Anda di halaman 1dari 16

PENEGAKAN HUKUM INDONESIA

(HAM,KONSEP DEMOKRASI, KONSTITUSIONAL, DAN PENEGAKAN HUKUM)

Dosen Pengampu :
Anggralita Sandra Dewi, M.Pd

Disusun oleh :

1. Nadhim Asyrof. ( 2286206045 )


2. Nikmatul Wahida. ( 2286206047)
3. Windi Novia R. ( 2286206007 )

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI SIDOARJO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sidoarjo, 20 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………….………………………………………………….. 2


Daftar Isi ……………………………………………………………………………………… 3

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….… 4
C. Tujuan Masalah ………………………………………………………………………….… 5

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Hak Asasi Manusia ....………………………………………………….…....…6
B. Konsep Demokrasi ….…………………………………….………………………………. 7
C. Konstitusional penegakan hukum ..………………………………………………….......... 8
D. Penegakan Hukum .……………………………………………………………….…….… 8

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………………………...……13
B. Saran ………………………………………………………………………………….........13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………...14


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak Asasi atau hak dasar adalah hak hak yang pokok atau dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai pembawaan sejak ia lahir, yang sangat berkaitan dengan martabat dan harkat
manusia tersebut. Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu.
Istilah hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
tersebut bersifat mendasar. Tuntutan-tuntutan hak asasi merupakan kewajiban dasar yang harus
dipenuhi karena bersifat fundamental. Segala hak lain (hak yang bukan asasi) atau hak derivative
bisa dikatakan sebagai penjabaran dari hak-hak ini. Karena hak asasi bersifat mendasar atau
fundamental maka pemenuhannya bersifat imperative, artinya hak-hak itu wajib dipenuhi karena
hak-hak ini menunjukkan nilai subjek hak, atau perintah yang harus dilaksanakan.

Menurut Dudi (2009), ada beberapa definisi tentang Hak Asasi Manusia. Pertama, Hak Asasi
Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-hak ini manusia tidak dapat
hidup layak sebagai manusia. Kedua, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang
telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat. Ketiga, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia
sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Tuhan. Keempat, Hak Asasi adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemeritahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia, seperti tertera dalam Pasal 1 ayat 1 UU no 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Menurut Martenson dalam Muladi (2002), Hak Asasi Manusia mempunyai arti sebagai: those
rights which are inherent in our nature and without which we cannot live as human being. Dari
pengertian yang diberikan oleh Martenson dalam Muladi (2002), maka Hak Asasi Manusia ini
melekat secara alamiah pada diri kita sebagai manusia, yang berarti juga bahwa keberadaan Hak
Asasi Manusia ini lahir dengan sendirinya dalam diri setiap manusia dan bukan karena
keistimewaan yang diberikan oleh hukum atau undang-undang (Kaligis, 2009).Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (walaupun berbeda penafsiran tentang umur janin), menganggap
bahwa janin yang masih baru beberapa minggu sudah dilindungi oleh hukum, dalam pengertian
bahwa janin tersebut sudah menjadi subjek Hak Asasi Manusia (Kaligis, 2009).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan Hak Asasi Manusia adalah kekuasaan atau wewenang moral yang dimiliki seseorang
berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Kekuasaan atau wewenang tersebut bersifat moral
karena kekuasaan atau wewenang atas nilai-nilai tersebut menunjukan kebaikan atau martabat
manusia sebagai manusia. Orang yang beragama mengatakan bahwa hak-hak dasar yang melekat
dan dimiliki oleh setiap orang tersebut merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Karena hak
asasi merupakan pemberian Tuhan, maka setiap manusia memilikinya justru karena dia sebagai
manusia, artinya hak- hak tersebut menunjukkan harkat dan martabat seseorang sebagai manusia.
Manusia menjadi manusia karena ia memiliki nilai-nilai yang menjadi kekhasannya sebagai
manusia. Nilai-nilai itu menunjukan kemuliaan manusia. Pelanggaran terhadap hak-hak ini
disebut sebagai tidakan yang tidak manusiawi karena nilai-nilai dasar kemanusiaannya tidak
dihargai.

Berdasarkan pengertian Hak Asasi Manusia di atas, maka ada beberapa ciri pokok Hak Asasi
Manusia yaitu: (1) bahwa hak asasi itu tidak diberikan atau diwariskan melainkan melekat pada
martabat kita sebagai manusia; (2) bahwa hak asasi itu berlaku untuk semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, asal-usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik; (3) bahwa hak
asasi itu tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

 Contoh hak-hak asasi hukum yaitu: Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Hak dalam
mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.

B. Konsep Demokrasi

Istilah "demokrasi" berasal dari kata Yunani kuno, demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan).
Secara sederhana, demokrasi berarti kekuasaan politik yang berada di tangan rakyat dan bukan
sekelompok orang sehingga demokrasi merupakan wujud kedaulatan rakyat. Pada era modern,
oleh Abraham Lincoln, dalam pidatonya di Gettysburg pada tahun 1863, demokrasi digambarkan
sebagai "government of the people, by the people, and for the people" yang berarti
"pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat".

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang memiliki empat elemen kunci, yaitu pemilu
yang bebas dan adil, partisipasi aktif warga negara dalam politik dan ruang publik, perlindungan
terhadap hak asasi manusia, serta hukum sebagai panglima (supremasi hukum).

Suksesnya sebuah demokrasi dapat dilihat dari beberapa kriteria, seperti partisipasi masyarakat
yang efektif, kesamaan hak suara, tingkat kecerdasan pemilih, dan inklusi sosial (Robert Dahl,
1998). Kriteria tersebut memungkinkan terbangunnya kestabilan institusi demokrasi yang
ditandai oleh adanya pemerintahan yang legitim; pemilu yang bebas, adil, dan berkala;
terjaminnya kebebasan berekspresi dan berpendapat, adanya akses informasi alternatif bagi
warga; menguatnya otonomi untuk berkumpul atau berorganisasi; serta kewarganegaraan yang
inklusif.

Di sisi lain, demokrasi mencegah kekuasaan mutlak pemerintah pusat dan menjamin
desentralisasi pemerintahan ke tingkat regional dan lokal. Selain itu, demokrasi bertumpu pada
prinsip kekuasaan mayoritas, Namun, kekuasaan mayoritas harus dibarengi dengan jaminan hak
asasi individu untuk melindungi hak-hak kelompok kecil dan oposisi. Yang perlu ditekankan,
hak-hak minoritas tidak bergantung pada niat baik mayoritas dan tidak dapat dihilangkan dengan
suara mayoritas.

Demokrasi terbagi dalam dua, yaitu demokrasi langsung dan perwakilan. Dalam demokrasi
langsung, warga negara, tanpa perantara pejabat yang dipilih, berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan publik. Sistem seperti itu jelas paling cocok bila jumlah populasi suatu wilayah relatif
kecil, saat para anggota dapat bertemu di satu ruangan untuk membahas masalah dan mengambil
keputusan dengan konsensus atau suara terbanyak

Namun, bentuk yang paling umum dari demokrasi, baik untuk kota berpenduduk. 50.000 orang
atau bangsa berpopulasi 50 juta, adalah demokrasi perwakilan, yakni ketika warga negara
memilih pejabat untuk membuat keputusan politik, merumuskan undang-undang, dan mengelola
program untuk kepentingan publik.

Demokrasi dapat dijalankan dalam sistem pemerintahan parlementer atau presidensial. Dalam
sistem presidensial, seperti Indonesia, proses pergantian kepemimpinan eksekutif (presiden)
dapat berlangsung secara tidak langsung, dipilih oleh MPR seperti zaman Orde Baru dan secara
langsung, melalui pemilu yang dimulai pada tahun 2004 hingga sekarang.

Mural tentang kebebasan berpendapat tergambar di sebuah dinding di kawasan Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, Banten, Rabu (16/6/2021). Usulan rumusan revisi Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dibuat pemerintah dinilai belum sepenuhnya memenuhi
harapan masyarakat. Bahkan, beberapa usulan tersebut dinilai semakin mengancam kebebasan
berpendapat yang mendorong kemunduran demokrasi.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Selanjutnya, pembebasan budak Afro-Amerika oleh Abraham Lincoln setelah perang saudara
Amerika pada pertengahan abad ke-19 mengakhiri perbudakan manusia. Namun, orang kulit
hitam di AS harus berjuang seratus tahun dengan mengobarkan gerakan hak-hak sipil sebelum
mereka sepenuhnya diakui sama dengan orang kulit putih di depan hukum.

Sejak itu, demokrasi bekerja dengan baik dan yang kemudian mendapatkan tantangannya ketika
Perang Dunia Pertama pecah (1914-1918). Perang berakhir dengan kekalahan Jerman dan Austro
Hungaria dan keruntuhan Kekaisaran Ottoman. Beberapa negara baru muncul di Eropa Timur
dan kawasan Baltik. Semua ini berkomitmen untuk demokrasi, tetapi dalam derajat yang
berbeda.

Pada Perang Dunia Kedua, 1939-1945, negara-negara yang menganut paham demokrasi bersama
dengan Uni Soviet ditantang oleh negara yang dipimpin oleh fasisme. Negara penganut fasisme
berdasar pada ideologi ultra-nasionalistik, rasis, militeristik yang dipimpin secara otoritarian.
Pemerintahan terpusat pada satu kekuatan. keberagaman pendapat diberangus. Tiga kekuatan
fasis utama, yaitu Jerman, Italia, dan Jepang, dilawan secara habis-habisan oleh blok Sekutu
yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, dan China.

Usai kekalahan tiga kekuatan tersebut, paham demokrasi menyebar. Namun, Eropa Timur dan
Tengah yang dibebaskan dari fasisme kemudian dicaplok oleh Uni Soviet yang berniat
menyebarkan paham komunisme. Negara seperti Amerika Serikat menghadapi Uni Soviet
sebagai musuh dalam peperangan tahap berikut yang disebut Perang Dingin (1989-1991).

Tahun 1991, Uni Soviet runtuh. Negara mantan komunis seperti di Eropa Timur mulai
mengadopsi politik multipartai, tidak seperti sebelumnya yang tunduk pada partai tunggal.
Dengan multipartai, kebebasan untuk berpolitik kemudian lebih terbuka.

 Penyebaran demokrasi

Tempat kelahiran demokrasi adalah Yunani kuno, khususnya di Athena. Dalam pemerintahan
negara-kota Yunani, demokrasi diterapkan secara langsung. Rakyat berdiskusi tanpa perwakilan
dalam sebuah majelis atau pertemuan, membahas solusi bagi persoalan kemasyarakatan untuk
diputuskan bersama-sama. Tidak ada parlemen, kabinet, dan Pegawai Negeri Sipil. Majelis
bertemu setidaknya 40 kali dalam setahun.

Dalam pertemuan tersebut, agenda ditentukan dan dibahas Presiden majelis dan dewan dipilih
melalui undian dan tidak dapat menjabat lebih dari satu hari. Selain itu, terdapat boule, dewan
yang terdiri dari 500 warga kota, dipilih melalui undian,dengan masa pelayanan dua tahun.
Dewan merumuskan kebijakan, membahas agenda, serta menyiapkan masi untuk majelis, Di
dalam majelis, mosi dapat diterimadan juga ditolak (Raaflaub, dkk, 2007).

Bagaimana demokrasi disebarkan? Mulanya, demokrasi yang diterapkan di Yunani, ditiru oleh
Kekaisaran Romawi dengan majelisnya yang bernama Comitia Curiata. Berbagai suku diwakili
dalam majelis dan mereka memilih bakim.

Di Eropa, ide demokrasi dipicu oleh zaman pencerahan (Rennaissance). Orang terdidik mulai
mempelajari ide-ide yang pernah dilakukan di Yunani dan Romawi. Ditunjang oleh penemuan
mesin cetak, ide-ide tersebut menyebar. Buah pikir para cendekiawan dan filsuf tentang ide-ide
kedaulatan menjadi konsumsi masyarakat.

Di Amerika, idealisme demokrasi muncul saat Revolusi Amerika, perlawanan terhadap okupasi
Inggris atas koloni Amerika, Pada tahun 1776, muncul the Declaration of Independence Amerika
Serikat dengan kutipan terkenalnya, "semua manusia diciptakan sama, bahwa mereka diberkahi
oleh pencipta dengan hak-hak yang tidak dapat dicabut, yang di antaranya adalah hak kehidupan,
kebebasan, dan memperjuangkan kebahagiaan."

Selain itu, ide demokrasi juga menguat ketika Revolusi Prancis pada tahun 1789 berhasil
membangun pemerintahan yang berasal dari rakyat. Ide liberté (kebebasan), egalite (kesetaraan),
dan fraternité (persaudaraan) menghancurkan institusi monarki (negara dipimpin raja) dan
mempromosikan gagasan demokrasi, yakni negara dibangun di atas kedaulatan rakyat.
Demokrasi kemudian berkembang secara bertahap di Eropa. Hak pilih universal Eropa diberikan
pertama hanya kepada penduduk laki-laki, kemudian meluas ke sebagian besar pekerja di kota-
kota dan pedesaan, hingga akhirnya didapatkan oleh kaum perempuan.

 Contoh Konsep Demokrasi


1. Melakukan Hak dan Kewajiban di Tengah Masyarakat. ...
2. Ikut Berpartisipasi dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban. ...
3. Gotong Royong dengan Semua Warga. ...
4. Musyawarah Rutin.

C. Konstitusional penegakan hukum

Makna UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional

1. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dipahami sebagai hukum dasar tertulis bagi
bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan negara.Sebagai hukum dasar tertulis, UUD
1945 mengandung pengertian:
2. Bersifat mengikat bagi penyelenggara negara, lembaga negara, lembagakemasyarakatan,
dan seluruh warga negara.
3. UUD 1945 berisi norma, kaidah, aturan atau ketentuan yang harus dilaksanakan dan
ditaati oleh semua komponen negara.
4. UUD 1945 berfungsi sebagai hukum tertinggi sehingga menjadi pedoman utama segala
bentuk peraturan.
5. Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara harus sesuai
dengan UUD 1945.

Dalam kedudukannya sebagai sumber hukum, UUD 1945 memiliki fungsi sebaga alat kontrol
bagi norma-norma hukum yang lebih rendah kedudukannya.Oleh karena itu, semua aturan
hukum atau praktik kehidupan kenegaraan tidakboleh menyimpang atau melanggar UUD 1945.

Pada periode awal reformasi, kehidupan bernegara mengalami gejolak akibat ketidakpuasan
terhadap praktik kekuasaan negara. Kritik banyak dilayangkan untuk pejabat negara yang
dianggap diktator.
Tuntutan masyarakat sulit dihindari, sehingga terjadilah perubahan pada berbagaspek
kelembagaan, termasuk perubahan UUD 1945. Perubahan atauamandemen terhadap UUD 1945
dilakukan sebanyak empat kali, yaitu:

1. Amandemen pertama: 14-21 Oktober 1999


2. Amandemen kedua:7-18 Agustus 2000
3. Amandemen ketiga: 1-9 November 2001
4. Amandemen keempat: 1-11 Agustus 2002

Keempat amandemen mencakup perubahan pengaturan lembaga negara, lembaga pemerintah,


kekuasaan lembaga negara, hak asasi manusia, serta hak- hak rakyat.

Meskipun dalam penyelenggaraan negara terjadi dinamika, tetapi UUD 1945 dipandang masih
mampu memenuhi fungsinya sebagai landasan konstitusional.

 Contoh Konstitusional penegakan hukum


Contoh Konstitusi Tertulis di Indonesia
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945)
Undang-Undang dasar 1945 mengandung nilai-nilai berbangsa dan bernegara,
isinya sudah diubah beberapa kali, menyesuaikan dengan keadaan bangsa. Meski
begitu, pembukaan UUD 1945 tidak pernah dan tidak boleh diubah hingga akhir
hayat.Hal ini disebabkan karena pembukaan UUD 9145 mengandung tujuan
pernyataan kemerdekaan, tujuan pembangunan nasional, hubungan Indonesia
dengan negara lain, serta ideologi Pancasila. O iya, UUD 1945 resmi disahkan
sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945, Adjarian.
2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat
Bentuk negara Indonesia sempat berubah menjadi serikat.Perubahan bentuk
negara ini tentu turut membuat konstitusi tertulis Indonesia juga ikut berubah.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia serikat hadir sebagai hukum dasar
tertulis di Indonesia, menyesuaikan bentuk negara pada saat itu.
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
Nah, setelah kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan, konstitusi tertulis
yang berlaku adalah UUDS 1950.Pergantian UUD RIS menjadi UUDS 1950
dilandasi karena tidak cocoknya konstitusi tersebut dengan kepribadian
bangsa.Namun, UUDS 1950 pun juga tidak bertahan lama karena kondisi yang
semakin tak menentu.
Akhirnya UUDS 1950 hanya berlaku hingga 5 Juli 1959, tepat saat
dikeluarkannya Dekrit Presiden. UUD 1945 Hasil AmandemenSetelah mengalami
perjalanan dan persoalan yang cukup panjang, konstitusi tertulis yang berlaku
hingga saat ini adalah UUD 1945 Hasil Amandemen.
Faktanya, setelah reformasi, UUD 1945 sudah empat kali mengalami amandemen
pada isinya.Amandemen ini dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan
bangsa dan dibuat lebih terperinci.Perubahan terakhir UUD 1945 Hasil
Amandemen ini dilakukan pada tahun 2004 lalu, Adjarian. Nah, demikianlah
contoh-contoh konstitusi tertulis yang pernah ada di Indonesia

D. Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-
norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan
dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau
sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam
setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku,
berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya
itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu
untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi
hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti
luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya
bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti
sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis
saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam
menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang
tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa
Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’
atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti
‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh
hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan
yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah
‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya
pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah
sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang
menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.
Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu
kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil
yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap
perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur
penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk
menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita tentang penegakan hukum dapat kita
tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi
penegakan hukum itu, baik dari segi subjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya
membahas hal-hal tertentu saja, misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja.
Makalah ini memang sengaja dibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan
aspek yang terkait dengan tema penegakan hukum itu.

 PENEGAKAN HUKUM OBJEKTIF

Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup
pengertian hukum formal dan hukum materiel. Hukum formal hanya bersangkutan dengan
peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum materiel mencakup pula
pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan antara pengertian penegakan
hukum dan penegakan keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian ‘law
enforcement’ dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti luas, dalam arti hukum
materiel, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasa Inggeris juga terkadang
dibedakan antara konsepsi ‘court of law’ dalam arti pengadilan hukum dan ‘court of justice’ atau
pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yang sama pula, Mahkamah Agung di Amerika
Serikat disebut dengan istilah ‘Supreme Court of Justice’.

Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harus ditegakkan itu pada
intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung di
dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian
dalam perkara pidana dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup
menemukan kebenaran formil belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim
diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materiel yang menyangkut nilai-nilai keadilan
yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu
sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan kebenaran materiel untuk mewujudkan
keadilan materiel. Kewajiban demikian berlaku, baik dalam bidang pidana maupun di lapangan
hukum perdata.
Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya berisi penegakan keadilan itu
sendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mata
uang yang sama.

Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Normanorma hukum yang
bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajibankewajiban yang juga dasar dan
mendasar. Karena itu, secara akademis, sebenarnya, persoalan hak dan kewajiban asasi manusia
memang menyangkut konsepsi yang niscaya ada dalam keseimbangan konsep hukum dan
keadilan. Dalam setiap hubungan hukum terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban
secara paralel dan bersilang. Karena itu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi
dengan kewajiban asasi manusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi
manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam kaitannya
dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan
melalui organ-organ negara, seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan.

Karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia. Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini bahkan
diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian dikenal
dengan aliran konstitusionalisme. Aliran konstitusionalime inilah yang memberi warna modern
terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum) dalam sejarah, sehingga
perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dianggap sebagai ciri utama yang perlu
ada dalam setiap negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) ataupun negara
demokrasi yang berdasar atas hukum(constitutional democracy).

Dengan perkataan lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat dengan persoalan
penegakan hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya, tidaklah terlalu tepat untuk
mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia secara tersendiri. Lagi pula, apakah hak
asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah yang ditegakkan itu adalah aturan hukum dan
konstitusi yang menjamin hak asasi manusia itu, dan bukannya hak asasinya itu sendiri? Namun,
dalam praktek sehari-hari, kita memang sudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan
istilah penegakan ‘hak asasi manusia’. Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi
manusia dan kesadaran untuk menghormati hak-hak asasi orang lain di kalangan masyarakat
kitapun memang belum berkembang secara sehat.

 Sedangkan contoh-contoh tindakan penegakan hukum adalah:


1. Pengadilan memberikan vonis yang tepat pada pelaku kejahatan. ...
2. Pihak berwajib mengusut tuntas sebuah kasus.
3. Adanya sanksi yang tegas bagi orang yang melanggar hukum.
4. Pihak berwajib menjatuhkan hukuman sesuai dengan Undang-Undang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma –
norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam suatu hubungan hukum dalam
kehidupan bermasayarakat dan bernegara.Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia
(HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental
sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat atau negara. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

B. Saran

Setelah menyusun makalah terkait hak adalah sesuatu yang mutlak dimiliki oleh setiap orang
sejak lahir atau mengacu kepada apa yang kita peroleh. sedangkan kewajiban adalah sesuatu
yang harus kita laksanakan dengan tanggungjawab/ mengacu kepada apa yang kita lakukan.
Daftar Pustaka

Widyani, Retno. 2015. Hukum Tata Negara Indonesia: Teks dan Konteks. Yogyakarta:
Deepublish

Muladi. (2002). Hak asasi manusia, politik, dan sistem peradilan pidana. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Anda mungkin juga menyukai