Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fian S.L.

Mananga
Nim : 1507044045
Prodi : Pascasarjana Psikologi
Mata Kuliah : Psikologi Pengajaran
Dosen : Dra. Alif Muarifah., S.Psi., M.si., Ph. D

1. Peranan psikologi dalam pembelajaran dan pengajaran yaitu:


a. Memahami siswa sebagai pelajar
Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas
dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut
pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu
pendidik dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik siswa
tersebut

b. Memahami prinsip dan teori pembelajaran


Dalam system pembelajaran seorang pendidik harus memahami prinsip dan teori
yang harus di lakukan. Sehingga dalam proses pengajaran tidak terjadi kesalahan-
kesalahab dalam mengajar dan memberikan teori-teori yang dapat menjerumuskan
siswa.

c. Memilih metode-metode pengajaran


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat
menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya
belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. Contoh nya yaitu
Seorang siswa juga memiliki karakter belajar yang berbeda-beda, ada seorang siswa
yang bersifat visual, yaitu dia bisa lebih optimal dalam belajar ketika menggunakan
media visual. Ada juga anak-anak yang bersifat audio yaitu dia lebih mudah
menyerap materi ketika belajar menggunakan media audio

d. Menetapkan tujuan pembelajaran


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan
dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki
sebagai tujuan pembelajaran.Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan
pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan
teori-teori perkembangan individu.
e. Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif.
Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan
untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas,
sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan

f. Memilih dan menetapkan isi pengajaran


Isi pengajaran sangat lah penting dalam dunia pendidikan. Karena isi pengajaran
juga dapat menentukan karakter seorang siswa. Guru harus memilih mana yang
harus di berikan kepada siswa dan mana yang tidak harus di berikan kepada siswa .
oleh karena itu guru harus mempunyai rencana yang matang dalam memberikan isi-
isi pengajaran kepada siswa

g. Membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam pembelajaran


Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya
dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi
peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
memungkinkan pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan
yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda

h. Memilih alat bantu pengajaran


Pendidik harus bisa memilih dan menentukan alat bantu yang bagus dan dapat
menunjang kreatifitas di kelas. Contoh nya dengan gambar-gambar yang dapat
membantu siswa mengingat suatu hal yang mungkin apabila di jelaskan dengan
kata-kata siswa tersebut akan lupa dalam waktu yang lama tetapi ketika
menggunakan alat bantu berupa benda atau gambar, siswa tersebut bisa
mengingatnya untuk waktu yang lama.

i. Menilai hasil pembelajaran


Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam
mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis
penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian

j. Memaham kepribadian dan profesi guru


Guru sebagai pendidik diharapkan juga untuk memahami diri sendiri yang
berhubungan dengan kemampuan dan kelemahan nya sehingga dalam proses belajar
mengajar yang akan dihadapinya dapat terlaksana dengan baik

k. Membimbing kepribadian siswa


Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan
dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan,
tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan
benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan
keakraban.

2. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku keseluruhan yang mencakup
aspek :
a. Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Kemampuan mengingat seseorang yang dulu nya cuman bisa mengingat satu
kejadian, tetapi setelah terjadi proses pembelajaran maka dapat meningkat sehingga
bisa mengingat lebih dari satu kejadian.
2. Pemahaman (comprehension)
Contoh nya ketika di kasih suatu masalah untuk di jelaskan maka dia akan paham
inti dari masalah yang akan di jelaskan . padahal sebelumnya untuk memahami
suatu masalah sangat susah dan membutuhkan waktu yang lama.
3. Penerapan (application)
Menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang di peroleh untuk memecahkan
suatu masalah
4. Analisis (analysis)
Kemampuan menganalisis suatu informasi menjadi bagian-bagian kecil, contohnya
menganalisis bentuk, jenin atau arti suatu puisi
5. Sintesis (syntesis)
Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Mampu melakukan penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi sehingga dapat
meningkatkan kinerja atau kemampuan di waktu yang akan datang.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Oleh karena itu
setelah di lakukan proses pembelajaran, maka cara kerja otak akan semakin meningkat
yang dulu nya cuman bisa melakukan 1 aktifitas yang berkaitan dengan cara kerja otak,
sekarang bisa melakukan lebih dari 1 aktifitas.

b. Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Oleh karena itu kognitif
sangat berpengaruh pada aspek afektif, sehingga ketika proses pembelajaran telah di
lalui dengan baik ,maka pada aspek kognitif akan meningkat sehingga dapat
mempengaruhi aspek afektif yang ada.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
Keadaan menerima stimulus,respon, atau rangsangan dari luar yang ketika melewati
masa proses pembelajaran maka stimulus dan rangsangan dari luar akan di terima
dengan baik dan langsung akan mendapatkan tindakan.
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
Reaksi yang di berikan bisa lebih baik dan ketepatakan dalam beraksi pun jarang
untuk salah
3. Valuing (menilai atau menghargai)
Kita akan lebih sadar akan norma-norma yang ada di sekitar kita dan kita dapat
menghargai norma-norma tersebut .
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
Pengembangan norma dan nilai dalam organisasi
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai)
System yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku sehingga
apabila system yang kita anut baik maka perilaku kita pun akan baik, begitu pun
selanjutkan. Oleh karena itu system yang kita anut harus benar-benar baik, karena
akan mempengaruhi pola perilaku kita sendri.

c. Motorik
Ranah motorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
belajar motorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah motorik adalah berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.
Pada aspek motorik, perubahan perilaku individu akan sangat menonjok ketika dia
melakukan aktifitas yang berkaitan dengan aktifitas fisik. Ketika dia belum melewati
suatu proses pembelajaran, prestasi nya hanya biasa-biasa saja. Tetapi ketika dia telah
melewati suatu proses pembelajaran prsestasinya akan meningkat. Contohnya, dulu dia
hanya dapat berlari sejauh 100m tetapi setelah melakukan latihan dan latihan maka dia
dapat berlari sejauh 200m. oleh Karena itu fungsi pembelajaran sangat berkaitan juga
pada aspek motorik, tidak hanya pada aspek afektif dan kognitif saja tetap aspek
motorik juga dapat berpengaruh.

Hasil belajar keterampilan (motorik) dapat diukur melalui:


1. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
2. Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3. Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya

d. Konatif
Aspek yang terakhir yang terdapat pada kepribadian setelah kognisi dan afeksi
adalah konasi. Aspek konatif kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan
dan impuls untuk berbuat. Konasi berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan
berkehendak
Komponen Konatif yaitu :
1) Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki oleh seseorang.
2) Bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu
akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap
stimulus tersebut.
3) Kecenderungan berperilaku belum tentu akan benar-benar ditampakkan dalam
bentuk perilaku yang sesuai.

Menurut Freud konasi merupakan wujud dari kognisi dan afeksi dalam bentuk
tingkah laku. Pada perkembangan kepribadiannya, Freud memandang bahwa tahun-
tahun permulaan masa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan kepribadian. Segala
sesuatu yang ada dalam pikirannya ia wujudkan dalam bentuk perilaku yang nyata yang
terbagi dalam beberapa fase menurutnya:
1) Fase Oral (0-1 tahun)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok yang paling peka. Mulut adalah
sumber utama kenikmatan untuk bertahan hidup. Contohnya bayi mampu
menyusu pada ibunya dengan sendirinya, hal ini merupakan pemuas kebutuhan
dasar akan makanan atau air.
Melalui kepuasan oral bayi memperoleh kepribadian yang optimis dan rasa
percaya.kekurangpuasan dalam rangsangan oral dapat mengakibatkan kepribadian
bayi menjadi pesimis, tidak percaya pada orang lain, suka mengejek atau agresif
dan sikap ketergantungan. Pada akhir masa oral yang biasa juga disebut sebagai
fase oral aggressive atau oral sadistic dimana bayi sudah mulai memilikigigi
sehingga menggigit atau mengunyah sesuatu merupakan wujud ketidakpuasan
akan ketidakhadiran ibu atau ketiadaaan objek pemuas kebutuhan.
2) Fase Anal (1-3 tahun)
Fase anal dimulai setelah masa oral sampai umur 3 tahun. Fase ini difokuskan
pada anus/dubur, dimana anak memperoleh kesenangan dengan cara
mempermainkan atau menahan kotoran.
Pada fase ini anak mulai diperkenalkan toilet training yaitu latihan buang air
dengan pergi ke toilet pada waktu dan tempat yang tepat yang menimbulkan rasa
keteraturan dan kebersihan pada anak. Cara-cara orangtua
memperkenalakan toilet training pada anaknya menentukan perkembangan anak
tersebut selanjutnya di masa dewasa. Penerapan yang keras dan menekan akan
mengakibatkan anak keras kepala, kaku, kikir, terlalu teliti, ekstrem dalam soal
kebersihan, bimbang, serta sukar melakukan toleransi terhadap kebingungan yang
dihadapi. Sedangkan cara penerapan yang permisif mengakibatkan individu
kejam, pembenci, serta kecendrungan memandang orang lain sebagai objek untuk
dimiliki dan dikuasai.
3) Fase Falik (3-6 tahun)
Pada fase ini anak mulai menyadari alat kelaminnya dan perbedaan jenis
kelamin. Kesenangan ditimbulkan pada daerah kelamin dengan cara
mempermainkannya. Pada fase ini terdapat fenomena oedipus
compleks dan elektra compleks. Oedipus compleks merupakan perasaan cinta
seorang anak laki-laki terhadap ibunya diserta dengan perasaan permusuhan pada
ayahnya karena menganggap bahwa ayah sebagai figur yang akan merebut kasih
sayang ibu terhadapnya.
Elektra compleks  merupakan perasaan cinta anak perempuan terhadap
ayahnya disertai dengan perasaan permusuhan pada ibunya karena menganggap
bahwa ibu sebagai figur yang akan merebut kasih sayang ayah terhadapnya.
4) Fase Laten (5- 12 atau 13 tahun)
Pada fase ini dorongan dinamis pada anak seakan-akan laten (menghilang)
sehingga anak-anak pada masa ini secara relative lebih mudah dididik daripada
fse-fase sebelum dan sesudahnya. Energi libidinal disalurkan ke dalam aktivitas-
aktivitas nonseksual seperti belajar, olahraga, dan berteman. Periode laten
inimerupakan periode persiapan bagi perkembangan psikoseksual berikutnya.
Pada periode ini juga anak mulai melakukan perbandingan seksual.
5) Fase Pubertas (12/13 – 20 tahun)
Pada fase ini impuls-impuls yang sebelumnya seakan-akan laten, menonjol
kembali sehingga kativitas individu dinamis kembali. Apabila impuls-impuls
yang menonjol ini dapat dipindahkan atau disublimasikan oleh das ich maka
sampailah orang pada fase kematangan akhir, yaitu fase genital.
6) Fase Genital (20 tahun ke atas)
Cathexis pada fase falik mempunyai sifat narsistis, yang berarti bahwa
individu mendapatkan kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya
sendir dan orang lain hanya memberi bentuk-bentuk tambahan kenikmatan.

3. Mengingat
Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa
lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya
kemampuan mengingat pada manusia,maka ini menunjukan bahwa manusia mampu
menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang
dialaminya (Walgito 2004)
Menurut perspektif Psikologi terutama Psikologi Kognitif bahwa memori atau
ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-
kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu: Menerima kesan-kesan,
menyimpan, dan memproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada
manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan
menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu,
ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul
kembali. Para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu
a. Memasukan pesan dalam ingatan (encoding).
Yaitu pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan dengan cara mengubah
menjadi symbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai
dengan peringkat yang ada pada organism. Jadi encoding merupakan suatu proses
mengubah sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat
memori organism. Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi
disimpan dalam memori.
Proses pengubahan informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
1) Tidak sengaja, yaitu bahwa sesorang dengan sengaja memasukkan informasi,
pengetahuan, pengalaman-pengalamanya kedalam ingatannya.
2) Sengaja, yaitu apabila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan
pengetahuan ke dalam ingatannya.
Berdasarkan beberapa penelitian, ternyata ada perbedaan kemampuan pada
individu yang satu dengan individu yang lain dalam memasukkan informasi yang
diterimanya. Hal ini berkaitan dengan memori span ( kemampuan memori ) dari
masing-masing individu.
b. Penyimpanan ingatan (storage)
Yaitu proses penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding.
Proses storage ini disebut juga dengan retention yaitu proses mengendapkan
informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu sesuai dengan
kategorinya. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori ( sensori
memori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang ).
Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak
(traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut
dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan
maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga
hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan.
c. Mengingat kembali(retrieval)
Yaitu proses pemulihan kembali atau mengingat kembali apa yang telah
disimpan sebelumnya. Tiga jenis proses mengingat yaitu:
1) Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajarinya dimasa
lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
2) Recognition, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari
melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
3) Redintetegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai
informasi menjadi suatu konsep atau suatu cerita yang cukup kompleks
Etseem (dalam Ismoyo 2006) menjelaskan lebih lanjut mengenai memori sensori.
Memori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk menyimpan
informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu yang amat pendek. Memori
sensori mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi
dari panca indera yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau
melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit.Pengertian memori jangka
pendek adalah salah satu proses penyimpanan informasi yang bersifat sementara.
Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih
dari memori sensori. Kapasitas memori jangka pendek. Jumlah informasi yang
tersimpan dalam memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang
tersimpan dalam memori jangka panjang Etseem (dalam Ismoyo 2006)
 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam memori
sensoris akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali
setelah satu detik. Mekanisme semacam ini penting sekali artinya dalam hidup manusia
karena hanya dengan memori seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah
kecil informasi yang relevan atau berguna untuk hidup kita.
a. Memori sensorik
Proses penyimpanan informasi sementara yang dibawa oleh pancaindera kita.
Setiap pancaindera memiliki satu memori sensorik, jadi dalam diri manusia
memiliki lebih dari satu macam memori sensorik, antara lain memori sensorik
audio, memori sensorik visual, dan lain sebagainya.memori sensorik juga
dikatakan sebagai proses penyimpanan memori melalui jalur syaraf-syaraf
sensoris yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek
1) Encoding dalam memori sensorik
Pada saat mata kita melihat sesuatu, informasi dari inra-indra itu akan
diubah dalam bentuk impuls-impuls neural dan dihantar ke bagian-bagian
tertentu dari otak. Proses ini berlangsung sepersekian detik. Sinar yang
mengenai oleh retina diterima oleh reseptor-reseptor yang ada, kemudian
sinar tersebut ditransformasikan bentuknya ke dalam impuls-impuls neural
dan dikirim ke otak.
2) Storage dalam memori sensorik
Memori sensoris ternyata memiliki kapasitas penyimpanan informasi yang
sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali
menghilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang
disimpan dalam memori sensoris akan mulai menghilang setelah
sepersepuluh detik dan hilang sama sekali setelah satu detik. Mekanisme
semacam ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya
dengan memori seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah
kecil informasi yang relevan atau berguna untuk hidup kita
b. Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek atau sering disebut juga dengan short term memori
adalah suatu proses penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang
disimpan dipertahankan selama informasi tersebut masih dibutuhkan.
1) Encoding dalam memori jangka pendek
Informasi yang masuk melalui indra dan disimpan dalam memori sensoris
dapat dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali.
Kemudian jumlah yang banyak itu akan diseleksi menurut beberapa cara
dalam control process (proses yang mengatur laju dan mengalirnya
informasi). Pertama, informasi yang masuk seperti bentuk, warna, bau,
atau nada akan dirujukkan ke gudang informasi dalam memori jangka
panjang kemudian pola-pola informasi itu dibanding-bandingkan dengan
pola-pola yang sudah ada. Dengan demikian akan terpilih informasi yang
sudah dikenal atau yang punya arti.
2) Storage dalam memori jangka pendek
Kapasitas dalam memori jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan
sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Memori jangka pendek
dapat dibantu dengan perulangan-perulangan informasi. Tanpa perulangan
seperti ini memori jangka pendek kebanyakan hanya bertahan kurang dari
20 detik
3) Retrieval dalam memori jangka pendek
Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas. Oleh karena itu proses
mengingat dalam memori jangka pendek tidak membutuhkan waktu yang
lama. Ada dua cara mengingat dalam memori jangka pendek, yaitu :
Parallel search, informasi yamg disimpan dalam memori ditelusuri
sekaligus
c. Memori jangka panjang
suatu proses penyimpanan informasi yang relative permanen.
1) Encoding dalam memori jangka panjang
Untuk dapat masuk kedalam memori jangka panjang perlu dilakukan
proses selanjutnya yaitu semantic atau imagery coding. Dalam proses ini
arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi
2) Storage dalam memori jangka panjang
Proses encoding dalam memori jangka panjang dilakukan dengan
penyaringan berdasarkan arti dari informasi itu bagi organisme, oleh
karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanen,
selain itu kapasitas memori jangka panjang juga amat besar sehingga
memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang
diperoleh sepanjang hidup organism.
3) Retrieval dalam memori jangka panjang
Penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang sangat terorganisir.
Organisasi informasi ini besar faedahnya karena kapasitas memori ini luar
biasa besar. Bila diberi petunjuk (retrieval cues) maka proses mengingat
itu hanya akan berlangsung beberapa detik saja. Retrieval cues juga di
pengaruhi oleh internal state (kondisi internal seseorang)

Anda mungkin juga menyukai