Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

Tujuan Pembelajaran, Karakteristik Pembelajaran, dan Sumber &


Media

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh
Dra. Tri Murti, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 8:
Kamila Laila Nurmalia (190151602565)
Mirlanda Diaz Pratiwi (191151602517)
Siti Romlah (190151602634)
E9 PGSD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
“Tujuan Pembelajaran, Karakteristik Pembelajaran, dan Sumber & Media” yang
dibina oleh ibu Dra. Tri Murti, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran di Universitas Negeri Malang dapat kami selesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi sarana dalam bekal kami untuk jauh
lebih baik di masa yang akan datang. Penyusun berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penyusun khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Malang, September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Tujuan Pembelajaran..........................................................................................3
2.2 Karakter Pembelajaran......................................................................................12
2.3 Sumber dan Media.............................................................................................26
BAB III PENUTUP...................................................................................................44
3.1 Kesimpulan........................................................................................................44
3.2. Saran.................................................................................................................47
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,


dan tujuan pembahasan masalah.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan
yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat
segala aktivitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang program pembelajaran.
Merujuk pada tulisan Rifa’i (2007) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Mager dalam Rifa’i (2007)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau
yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
Sementara itu, Hamalik dalam Rifa’i (2007) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai
oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.
Sebagai guru kita dapat merencanakan berbagai program pembelajaran,
seperti program individual didalam kelas, agar setiap anak belajar sendiri-sendiri
dalam jangka waktu tertentu dan dengan model-model pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, yaitu belajar
kolaboratif, belajar kuantum, dan belajar kooperatif (kerja sama).
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.
Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara
belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang
diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal
pelajaran dan lain sebagainya.

1
2

Kata “media” berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau
pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah
segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi
pembelajaran. Media pembelajaran juga termasuk dalam kategori bahan
pembelajaran, apabila media pembelajaran diperankan sebagai desain materi
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Sumber dapat diartikan bahwa semua hal yang digunakan sebagai tempat
dimana informasi/pesan/materi belajar dapat diperoleh. Sumber belajar dapat
diperoleh dari segala benda yang berada disekitar siswa yang belajar. Sumber belajar
dapat berupa manusia (human resources) dan benda lain yang bukan manusia
(unhuman resources).
Berdasarkan pada beberapa fakta di atas, maka penulis mengambil tema
“Tujuan Pembelajaran, Karakteristik Pembelajaran, dan Sumber & Media” dengan
maksud agar dapat mengetahui tentang cara-cara perumusan tujuan pembelajaran,
karakter pembelajaran masing-masing peserta didik, dan cara mengaplikasian sumber
dan media dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.2.1 Apakah tujuan pembelajaran?
1.2.2 Apa saja karakteristik pembelajaran?
1.2.3 Apa itu sumber dan media?

1.3 Tujuan Pembahasan


Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat kami tarik
kesimpulan mengenai tujuan penulisan sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui tujuan pembelajaran
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran
1.3.3 Untuk mengetahui sumber dan media
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pembelajaran
A. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar
atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik menurut Warsita dalam
Rusman, 2017:85. Definisi lain dari pembelajaran menurut Rusman (2017:84),
pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung yaitu
dengan menggunakan berbagai media.
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku
yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah
terjadi (Gerlach dan Ely dalam Rifa’i, 2007). Tujuan pembelajaran itu
merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pertanyaan dengan
cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa, yakni
pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajar.
Pentingnya perumusan tujuan di dalam kegiatan pembelajaran adalah
karena adanya beberapa alas an (Rifa’i, 2007):
1. Memberikan arah kegiatan pembelajaran. Bagi guru, tujuan pembelajaran
akan mengarahkan pemilihan strategi dan jenis kegiatan yang tepat.
Sedangkan bagi siswa, tujuan itu mengarahkan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang diharapkan dan mampu menggunakan waktu seefesien
mungkin.
2. Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian
pembelajaran pembianaan bagi siswa (remedial teaching). Dengan tujuan
pembelajaran itu guru akan mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai
tujuan pembelajaran tertentu, dan tujuan pembelajaran yang mana yang belum
dikuasai.

3
4

3. Sebagai bahan komunikasi. Dengan tujuan pembelajaran guru dapat


mengkomunikasikan tujuan pembelajarannya kepada siswa sehingga siswa
dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. Tingkat Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dapat dirumuskan pada berbagai tingkat
spesifikasi. Tujuan yang berspesifikasi umum disebut tujuan umum
pembelajaran, yakni berupa rumusan hasil belajar yang dapat dicapai dalam satu
unit pembelajaran. Tujuan yang berspesifikasi khusus disebut tujuan
pembelajaran khusus, yakni rumusan tentang hasil belajaran yang dapat dicapai
dalam satu atau beberapa sub unit pembelajaran (Rifa’i, 2007).
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) merupakan hasil pembelajaran
yang dinyatakan dalam ukuran cukup umum yang mencakup serangkaian
hasil belajar yang bersifat spesifik. Misalnya menguasai makna materi
pembelajaran tertulis.
Satu masalah di dalam merumuskan tujuan pembelajaran umum
adalah pemilihan tingkat keumumannya. Apabila guru merumuskan tujuan
dalam bentuk lebih umum, ini berarti ia akan menyediakan keterpaduan
fakta-fakta dan keterampilan spesifik ke dalam pola-pola respon yang lebih
kompleks. Dengan menyatakan tujuan umum, guru dapat memfokuskan
pembelajaran dan tidak membatasi diri di dalam memilih metode
pembelajaran ataupun materi pembelajaran tertentu. Berikut disajikan
beberapa contoh tujuan pembelajaran umum:
a. Mengetahui istilah-istilah penting
b. Memahami konsep dan prinsip-prinsip
c. Menerapkan prinsip-prinsip di dalam situasi tertentu
d. Menafsirkan gambar-gambar
e. Mendemonstrasikan keterampilan berpikir kritis
f. Mengapresiasi karya seni
5

Kata kerja pada permulaan masing-masing pernyataan tersebut adalah


cukup umum. Derajat keumuman dapat agak bervariasi Sesuai dengan periode
pembelajaran. Tujuan unit pembelajaran tertentu mungkin lebih spesifik
daripada unit pembelajaran lainnya.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) merupakan hasil belajar yang
dinyatakan dalam bentuk untuk kerja siswa yang dapat diamati dalam bersifat
spesifik. Perumusan tujuan pembelajaran khusus yang didasarkan pada tujuan
pembelajaran umum adalah lebih mudah, dan lebih jelas di dalam menyajikan
tujuan pembelajaran.
Rumusan itu dapat memperjelas jenis unjuk kerja siswa yang
diinginkan dalam rangka mencapai tujuan umum. Ini berarti bahwa setiap
tujuan pembelajaran khusus hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran
umum. Rumusan tujuan khusus adalah memberikan definisi tentang istilah
dengan kata-katanya sendiri.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Istilah taksonomi pada mulanya berasal dari biologi yang digunakan
untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tanaman dan binatang. Kemudian istilah itu
digunakan di dalam dunia pendidikan untuk mengklasifikasikan kompleksitas
tujuan pembelajaran secara hirarkhial.
Benyamin S. Bloom mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan
ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Rifa’i,
2007).
1. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori
berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali
informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya,
6

meliputi pengingatan kembali tentang rentang materi yang luas, mulai


dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks. Kemampuan yang
termasuk dalam kategori ini adalah mengingat atau mengenal informasi,
menghitung fakta atau data, mengingat proses, kaidah, definisi, mengutip
undang-undang atau prosedur, mendeskripsikan, menamai, mendaftar,
menghubungkan, mereproduksi, memilih, dan menyatakan.
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna
dari materi pembelajaran. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
penerjemahan materi pembelajaran, dan melalui mengestimasikan
kecenderungan masa depan. Kemampuan yang termasuk dalam kategori
ini adalah memahami makna, menyatakan kembali informasi dengan kat-
katanya sendiri, menafsirkan, mengekstrapolasi, menterjemahkan,
menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu pernyataan, mereaksi
atau menyelesaikan masalah, membuat contoh, mengkritik,
mengklasifikasi, meringkas, memuat ilustrasi, mereview, mendiskusikan,
melaporkan, menulis, membuat estimasi, dan membuat teori.
c. Penerapan (application)
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi
pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. Hal
ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-
prinsip, dalil, dan teori. Hasil pembelajaran ini memerlukan tingkat
pemahaman yang lebih tinggi.
d. Analisis (analysis)
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam
bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini
mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan
mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. Hasil belajar ini
mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi dari pemahaman dan
7

penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk structural


materi pembelajaran yang telah dipelajari.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian
dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup
memproduksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan
operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema
untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar ini menekankan perilaku
kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola
baru.
f. Penilaian (evaluation)
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai
materi pembelajaran (pernyataan, novel, evaluasi, puisi, laporan) untuk
tujuan tertentu. Keputusan itu didasarkan pada kriteria tertentu, mungkin
berupa kriteria internal (organisasi) atau kriteria ekternal (relevansi
terhadap tujuan) dan siswa dapat menetapkan kriteria sendiri.
2. Ranah Afektif (affective domain)
Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat,
dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dari
keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.
Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan (receiving)
Penerimaan mengacu pada keingginan siswa untuk menghadirkan
rangsangan atau fenomena tertentu (aktifitas kelas, buku teks, music, dan
sebagainya). Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan
memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil
belajar ini berentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu
sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa.
Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di
dalam ranah efektif.
8

b. Penganggapan (responding)
Mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Pada tingkat ini
siswa tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu tetapi juga
mereaksinya dengan berbagai cara. Hasil belajar di bidang ini adalah
penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi
pembelajaran), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara
sukarela), atau kepuasan dalam merespon (membaca untuk hiburan).
Tingkat yag lebih tinggi dari kategori ini adalah mencakup tujuan
pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa,
yakni minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan
tertentu.
c. Penilaian (valuving)
Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada
objek fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa. Penilaian ini
berentangan dari penerimaan nilai yang lebih sederhana (keinginan
memperbaiki keterampilan kelompok), sampai pada tingkat
kesepakatan yang kompleks (bertanggung jawab agar berfungsi secara
efektif pada kelompok). Penilaian didasarkan pada internalisasi
seperangkat nilai tertentu, namu menunjukkan nilai-nilai yang
diungkapkan didalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Tujuan
pembelajaran yang diklasifikasikan ke dalam sikap dan apresiasi akan
masuk ke dalam kategori ini.
d. Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai
menciptakan system nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar
ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung
jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia)
9

atau pengorganisasian system nilai (mengembangkan rencana kerja


yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan
ekonomi maupun pelayanan sosial). Tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan
kedalam kategori ini.
e. Pembentukan Pola Hidup (organization by a value complex)
Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki system nilai
yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu yang cukup lama
sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat pervasive,
konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini
mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekanan dasarnya
adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik
yang khas.
3. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain)
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek,
dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar
karena sering kali tumpang tindih dengn ranah kognitif dan afektif. Kategori
jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabet Simpson adalah
sebagai berikut:
a. Persepsi (perception)
Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk
memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. kategori ini
berentangan dari rangsangan penginderaan (kesadaran akan adanya
stimulus), melalui pemberian petunjuk pemilihan (memilih petunjuk
yang relevan dengan tugas), sampai penerjemahan (menghubungkan
persepsi pada petunjuk dengan tindakan di dalam sesuatu perbuata
tertentu).
b. Kesiapan (set)
10

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori


ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak),
kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kesiapan
mental (keinginan untuk bertindak). Pada tingkat ini persepsi terhadap
petunjuk menjadi prasyarat penting.
c. Gerakan terbimbing (guided response)
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam
belajar keterampilan kompleks. Ia meliputi peniruan (mengulangi
tindakan yang didemontrasikan oleh guru) dan mencoba-coba (dengan
menggunakan pendekatan gerakan ganda untuk mengidentifikasikan
gerakan yang baik). Kecukupan unjuk kerja ditentukan oleh guru atau
oleh seperangkat kriteria yang sesuai.
d. Gerakan terbiasa (mechanism)
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja dimana
gerakanyang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat
dilakukan dengan sangat menyakinkan dan mahir. Hasil belajar pada
tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe,
namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkam dengan
tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.
e. Gerakan kompleks (complex overt response)
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari
tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan
yang memerlukan energi minimum. Kategori ini mencakup pemecahan
hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja
otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang
baik). Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang
sangat terkoordinasi).
f. Penyesuaian (adaption)
11

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan


sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola
gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika
menemui situasi masalah baru.
g. Kreativitas (originality)
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil
belajar pada tingkat ni menekankan aktivitas yang didasarkan pada
keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan.
D. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan merupakan aspek penting didalam kegiatan
pembelajarn karena tujuan itu akan memberikan arah dan pemilihan strategi
pembelajaran. Tujuan yang membingungkan sudah barang tentu akan
mengarahkan pada kegiatan yang cenderung banyak yang menghabiskan biaya,
waktu dan tenaga. Menurut Rifa’i (2007) Tujuan pembelajaran yang baik akan
mengandung empat unsur pokok yaitu: (1) Menyatakan orang (siswa) yang akan
melakukan sesuatu kegiatan, (2) Menggambarkan sesuatu yang dilakukan atau
dihasilkan oleh siswa, (3) Menyatakan kondisi dimana perilaku itu terjadi, (4)
Menyatakan standar yang menetapkan perolehan tujuan.
1. Siswa (Audiences)
Tujuan pembelajaran khusus disamping menunjukkan jenis kegiatan
yang harus dilakukan juga hasil yang harus dicapai oleh siswa, setelah
mengalami proses pembelajaran.
2. Perilaku (behavior)
Komponen perilaku siswa menggambarkan apa yang akan terjadi,
atau unjuk kerja yang akan menjadi penanda bahwa belajar telah terjadi.
3. Kondisi (condition)
Komponen kondisi pada tujuan adalah bersifat tetap, yakni konteks
dimana perilaku siswa aka ditampilkan. Kondisi itu biasanya menspesifikan
12

materi pembelajaran, sumber daya yang diperlukan atau keterbatasan yang


dihadapi.
4. Kriteria (criterion)
Komponen criteria pada tujuan merupakan bagian yang menyatakan
tentang seberapa baik perilaku siswa aka ditampilkan. Kriteria ini dapat
diungkapkan seperti presentase jawaban yang benar, waktu penyelesaian dan
sejenisnya.

2.2 Karakteristik Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran harus selalu memperhatikan keterlibatan
pembelajar dari segi karakteristik pembelajar, yakni:
1. Karakteristik awal, dan intelektual
2. Bakat, sikap, minat
3. Gaya belajar, gaya kognitif, motivasi
A. Hakikat dan Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
1. Hakikat Gaya Belajar
Menurut M. Joko Susilo bahwa “gaya belajar merupakan suatu proses
gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar mempelajari
atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa gaya belajar adalah cara yang
cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memproses informasi tersebut.
2. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar (Learning Style) Menurut
Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya belajar seseorang adalah

1. Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap


tubuh sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang.
13

2. Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai


kebutuhan emosional. Dan emosi berperanan penting dalam proses
belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori
otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar
dalam memudahkan pelajar untuk menyerap informasi dan ide.
3. Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain
lebih suka bekerja bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja
dalam kelompok. Sebagian anak-anak menginginkan kehadiran
orang dewasa atau senang bekerja dengan orang dewasa saja.
4. Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan
kebutuhan motivitas juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar menurut Joko Susilo yaitu:

1. Faktor alamiah (pembawaan): ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah
dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun.
2. Faktor lingkungan: ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan
dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.

3. Jenis-jenis Gaya Belajar dan Implikasinya


Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Pada bagian ini
akan dijelaskan mengenai gaya belajar dan implikasinya yang harus kita
kenali dan ketahui, yaitu:
a. Belajar dengan kata-kata
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seseorang teman yang
senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta
menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu
kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainnya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya. Hal yang tidak bisa lepas dari
gaya ini yaitu belajar dengan kata-kata, setiap kali menghafal, setiap kali
membaca, dan setiap kali ingin memahami lebih dalam suatu materi selalu
14

melafadzkannya atau membunyikan kata-kata yang dibacakannya. Dengan


demikian kita bisa memfokuskan konsentrasi kita terhadap satu fokus saja
yaitu membaca dengan kata-kata. Walaupun adanya keseimbangan, tidak
akan begitu didengar karena konsentrasi kita tidak akan terpecahkan dan
itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki dedikasi tinggi dalam
belajar.
b. Belajar dengan pertanyaan
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu
dilakukan dengan cara bermain dengan pertanyaan. Misalnya, kita
memancing keingintahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali
muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir
atau kesimpulan. Seorang guru yang tingkat skillnya rendah bisa
menghambatnya dalam mengetahui materi tersebut karena biasanya
dibutuhkan jawaban yang akurat untuk melengkapi kejelasannya tentang
hal tersebut.
c. Belajar dengan gambar

Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat


gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang
memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam
menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan,
merangkai dan membaca kartu. Orang yang semacam ini juga biasanya
sangat kreatif dengan apa yang dihasilkannya dan belajar seperti itu juga
bisa mengasah otak untuk lebih kreatif lagi, uniknya teman saya yang
demikian bisa menghasilkan dua macam prestasi yang cukup
dibanggakan. Di satu pihak dia pintar dalam mata pelajaran dan di pihak
lain dia bisa menghasilkan karya-karya yang menarik yaitu kadang-
kadang ia melukis sambil belajar.

d. Belajar dengan music


15

Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi


dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai
ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai
beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian
bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya
mendengarkan musik jazz, lalu tergelitik bagaimana lagu itu dibuat, siapa
yang membuat, di mana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul.
Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang
musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun
waktu tertentu.

e. Belajar dengan bergerak

Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara, dan menggunakan


tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang
menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap
informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Belajar
dengan gerakan ini sangat membantu dalam melatih ingatan kita. Untuk
mempermudah proses belajarnya, biasanya orang menggunakan fisiknya
sebagai alat belajar optimal.

Karakteristiknya :

1. Suka menyentuh sesuatu yang dijumpainya


2. Tidak suka berdiam diri
3. Suka mengerjakan segala sesuatu dengan tangan
4. Memiliki koordinasi tubuh yang baik
5. Suka menggunakan obyek yang nyata sebagai alat bantu belajar
6. Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti simbol matematika
atau peta
16

7. Cenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada


ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan pengajaran yang
lazim digunakan.

Cara Membantunya Belajar :

1. Memberi alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok,


miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya
2. Memberi kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan
gaya ini cenderung tidak bisa diam
3. Biarkan dia menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan
pelajaran
4. Beri kesempatan untuk mempraktikkan apa yang dipelajarinya

f. Belajar dengan sosialisasi

Bergabung dan berbaur dengan orang lain adalah cara terbaik


mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa
menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah
memahaminya. Banyak informasi baru yang perlu kita ketahui oleh sebab
itu cara ini juga cukup efektif untuk kita lakukan karena semua hal tidak
mungkin kita dapatkan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Segala hal
kepada teman-teman karena kemampuan seorang itu pasti berbeda dan
kita ini saling membutuhkan dalam hal apa saja termasuk bertukar pikiran
untuk mendapatkan informasi.

g. Belajar dengan kesendirian

Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya,


termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini,
biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika
kita termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat
17

membantu Anda bisa belajar secara mandiri. Ketenangan dalam belajar


bisa menyebabkan seseorang sangat hati-hati dalam menangani suatu hal,
mereka tidak membutuhkan teman untuk saling bertukar informasi karena
ketenangan saja yang bisa membuatnya berkonsentrasi.

h. Belajar dengan melihat

Anak dengan gaya ini menggunakan indra penglihatannya untuk


membantu belajar (visual learner).

Ciri-cirinya :

1. Selalu melihat bibir guru yang berbicara


2. Saat petunjuk mengenai sesuatu harus dilakukan, biasanya dia
akan melihat teman-temannya dulu baru bergerak.
3. Kurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang
suka mendengarkan orang berbicara.
4. Cenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan
sesuatu (untuk menggantikan kata atau untuk mengekspresikan)
5. Kurang bisa mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6. Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan secara lisan
7. Terdapat duduk tenang disituasi yang ramai dan bising tanpa
merasa terganggu

Cara Untuk Membantunya Belajar :

1. Usahakan untuk menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar,


flow chart, atau alat-alat eksperimen yang dibuat sendiri.
2. Membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam
materi yang dipelajarinya.
3. Beri kesempatan untuk mengobservasi.
18

4. Merapikan tempat belajarnya, hindari barang-barang berserakan


di tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi
karena melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
5. Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai
alat untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari
materi yang dipelajarinya.

i. Belajar dengan mendengar


Gaya belajar seperti ini memanfaatkan kemampuannya pendengaran
untuk mempermudah proses belajar (auditory learner). Ciri-ciri anak yang
mampu mempunyai gaya belajar seperti ini adalah

1. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan di


kelas maupun dalam kelompok.
2. Mengenal banyak lagu di iklan atau di televisi dan mampu
menirukannya dengan tepat.
3. Sangat suka berbicara.
4. Kurang baik dalam tugas mengarang atau menulis.
5. Kurang memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya.

Cara untuk membantunya belajar, antara lain dengan :

1. Mengajaknya berdiskusi untuk lebih memahami suatu pelajaran.


2. Membantunya mengafal pelajaran dengan membacakan
materinya atau menyuruhnya mengafal sambil dibaca keras.
3. Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang pelajaran
tertentu.
4. Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan
atau suara-suara yang mengganggu.
5. Putarkan musik-musik tenang tanpa lirik menghindari pecahnya
konsentrasi belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.
19

4. Pendekatan SAVI

Menurut Dave Meier (dalam Susilo, 2006) menjelaskan bagaimana


cara mengubah gaya belajar yang cenderung kaku menjadi lebih luwes
dan gembira. Salah satu pokok pembahasan yang dia sajikan sangat
membuat saya kagum yaitu Pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual
Intelektual) untuk belajar. Adapun penjelasan dari pengertian SAVI adalah
sebagai berikut:

1. Somatis, belajar dengan bergerak dan berbuat

Belajar somatis berarti belajar dengan melibatkan indra peraba,


kinestesis, dan melibatkan fisik serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar. Tubuh adalah pikiran, pikiran adalah tubuh. Keduanya
merupakan suatu sistem elektris-kimiawi-biologi yang benar-benar
terpadu. Jadi jelaslah bila Anda menghalangi gerak Anda maka Anda
juga akan menghalangi jalannya pikiran Anda. Perlu digaris bawahi tidak
semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan adanya
pergantian antara aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, Anda akan
dapat memperlancar proses pembelajaran Anda.
20

2. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar

Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua


masyarakat sejak awal sejarah. Dalam rancang pembelajaran yang
menarik untuk saluran auditori yang kuat dalam diri Anda, biasakanlah
untuk membicarakan apa yang Anda pelajari. Cobalah menerjemahkan
pengalaman Anda dengan suara dan bila perlu keluarkan suara Anda
sekeras-kerasnya.

3. Visual, belajar dengan mengamati dan menggambarkan

Ketajaman visual sangat penting bagi setiap orang. Alasannya adalah


bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi yang datang dari visual daripada semua indra yang lain.

4. Intelektual, belajar dengan memecahkan dan merenungkan

Belajar intelektual disini bukan dimaksudkan dengan pendekatan belajar


yang tanpa emosional, rasionalistik, dan terkesan kaku. Intelektual adalah
kegiatan yang merenungkan, menciptakan, memecahkan masalah, dan
membangun makna. Intelektual akan menghubungkan pengalaman
mental, fisik emosional, dan bahasa tubuh untuk membuat makna baru
bagi dirinya sendiri.

5. Pengertian Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk


menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang untuk
mendorong melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.

Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri


seseorang (Pribadi) yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk mencapai
21

tujuan (Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, 2004:39). Motivasi belajar


adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong
oleh hasrat yang bertujuan untuk mencapai prestasi belajar sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan diri
secara optimum sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan
kreatif (Abraham Maslow dalam H. Nashar, 2004:42). Kemudian menurut
Clayton Alderfer dalam H.Nashar, 2004:42). Motivasi Belajar adalah
dorongan eksternal dan internal yang menyababkan seseorang (individu)
bertindak dan berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada
diri siswa diharapkan terjadi.

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa


untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada
gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh
konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.

6. Unsur-unsur Motivasi Belajar siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:89-92) ada beberapa faktor


yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1. Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu


sangat lama, bahkan sepanjang hayat.
2. Kemampuan Belajar
3. Kondisi jasmani dan Rohani Siswa
4. Kondisi Lingkungan kelas
5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil kadang lemah
bahkan kadang tidak sama sekali.
6. Upaya Guru dalam membelajarkan siswa
22

7. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sadirman (2000:83) Motivasi belajar ada tiga yakni sebagai


berikut:

1. Sebagai penggerak atau motor yamg melepaskan energi. Motivasi dalam


hal ini merupakan motor penggerak dari segala kegiatan yang dilakukan
2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat sebagai arahan kegiatan yang akan
dicapai dengan rumusan tujuan.
3. Menyeleksi perbutan yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang akan
dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.

8. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences)

Menurut Jasmine (2007) teori kecerdasan majemuk (KM) adalah


validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Gardner
(dalam Jasmine, 2007) menjelaskan bahwa ada 7 jenis kecerdasan, yaitu :

1. Kecerdasan linguistic (berkaitan dengan bahasa)

Kecerdasan linguistic disebut oleh sebagian pendidik sebagai


kecerdasan verbal, berbeda dari kecerdasan-kecerdasan lainnya karena
setiap orang yang mampu bertutur dan berkata-kata dapat dikatakan
dapat memiliki kecerdasan tersebut dalam beberapa level. Orang
memiliki kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori
(pendengaran) yang sangat tinggi, dan mereka belajar melalui
mendengar.
23

Strategi mengajar kecerdasan lingusitik :

1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Wawancara
5. Presentasi, dll

2. Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan


matematika)

Kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan


mencangkup kemampuan ilmiah. Orang dengan kecerdasan ini gemar
bekerja dengan data : Mengumpulkan dan mengorganisasi,
menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian
meramalkan.

Strategi mengajar kecerdasan logis-matematis, yaitu:

1. Pengamatan
2. Problem solving
3. Komparasi
4. Studi kasus
5. Eksperimen, dll
6. Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)

3. Kecerdasan spasial, yang kadang-kadang disebut kecerdasan visual atau


visual-spasial, adalah kemampuan membentuk dan menggunakan
model mental. Orang yang memiliki jenis ini cenderung berfikir dalam
atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian
visual seperti film, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan
model dan slide.
24

Strategi mengajar kecerdasan spasial yaitu:

1. Main mapping
2. Tebak gambar
3. Membaca peta
4. Movie learning
5. Membaca gambar, dll

4. Kecerdasan musical berkaitan dengan (music, irama dan bunyi atau


suara).

Sebagian orang menyebut kecerdasan musical sebagai


kecerdasan ritmik atau kecerdasan musical. Orang yang mempunyai
kecerdasan ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan
juga music.

Strategi mengajar kecerdasan music yaitu :

1. Parodi
2. Konser
3. Games tebak bunyi
4. Berbunyi

5. Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan gerak tubuh)

Kecerdasan badani-kinestetik sering disebut sebagai


kecerdasan kinestetik saja. Orang yang memiliki kecerdasan ini
memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan badan mereka.
Mereka tak suka diam dan ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu
dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang
diajak berbicara.
25

Kecerdasan kinestetik yaitu:

1. Simulasi
2. Bermain peran
3. Demonstrasi
4. Gerakan kreatif
5. Games ular tangga, dll

6. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi


atau sosial)

Kecerdasan interpersonal ditampakan pada kegembiran


berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta
ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri.
Orang yang memiliki kecerdasan ini mnyukai dan menikmati bekerja
secara kelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, dan
juga kerap merasa senang bertindak sebagai pendengah atau mediator
dalam perselisihan.

Strategi kecerdasan interpersonal yaitu :

1. Kerja kelompok
2. Kartu soal
3. Sosio drama
4. Jigsaw
5. Cerdas cermat berantai, dll

7. Kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat


mempribadi)

Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran


mendalam akan perasaan batin, orang dengan kecerdasan ini umumnya
26

maandiri, tak tergantung pada orang lain, dan yakin dengan pendapat
diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial.

Strategi mengajar Kecerdasan intrapersonal yaitu :

1. Games siapa saya


2. Pertanyaan dimulai dari siswa
3. Mengenal tokoh
4. Kontrak nilai
5. Manipulasi identitas.

2.3 Sumber dan Media


A. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber
yang ada di luar diri siswa yang keberadaannya memudahkan terjadinya
proses belajar (Rohani, 1997:102). Sumber belajar merupakan segala
sumber daya (resources) yang meliputi materi pelajaran, manusia, alat,
teknik, dan lingkungan, yang dapat digunakan untuk mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Ciri-Ciri Sumber Belajar
Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses
belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif
c. Sumber belajar yang dirancang (resources by designed)
mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersediannya
media (Rohani , 1997: 103-104).
27

d. Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri


(terpisah) tetapi juga dapat dipergunakan secara kombinasi
(gabungan).
e. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi 2, yakni sumber belajar
yang dirancang (by designed) dan sumber belajar yang tinggal
pakai/jadi (by utilization). Sumber belajar yang dirancang adalah
sesuatu yang memang dari semula dirancang untuk keperluan
belajar, sedangkan sumber belajar yang tinggal pakai/jadi adalah
sesuatu yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan
belajar, tetapi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan belajar
(Soeharto, 2003: 78). Sumber belajar by designed adalah sumber
belajar yang keberadaannya dihasilkan dari penemuan dan di
produksi oleh pelaku pembelajaran, baik guru maupun siswa.
Contohnya, internet pembelajaran merupakan sumber belajar yang
di desain untuk mempermudah proses pembelajaran. Sedangkan
sumber belajar by utilization adalah sumber belajar yang
keberadaannya tanpa melalui produksi manusia dan sudah ada
sejak awal. Sumber belajar ini biasanya berupa lingkungan dan
kondisi alam. Misalnya, guru menjelaskan materi tentang thawaf
dengan menggunakan sumber belajar Ka’bah betulan yang berada
di Makkah. Keberadaan Ka’bah ini tidak di desain tetapi sudah ada
sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kemudian guru bersama
peserta didik menggunakan Ka’bah ini sebagai media riil dalam
pembelajaran. Berarti peserta didik diajak menuju Makkah agar
mendekati Ka’bah. Tetapi jika guru menggunakan miniatur
Ka’bah, maka sudah masuk dalam kategori by design.
28

B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Kata kunci media adalah perantara. Pengertian media secara terminologi
cukup beragam, sesuai sudut pandang para pakar media pendidikan.
Menurut Sarman (2005:6), media merupakan perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam bahasa arab, media juga
berarti perantara (wasail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan (Arsyad, 20016: 3). Menurut Vernon S. Gerlach dan
Donald P. Ely dalam rohani (1997: 2) pengertian media ada 2 macam,
yaitu arti sempit dan arti luas. arti sempit bahwa media itu berwujud
grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk
menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. Sedangkan
pengertiannya dalam arti luas yakni kegiatan yang dapat menciptakan
suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dalam sikap yang baru.
Pengertian media dalam arti luas ini sesuai pendapat Sharon yang
mengatakan media itu adalah alat komunikasi dan sumber informasi
(Sharon TT: 9). Dalam konsep ini, segala jenis alat , baik pesan dalam
komunikasi dapat disebut media. Kalau jenis alat ini digunakan dan
dijadikan sumber informasi pembelajaran, maka disebut media
pembelajaran. Sementara itu, Robert Heinich, dkk (2002, 10) dalam
bukunya “Instructional Media and Technologies for Learning”
mendefinisikan media adalah saluran informasi yang menghubungkan
anatar sumber informasi dan penerima. Dalam pengertian ini, media
diartikan sebagai fasilitas komunikasi, yang dapat memperjelas makna
antara komunikator dan komunikan.
Secara lebih utuh media pembelajaran dapat didefenisikan sebagai
alat bantu baik berupa fisik maupun non fisik yang sengaja digunakan
29

sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi


pembelajaran agar lebih efektif dan efisien, sehingga materi pelajaran
lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat siswa untuk
belajar lebih lanjut. Singkatnya, media merupakan alat bantu yang
digunakan guru dengan desain disesuaikan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Ruang Lingkup dan Fungsi Media Pembelajaran
a. Ruang Lingkup Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfungsi untuk
menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang
sulit dijelaskan secara verbal. Materi pembelajaran akan lebih mudah
dan jelas jika dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran.
Maka media pembelajaran tidak untuk menjelaskan keseluruhan
materi pelajaran, tetapi sebagian yang belum jelas saja. Ini sesuai
fungsi media yaitu sebagai penjelas pesan.
Untuk itu, salah satu media pembelajaran dapat dilihat menurut
kemampuannya membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, dan penciuman siswa. Secara umum, ciri-ciri
media pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat,
didengar, atau diamati melalui panca indera. Di samping itu, ciri-ciri
media juga dapat dilihat menurut harganya, lingkup sasarannya, dan
kontrol oleh pemakai (Angkowo, 2007: 11).
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2006: 14) mengemukakan tiga ciri
media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa
saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak
mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1. Ciri Fiksatif (fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, atau merekonstruksi suatu peristiwa
atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun
30

kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape,


disket komputer, dan film.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa
dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan
gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses
larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat
dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.
3. Ciri Distributif (Distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara
bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai
kejadian itu. dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas
pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di
dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya
rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar ke
seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Ketiga ciri ini merupakan karakteristik media yang dapat


digunakan dalam pembelajaran. Terkadang guru harus menyampaikan
sesuatu yang telat terjadi pada masa lampau, ruang, dan waktu yang
terbatas, serta materi yang sangat abstrak. Dengan mempertimbangkan
ketiga hal ini, guru dapat memilih, menciptakan, dan menggunakan
media. Sedangkan menurut Ahmad Rohani (1997: 4), ciri-ciri umum
media pembelajatran adalah sebagai berikut:

1) Media pembelajaran identik dengan alat peraga langsung dan tidak


langsung
31

2) Media pembelajaran digunakan dalam proses komunikasi


instruksional.
3) Media pembelajaran merupakan alat yang efektif dalam
instruksional.
4) Media pembelajaran memiliki muatan normatif bagi kepentingan
pendidikan.
5) Media pembelajaran erat kaitannya dengan metode mengajar
khususnya maupun komponen-komponen sistem isntruksional
lainnya.

Media dalam kategori ini sudah dalam artian luas, tidak sebatas
alat komunikasi dalam pembelajaran. Tetapi media juga berkolaborasi
dengan metodologi, guru, siswa, serta isi pelajaran yang akan
disampaikan. Oemar Hamalik dalam Darwanto (2007:109)
memberikan batasan-batasan dan ciri-ciri media pendidikan (yang
sekarang disebut media pembelajaran) sebagai berikut:

1) Media pembelajaran identik dengan pengertian keperagaan yang


berasal dari kata “raga” artinya suatu benda yang dapat diraba,
dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indera.
2) Tekanan utama terletak pada benda-benda atau sesuatu yang dapat
dilihat atau didengar
3) Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan
komunikasi dengan pengajaran antara siswa dan guru.
4) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar,
baik di dalam kelas atau di luar kelas.
5) Media pembelajaran merupakan suatu perantara (media) dan
digunakan dalam rangka mendidik.
6) Media pembelajaran mengandung aspek-aspek sebagai alat dan
sebagai teknik yang sangat erat pertaliannya dengan metode
mengajar.
32

Perlu diketahui bahwa media yang dimaksudkan dalam tulisna ini


adalah media pembelajaran. Identifikasi ciri-ciri media pembelajaran
tentunya disesuaikan dengan konteks pembelajaran. Adapun ciri-ciri
media pembelajaran antara lain:

1) Semua jenis alat yang dimanfaatkan sebagai alat bantu pembelajaran


2) Menumbuhkan minat belajar siswa
3) Meningkatkan kualitas pembelajaran
4) Memudahkan komunikasi antara guru dan siswa dalam pembelajaran

Selain ciri-ciri media pembelajaran di atas, terdapat pula peranan


media pembelajaran yang dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengar, serta
sarana dan prasarana yang tersedia. Adapun peranan media pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
2) Dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.
3) Dapat mengatasi apabila suatu benda secara langsung tidak dapat
diamati karena terlalu kecil. Misalnya, sel, bakteri, atom, dapat
digunakan media gambar, slide, film dan sebagainya.
4) Dapat mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat,
sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik.
5) Dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahka bagian
demi bagian untuk diamati secara terpisah.
6) Dapat mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara
langsung melalui telinga. Misalnya, alat bantu sistem pengeras suara.
7) Dapat mengatasi peristiwa-peristiwa alam. Misalnya, terjadinya
letusan gunung berapi dapat digunakan media gambar, film, dan
sebagainya.
33

8) Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau


dengan keadaan alam sekitar. misalnya, berkunjung ke museum, kebun
binatan dan sebagainya.
9) Dapat memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap
sesuatu yang pada awal pengamatan peserta didik berbeda-beda.
10) Dapat membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan
motivasi kegiatan belajar peserta didik (Rohani, 1997:7).

Ruang lingkup media pembelajaran adalah meliputi segala alat, bahan,


peraga, serta sarana dan prasarana di sekolah yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Media tersebut bisa memberikan rangsangan pada
siswa untuk belajar, menjadikan pembelajaran makin efektif dan efisien,
bisa menyalurkan pesan secara sempurna, serta dapat mengatasi
kebutuhan dan problem siswa dan belajar. Lebih pentingnya lagi adalah
media ini dipilih dalam proses pembelajaran. Sehingga media yang tidak
berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran bukan termasuk dalam
ruang lingkup media pembelajaran.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam


pembelajaran. Bahkan keberadaanya tidak bisa dipisahkan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa
pembelajaran yang menggunakan media hasilnya lebih optimal. Walter
Mc Kenzie (2005:45) dalam bukunya “Multiple Intelligences and
Instructional Technology” mengatakan, media memiliki peran penting
dalam pembelajaran di kelas, yang mempengaruhi kualitas dan
keberhasilan pembelajaran. Dalam bagian ini dipaparkan berbagai fungsi
media dalam pembelajaran.

Pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam Arsyad (2006:15)


mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
34

belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,


membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membangkitkan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Media pemberan menurut Kemp dan Dayton dapat memenuhi tiga


fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok,
atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: memotivasi minat
atau tindakan, menyajikan informasi, dan memberikan instruksi.

Ada 4 fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Levie dan


Lentz khususnya media visual, yakni: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi
kognitif, dan fungsi kompensatoris.

1) Fungsi atensi, yaitu menarik perhatian siswa dan mengarahkan


perhatian mereka untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang
berakitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar yang dapat
mengunggah emosi dan sikap siswa.
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran dapat terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
membantu siswa memahami teks yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
35

Jadi, media pembelajaran memiliki fungsi untuk meningkatkan gairah


belajar siswa, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran,
meningkatkan motivasi dan minat belajar, menjadikan siswa berinteraksi
langsung dengan kenyataan, mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam,
mengefektifkan proses komunikasi 4721dalam pembelajaran, meningkatkan
kualitas pembelajaran.

3. Jenis dan Media Pembelajaran


a. Jenis Media ditinjau dari tampilan
Media visual dibagi menjadi 3 macam, yakni bentuk suara (audio), media
bentuk visual, dan media gerak (kinestetik). Bretz dalam Yamin juga
mengemukakan media visual dibedakan menjadi tiga pula yaitu gambar
visual, garis (grafis), dan simbol gambar.
1. Media Visual
Media visual merupakan media yang paling familiar dan sering
dipakai oleh guru dalam pembelajaran. Media berbasis visual (image
atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Media jenis ini berkaitan dengan indera
penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya
melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan.
Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk
penggunaan media berbasis sosial, yakni:
1) Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengab
menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram.
2) Visual digunakan untuk menekankan informasi sesaran
(yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik.
3) Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar
keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit
36

pelajaran untuk digunakan oleh siswa dalam


mengorganisasikan informasi.
4) Hindari visual secara tidak berimbang.
5) Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
6) Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah
terbaca.
7) Warna harus digunakan secara realistik.

Dalam pemilihan penggunaan media visual perlu


memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Visualisasi mencerminkan kenyataan


2) Mempertimbangkan mutu teknis
3) Keterampilan guru dan ketersediaan

Selain itu ada media grafis yang juga termasuk media visual, yakni
pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual (menyangkut indera penglihatan). Media grafis ini
meliputi: gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster,
peta/globe, papan flanel, dan papan buletin (Angkowo, 2007:13).

Banyak jenis media grafis, beberapa diantaranya yakni sebagai


berikut:

a. Gambar/foto
Gambar/foto merupakan adalah media yang paling umum dipakai.
Media gambar adalah media yang merupakan reproduksi bentuk
asli dua dimensi, yang berupa foto atau lukisan (Rohani, 1997:21).
Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk
memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa
(Arsyad, 2006:113).
Gambar/foto memiliki beberapa kelebihan, yakni:
1) Sifatnya konkret
37

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu


3) Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
kita
4) Foto dapat memperjelas suatu masalah , dalam bidang apa saja
dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah
atau membetulkan kesalahpahaman.
5) Foto harganya murah dan gampang di dapat serta digunakan,
tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan, gambar/foto juga memiliki kekurangan, yakni:

1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata.


2) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

Ada beberapa jenis media gambar/foto (Usman, 2002:51) antara lain:

1. Foto dokumentasi
2. Foto aktual
3. Foto pemandangan
4. Foto iklan/reklame
5. Foto simboli
b. Sketsa
Sketsa (gambar garis/stick figure) adalah gambar yang sederhana
atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa
detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian murid juga dapat
menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian
pesan, harganyapun tidak perlu dipersoalkan sebab media ini
dibuat langsung oleh guru. (Sadiman, 2005:33).
c. Diagram
38

Diagram merupakan susunan garis-garis dan menyerupai peta dari


gambar. Diagram sering juga digunakan untuk meningkatkan letak
bagian-bagian sebuah alat atau mesin serta hubungan satu bagian
dengan bagian yang lain (Usman, 2002: 43)
d. Bagan/Chart
Bagan(chart) adalah suatu media pembelajaran yang penyajiannya
secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual,
untuk mendapatkan sejumlah informasi yang menunjukkan
perkembangan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari
sudut ruang dan waktu (Usman, 2002:32).

Ada beberapa bagian bagan (chart), yakni:

Bagan Pohon (Tree Chart)


Terdiri atas batang, cabang-cabang dan ranting-ranting. Bagian
pogon dipakai untuk menunjukkan sifat, komposisi, atau
hubungan antar kelas/keturunan. Silsilah termasuk bagan
pohon (Usman, 2005:37).
Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan
susunan dan hirarki dari suatu organisasi.
Bagan Alir (Flow Chart)
Bagan Alir/Bagan Arus adalah bagan proses yang
menunjukkan suatu urutan, prosedur, atau aliran proses.
Bagan Garis Waktu
Bagan ini disebut juga Time Line Chart adalah bagan yang
menunjukkan atau yang menggambarkan kronologi atau
hubungan peristiwa dalam suatu periode atau waktu.
e. Grafik
Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris,
bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi
39

secara statistik (Sabri, 2005: 115). Ada beberapa jenis grafikyang


telah lazim dan umum diketahui (Usman. 2002: 39-42), yakni:
Grafik Garis atau Kurva (Line Graph)
Yakni grafik yang menggunakan garis-garis yang terdiri dari
garis-garis absis dan ordianat, atau garis horisontal dan
vertikal.
Garis Batang (Bar Graph)
Grafik ini menggunakan garis-garis yang mengkomunikasikan
garis horisontal dan garis vertikal dan dibuat garis bantu
berupa petak-petak.
Grafik Lingkaran (Pie Graph)
Grafik ini menunjukkan hubungan yang bersifat presentasi atau
hubungan frekuensi.
Grafik Simbol (Pictoral Graph)
Grafik yang menggunakan gambar sebagai simbol untuk
menghitung jumlah yang digrafiskan.
f. Kartun
Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu
gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk
menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu
sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
g. Poster
Poster merupakan penggambaran yang ditujukan sebagai
pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang
biasanya berisi gambar-gambar (Sabri, 2005:115).
h. Peta dan Globe
Peta merupakan penyajian visual dari muka bumi, sedangkan globe
adalah bola bumi atau model (Syukur, 2005:31).
i. Papan Flanel/Flanel Board
40

Papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali untuk


menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula.
j. Papan Bulletin (Bulletin Board)
Papan buletin ini langsung ditempeli gambar-gambar atau lukisan
yang fungsinya selain menerangkan sesuatu juga memberitahukan
kejadian dalam waktu tertentu.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang penggunaanya menekankan pada
aspek pendengaran. Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio, yakni: radio, alat perekam pita
magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.
a. Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan
untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat
mengetahui beberapa kejadian-kejadian dan peristiwa penting yang
baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya.
b. Alat perekam pita magnetik
Alat perekam pita magnetik adalah salah satu media pembelajaran
yang tidak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena
mudah menggunakannya. Ada 2 macam rekaman dalam alat
perekam pita nagnetik yaitu sistem full track recording dan double
track recording (Sadiman, 2005: 52).
c. Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar
dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi
pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yamg dipakai adalah
alat perekam (Sadiman, 2005: 56).
3. Media Kinestetik
Media kinestetik adalah media yang penggunaan dan memfungsiannya
memerlukan sentuhan (touching) antara guru dan siswa atau perlu
41

perasaan mendalam agar pesan pembelajaran bisa diterima dengan


baik.
Berikut ini jenis-jenis media yang bisa dikategorikan media kinestetik.
a. Dramatisasi
Dramatisasi adalah teknik sekaligus media pembelajaran yang
menggunakan ekspresi dan gerak.
b. Demonstrasi
Demonstrasi adalah teknik dan media pembelajaran yang bersifat
kinestetik (gerak).
c. Permainan dan Simulasi
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Simulasi adalah satu
model hasil penyederhanaan suatu realitas.
d. Karya Wisata (Field Strip)
Karya wisata dilakukan di bawah bimbingan guru dengan
membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu.
e. Kemping atau Perkemahan Sekolah
Perkemahan sekolah merupakan media pembelajaran dan
pembinaan praktis untuk pembentukan kepribadian dan budi luhur,
dan berjiwa sosial serta bertanggung jawab atas tugas yang
diemban.
f. Survey Masyarakat
Survey merupakan bagian dari media pembelajaran dan studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan atau status
fenomena dan menentukan kesamaan status dengan cara
membandingkan dengan standar yang sudah ditentukan.
b. Jenis Media Ditinjau dari Penggunaan
Ditinjau dari penggunaannya, media dapat dibagi menjadi dua yaitu media
proyeksi dan media nonproyeksi.
42

1. Media Proyeksi
Media proyeksi adalah media yang menggunakan proyektor sehigga
gambar nampak pada layar. Media proyeksi cukup banyak jenisnya,
antara lain:
1) Proyektor Transparasi/Over Head Proyektor
Proyektor ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memproyeksikan tranparasi ke arah layar lewat atas atau samping
kepala orang yang menggunakan, sehingga dapat dilihat tampilan
pesan oleh peserta (Sadiman, 2005: 62). Bagian OHP meliputi:
kepala, lamou halogen, lensa cekung, dan tranparasi.
2) Film
Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada
kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang
berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak
normal.
3) Film Bingkai (Slide)
Fil bingkai (slide) adalah suatu film tranparasi yang berukuran
35mm dengan bingkai 2x2 inci. Bingkai ini terbuat dari karton
atau plastik dan diproyeksikan melalui slide projector.
4) Film Rangkai (Film Strip)
Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai
berurutan merupakan satu kesatuan. Perbedaan film bingkai (slide)
dan film rangkai (film strip) terletak pada slide berupa gambar-
gambar yang terpotong dan diberi bingkai kemudian disusun
sebaik mungkin sesuai dengan squence penyajian materi yang akan
disajikan. Sedangkan film strip berbentuk film yang khusus, yaitu
film yang digulung (roll film) dan memuat sejumlah gambar yang
biasanya berjumlah 50 sampai 70 buah (Usman, 2002:79).
5) Proyektor Tidak Tembus Pandang (Opaque Projector)
Proyektor tidak tembus pandang adalah untuk memproyeksikan
bahan bukan tranparan, tetapi bahan-bahan tidak tembus pandang
(opaque).
2. Media Nonproyeksi
43

Media nonproyeksi adalah media yang penggunaannya tidak


memerlukan bantuan alat atau sarana lain. media nonproyeksi antara
lain : wallsheets, papan tulis, dan buku cetak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan pembelajaran itu merupakan bentuk harapan yang
dikomunikasikan melalui pertanyaan dengan cara menggambarkan perubahan
yang diinginkan pada diri siswa, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan
pada diri siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar.
Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) merupakan hasil pembelajaran
yang dinyatakan dalam ukuran cukup umum yang mencakup
serangkaian hasil belajar yang bersifat spesifik.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) merupakan hasil belajar yang
dinyatakan dalam bentuk untuk kerja siswa yang dapat diamati dalam
bersifat spesifik.
Benyamin S. Bloom mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan
ranah belajar, yaitu:
1. Ranah Kognitif (cognitive domain)
2. Ranah Afektif (affective domain)
3. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain)
Tujuan pembelajaran yang baik akan mengandung empat unsur pokok
yaitu: (1) Menyatakan orang (siswa) yang akan melakukan sesuatu kegiatan,
(2) Menggambarkan sesuatu yang dilakukan atau dihasilkan oleh siswa, (3)
Menyatakan kondisi dimana perilaku itu terjadi, (4) Menyatakan standar yang
menetapkan perolehan tujuan.
Dalam proses pembelajaran harus selalu memperhatikan keterlibatan
pembelajar dari segi karakteristik pembelajar
1. Karakteristik awal, dan intelektual
2. Bakat, sikap, minat
3. Gaya belajar, gaya kognitif, motivasi
Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.
Faktor yang mempengaruhi gaya belajar menurut Joko Susilo meliputi: faktor
alamiah, dan lingkungan.

44
45

Jenis gaya belajar dan implikasinya meliputi: belajar dengan kata-kata,


belajar dengan pertanyaan, belajar dengan gambar, belajar dengan musik,
belajar dengan bergerak, belajar dengan sosialisasi, belajar dengan
kesendirian, belajar dengan melihat, dan belajar dengan mendengar.

Pendekatan SAVI meliputi: Somatis Auditori Visual Intelektual.


Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk
belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada
gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh
konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (1994:89-92) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, yaitu: cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan belajar, kondisi
jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan kelas

Fungsi Motivasi Belajar menurut Sadirman (2000:83) motivasi belajar


ada tiga yakni sebagai berikut: a. Sebagai penggerak atau motor yamg
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
segala kegiatan yang dilakukan . b.Menentukan arah perbuatan yakni kearah
tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian motivasi dapat sebagai arahan
kegiatan yang akan dicapai dengan rumusan tujuan. c. Menyeleksi perbutan
yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang akan dilakukan yang serasi guna
mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
dengan tujuan tersebut.

Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) meliputi kecerdasan


linguistik, kecerdasan matematika-logis, kecerdasan visual, kecerdasan
musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis, dan kecerdasan spiritual.

Sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber


yang ada di luar diri siswa yang keberadaannya memudahkan terjadinya
proses belajar (Rohani, 1997:102). Sumber belajar merupakan segala sumber
46

daya (resources) yang meliputi materi pelajaran, manusia, alat, teknik, dan
lingkungan, yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran.

Ciri-ciri sumber belajar, secara garis besar sumber belajar mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut: a.Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan
dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal b.Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional
edukatif c. Sumber belajar yang dirancang (resources by designed)
mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersediannya media (Rohani ,
1997: 103-104) d.Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri
(terpisah) tetapi juga dapat dipergunakan secara kombinasi (gabungan)
e.Sumber belajar dapat dibedakan menjadi 2, yakni sumber belajar yang
dirancang (by designed) dan sumber belajar yang tinggal pakai/jadi (by
utilization).
Media pembelajaran merupakan alat bantu baik berupa fisik maupun non
fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam
memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien, sehingga materi
pelajaran lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat siswa
untuk belajar lebih lanjut. Singkatnya, media merupakan alat bantu yang
digunakan guru dengan desain disesuaikan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfungsi untuk


menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit
dijelaskan secara verbal. Materi pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika
dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Maka media
pembelajaran tidak untuk menjelaskan keseluruhan materi pelajaran, tetapi
sebagian yang belum jelas saja. Ini sesuai fungsi media yaitu sebagai penjelas
pesan.
47

Ruang lingkup media pembelajaran adalah meliputi segala alat, bahan,


peraga, serta sarana dan prasarana di sekolah yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Media tersebut bisa memberikan rangsangan pada siswa untuk
belajar, menjadikan pembelajaran makin efektif dan efisien, bisa menyalurkan
pesan secara sempurna, serta dapat mengatasi kebutuhan dan problem siswa
dan belajar. Lebih pentingnya lagi adalah media ini dipilih dalam proses
pembelajaran. Sehingga media yang tidak berorientasi pada pencapaian tujuan
pembelajaran bukan termasuk dalam ruang lingkup media pembelajaran.
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam Arsyad (2006:15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membangkitkan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan
media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran
pada saat itu.

Tiga ciri media yang dikemukakan oleh Gerlach dan Ely dalam Arsyad
(2006: 14), yakni: Ciri Fiksatif (fixative property), Ciri Manipulatif
(Manipulative property, dan Ciri Distributif (Distributive property).

Sementara jenis media pembelajaran jika dilihat dari tampilannya, yakni:


media visual, media audio, media kinestetik. Sementara jika ditinjau dari
penggunaanya meliputi media proyeksi dan non proyeksi.

3.2. Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik, baik
pelajar maupun mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta
pengembang program-program pendidikan agar
DAFTAR RUJUKAN

Rifa’i, Achmad. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Semarang: UNNES PRESS.


Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran.
Jakarta: KENCANA.

48

Anda mungkin juga menyukai