Anda di halaman 1dari 4

PANITIA FINAL TEST DARING|ONLINE PSIKOLOGI BELAJAR PAI

STAI RASYIDIYAH KHALIDIYAH (RAKHA) AMUNTAI SEMESTER GENAP TA 2021/2022

Nama : Muhammad Khairudin


NIM : 19.04.06694
Hari/tanggal : Rabu, 20 Juli 2022
Pukul : 14.30-16.00 Wita
Lokal : A PAI
Dosen Pengampu : Akhmad Mawardi, .S.Pd.I, M.M

Jawablah pertanyaan di bawah ini, diketik secara singkat dan jelas!

1. Psikologi Belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok
bahasan. Jelaskan! (Skor 10)
2. Desain pembelajaran seperti apa yang Saudara rancang dalam menghadapi kelas
berkesenjangan? (Skor 15)
3. Apa yang Saudara lakukan dalam upaya meningkatkan skala kesadaran belajar bagi peserta
didik? (Skor 20)
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan program sekolah berfokus pada pengembangan hasil
belajar siswa secara holistik dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup
kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter. (Skor 25)
5. Jelaskan alasan Saudara mempelajari psikologi belajar, bila dikaitkan dengan pengaruh tekanan
lingkungan kelas dalam konteks: (pilih salah satu saja)
a. Skala Hawkins,
b. Self awareness,
c. Maqashid Al Syari'ah, dan
d. Enam (6) rahasia besar dalam dunia pendidikan! (Skor 30)

Jawaban:
Semoga hasilnya sesuai harapan...Aamiin yra 🤲
1. Psikologi Belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok
bahasan yaitu: Psikologi belajar mempunyai ruang lingkup yang khas, yang berbeda dengan
cabang psikologi lainnya. Psikologi sebagai ilmu, disamping mempelajari ilmu pengetahuan
secara teoritis juga memaparkan kajian yang berisifat praktis. Pokok bahasan:
1. Komponen keilmuan
a. Kajian lintas disiplin ilmu (psikologi agama islam dan pembelajaran)
b. Kajian perkembangan manusia (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi
agama)
2. Komponen terapan
a. Kajian pembelajaran agama pada masa balita, anak dewasa dan orang tua.
b. Kajian internalisasi agama, problema dan jalan keluarnya.
c. Kajian pengembangan pembelajaran agama secara metodologis.
3. Komponen pengembangan
a. Kajian penelitian
b. Kajian evaluasi

2. Desain pembelajaran yang di rancang dalam menghadapi kelas berkesenjangan dalam membuat
desain pembelajaran seperti :
1. Menganalisis lingkungan belajar, yang artinya mengamati atau menilai kondisi lingkungan
belajar baik di dalam kelas ataupun diluar kelas. Lingkungan belajar nantinya akan
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Menganalisis kebutuhan belajar, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sehingga kebutuhan yang masih kurang baik untuk
pendidik ataupun peserta didik dalam proses pembelajaran dapat terpenuhi. Dengan
terpenuhinya kebutuhan belajar dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan belajar
mengajar.
3. Merancang Proses Pembelajaran, Dalam tahap ini pendidik merencanakan materi
pembelajaran apa yang akan disampaikan kepada peserta didik serta menentukan metode
pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas.
4. Menentukan model pembelajaran, seperti apa yang akan digunakan. Model pembelajaran
digunakan dalam pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa dalam proses
pembelajaran dan digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam setiap materi
pembelajaran. Dalam setiap model pembelajaran sudah memiliki urutan-urutan atau
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
akan mempermudah guru. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih oleh pendidik
dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
5. Mengembangkan bahan ajar merupakan segala bentuk bahan atau perlengkapan yang
digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik.
Bahan ajar dapat berupa bentuk tertulis ataupun tidak tertulis. Pendidik dapat
mengembangkan bahan ajar yang akan digunakan, dengan tujuan agar bahan ajar yang
sudah tersedia dapat lebih dioptimalkan lagi sehingga materi yang disampaikan mudah
dipahami oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
6. Mengevaluasi hasil belajar, tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran,
dimana pendidik dapat melakukan penilaian kepada peserta didik untuk dapat mengetahui
hasil dari belajar yang telah dilakukan. Banyak bentuk evaluasi yang dapat dilakukan oleh
pendidik, dengan dilakukannya evaluasi belajar maka pendidik dapat mengetahui hal apa
saja yang masih kurang dalam proses pembelajaran. Selain itu juga dapat mengukur
kemampuan dari setiap peserta didik.

3. Yang kita lakukan dalam upaya meningkatkan skala kesadaran belajar bagi peserta didik yaitu
dengan:
1. Mengajarkan empati/kepedulian, banyak anak saat ini yang terlihat kurang peduli terhadap
aspek akademik maupun non akademik dan sosial sehingga kesadaran untuk melakukan
perilaku baik semakin rendah. Dengan membiasakan sikap empati anak akan terus
meningkatkan kesadarannya dalam melakukan perilaku baik.
2. Menanamkan disiplin moral dalam setiap pekerjaan yang dilakukan anak, Ada istilah orang
kompeten adalah orang yang melakukan pekerjaannya dengan kompeten. Maka jika anak
diajarkan untuk terus melakukan perbuatan baik dalam setiap pekerjaannya, misalnya
berdoa sebelum beraktifitas, mengucapkan kata-kata baik dan sebagainya
3. Mengajarkan anak untuk mampu menunda kepuasan, Rasa puas terhadap suatu pekerjaan
akan membuat anak menjadi malas dan tidak termotivasi untuk melakukan pekerjaan
berikutnya. Karena itu hendaknya anak diajarkan untuk menunda kepuasannya agar timbul
pada dirinya keseriusan, konsistensi, disiplin diri dan orientasi tujuan jangka panjang.
Karena itu kesadaran diri sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dan diduga
berkorelasi kuat dengan prestasi belajar siswa. Kesadaran diri yang dimiliki siswa dapat
diukur berdasarkan indikator-indikatornya, yakni attention, wakefulness, architecture, recall
of knowledge, emotive, novelty, emergence, dan selectivity & subjectivity.

4. Yang dimaksud dengan program sekolah berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa
secara holistik dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi
(literasi dan numerasi) dan karakter adalah karakter yang diawali dengan SDM yang unggul
(kepala sekolah dan guru) Mendikbud, telah mengemukakan konsep kurikulum baru pada akhir
tahun 2019. Konsep yang diberi nama ‘Merdeka Belajar’ ini diyakini menjadi solusi untuk
reformasi sistem pendidikan Indonesia. Melalui Merdeka Belajar, siswa diharapkan menjadi
seorang yang mandiri, berani, pintar bersosialisasi, sopan, beradab, dan berkompetensi.
Kurikulum Sekolah Penggerak atau KSP berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara
holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter yang merupakan
penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. KSP akan mengakselerasi sekolah
negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program ini
dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia
menjadi bagian dari program sekolah penggerak dan Program ini sangat penting mengharapkan
sukses agar masa depan unit pendidikan Indonesia dapat terjaga, ketika kita ingin meningkatkan
kualitas siswa maka kita juga harus meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya. Tenaga pendidik
atau guru menjadi tombak utama dari kegiatan belajar mengajar. Program Guru Penggerak
dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan para guru demi memenuhi konsep
kurikulum Merdeka Belajar. Konsep Merdeka Belajar berkaitan dengan Profil Pelajar Pancasila.

5. Alasan kita mempelajari psikologi belajar, bila dikaitkan dengan pengaruh tekanan lingkungan
kelas dalam konteks enam (6) rahasia besar dalam dunia pendidikan: dlm pengaruh tekanan
lingkungan kelas berkaitan dengan hal-hal yang termasuk 6 rahasia dalam dunia pendidikan atau
konsep sekolah harvard yg asli yaitu:
1. To obey the authority (untuk mematuhi otoritas, ikuti peraturan, nurut, similiar response):
supaya orang nurut, dengan keseragaman pemahaman, kepada perintah yang punya
wewenang disitu (termasuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat).
2. Conforming (sesuai, ke-seragam mungkin): anak dibikin seseragam mungkin, kalau ada yg
berbeda akan dipisahkan.
3. Social role (peran sosial, memunyai peran): pengelompokan peranan sosial, yang terlihat
dari bakat, bahwa nantinya anak akan menjadi apa. Contoh akan dikelompokkan yang bisa
jadi tentara, atlit, guru, dsb. Ini yang akan menjadikan awal perbedaan (ipa – ips). Tujuan
utama melihat siapa nanti yang akan bisa memerintah dan siapa yang akan diperintah.
4. Differenciate (pembedaan): membedakan, misal ada yang berpotensi jadi atlet, akan
dibedakan dan di usahakan jangan nyampur dengan yg lain.
5. Grading (label-ing/penilaian orang, pemisahan pintar-bodoh): klasifikasi anak, bagi yg bodoh
akan di klasifikasi untuk tidak punya anak. Status Sosial yang diakui oleh hal itu hanya dibagi
3, apakah kamu ilmuan, orang kaya, atau pekerja dari keduanya.
6. Prophaditik/custodian (terpilih, chosed, selected group of people): akan ada orang-orang
yang dipilih untuk menjaga hal ini. 6 point ini tetap berjalan, jangan sampai berubah.

Anda mungkin juga menyukai