Perencanaan Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Terima kasih juga kepada teman-teman dan pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis menyadari akan kekuranngan, baik pengetahuan
ataupun sumber dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran dari pembaca, yang tentunya besifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................
Kata pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
Daftar Pustaka..................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Secara filosofis tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup. Pentingnya tujuan
dalam proses pendidikan sama hal pentingnya pendidikan dalam proses kehidupan.
Mungkin tidak ada tujuan pendidikan bagi orang yang tidak memiliki tujuan hidup.
Tanpa adanya tujuan yang jelas seperti dikatakan semua perencanaan itu bagaikan
mimpi yang tak mungkin dilakukan.
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari situasi sekolah dan hasilnya
mungkin jauh setelah proses belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk
menjadikan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab pada negara, atau manusia
yang sehat jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan ini
hanya mungkin dapat dicapai setelah anak menyelesaikan beberapa tingkatan
pendidikan formal, informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk mencapai tujuan
umum “aims” perlu ditentukan pula yang lebih spesifik dari aims tersebut yang biasa
dinamakan dengan goals.
6
Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara aims dan objectives. Yang
tersebut terakhir adalah tujuan yang dicapai sebagai hasil belajar dalam ruang-ruang
kelas sekolah) dengan perkataan lain, goals adalah hasil proses belajar menurut suatu
sistem sekolah lebih umum dari objectives dan bukan merupakan hasil langsung proses
belajar dalam ruang kelas dan untuk mencapainya memerlukan seperangkat objectives.
Contohnya antara lain adalah kemampuan berpikir analitik dan berpikir kritis,
mengapresiasi dan mengamalkan ajaran agama Islam dan lain sebagainya. Barangkali di
Indonesia goals ini dapat disamakan dengan tujuan kurikulum sekolah atau tujuan
institusional.
Tingkat tujuan yang lebih rendah dari goals dalah objectives yaitu tujuan suatu unit
atau pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil belajar dalam ruang-
ruang kelas sekolah. Pada tingkat ini, kita berbicara tentang kemungkinan pemakaian
objectives tingkah laku (behavioral objectives) yang menunjukkan tingkah laku yang
eksplisit yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Dengan perkataan lain
objective adalah hasil belajar siswa dalam kelas, yaitu hasil proses belajar mengajar
dalam kelas atau kegiatan belajar mengajar setiap haris sebagai hasil implentasi
kurikulum. Contohnya: siswa mengusasi prinsip-prinsip dasar ilmu kimia, siswa dapat
menyelesaikan 4 soal dari 5 soal persamaan kuadrat dan lain-lain.
Menurut Muhammad Ansyar adalah salah seorang yang paling gigih menekankan
penting ditetapkan tujuan tingkah laku ini. Dia mengemukakan bahwa tujuan tingkah
laku harus mencakup tiga komponen: (1) tingkah laku yang diinginkan, (2) kondisi
tertentu tempat tingkah laku itu terjadi, dan (3) tingkat untuk kerja tingkah laku itu.
Di Indonesia kita kenal tingkatan/hirarkis tujuan itu dalam beberapa istilah seperti
Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan
Instruksional Umum dan Khusus.
B. Tujuan Pembelajaran
Menurut Kaber (1988:11) tujuan instruksional spesifik dapat ditarik dari sumber
pokok: dari tujuan umum, seluruh kegiatan sekolah
7
b. dari tema (organizing center), topik yang dipelajari
c. dari perkembangan keterampilan yang dipelajari secara kontinu, misalnya dalam
bahasa.
Tujuan instruksional mengandung dua komponen yaitu komponen isi dan komponen
proses. Komponen isi berfokus pada memperoleh fakta, konsep, prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan topik yang dipelajari. Sedangkan komponen proses menitik
beratkan perhatian pada kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan topik.
Jenis-jenis tujuan instruksional dapat digolongkan atas:
Dari sejumlah uraian tentang konsep tujuan tersebut secara garis besar yang
dimaksud dengan tujuan adalah Suatu pernyataan atau rumusan tentang deskripsi
tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh dan dimiliki seseorang
setalah melakkukan atau menyelesaikan kegiatan pendidikan/belajar (sesuai dengan
hirarkisnya).
C. Fungsi Tujuan
Rumusan tujuan pendidikan yang tepat dapat berfungsi dan bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan kurikulum, minimal sebagai berikut:
1. Tujuan akan menjadi pedoman bagi disainer untuk menyusun kurikulum yang
efektif, dengan demikian memberikan arah kepada para disainer kurikulum dalam
pemilihan bahan pelajaran, yaitu bahan pelajaran yang menopang tercapainya tujuan
pendidikan.
2. Tujuan merupakan pedoman bagi guru dalam menciptakan pengalaman belajar
Tujuan memberikan informasi kepada siswa apa yang harus dipelajari
3. Tujuan merupakan patokan evaluasi mengenai keberhasilan program (proses belajar
mengajar) Tujuan menyatakan kepada masyarakat tentang apa yang dikehendaki
sekolah, apa yang hendak dicapai.
Dari uraian di atas jelas bahwa tujuan pendidikan merupakan patokan, pedoman
orientasi bagi para pelaksana/pendesain pendidikan.
D. Sumber Tujuan
Para ahli kurikulum tampaknya agak susah membedakan antara sumber dan kriteria
dalam penetapan tujuan. Smith, Stanley dan Shores (1957: 108-123) misalnya
mengistilahkan dengan pengembangan prinsip/kriteria penetapan tujuan kurikulum, yaitu
tiga kreteria yang berupa substantif, dan dua kriteria prosedural. Krieria substantif bagi
penetapan tujuan adalah kebutuhan dasar anak-anak, kebutuhan sosial atau masyarakat,
dan ide-ide demokrasi. Kriteria yang yang hampir sama diajukan oleh Tyler (1949) yakni
studi tentang pelajar, studi tentang kehidupan masyarakat di luar sekolah, dan saran-saran
dari ahli mata pelajaran. Lebih jauh Tyler menekankan pendapatnya bahwa filsafat dan
psikologi belajar merupakan “saringan” atau kriteria bagi penetapan lebih lanjut tujuan-
8
tujuan pendidikan tersebut. Zais (1976: 301-305) mengemukakan hal yang mirip dengan
yang dikemukakan oleh kedua sumber di atas. Dia menamakannya sumber-sumber tujuan,
yaitu sumber emperis mengenai studi tentang masyarakat dan pelajar; sumber filosofis,
dan dan sumber yang berasal dari mata pelajaran.
Broudy (dalam Zais, 1976: 307) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategore yang saling berkaitan. Pertama, tujuan
pendidikan diarahkan pada pencapaian pola nilai utama. Nilai ini merupakan refleksi dari
pandangan filsafat, yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap ketiga ciri tujuan
pendidikan lainnya.
Kedua tujuan pendidikan menurut Broudy, adalah organisasi sosial yang lebih disukai.
Ketiga peranan sosial yang lebih diinginkan, dan keempat gaya hidup yang lebih
disenangi.. Schubert (1986, 202-206) mengajukan empat tujuan pendidikan yaitu;
(1)sosialisasi, (2)pencapaian, (3) pertumbuhan, dan (4)perubahan sosial. Sosialisasi
merupakan tujuan yang harus dicapai anak didik agar mereka dapat hidup dengan baik
dimasyarakat, dan dengan kebudayaannya.
9
F. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Oleh karena sukar menetapkan tingkat suatu tujuan yaitu, apakah itu pada tingkat
tujuan pendidikan nasional (aims), atau pada tingkat sekolah, atau ruang kelas, maka Zais
(1976: 308-309) mengajukan tiga kategore (fakta, keterampilan, dan sikap) biasa dipakai
sebagai cara utama untuk menyusun tujuan kurikulum (goals) dan tujuan pembelajaran
(objectives).
Fakta biasanya diartikan sebagai asimilasi yang dapat berupa unit-unit data, opini, atau
konsep-konsep yang kompleks. Keterampilan adalah kemampan untuk melakukan sesuatu,
termasuk proses seperti membaca, menulis, berpikir, kritis, berkomunikasi dan
keterampilan fungsional lainnya. Sikap berkaitan dengan watak yang diinginkan atau
perasaan yang timbul dari berbagai rangsangan, termasuk kecenderungan seperti kesukaan
atau ketidaksukaan,, berminat atau tidak berminat dan lain-lain.
Klasifikasi tujuan yang lebih sistematis telah dikemukakan Bloom (1956) dan
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) seperti tertera dalam Zais (1976: 304-310) Tanner
dan Tanner (1975:121-131). Tujuan pendidikan dikalsifikasikan pada tiga ranah besar
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Proses kognitif diklasifikasikan ke dalam suatu
urutan hirarkis, dari tingkat berpikir yang sederhana ke tingkat intelektual yang lebih
kompleks:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
1) Menerima
2) Responsif
3) Menghargai
4) Organisasi
5) Karakteristik
Ranah psikomotor dibagi empat tingkatan, dari yang paling sederhana kepada tingkat
yang paling kompleks, yaitu:
1) Observasi
2) Meniru
3) Praktek
4) Adaptasi.
10
Kegunaan taksonomi tujuan telah memberikan kntribusi yang besar terhadap
penyempurnaan teknik evaluasi hasil kurikulum. Oleh karena itu, analisis tujuan-tujuan
yang dikemukakan pada taksonomi membantu petugas kurikulum menjaga konsistensi
serta menjaga keseimbangan tujuan antara berbagai ranah.
11
BAB III
PENUTUP
Merumuskan tujuan Pendidikan Nasonal memang bukan pekerjaan yang mudah karena,
akan menentukan arah bagi perkembangan bangsa itu selanjutnya. Untuk itu diperlukan
keahlian dan kesadaran apa sebenarnya yang diinginkan/diharapkan oleh masyarakat bangsa
itu. Bahkan itu tidak memadai manakala tidak dilengkapi dengan saringan sercara filosofis
dan psikologis setiap keinginan tersebut, sehingga benar-benar berupa keinginan yang pantas
dan sesuai dengan harkat dan martabat manusia ideal. Seorang pengembang kurikulum harus
benar-benar memahami sumber-sumber tujuan pendidikan yang akan ditetapkan dalam
kurikulum, seperti kajian tentang anak didik, mayarakat diluar sekolah dan perkmbangan
disiplin ilmu. Kesemua sumber itu kemudian direkonstruksi dalam sebuah rumusan yang
pantas, konsisten, representatif, jelas, terpertahankan dan fisibility.
Demikianlah antara lain beberapa konsep tujuan, sumber fungsi serta kriteria yang perlu
dipertimbangkan dan sekaligus dipenuhi dalam kegiatan perencanaan dan perumusan tujuan.
Sudah tentu masih ada pertimbangan-pertimbangan lain yang juga menuntut perhatian yang
belum tercakup di atas, untuk itu perlu kita diskusikan lagi demi untuk mecari sesuatu lebih
sempurna.
12
DAFTAR PUSTAKA
13