Disusun Oleh :
PASCASARJANA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015
BAB I
A. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Menurut Allport dalam Sarwono (2015), sikap merupakan kesiapan mental,
yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan
pengalaman individu masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons
terhadap berbagai objek dan situasi.
Menurut Triandis dalam Myers (2014) mengatakan bahwa sikap yang kita
ekspresikan terlihat berbeda adalah karena tergantung pada berbagia pengaruh,
baik itu factor dari luar maupun factor dari dalam.
Menurut Ajzen dalam Myers (2014), ketika sikap yang diukur merupakan
sikap umum, misalnya sikap orang asia yang diukur sangat spesifikasi.
Misalnya, suatu keputusan apakah akan membantu seorang asia dalam suatu
situasi tertentu.
Menurut Barot et.al, 2004 menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi terhadap
berbagai aspek dalam dunia sosial.
2. Pembentukan sikap
Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi diperoleh
melalui proses pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan hidupnya.
Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut:
a. Pengkondisian klasik ( classical conditioning: learning based on
association)
Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/rangsangan
selalu diikuti oleh stimulus/rangsangan yang lain, sehingga rangsangan
yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsangan yang kedua.
b. Pengkondisian Instrumental ( instrumental conditioning )
Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil
yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan
diulang kembali. Sebaliknya, bila perilaku mendatangkan hasil yang
tidak menyenangkan bagi seseorang maka perilaku tersebut tidak akan
diulang lagi atau dihindari.
c. Belajar melalu pengamatan (Obsevational learning, learning by
example )
Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang lain,
kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa. Banyak
perilaku yang di lakukan seseorang hanya karena mengamati perbuatan
orang lain.
d. Perbandingan sosial ( social comparison )
Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk
mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah benar
atau salah disebut perbandingan sosial.
3. Fungi Sikap
Menurut Baron, Byrene dan Branscombe dalam Sarwono (2015) terdapat
lima fungsi sikap yaitu:
a. Fungsi pengetahuan
Sikap membantu kita untuk menginterpretasi stimulus baru dan
menampilkan respon yang sesuai
b. Fungsi identitas
Sikap terhadap kebangsaan Indonesia (nasionalis) yang kita nilai tinggi
mengekspresikan nilai dan keyakinan serta mengkomunikasikan “siapa
kita”.
c. Fungsi harga diri
Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan harga diri.
d. Fungsi pertahanan diri ( ego defensif )
Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negative tentang diri kita
e. Fungsi memotivasi kesan ( impression motivation )
Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian
atau kesan yang positif tentang diri kita
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
A. Kelompok
1. Pengertian Kelompok
Menurut Hog dalam Sarwono (2015) Kelompok yaitu dua atau lebih orang
yang berbagai definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan
bersikap.
Menurut Johnson dalam Sarwono (2015) Kelompok yaitu dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara langsung, masing-masing peduli dengan
hubungannya dalam sebuah grup, masing-masing peduli dengan orang lain
yang menjadi anggota grup dan masing- masing peduli dengan ketergantungan
positif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama.
Menurut Myers (2004) Suatu kelompok muncul ketika dua atau lebih orang
berinteraksi selama lebih dari beberapa saat, saling mempengaruhi satu sama
lain melalui beberapa cara dan memikirkan diri mereka sebagai “kita”
Menurut Lickel dalam Baron (2014) Kelompok merupakan gabungan orang-
orang yang dipresepsikan membentuk suatu unit dengan derajat koherensi
tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut , maka kita dapat menarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan kelompok mempunyai hal-hal berikut :
a. Sekelompok orang (dua atau lebih)
b. Memersepsi dan dipersepsi sebagai satu kesatuan
c. Ada interaksi antaraanggota
d. Ada saling keretgantungan satu sama lain
e. Memiliki tujuan bersama
f. Anggota kelompok merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok
2. Manfaat kelompok bagi individu
Meski kelompok bisa membatasi independensi individu, namun individu
dimana pun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena kelompok
membrikan manfaat bagi individu. Kelompok memiliki tiga manfaat yaitu:
a. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan
dimiliki. Adanya kelompok membuat individu tidak merasa seharian,
ada orang lian yang membutuhkan dan menyayangi
b. Kelompok sebgai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam
kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai
anggota suatu kelompok, dan bertingah laku sesuai norma kelompok
c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita.
Adanya orang lain, dalam hal ini kelompok bisa memberi kita informasi
tentang banyak hal termasuk tentang siapa diri kita,
3. Alasan individu bergabung dalam kelompok
Adanya berbagai kelompok disekitar individu membuat individu bisa
tergabung dalam lebih dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Hog dalam
Sarwono (2015) mengemukakan beberapa alasan individu menjadi anggota
suatu kelompok:
a. Proksimitas. Individu cenderung bergabung dengan individu lainnya
yang berdekatan
b. Kesamaan minat, sikap atau keyakinan. Individu-individu yang punya
minat atau keyakinan yang sama cenderung berkelompok
c. Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu
d. Dukungan timbal balik yang positif dan kenikmatan berafiliasi
e. Dukungan emosional
f. Identitas social.
4. Komponen utama kelompok
Kelompok memiliki struktur. Struktur kelompok dapat mempengaruhi
tingkah laku individu yang menjadi anggota atau individu lainnya di luar
kelompok.
a. Definisi Peran
b. Konflik Peran
c. Definisi Statu
DAFTAR PUSTAKA
A. Prasangka
1. Pengertian Prasangka
Menurut Baron (2004) menyatakan bahwa prasangka adalah sebuah sikap
(biasanya negative) terhadap anggota kelompok social tertentu semata-mata
berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Hal ini sifatnya dapat
dipicu secara otomatis dan dapat pula secara implisit maupun eksplisit.
Prasangka seperti hal nya sika yang lain, mempengaruhi cara kita memproses
informasi social, keyakinan kita terhadap orang lain yang menjadi anggota
berbagai kelompok (Baron, 2004)
Menurut Sarwono (2015), Prasangka adalah sebuah sikap (biasanya negative)
yang di tujukan bagi anggota-anggota beberapa kelompok ,yang didasarkan pada
keanggotaan kelompok lain.
Prasangka merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia
tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang
berprasangka itu (Gerugan, 2004)
Terjadinya prasangka social semacam ini juga di sebut pertumbuhan prasangka
social yang tidak sadar dan yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan
pengertian akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya. (Gerugan, 2004)
d. Streotip
Streotip adalah komponen kunci dari prasangka. Streotip adalah kerangka
kognitif yang berisi pengetahuan dan belief tentang kelompok social tertentu
dan dilihat sebagai tipikal yang dimiliki oleh anggota kelompok tertentu
DAFTAR PUSTAKA
A. Konformitas
1. Pengertian
mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang
lain. Kebanyakan remaja dianggap bebas memilih sendiri baju dan juga
gambarnya. Akan tetapi, orang sering lebih suka mengenakan baju seperti orang
lain dalam kelompok social mereka dan karenanya mengikuti tren baru.
berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mentaati norma
ketaatan.
penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mentaati norma dan nilai-nilai
masyarakat. Sementara itu, perilaku yang menyimpang atau tidak sesuai dengan
berinteraksi sehari-hari.
Menurut kajian sosial, penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada
sosial.
2. Sumber penyimpangan
a. Edward H. Sutberland
b. Edein M. Lemert
kepadanya. Proses labelling ini bisa membuat seseorang yang tadinya tidak
c. Robert K. Merton
Pada cara ini, perilaku seseorang mengikuti cara dan tujuan yang telah
ditetapkan di masyarakat.
Pada cara ini perilaku seseorang mengikuti tujuan yang telah ditetapkan
budaya, tetapi tetap berpegangan pada cara yang telah ditetapkan oleh
masyarakat.
Bentuk adaptasi ini, perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan dan cara
yang dikehendaki.
Pada bentuk ini orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan
DAFTAR PUSTAKA
A. Prososial
1. Pengertian
dalam bentuk materi, fisik, maupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan
Menurut Desmita (2007) perilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang
mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi, selain itu
tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial sangat
beragam di mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling luar biasa
a. Self-gain
dikucilkan.
c. Empathy
prososial. Menurut Piliavin (dikutip oleh Dayakisni & Hudaniyah, 2006) ada tiga
Penelitian yang dilakukan oleh Darley dan Latane kemudian Latane dan
Hudaniyah, 2006)
tetapi bila pengorbanan (misal, uang tenaga, waktu, resiko luka fisik)
Sebaliknya menurut Baron & Byrne (1994) (dikutip oleh Dayakisni &
Hudaniyah, 2006) kalau pengorbanan rendah dengan pengukuhan kuat,
Orang yang mengalami suasana hati senang akan lebih suka menolong.
Sedangkan dalam suasana hati yang sedih, orang akan kurang suka
4) Kejelasan stimulus
Makin jelas dan dekat hubungan antara calon penolong dengan diri
calon penerima bantuan akan memberi dorongan cukup besar pada diri
calon penolong untuk lebih cepat dan terlibat secara langsung dalam
tindakan pertolongan.
Salah satu alasan mengapa ada orang-orang tertentu yang mudah tergerak
hatinya untuk bertindak prososial barangkali dapat dijelaskan antaralain faktor
kepribadian
dan berbahaya. Berakting secara heroik dan menghadapi kejadian yang berisiko
dam bahaya memang merupakan bagian peran dari pria. Sehingga kemungkinan
pria mempersepsi biaya (cost) menghadapi bahaya itu lebih kecil daripada wanita
karena pria secara fisik lebih kuat dan lebih mungkin memiliki kemampuan-
jawab yang dimiliki individu. Subyek yang mendapat skor tinggi pada
kemampuan dan tanggung jawab memiliki skor tinggi untuk melakukan tindakan
prososial, disusul berikutnya subyek yang memiliki skor kemampuan tinggi tetapi
tanggung jawab rendah, sedang peringkat terakhir adalah subyek yang memiliki
a. Empathy-Altruism Hypothesis
penerima bantuan.
tidak ada cara lain untuk menghilangkan perasaan tersebut, kecuali dengan
menolong korban.
seseorang menolong.
DAFTAR PUSTAKA
A. Agresi
1. Pengertian Agresi
Menurut Taylor (2009) agresi adalah setiap tindakan yang menyakiti dan
melukai orang lain. Tapi definisi ini mengabaikan niat orang yang melakukan
tindakan baik. Perilaku agresi juga adalah problem utama umat manusia.
Kejahatan individual dan kekerasan skala besar sama-sama membahayakan orang
dan tatanan masyarakat pada umumnya.
Menurut sarwono (2015), agresi meruoakan tindakan melukai yang disengaja
oleh seseorang/ institusi terhadap orang/institusi lainnya yang sejatinya di sengaja.
Menurut Behrman (1996) Agresi merupakan perilaku tambahan, dan mungkin
paling serius yang termasuk dalam kelompok gangguan ini. Beberapa teori telah
mencoba untuk menjelaskan agresi manusia. Teori dorongan menyatakan bahwa
respon agresi secara biologis terprogram dalam spesies manusia.
2. Penyebab agresi pada manusia
a. Sosial
Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai tujuan kerap
menjadi penyebab agresi. Dalam keadaan seperti itu, besar kemungkinan ia
akan menjadi frustasi dan mengambil tindakan-tindakan yang bernuansa
agresi, seperti penyerangan terhadap orang lain.kondisi ini menjadi mungkin
dengan pemikiran bahwa agresi yang di lakukan caleg tadi dapat mengurangi
emosi marah yang ia alami.
b. Personal
Pola tingkah laku berdasarkan kepribadian. Orang dengan pola tingkah
laku tipe A cenderung agresif daripada orang dengan tipe B. tipe A identic
dengan karakter terburu-buru dan kompetitif. Tingkah laku yang di tunjukan
oleh orang tipe B adalah sabar, kooperatif, nonkompetensi, dan nonagresif.
Orang tipe A, cenderung lebih melakukan hostile aggression. Sedangkan
orang dengan tipe b cenderung lebih melakukan instrumental aggression.
c. Kebudayaan
Ketika kita menyadari bahwa lingkungan juga berperan terhadap tingkah
laku, maka tidak heran jika muncul ide bahwa salah satu penyebab agresi
adalah factor kebudayaan. Beberapa ahli berbagai bidang ilmu seperti
antropologi dan psikologi seperti Segall, Dasen, Berry dan Poortinga.
d. Situasional
Orang berkata, cuaca yang cerah juga membuat hati cerah. Tampaknya ide
itu tidak berlebihan. Setidakn yah al ini di percaya oleh paramusaji di AS saat
musim semi. Penelitian berkaitan dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan
bahwa ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-
bentuk agresi lainnya.
e. Sumber daya
Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Salah satu pendukung
utama kehidupan manusia adalah daya dukung alam. Daya dukung alam
terhadap kebutuhan manusia tak selamanya mencukupi. Oleh karena itu, di
butuhkan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
f. Media massa
Tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh pemirsanya. Khusus
untuk media massa televisi yang merupakan media tontonan dan secara alami
mempunyai kesempatan lebih bagi pemirsanya untk mengamati apa yang
disampaikan secara jelas. Oleh karena itu, kemudian di lakukan penelitian
tentang hubungan kekerasan dan televisi.
3. Mengatasi Agresi
a. Pengamatan tingkah laku yang baik
Keterpaparan seseorang dari agresivitas melalui televisi telah dibaha diatas.
Pemilihan tontonan untuk anak dan bimbingan orang tua. Pada praktiknya,
dalam menonton sebuah acara, kiranya perlu dilihat peruntukan acara tersebut
yang berupa tanda seperti BO yang berarti bimbingan rang tua
b. Hukuman
Sejarah manusia mencatat lebih banyak mencatat hukuman sebagai cara
penanganan atas agresivitas. Hal ini bisa dilihat mulai dari agresivitas yang
dilakukan individu hingga yang dilakukan oleh institusi atau bahkan Negara.
c. Katarsis
Upaya untuk menurun kan rasa marah dan kebenciannya dengan cara yang
lebih aman, sehingga mengurangi bentuk agresivitas yang sekitarnya akan
muncul. Umumnya, katarsis berupa kegiatan fisk yang menguras tenaga.
Ketika fisik lelah, diperkirakan tingkah laku agresif akan turun.
d. Kognitif
Ketika kognisi orang yang dizalimi tadi diisi dengan informasi bahwa
perlunya memaafkan orang yang menzalimi. Memaafkan, tentunya dengan
rasa tulus dan ikhlas bahawa dirinya tidak merugi. Hal ini bisa mengurangi
agresivitas, setidaknya yang tampak.
DAFTAR PUSTAKA