Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Psikologi Sosial
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
Dosen Pengampu Nawang Setyaningrum, S.S.T.KEB., M.PSi

Disusun oleh :
Dina Zuliana 43020200041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH IAIN SALATIGA
TAHUN AJARAN 2021/2022
PEMBAHASAN

A. Individu dan Kelompok


Individu adalah bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Kata individu berasal dari Bahasa Yunani,
Individum yang artinya tidak terbagi, dimana dalam ilmu sosiologi individu diartikan
sebagai sebuah organisasi (seseorang) yang bebas atau tidak terikat dengan organisasi
yang lain baik dalam hal tindakan, pikiran, maupun tingkah laku.

1. Peranan Individu Dalam Masyarakat


Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam diri setiap individu terdapat
keinginan sekaligus kebutuhan untuk menjalankan kehidupan bersama individu yang
lain dan menciptakan suatu hubungan sosial. Setiap individu dalam masyarakat
mempunyai peran (role) dan kedudukan (status) yang berbeda. Peran adalah pola
perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai posisi (status) tertentu.
Sedngkan kedudukan (status) adalah posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat
setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu
mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu dapat berstatus dan
berperan di beberapa kelompok sesuai dengan kepentingan itu. Setiap individu harus
berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima dan
diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan sendiri, maka
sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota yang melanggar pun
berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan
kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.
2. Susunan Pranata-pranata Sosial Budaya Yang Ada Di Masyarakat
a. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan, kekerabatan,
yaitu yang sering disebut kinship atau domestic institution.
b. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata
pencarian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil
produksi dan harta adalah ekonomi institution.
c. Pranata – pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan
pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang beguna adalah
Educational institution.
d. Pranata – pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia,
menyelami alam semesta sekelilingnya, adala Scientific Intitutions.
e. Pranata – pranata yang memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa
keindahannya dan untuk rekreasi adalah Aesthetic and recreational
institutions.
f. Pranata – pranata ynag berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
berhubungan dengan dan bebrbakti kepada Tuhan ataua dengan alam gaib,
adalah Religious Institutions.
3. Proses Terjadinya Hubungan Individu dan Kelompok
a. Asosiatif
 Kerja Sama (Cooperation)Kerja sama, artinya usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
 Akomodasi Proses akomodasi adalah proses pemulihan hubungan baik
antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya mengalami suatu
sengketa.
 Asimilasi adalah proses kerja sama yang sangat harmonis dengan
membentuk suatu kesatuan yang homogen.
b. Disosiatif
 Persaingan (Kompetisi) Persaingan adalah suatu proses sosial yang
terjadi karena individu atau kelompok saling bersaing mencari
keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi
pusat perhatian publik dengan cara mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
 Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang ditandai
dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau perasaan
tidak suka yang disembunyikan.
 Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.
4. Manfaat Kelompok Bagi Individu
a. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki.
Adanyakelompok membuat individu tidak merasa sendirian, ada orang lain yang
membutuhkan dan menyayangi.
b. Keompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok
bisa mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu
kelompok, dan bertingkah laku sesuai norma kelompok itu.
c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita. Adanya
orang lain, dalam hal ini kelompok bisa memberi kita informasi tentang banyak
hal, termasuk tentang siapa diri kita.

B. Kepemimpinan Kelompok
Kepemimpinan adalah sebuah seni atau proses memengaruhi orang lain
sedemikian rupa, sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan untuk bekerja
dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti
bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada kepemimpinan hanya dapat
dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan memengaruhi pendapat orang
atau sekelompok orang tanpa bertanya alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah
seorang yang aktif membuat rencana,mengkoordinasi, melakukan percobaan dan
memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
1. Teori para ahli tentang pemimpin
Menurut sejarah,masa kepemimpinan muncul pada abad 18.ada beberapa
pengertian kepemimpinan menurut para ahli,yaitu :
a. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu (Tannebaum,Weschler,and Nassarik,1961,24)
b. Kepemimpinan adalah sikap pribadi yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang di inginkan (Shared Goal,Hemhiel&Coons
1957,7)
c. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi aktivitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama ( Rauch & Behling 1984,46)
d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan)pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques 1990,281)
2. Tugas-Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas)
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
5. Manajer adalah seorang mediator
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
3. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Coney) sebagai berikut :
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. pengalaman
yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsiP pemimpin dengan
prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain.
4. Srategi Kepemimpinan yang Efektif
Strategi kepemimpinan merupakan suatu proses rencana yang ditetapkan oleh
seorang pemimpin dengan cara mempengaruhi para bawahan yang berfokus pada tujuan
jangka panjang suatu organisasi. Dengan adanya strategi, maka suatu organisasi akan
memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat dalam wilayah kerjanya.
Strategi kepemimpinan yang efektif diantaranya adalah:
1. Menetapkan tujuan dan ekspektasi yang jelas
2. Membangun hubungan yang kuat dengan tim.
3. Mengenali seluruh anggota tim Anda secara profesional dan personal.
4. Memberikan pengakuan atas performa tim.
5. Belajar dari mentor.

C. Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi
dengan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (Decision
Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas
kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya
terdapat satu alternatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil. Menurut
J.Reason, Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia.
1. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan
a. Intuisi, Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih
bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor
kejiwaan lain.
b. Pengalaman, Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan
pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan
pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis
c. Fakta, Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit
d. Wewenang, Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadang kala oleh pembuat keputusan
sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi
kabur atau kurang jelas.
e. Rasional, Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah– masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif.
2. Proses Pengambilan Keputusan
a. Identifikasi masalah. Dalam hal ini diharapkan mampu
mengidentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu keadaan.
b. Pengumpulan dan penganalisis data. Pengambil keputusan diharapkan
dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada.
c. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan. Setelah masalah dirinci dengan
tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.
d. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan
masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau
rekomendasi.
e. Pelaksanaan keputusan
f. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur
dampak dari keputusan yang telah dibuat.
3. Jenis Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan terprogram
Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang
bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan
jenis ini.
b. Pengambilan keputusan tidak terprogram
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah – masalah yang tidak
jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-proses
pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat
didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit
parameter – parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui
bersifat probabilistik.
4. Perubahan Dalam Pengambilan Keputusan
a. Incremental Changes, merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat
diperkirakan atau ditaksir berapa prosentase perubahan yang akan terjadi ke
depannya, tentu berdasarkan data-data yang terjadi di masa lalu.
b. Turbulance Changes, Merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi
perubahan yang sulit diperkitakan.
5. Faktor Yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan
a. Faktor Lingkungan
 Lingkungan sosial, Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat
memiliki strata sosial yang berbeda-beda. Stratifikasi lebih sering
ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
dan sebagainya.
 Lingkungan keluarga, Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua
atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, adopsi
serta tinggal bersama. Lingkungan keluarga sangat berperan penting pada
bagaimana keputusan untuk melakukan perilaku negatif /positif.
b. Faktor Individu
 Status Sosial, Kartono status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki
seseorang dalam hubungannya dengan atau untuk membedakannya dari
anggota-anggota lainnya dari suatu kelompok sosial. Status sosial dapat
dijadikan alasan seseorang melakukan perilaku negatif.
 Kebiasaan, Kebiasaan adalah respon yang sama cenderung berulang-ulang
untuk stimulus yang sama.
 Simbol pergaulan, Simbol pergaulan adalah segala sesuatu yang memiliki
arti penting dalam lingkungan pergaulan sosial. Lingkungan pergaulan
yang terdiri dari mahasiswa yang senang gonta-ganti pasangan dan
melakukan perilaku beresiko menunjukkan simbol dan ciri pada kelompok
tersebut
 Tuntutan, Adanya pengaruh dominan dalam keluarganya, baik itu
lingkungan keluarga, pergaulan maupun lingkungan sosialnya, maka
dengan kesadaran diri ataupun dengan terpaksa seseorang akan melakukan
perilaku berisiko
c. Faktor Psikologi
 Persepsi, Menurut Walgito, persepsi merupakan yang didahului oleh
proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indra
 Sikap, Menurut Notoatmojo, sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
 Motif, adalah kekuatan yang terdapat pada diri organism yang mendorong
untuk berbuat.
 Kognitif, Menurut Rakhmat, kognisi adalah kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dimiliki seseorang
 Pengetahuan, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
6. Tujuan Pengambilan Keputusan
 Pertama, tujuan yang bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan yang
bersifat tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu
masalah artinya sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan
masalah lain.
 Kedua, tujuan yang bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan
yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu
menyangkut lebih dari satu masalah. Artinya bahwa satu keputusan yang
diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat
kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.
7. Fungsi Pengambilan Keputusan
 Pangkal dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun
secara organisasional.
 Sesuatu yang bersifat futuristik atau menyangkut keadaan masa yang
akan datang, yang efeknya berlangsung cukup lama.

D. Stereotip, Prasangka, dan Diskriminasi


Stereotip yaitu Belief tentang karakteristik dari anggota kelompok tertentu, bisa
positif atau bisa juga negatif. Prasangka merupakan Sebuah sikap (biasanya bersifat
negatif) yg ditujukan bagi anggota-anggota beberapa kelompok, yg didasarkan pada
keanggotaannya dalam kelompok. Diskriminasi adalah Perilaku negatif terhadap orang
lain yg menjadi target prasangka. Merasa tidak nyaman jika duduk di samping target
prasangka menunjukkan bawah seseorang memiliki prasangka. Namun, memutuskan
untuk pindah tempat duduk untuk menjauhi target prasangka adalah sebuah diskriminasi.
1. Penyebab Terjadinya Prasangka
a. Konflik langsung antar kelompok
b. Teori belajar sosial
c. Kategorisasi sosial
d. Stereotip
2. Target Prasangka dan Diskriminasi
a. Seksisme, Nampaknya prasangka dan diskriminasi yg paling banyak terjadi
adalah dalam pembedaan antara pria-wanita.
b. Rasisme, Diskriminasi terhadap rasa dan etnis tampaknya merupakan diskriminasi
yg paling banyak menimbulkan perbuatan brutal di muka bumi ini. Banyak
penelitian psikologi sosial berfokus pada sikap terhadap anti-kulit hitam di
Amerika Serikat.
c. Ageism, Dalam sebuah komunitas, lansia biasanya diperlakukan dengan penuh
hormat. Masyarakat melihat bahwa kaum tua ini berpengalaman, bijak, dan
memiliki intuisi tajam yg biasanya tidak dimiliki oleh kaum yg lebih muda.
Namun di masyarakat lain, kaum tua diperlakukan sebagai pihak yg kurang
berharga dan kurang memiliki kekuasaan. Masyarakat ini bahkan mengabaikan
hak dasar manusia dari para lansia. Masyarakat yg seperti ini biasanya sangat
menghargai kaum mudanya dan memiliki stereotip yg relative negative bagi kaum
tuanya.
3. Bentuk Diskriminasi
a. Menolak tolong menolong, Menolak untuk menolong orang lain yg berasal dari
kelompok tertentu sering kali dimaksudkan untuk membuat kelompok lain
tersebut tetap berada dalam posisinya yang kurang beruntung.
b. Tokenisme, minimnya perilaku positif kepada pihak minoritas. Perilaku ini nanti
digunakan sebagai pembelaan dan justifikasi bahwa ia sudah melakukan hal baik
yg tidak melanggar diskriminasi.
c. Reverse discrimination, Bentuk token yg lebih ekstrem adalah reverse
discrimination, yaitu praktik melakukan disriminasi yg menguntungkan pihak yg
biasanya menjadi target prasangka dan diskriminasi dengam maksud agar
mendapatkan justifikasi dan terbebas dari tuduhan telah melakukan prasangka dan
diskriminasi.
4. Mengendalikan tingkat prasangka dan diskriminasi
a. Belajar untuk tidak membenci, Ada pandangan yang mengatakan bahwa
prasangka dibawa seseorang sejak lahir. Sedangkan pandangan lain menegaskan
bahwa sikap negative tersebut diciptakan, bukan dibawa dari lahir.
b. Direct intergroup contact, Pettigrew dalam Baron, Byrney 2003 menyatakan
bahwa prasangka yang terjadi antar kelompok dapat dikurangi dengan cara
meningkatkan intensitas kontak antara kelompok yang berprasangka tsb.
c. Rekategorisasi, Rekategorisasi adalah melakukan perubahan batas antara ingroup
dan outgroupnya. Sebagai akibatnya bisa saja seseorang yg sebelumnya
dipandang outgroup tetapi kemudian menjadi ingroup.
d. Intervensi kognitif, Dampak dari steriotip dapat dikurangi dengan memotivasi individu
untuk tidak berprasangka.
e. Social influence, Kenyataan bahwa sikap terhadap kelompok ras atau kelompok
etnis tertentu bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosial, maka pengubahan sikap
tersebut juga bisa dengan memanfaatkan pengaruh sosial yg ada.
f. Coping terhadap prasangka, Pengembangan kapasitas target prasangka agar bisa
mempunyai sikap aktif dalam merespon perilaku diskriminasi yg diterimanya.

E. Agresi
Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/intitusi
terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja (Berkowitz, 1993, 2001 dalam
Feldman, 2008). Pemicu yang umum dari agresi adalah ketika seseorang mengalami satu
kondisi emosi tertentu yaitu (marah). Perasaan marah berlanjut pada keinginan untuk
melampiaskannya dalam satu bentuk tertentu pada objek tertentu.
1. Perspektif Biologis
Penelitian perihal agresivitas telah diperhatikan oleh kelompok zoologis (Iluwan
yg mempelajari tingkah laku hewan). Salah satu penelitianya yaitu para sipanse jantan
dalam satu kelompok tidaklah ramah terhadap simpanse jantan yg bukan
kelompoknya. Bahkan mereka melakukan peperangan geriliya trhdp kelompok
sinpanse lainya.
a. Hormon, Peran hormon endrogen dan testoteron. Secara kebetulan kedua hormone ini
terdapat pada pria. Penelitian oleh Booth 1993 menunjukkan adanya hubungan
testosteron dan tingkah laku menyimpang pada remaja di America Serikat.
b. Otak, Bagian otak yg disebut “hipotalamus” terkait dengan tingkah laku agresi.
Hipotalus adalah bagian kecil dari otak, berfungsi untuk menjaga homeostatis
serta membentuk dan mengatur tingkah laku vital, seperti makan, minum, dan
hasrat seksual. Sebuah penelitian yg dilakukan oleh Albert, 1993 menemukan
bahwa tumor yg tumbuh dibagian hipotalamus memicu munculnya tingkah laku
agresi.
2. Perspektif psikodinamika
Freud sebagai salah satu tokoh psikoanalisis melihat bahwa sejatinya manusia
mempunyai 2 insting dasar, yaitu insting hidup dan insting mati.
3. Perspektif pembelajaran : dari pembelajaran klasik sampai pembelajaran kognitif
Teori belajar social Albert Bandura juga menjelaskan bagaiamana agresivitas
sebagai tingkah laku social yg dipelajari. Salah satu dasar pemahamannya bahwa
tingkah laku agresi merupakan salah satu bentuk yg rumit. Oleh karena itu
dibutuhkan pembelajaran, artinya bahwa agresivitas tidaklah alami.
4. Penyebab agresi pada manusia
a. Sosial, Faktor penyebabnya :
a. Frustasi
b. provokasi verbal/ fisik
c. alcohol
b. Personal, Orang dengan tipa A cenderung lbh agresif dibanding tipe B Tipe A
karakter terburu-buru & kompotitif. Tipe B karakter sabar & kooperatif.
Narsisme. Jenis kalamin, Penelitian pada anak laki-laki & perempuan
menunjukkan: anak laki-laki lebih menunjukkan akspresi dominan, merespon
secara agresif, anak laki-laki lbh menampilkan agresivitas fisik dan verbal.
c. Kebudayaan, Lingkungan geografis, seperti pantai/pesisir, menunjukkan karakter
lebih keras daripada masyarakat yg hidup dipedalaman. Nilai norma yang
mendasari sikap dan tingkah laku masyarakat jg berpengaruh trhdp agresivitas
kelompok.
d. Situasional, Cuaca cerah juga membuat hati cerah. Penelitian terkait dengan
cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa ketidaknyamanan akibat panas
menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk agresi lainya.
e. Sumber Daya, Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Salah satu
pendukung utama kehidupan manusia adalah daya dukung alam.
f. Media Massa, Kasus Ryan (pelaku pembunuhan dan pelaku mutilasi) menjadi
inspirasi dari sebuah pembunuhan yg diikuti pemutilasi lainya yaitu Sri Rumiyati.
5. Mengatasi Agresi
a. Pengamatan Tingkah Laku Baik
Kita bisa lebih banyak menampilkan teladan-teladan yg baik. Hal ini dapat
diterapkan dengan cara membuat acara-acara di televisi yg memberikan gambaran
non agresi. Dan tontonan yg baik pada anak.
b. Hukuman
Tercarat bahwa hukuman sebagai cara penanganan yg paling banyak digunakan
dalam sejarah. Pada individu pelaku pemerkosaan dan pembunuhan akan
dihukum penjara/hukuman mati.
c. Katarsis
Adalah upaya menurunkan rasa marah & kebencian dengan cara yg lbh aman,
sehingga akan mengurangi agresivitas yg akan muncul.
d. Kognitif
Bisa dibayangkan ketika seseorang berbuat kesalahan pd org lain, maka tak ayal
lg orang yg dizalimi akan marah. Namun, bagaimana jika ternyata org yg dizalimi
itu memaafkan. Hal ini menjadi mungkin ketika kognisi org dizalimi td berisi
informasi bahwa perlunya memaafkan kesalahan org yg menzalimi. Memaafkan
tentunya dengan rasa tulus & iklas bahwa dirinya tdk merugi. Hal ini bisa
mengurangi agresivitas, setidaknya agresivitas yg tampak.

Anda mungkin juga menyukai