(KELOMPOK 8)
Diskusikan Bersama kelompok, tapi buat laporan secara individu tentang konsep, manfaat, teori
psikologi Pendidikan berikut:
4. Konseling
Mempelajari psikologi pendidikan juga bermanfaat untuk pengajar (Guru). Salah satunya yang
tak kalah penting yaitu konseling atau bimbingan. Pada psikologi pendidikan akan banyak
dibahas masalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Sehingga seorang
guru tidak hanya bisa mengajarkan materi dalam kelas tetapi juga bisa memberikan pengarahan
atau bimbingan kepada siswa yang membutuhkan terkait masalah akademik. Selain bisa
memberikan solusi terhadap siswa yang memiliki masalah akademik seorang guru juga dapat
menjalin keterikatan sosial dengan siswa selanjutnya bisa menciptakan suasana positif dalam
kegiatan pembelajaran.
Seorang pengajar yang mempelajari psikologi pendidikan akan memiliki kemampuan dalam
menilai siswa dengan adil dan sesuai kaidah. Terkadang dalam praktik penilaian (evaluasi)
seorang pengajar bisa saja menjadi subjektif atau hanya terpaku pada siswa yang menonjol saja
akan tetapi hal ini berakibat buruk pada kelanjutan perkembangan peserta didik. maka dari itu
mempejari psikologi pendidikan membuat seorang pengajar mampu mendalami dan mengerti
kemampuan masing-masing siswanya. Sehingga kejadian pilih kasih dalam penilaian tidak akan
terjadi dan penilaian secara adil bisa terwujud.
Penyusunan jadwal pelajaran juga tak lepas dari aspek psikologis peserta didik. Sehingga
mempelajari psikologi pendidikan akan membantu pengajar menempatkan mata pelajaran
dalam jadwal secara efektif sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam jam pelajaran
tertentu. seperti ketika mata pelajaran fisika berada di jam akhir sekolah akan terasa tidak
efektif karena siswa telah lelah dan umumnya menginginkan cepat pulang. Sehingga keadaan
seperti itu membuat proses pembelajaran tidak efektif.
Mempelajari psikologi pendidikan bagi pengajar maupun calon pengajar akan membantu dalam
hal mengenali bakat dari seorang peserta didik dari perilakunya. Sehingga seorang pengajar bisa
berperan sebagai fasilitator untuk membuat bakat yang dimiliki oleh siswa tersalurkan.
Pengajar dan siswa diharapakan memiliki hubungan yang harmonis dan saling berinteraksi aktif.
Hubungan yang harmonis antara siswa dan pengajar dapat terwujud bila seorang pengajar
memiliki kemampuan dalam mencipatakan pembahasan yang sesuai karakter siswa serta
menaruh perhatian dengan baik.
Seorang pengajar yang bisa menerapkan ilmu yang didapat setelah mempelajari psikologi
pendidikan secara tidak langsung bisa membuat tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Tujuan pembelajaran secara umum yaitu mengarahkan siswa untuk mengetahui atau
memahami sesuatu yang diajarkan dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan, dengan
mempelajari psikologi pendidikan seorang pengajar tersebut juga bisa membuat tujuan yang
disebut diatas tercapai dengan baik. Seperti contoh pembelajaran yang disampaikan oleh
pengajar (guru) sukses ketika seorang siswa menampilkan hasil berupa pemahaman atau
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
jika psikologi pendidikan tidak diterapkan saat mengajar maka hambatan lain yang akan terjadi
adalah:
1) Tidak tercapainya tujuan pembelajaran
5) Guru tidak dapat memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Karena dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai guru dapat menentukan strategi
atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan
yang sedang dialami siswanya.
Seorang guru memberikan pengajaran kepada siswa berkemampuan rendah setelah melakukan
diagnosa mengapa dia kesulitan dalam belajar. kondisi di mana siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun menyerap pelajaran, inilah yang disebut
sebagai “kesulitan belajar”. Atau dengan lain perkataan, kesulitan belajar merupakan suatu
kejadian/peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, ada sejumlah peserta didik yang mengalami ‘kesulitan’ dalam menguasai secara
tuntas bahan atau materi pelajaran yang disampaikan guru.
Ada empat langkah utama dalam mendiagnosa dan memperbaiki kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa, yaitu:
Menentukan siswa mana yang mengalami kesulitan belajar; tekniknya dapat dilakukan dengan
cara mengobservasi proses belajar siswa, meneliti nilai ulangannya, dan kemudian
membandingkannya dengan nilai rata-rata kelasnya, juga memeriksa buku catatan pribadi siswa
yang ada pada guru Bimbingan Konseling (BK).
Menentukan bentuk khusus dari kesulitan belajar itu.
Menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar itu, misalnya karena metode
mengajar tidak sesuai, atau materi pelajaran yang bersifat kompleks.
Menetapkan prosedur remedial yang sesuai.
Banyak alternatif yang dilakukan oleh guru dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa.
Namun, sebelum alternatif tertentu diambil, guru terlebih dahulu melakukan tindakan berikut:
Menganalisis hasil diagnosis. Hal ini perlu dilakukan karena data dan informasi yang diperoleh
melalui tes diagnosis kesulitan belajar itu masih merupakan data mentah yang harus dianalisis
sehingga dapat diketahui secara pasti mengenai sebab dan jenis kesulitan belajarnya.
Mengidentifikasi dan menentukan kecakapan tertentu yang bermasalah dan memerlukan
perbaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdasarkan atas hasil analisis yang dilakukan
sebelumnya oleh guru tersebut. Bidang kecakapan ini dapat berupa kecakapan bermasalah yang
dapat ditangani oleh guru sendiri, atau oleh guru dengan bantuan orang tua. Dengan demikian,
guru dapat merencanakan langkah selanjutnya.
Menyusun program perbaikan, khususnya pengajaran remedial (remedial teaching). Sebelum
menyusun program kegiatan perbaikan ini, guru harus menentukan tujuan, materi, metode,
alokasi waktu, dan evaluasi pengajaran remedial yang akan dilaksanakan.
Melaksanakan program perbaikan. Pada prinsipnya, program pengajaran remedial ini akan lebih
baik apabila dilakukan lebih cepat.
Apa itu pengajaran remedial? Yaitu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnose yang
komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan
yang dialami siswa dalam belajar, sehingga dapat mengoptimalisasikan prestasi belajar.
Pengajaran remedial ini pada hakikatnya merupakan suatu upaya “bantuan” untuk memperbaiki
prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik berupa perlakuan
pengajaran maupun bimbingan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa yang mungkin disebabkan oleh faktor internal atau eksternal tadi. Siswa yang mengalami
kesulitan belajar diupayakan dapat mencapai prestasi belajar yang baik melalui kegiatan
remedial ini. Pengajaran remedial berguna untuk memperbaiki prestasi belajar siswa. Dengan
mengikuti pengajaran remedial, siswa dapat lebih memahami dirinya, terutama mengenai
prestasi belajarnya, sehingga ia dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar, atau mengatasi
hambatan-hambatan lainnya yang menjadi penyebab kesulitan belajar (Prof.Dr. Mukhtar, M.Pd.,
2007:8).
Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda dengan
pengajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Secara khusus,
pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuan
pengajaran kepada para siswa yang ‘lambat’, mengalami kesulitan, atau pun gagal dalam
belajar, sehingga mereka dapat secara tuntas dalam menguasai bahan atau materi pengajaran
yang diberikan, dan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui perbaikan.
Dalam kaitan ini, kegiatan remedial atau perbaikan bukanlah sekedar kegiatan memberikan
ulanga-ulangan terhadap bahan-bahan pelajaran pokok yang belum dapat dikuasai oleh siswa
secara tuntas, tetapi lebih jauh dari itu, kegiatan remedial merupakan studi kasus tersendiri
yang digunakan oleh guru untuk menangani para siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik
kegiatan berupa perlakuan pengajaran maupun kegiatan bimbingan yang dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal
5. Apakah seorang siswa yang cerdas sebaiknya lompat kelas sehingga dapat memeasuki
perguruan tinggi lebih cepat?
Ada 2 jawaban dari kami yaitu bisa iya dan tidak.
Bisa karena, Syarat utama agar siswa bisa mengikuti percepatan adalah akademik yang sangat
baik. Selain itu, didukung oleh kematangan mental, motivasi, dan IQ minimal 130. Jika tidak
semua terpenuhi, maka jangan memaksakan anak untuk mempersingkat masa belajar.
Kalau memang seorang anak memenuhi semua kriteria, pikirkan lagi saat mereka memasuki
bangku kuliah. Lantaran lulus SMA lebih muda dari umur normal, kelabilan sangat rentan
mempengaruhi kehidupan seperti tentang pergaulan.
Pakar yang mendukung percepatan belajar ini beranggapan bahwa siswa bertalenta akan
merasa cepat bosan, kurang tertantang serta bersemangat, dan terkungkung dalam zona
nyaman, sehingga lebih baik tidak berada di kelas reguler.
Adapun dampak buruk yang timbul seperti perkembangan sosial emosional terhadap lingkungan
sekitar, bahkan sampai ke dunia kerja. Loncat kelas dan akselerasi memang terlihat sebagai
suatu prestasi belajar, karena menandakan segi akademis yang baik. Namun, hal-hal lain perlu
diperhatikan agar langkah ini tidak berisiko terhadap tumbuh kembang anak.
Tidak karena
Menurut saya tidak, karena setiap siswa harus dan wajib menyelesaikan masa pendidikannya
sesuai dengan jenjang yang telah di sesuaikan dengan batasan umur ataupun lamanya
pendidikan yang sesuai dengan standar pada sekolah nasional atau sekolah sekolah yang ada di
indonesia. Dan juga setiap jenjang kelas pada sekolah itu memiliki tahapan-tahapan mata
pelajarannya masing masing, jadi kalau seorang siswa lompat kelas maka dipastikan ia akan
melewati mata pelajaran pada kelas sebelumnya, yang mengakibatkan ketidaklengkapan dalam
memahami mata pelajaran kelas sebelumnya.
Semuanya tergantung posisi anak bersekolah dimana dan tergantung peraturan yang berlaku