudah ia melewati kegiatan instruksional
yang bersangkutan dengan berhasil. Kita dapat membedakan dua macam tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), tujuan instruksional umum
kata-katanya masih umum, belum dapat diukur. Contohnya Siswa memahami konsep
zakat dalam ajaran agama Islam. (2) Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). Rumusan
tujuan ini ditujukan pada (siswa), dengan langsung dapat diketahui (diukur) pada setiap
kegiatan pengajaran berlangsung, dengan kata dan sayrat-syarat tertentu. Seperti kata
kerja operasional, mengandung satu tingkah laku, berorientasi pada siswa, dapat diukur.
Contoh. Melalui demonstrasi dan latihan siswa dapat mempraktekkan shalat maghrib
dengan benar dan tertib.

Menurut Kaber (1988:11) tujuan instruksional spesifik dapat ditarik dari sumber
pokok: dari tujuan umum, seluruh kegiatan sekolah

7
b. dari tema (organizing center), topik yang dipelajari
c. dari perkembangan keterampilan yang dipelajari secara kontinu, misalnya dalam
bahasa.

Tujuan instruksional mengandung dua komponen yaitu komponen isi dan komponen
proses. Komponen isi berfokus pada memperoleh fakta, konsep, prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan topik yang dipelajari. Sedangkan komponen proses menitik
beratkan perhatian pada kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan topik.
Jenis-jenis tujuan instruksional dapat digolongkan atas:

a. Tujuan yang berbetuk tingkah laku (behavioral objectives)


b. Tujuan yang berupa penampilan (peformance objective)
c. Tujuan yang bersifat mengungkapkan diri (expressive objectives)
d. Tujuan yang mengacu kepada ranah perilaku (domain refence objectives).

Dari sejumlah uraian tentang konsep tujuan tersebut secara garis besar yang
dimaksud dengan tujuan adalah Suatu pernyataan atau rumusan tentang deskripsi
tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh dan dimiliki seseorang
setalah melakkukan atau menyelesaikan kegiatan pendidikan/belajar (sesuai dengan
hirarkisnya).

C. Fungsi Tujuan 

Rumusan tujuan pendidikan yang tepat dapat berfungsi dan bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan kurikulum, minimal sebagai berikut:

1. Tujuan akan menjadi pedoman bagi disainer untuk menyusun kurikulum yang
efektif, dengan demikian memberikan arah kepada para disainer kurikulum dalam
pemilihan bahan pelajaran, yaitu bahan pelajaran yang menopang tercapainya tujuan
pendidikan.
2. Tujuan merupakan pedoman bagi guru dalam menciptakan pengalaman belajar
Tujuan memberikan informasi kepada siswa apa yang harus dipelajari
3. Tujuan merupakan patokan evaluasi mengenai keberhasilan program (proses belajar
mengajar) Tujuan menyatakan kepada masyarakat tentang apa yang dikehendaki
sekolah, apa yang hendak dicapai.

Dari uraian di atas jelas bahwa tujuan pendidikan merupakan patokan, pedoman
orientasi bagi para pelaksana/pendesain pendidikan.

D. Sumber Tujuan 

Para ahli kurikulum tampaknya agak susah membedakan antara sumber dan kriteria
dalam penetapan tujuan. Smith, Stanley dan Shores (1957: 108-123) misalnya
mengistilahkan dengan pengembangan prinsip/kriteria penetapan tujuan kurikulum, yaitu
tiga kreteria yang berupa substantif, dan dua kriteria prosedural. Krieria substantif bagi
penetapan tujuan adalah kebutuhan dasar anak-anak, kebutuhan sosial atau masyarakat,
dan ide-ide demokrasi. Kriteria yang yang hampir sama diajukan oleh Tyler (1949) yakni
studi tentang pelajar, studi tentang kehidupan masyarakat di luar sekolah, dan saran-saran
dari ahli mata pelajaran. Lebih jauh Tyler menekankan pendapatnya bahwa filsafat dan
psikologi belajar merupakan “saringan” atau kriteria bagi penetapan lebih lanjut tujuan-

8
tujuan pendidikan tersebut. Zais (1976: 301-305) mengemukakan hal yang mirip dengan
yang dikemukakan oleh kedua sumber di atas. Dia menamakannya sumber-sumber tujuan,
yaitu sumber emperis mengenai studi tentang masyarakat dan pelajar; sumber filosofis,
dan dan sumber yang berasal dari mata pelajaran.

Menurut Zais (1976:301) sumber-sumber tujuan dapat dikelompokkan ke dalam tiga


kelompok, yakni sumber empirik, sumber filosofi, dan sumber bidang kajian atau subject
matter. Sumber empirik mengacu kepada apa yang diinginkan oleh masyarakat, sumber
filosofi merupakan kajian apa yang diisyaratkan (ought to be) untuk dicapai dalam suatu
program pendidikan, dan sumber bidang kajian merupakan tujuan apa yang harus dicapai
melalui kajian bidang studi.

Ketiga sumber yang digunakan dalam mengembangkan tujuan kemudian dikonstruksi


dalam pola hirarkhi tujuan. Sumber empirik dan filosofi dikelompokkan dalam tujuan
akhir (ends) atau tujuan pendidikan nasional, sedangkan sumber bidang kajian
dikelompokkan ke dalam tujuan objectives (means) yang merupakan alat untuk mencapai
tujuan akhir.

Semua penulis tersebut menekankan bahwa semua pengembang dan pendesain


kurikulum hendaknya mengenal bahwa tujuan-tujuan bersumber dari asumsi-asumsi
tentang pekajar, masyarakat dan ilmu pengetahuan. Menurut mereka tidak satupun dari
ketiga sumber tersebut dapat dikesampingkan para ahli kurikulum. Dan amat penting
sekali untuk saling menjaga keseimbangan antara ketiga sumber kurikulum tersebut.
Smith, Stanley dan Shores (1957) mengajukan juga kriteria lain bagi penetapan tujuan
yaitu keterwakilan, kejelasan, keterpertahankan, konsistensi dan fisibilitas.

E. Klasifikasi Tujuan Pendidikan

Broudy (dalam Zais, 1976: 307) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategore yang saling berkaitan. Pertama, tujuan
pendidikan diarahkan pada pencapaian pola nilai utama. Nilai ini merupakan refleksi dari
pandangan filsafat, yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap ketiga ciri tujuan
pendidikan lainnya.

Kedua tujuan pendidikan menurut Broudy, adalah organisasi sosial yang lebih disukai.
Ketiga peranan sosial yang lebih diinginkan, dan keempat gaya hidup yang lebih
disenangi.. Schubert (1986, 202-206) mengajukan empat tujuan pendidikan yaitu;
(1)sosialisasi, (2)pencapaian, (3) pertumbuhan, dan (4)perubahan sosial. Sosialisasi
merupakan tujuan yang harus dicapai anak didik agar mereka dapat hidup dengan baik
dimasyarakat, dan dengan kebudayaannya.

Pencapaian atau prestasi perorangan biasanya diperlukan bagi anak-anak di negara


industri dan post-industri, tempat prestasi merupakan gaya kehidupan yang hidup
dimasyarakat. Pertumbuhan personal anak bermula pada masa pendidikan progresive yang
dipelopori John Dewey. Pendidikan dengan tujuan pertumbuhan muncul dalam beberapa
versi, nama seperti pendidikan terbuka pada tahun 1960-an dan awal 70-an, pendidikan
humanistik, 1950-an dan 1980-an. Tujuan pendidikan pertumbuhan personal memerlukan
penyesuai kurikulum yang mengakomodir kebutuhan pribadi, bakat, minat, dan kemapuan
anak yang berbeda-beda. Perubahan sosial, menurut aliran ini sekolah dapat dan harus
mengusahakan perbaikan sosial (Muhammad Ansyar, 1989:102).

9
F. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran 

Oleh karena sukar menetapkan tingkat suatu tujuan yaitu, apakah itu pada tingkat
tujuan pendidikan nasional (aims), atau pada tingkat sekolah, atau ruang kelas, maka Zais
(1976: 308-309) mengajukan tiga kategore (fakta, keterampilan, dan sikap) biasa dipakai
sebagai cara utama untuk menyusun tujuan kurikulum (goals) dan tujuan pembelajaran
(objectives).

Fakta biasanya diartikan sebagai asimilasi yang dapat berupa unit-unit data, opini, atau
konsep-konsep yang kompleks. Keterampilan adalah kemampan untuk melakukan sesuatu,
termasuk proses seperti membaca, menulis, berpikir, kritis, berkomunikasi dan
keterampilan fungsional lainnya. Sikap berkaitan dengan watak yang diinginkan atau
perasaan yang timbul dari berbagai rangsangan, termasuk kecenderungan seperti kesukaan
atau ketidaksukaan,, berminat atau tidak berminat dan lain-lain.

Klasifikasi tujuan yang lebih sistematis telah dikemukakan Bloom (1956) dan
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) seperti tertera dalam Zais (1976: 304-310) Tanner
dan Tanner (1975:121-131). Tujuan pendidikan dikalsifikasikan pada tiga ranah besar
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Proses kognitif diklasifikasikan ke dalam suatu
urutan hirarkis, dari tingkat berpikir yang sederhana ke tingkat intelektual yang lebih
kompleks:

1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi

Ranah afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan demensi perasaan,


tingkah laku, atau nilai, seperti apresiasi terhadap karya seni, berbudi pekerti luhur, dan
lain-lain. Ranah afektif dibagi menjadi lima tingkatan yang bergerak dari kesadaran yang
sederhana menuju kekondisi di mana perasaan memegang peranan penting dalam
mengontrol tingkah laku:

1) Menerima
2) Responsif
3) Menghargai
4) Organisasi
5) Karakteristik

Ranah psikomotor dibagi empat tingkatan, dari yang paling sederhana kepada tingkat
yang paling kompleks, yaitu:

1) Observasi
2) Meniru
3) Praktek
4) Adaptasi.

10
Kegunaan taksonomi tujuan telah memberikan kntribusi yang besar terhadap
penyempurnaan teknik evaluasi hasil kurikulum. Oleh karena itu, analisis tujuan-tujuan
yang dikemukakan pada taksonomi membantu petugas kurikulum menjaga konsistensi
serta menjaga keseimbangan tujuan antara berbagai ranah.

G. Kriteria Perumusan Tujuan Pembelajaran

Dalam pendahuluan telah dikemukakan betapa pentingnya tujuan pendidikan dalam


perencanaan dan pengembangan kurikulum dan pengajaran. Tujuan merupakan dasar
orientasi sekaligus sesuatu yang akan dicapai dalam semua program kegiatan pendidikan.
Seperti dikatakan Hilda Taba dalam (Davies, 1976: 56) terdapat banyak hal yang terlibat
dalam kegiatan kurikulum atau pengajaran, yaitu siswa, materi pengajaran, guru, kelas,
dan varaisi-variasi aktivitas lain yang kompleks. Untuk mengikat kesemuanya itu agar
dapat berjalan secara harmonis, tidak saling bertentangan diperlukan tujuan, penekanan
yang konsisten, yang berfungsi mengikat dan menyatukan program-program kegiatan
tersebut. Tanpa tujuan yang jelas mustahil kesemuanya itu dapat dilaksanakan dengan
baik.

Kurikulum sekolah yang disusun bagaimanapun juga dimaksudkan agar dapat


dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Karenanya tujuan merupakan faktor yang paling
menentukan, maka penyusunan tujuan-tujuan itu harus benar-benar dipertimbangkan
dengan cermat. Hal itu mengingat bahwa tujuan yang disusun itu tidak dengan sendirinya
pasti baik, jelas, dan teliti, sebagai contoh kita kadang menemukan kerepotan dalam
menafsirkan suatu tujuan dalam kurikulum.

11
BAB III
PENUTUP

Tujuan pendidikan merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan kurikulum.


Tujuan pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kurikulum, terutama
dalam memilih dan menetapkan materi, metode/proses dan menetapkan alat evaluasi. Tujuan
juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan sebuah rancangan kurikulum.

Merumuskan tujuan Pendidikan Nasonal memang bukan pekerjaan yang mudah karena,
akan menentukan arah bagi perkembangan bangsa itu selanjutnya. Untuk itu diperlukan
keahlian dan kesadaran apa sebenarnya yang diinginkan/diharapkan oleh masyarakat bangsa
itu. Bahkan itu tidak memadai manakala tidak dilengkapi dengan saringan sercara filosofis
dan psikologis setiap keinginan tersebut, sehingga benar-benar berupa keinginan yang pantas
dan sesuai dengan harkat dan martabat manusia ideal. Seorang pengembang kurikulum harus
benar-benar memahami sumber-sumber tujuan pendidikan yang akan ditetapkan dalam
kurikulum, seperti kajian tentang anak didik, mayarakat diluar sekolah dan perkmbangan
disiplin ilmu. Kesemua sumber itu kemudian direkonstruksi dalam sebuah rumusan yang
pantas, konsisten, representatif, jelas, terpertahankan dan fisibility. 

Demikianlah antara lain beberapa konsep tujuan, sumber fungsi serta kriteria yang perlu
dipertimbangkan dan sekaligus dipenuhi dalam kegiatan perencanaan dan perumusan tujuan.
Sudah tentu masih ada pertimbangan-pertimbangan lain yang juga menuntut perhatian yang
belum tercakup di atas, untuk itu perlu kita diskusikan lagi demi untuk mecari sesuatu lebih
sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Ansyar, Muhammad, (1988) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Dirjen Dikti,


Jakarta
 Davies, Ivor K, (1976) Objectives In Curriculum Design, Megraw-Holl Book
Company, London
 Depdikbud, (1984/1985) Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional, Dirjen
Dikti, Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi, Jakarta
 J. Galen Saylor. William M. Alexander dan Arthur J. Lewis, 1981 Curriculum
Plaining for Better Teaching and Learning,
 Kaber, Achacius, (1988) Pengembangan Kurikulum, Dirjen Dikti, Proyek
Pengembangan Lembaga dan Tenaga Kependidikan, Jakarta
 Oliva, Peter F, (1992) Developing The Curriculum, Third Edition, Harper Collin
Publishers, New York
 Pratt, David, (1980) Curriculum Design and Development, Harcout Brace
Jovanovich, Inc, New York
 Smith, B.O, Stanley, W.O. dan Shores, J.H., 1957, Fundamentals of Curriculum
Development, Harcourt Brace and World, New York
 Schubert, William H.1986, Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility, Coier
Macmillan Publishers, London
 Tanner, Daniel, dan Tanner, Laurel N, 1975, Curriculum Development: Theory into
Pracyice, Macmillan Publishing Company, Inc., New York
 Zais, Robert S, (9176) Curriculum Principle and Foundation, Thoms Ciowell
Company, New York

13

Anda mungkin juga menyukai