Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion
(FGD) saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan
data dalam penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas
karena kelebihannya dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti
untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta
pengalaman yang dimiliki oleh responden/pesertanya.
Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD
merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik
wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu
masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi
antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator.
Henning dan Columbia (1990) menjelaskan bahwa diskusi kelompok terarah
adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin seorang
narasumber atau moderator yang mendorong peserta untuk berbicara terbuka dan
spontan tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan topik saat itu.
FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang
dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu.
Irwanto (2006) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan
informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok.
Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebuah upaya yang
sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focus
Group Discussion, maka terdapat 3 kata kunci, yaitu:
a. Diskusi – bukan wawancara atau obrolan
b. Kelompok – bukan individual
c. Terfokus – bukan bebas

Page | 1
Dengan demikian, FGD berarti suatu proses pengumpulan data dan informasi
yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok.

B. Tujuan FGD
Tujuan utama metode FGD ini adalah untuk memperoleh interaksi data yang
dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan/responden dalam hal
meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai aspek suatu fenomena
kehidupan, sehingga fenomena tersebut dapat didefinisikan dan diberi penjelasan.
Data dari hasil interaksi dalam diskusi kelompok tersebut dapat memfokuskan atau
memberi penekanan pada kesamaan dan perbedaan pengalaman dan memberikan
informasi/data yang padat tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari hasil
diskusi kelompok tersebut.
Menurut Kresno S. dkk., (1999) tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi
masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini
digunakan dengan tujuan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti
terhadap masalah yang diteliti. FGD digunakan untuk menarik kesimpulan
terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti
karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti.

C. Manfaat FGD
Manfaat dari FGD diantaranya yaitu:
(a) Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan pandangan yang
lebih luas.
(b) Komentar yang didapat secara acak dari peserta dapat memacu reaksi berantai
respons yang beragam dan sangat mungkin menghasilkan ide-ide baru.
(c) Pengalaman diskusi kelompok sebagai sesuatu yang menyenangkan dan lebih
mendorong orang berpartisipasi mengeluarkan pendapat.

Page | 2
(d) Individu biasanya merasa lebih aman, bebas dan leluasa mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dibandingkan kalau secara perseorangan yang
mungkin ia akan merasa khawatir.
(e) Individu dalam kelompok lebih dapat diharapkan menyampaikan pendapat atau
sikap secara spontan dalam merenspons pertanyaan, hal yang belum tentu
mudah terjadi dalam wawancara perseorangan.

Page | 3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan (Leadership)


Menurut Mumfrrord (1906) kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau
beberapa individu dalam kelompok, dalam mengontrol gejala gelaja sosial.
Seseorang yang mempunyai keunggulan dalam mengontrol gejala sosial ialah
pemimpin. Hal ini didukung dengan pendapat Knickerbocker (1948)
kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu dan
terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Armstrong (2003) menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi
inspirasi kepada semua individu agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil
yang diharapkan. Hal ini didukung oleh pendapat Sudarmanto (2009)
kepemimpinan adalah cara mengajak individu agar bertindak benar, mencapai
komitmen dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga
kepemimpinan juga diartikan sebagai tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok (Hemphil, 1949).
Menurut Anoraga (2003) kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-
orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak-kehendak pemimpin itu. Hal ini didukung oleh pendapat
Sunyoto. Sunyoto (2012) berpendapat kepemimpinan adalah setiap upaya
seseorang yang mencoba untuk memengaruhi tingkah laku seseorang atau
kelompok, upaya untuk memengaruhi tingkah laku ini bertujuan untuk perorangan,
tujuan teman, atau bersama-sama dengan tujuan organisasi yang mungkin sama
atau berbeda.
Pengertian kepemimpinan telah diuraikan berdasarkan pendapat para ahli.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan

Page | 4
bahwa kepemimpinan adalah keunggulan seseorang yang mampu mempengaruhi
orang lain untuk bertindak sesuai apa yang diharapkan kelompok. Kepemimpinan
juga kemampuan. Oleh karna itu kepemimpinan dibutuhkan di dalam suatu
kelompok agar kelompok tersebut dapat mencapai tujuan.

B. Aspek-Aspek Kepemimpinan
Duignan (2003) mengidentifikasi lima dimensi kepemimpinan, antara lain:
1. Kemampuan pendidikan (educational capabilities)
Kemampuan pendidikan mencakup pengetahuan profesional dan
pemahaman mengenai proses pengajaran dan pembelajaran yang menginspirasi
komitmen dan pencapaian hasil yang berkualitas.
2. Kemampuan Personal (personal capabilities)
Kemampuan personal merupakan kekuatan dan kualitas internal yang
mendasari etika dan profesional seorang pemimpin. Terdapat dua karakteristik
terkait dengan kemampuan personal. Pertama, individu memiliki integritas dan
komitmen yang ditunjukkan melalui perilaku etis, moralis dan professional.
Kedua, individu dapat menerima tanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukannya terhadap orang lain. Tanggung jawab tersebut ditunjukkan oleh
hal berikut: menginsiprasi terbentuknya iklim yang saling menghargai, saling
percaya dan saling mendukung, bersifat sabar, tekun dan teguh, berusaha untuk
tetap teratur walaupun dihadapkan pada situasi menantang dan rumit.
3. Kemampuan Relasional (relational capabilities)
Kemampuan relasional merupakan keterampilan interpersonal yang
diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kualitas hubungan dengan
beragam orang. Kepemimpinan relasional dapat diartikan kemampuan individu
dalam menghargai orang lain. Kepemimpinan rasional juga diartikan
mempunyai kemampuan dalam meyakinkan dan mempengaruhi orang lain
sehingga terbentuk kualitas hubungan yang saling ketergantungan satu sama
lain.

Page | 5
4. Kemampuan Intelektual (intellectual capabilities)
Kemampuan intelektual berkaitan dengan kemampuan berpikir, melakukan
penilaian rasional dan pengambilan keputusan secara bijak. Kemampuan ini
mendasari peran utama individu sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan dan
pencapaian misi. Kemampuan intelektual juga termasuk kemampuan individu
dalam mempertimbangkan asumsi dan inovasi untuk menciptakan proses yang
lebih baik untuk kelompoknya sehingga hal tersebut memudahkan kelompok
mencapai tujuan.
5. Kemampuan Keorganisasian (organizational capabilities)
Kemampuan organisasi berkaitan dengan daya dukung terhadap
peningkatan proses yang terjadi di kelompok atau organisasi melalui
manajemen sumber daya manusia, keuangan dan sumber daya lainnya secara
efektif.
Sedangkan menurut teori dari Kossen (1993), menyebutkan bahwa dimensi
kepemimpinan antara lain:
1. Kesanggupan untuk memecahkan persoalan secara kratif
2. Kesanggupan berkomunikasi dan mendengarkan secara efektif
3. Adanya hasrat yang kuat untuk mencari sesuatu
4. Memiliki banyak kepentingan dengan pihak pihak lain dan sosiabilitas
5. Memiliki sikap positif dan tulus terhadap teman dan bawahan
6. Memiliki kepercayaan diri yang kuat
7. Memiliki kegairahan hidup
8. Memiliki disiplin diri yang kuat
9. Memiliki tata krama dalam pergaulan
10. Memiliki kemampuan emosional

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan


Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan
keinginan kelompok. Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang

Page | 6
dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa
yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu, kepemimpinan
akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau
tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpin yang professional, dimana individu memahami akan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai
seorang pemimpin.
Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Menurut
Hadari (2003) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah:
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (Leader)
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan
mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di
dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Menurut De Bono (dalam
Munandar, 2001) terbagi 2 faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor dari dalam
ialah:
1. A little madness: orang yang tahu dengan pasti dan jelas apa yang ia inginkan
dan memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mencapai tujuan.
2. Very talented: orang yang mempunyai bakat yang sangat menonjol di bidang
tertentu.

Page | 7
Sedangkan faktor dari eksternal, ialah:
1. Rapid growth field: orang yang bekerja dibidang berkembang sangat cepat
mempunyai peluang lebih banyak untuk berhasil, daripada orang yang bekerja
dibidang yang tidak dapat berkembang dengan cepat.
2. Luck: adalah orang yang kebetulan berada di tempat pada saat yang tepat
untuk melakukan usahanya. Padahal ada orang lain yang selalu kesulitan
dalam memulai usahanya.

D. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Rivai (2005) secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan
memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan
pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya
sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikut sertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat
semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama

Page | 8
dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan
pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memerikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang mempunyai kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau
efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan terciptanya tujuan bersama
secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawas.

Page | 9
BAB III
METODE DAN PELAKSANAAN FGD

A. Metode
1. Metode Observasi
a. Pengertian
Menurut Widoyoko (2014) observasi merupakan “pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam
suatu gejala pada objek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2014)
“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”.
Riyanto (2010) menyebutkan bahwa observasi merupakan “observasi
merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan
secara langsung maupun tidak langsung: Berdasarkan penjelasan para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa observasi adalah penelitian dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan dari berbagai proses biologis dan
psikologis secara langsung maupun tidak langsung yang tampak dalam
suatu gejala pada objek penelitian.
b. Tujuan
Zechmeister (2007) menjelaskan tujuan observasi yaitu untuk
mengetahui tingkah laku secara mendalam dan mendeskripsikannya
secara individual. Kegiatan Observasi bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang kehidupan sosial yang sulit diketahui dengan metode-
metode lainnya. Observasi yang kita lakukan akan dengan tepat dapat
memberikan kejelasan tentang tentang sebuah permasalah dan kemudian
mencari solusi untuk masalah tersebut.
Observasi yang dilakukan bertujuan guna mendapatkan data-data
konkret di tempat penelitian. Tujuan observasi dalam pelaksanaan Focus
Group Discussion pemilihan kepala sekolah ini adalah untuk

Page | 10
mendapatkan gambaran tentang masing-masing calon Kepala Sekolah
yang mengikuti Focus Group Discussion.
c. Pedoman Observasi
Catatan yang berisi hal-hal yang harus diobservasi dinamakan
pedoman observasi. Cara metode observasi yaitu dengan mengamati
seluruh proses tindakan yang akan dinilai dari indikator-indikator
keterampilan proses sains yang telah ditentukan:
1. Mampu menciptakan lingkungan belajar yang hidup, nyaman dan
menyenangkan
2. Mampu mengkomunikasikan optimism dan kepercayaan diri terhadap
potensi
3. Memiliki kesadaran terhadap nilai dan keyakinan diri dan orang lain
4. Memiliki kematangan emosional
5. Memiliki kesadaran akan dampak prilaku personal terhadap orang lain
6. Memiliki pembawaan yang baik
7. Menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan suportif
8. Mampu menghargai orang lain dan berinteraksi secara menyeluruh
9. Memahami dan mempengaruhi strategi serta memahami perubahan
10. Memiliki kemampuan berbahasa yang tertata
11. Memiliki kecepatan dalam memberikan jawaban dalam penyelesaian
dan kemampuan memecahkan masalah
12. Mampu merencanakan, mengevaluasi dan mencapai kinerja
13. Mampu mengaitkan hasil, praktik dan pengembangan professional ke
dalam konteks kinerja secara menyeluruh
14. Mampu memanfaatkan bukti dan umpan balik yang beragam dan
luas.

Page | 11
2. Notulensi
a. Pengertian
Notulen sudah menjadi bagian penting di tengah-tengah
perlembagaan informasi baik dalam dunia pekerjaan maupun lingkup
organisasi. Solchan (2004) menyatakan bahwa notulen atau risalah ialah
catatan singkat tentang suatu pembicaraan, yang dicatat hanyalah yang
dirasa penting saja, tidak perlu terurai panjang lebar atas paragraf-paragraf.
Menurut KBBI (2016), notulen atau notula bermakna: Catatan
singkat atau laporan singkat mengenai jalannya persidangan atau diskusi,
serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Hal tersebut menyatakan bahwa
pada dasarnya kedudukan notulen diskusi itu sangat penting. Dalam sebuah
diskusi, sudah tentu hal-hal yang dibicarakan adalah suatu hal penting yang
perlu menjadi perhatian setiap anggota diskusi.
Adanya notulen diskusi yang ditulis oleh notulis, keberlangsungan
diskusi dan pokok-pokok diskusi yang penting dapat dengan mudah
terselesaikan oleh penulisan notulen. Notulen tidak hanya berada dalam
ruang lingkup organisasi siswa dan mahasiswa saja. Namun, dalam dunia
pekerja juga notulen sangat dibutuhkan.
b. Tujuan
Notulen diskusi tentunya memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kegiatan diskusi, karena di sinilah semua kegiatan diskusi dari awal hingga
berakhirnya diskusi dapat dibuktikan secara tertulis. Bukti tertulis dalam
notulen diskusi tersebut merupakan sebuah bukti otentik yang kuat dan
dapat dipertanggung jawabkan di masa yang akan datang.
Kosasih (2003), menyatakan bahwa penulisan laporan (baik diskusi
dalam kelas atau diskusi-diskusi lainnya) bertujuan untuk menyampaikan
hasil diskusi, baik kepada para peserta diskusi maupun pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil diskusi.

Page | 12
3. Dokumentasi
a. Pengertian
Menurut Hamidi (2004), metode dokumentasi adalah informasi yang
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar
oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013),
dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel
dari seseorang.
Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang
mengetahui tentang narasumber, misal LSM. Metode dokumentasi menurut
Arikunto (2006) yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa
dokumentasi adalah pengumpulan data guna mengumpulkan data dari
berbagai hal media cetak membahas mengenai narasumber yang akan
diteleti.
b. Tujuan
Adapun tujuan dokumentasi dalam pelaksanaan Focus Group
Discussion pada pemilihan calon kepala sekolah ini adalah untuk
mengumpulkan, mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan, dan
juga bukti pelaksanaan Focus Group Discussion.

B. Pelaksanaan Focus Group Discussion


1. Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan FGD yaitu pada ruang 7 Fakultas Psikologi UIN
SUSKA RIAU. Dan waktu pelaksanaan FGD dilaksanakan pada Kamis, 28
November 2019 pukul 14.10-14.40 WIB.

Page | 13
2. Peserta Focus Group Discussion
a. Arjuna Putra Darma Wangsya selaku Guru Sejarah
b. Harsa Afifatur Rahmi selaku Guru Pendidikan Agama Islam
c. Mardhatila selaku Guru Bahasa Indonesia
d. Tasya Fazilla Nirmala selaku Guru Biologi
e. Velya Aulia Putri selaku Guru Bahasa Inggris
3. Pelaksana Focus Group Discussion
a. Fasilitator: Khairunnisa Samirah
Bertugas memimpin diskusi dan juga sebagai fasilitator dalam
diskusi dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang
hendak dicapai serta mengontrol dan mengelola jalannya diskusi.
b. Notulen: Fathya Putri Kamilla
Bertugas untuk mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta
mencatat jalannya diskusi dan juga membuat kesimpulan dari observer dan
reaksi peserta.
c. Observer: Rezi Awalia Putri dan Aditya Pratama Putra
Bertugas mencatat dinamika kelompok, memperhatikan keterlibatan
setiap peserta, mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi peserta.
4. Prosedur Focus Group Discussion
1. Pembukaan:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelum kita mulai
diskusi ini mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat dan atas
izinnya kita bisa berkumpul di sini. Pada hari ini tanggal 28 November
2019 kita akan melaksanakan kegiatan diskusi yang akan mengulas studi
kasus tentang rekrutmen kepala sekolah yang pesertanya merupakan guru-
guru yang mempunyai kemampuan kompeten.
2. Perkenalan:
Sebelum menyampaikan materi saya akan memperkenalkan diri.
Nama saya Khairunnisa selaku moderator, di sebelah kiri/kanan saya

Page | 14
adalah Rezi dan Adit selaku observer, serta rekan saya Fatya selaku notulen
dalam diskusi ini. Kami harap rekan-rekan sekalian dapat berpartisipasi
dengan sungguh-sungguh agar kami dapat membantu dengan sebaik-
baiknya. Kini saya persilahkan kepada rekan-rekan untuk memperkenalkan
diri terlebih dahulu sebelum kita memulai kegiatan diskusi, waktu dan
tempat saya persilahkan.
(Adapun perkenalan serta aturan diskusi yang akan diberikan yaitu
selama kurang dari 10 menit) Diskusi ini nantinya akan berjalan selama
kurang lebih 30 menit. Diharapkan partipasi dari rekan-rekan sekalian
dalam menjawab permasalahan yang akan saya lemparkan.
3. Diskusi:
Baiklah saya akan mulai diskusi kita kali ini dengan sebuah kasus,
mohon didengarkan sebaik-baiknya sebab saya akan mengajukan
pertanyaan setelah saya selesai membacakan kasus ini. Bayu merupakan
siswa kelas 8 SMP Swasta International. Di sekolah tersebut, para siswa
melakukan solat zuhur berjamaah. Bayu tidak mengikuti solat. Ia
menganggu teman-temannya dan membuat keributan sehingga diminta
guru untuk keluar masjid. Keesokan harinya, guru tersebut di panggil
kepala sekolah karna mendapat laporan dari orang tua Bayu bahwa
anaknya dipukul pada saat solat zuhur (guru tersebut melakukan
kekerasan). Orang tua Bayu juga melaporkan kasus tersebut ke polsek dan
KPAI. Orangtuanya meminta agar guru tersebut dikeluarkan dari sekolah.
Pertanyaan yang akan diajukan yaitu:
 Buatlah analisa kasus di atas secara rinci!
 Mengapa hal ini dapat terjadi?
 Buatlah problem solving dari kasus di atas!
 Bagaimana pendapat Anda jika di dalam kasus ini terbukti anaklah
yang salah?

Page | 15
 Bagaimana pendapat Anda jika di kasus ini terbukti sang gurulah yang
bersalah?
4. Penutup:
Dengan berakhirnya sesi diskusi tadi maka berakhir pula lah FGD
kita. Saya ucapkan ribuan terimakasih atas partisipsi rekan-rekan sekalian.
Baiklah, sebelum kita mengakhiri acara diskusi ini marilah kita ucapkan
hamdalah. Saya akhiri dengan wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

Page | 16
BAB IV
HASIL PELAKSAAN FGD

A. Hasil Observasi
Dari observasi yang telah dilakukan kepada masing-masing kandidat kepala
sekolah mengenai kemampuan kepemimpinannya, maka didapatkan hasil
berdasarkan teori Duignan (2003) mengenai aspek-aspek kepemimpinan, yaitu:
1. Kemampuan Pendidikan
Yaitu kemampuan pendidikan mencakup pengetahuan profesional dan
pemahaman mengenai proses pengajaran dan pembelajaran yang
menginspirasi komitmen dan pencapaian hasil belajar yang berkualitas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa: Arjuna
memberikan argument berdasarkan pengalaman pribadi. Velya tetap
mempertahankan pendapatnya tentang hak-hak anak. Tasya tidak memberikan
pembelaan kepada guru atau murid. Harsa dan Mardha menempatkan diri
sebagai guru dan tidak menyalahkan murid.
2. Kemampuan Personal (personal capabilities)
Kemampuan personal merupakan kekuatan dan kualitas Internal yang
mendasari tindakan etis dan profesional seorang pemimpin.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa Arjuna
menyela pembicaraan, berbicara dengan nada tinggi, Velya memukul meja
ketika menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan Arjuna. Tasya dan
Mardha tidak memberikan pendapat sebelum fasilitator menanyakan
pendapatnya. Harsa senang mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk
menjawab pertanyaan fasilitator, tenang saat menjawab.
3. Kemampuan Relasional (relational capabilities)
Kemampuan relasional merupakan keterampilan interpersonal yang
diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kualitas hubungan dengan
beragam orang.

Page | 17
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa Arjuna dan
Velya beberapa kali berdebat karena perbedaan pendapat. Harsa menengahi
debat antara Arjuna dan Velya, serta sering tersenyum. Tasya tidak memiliki
interaksi dengan peserta diskusi yang lain. Mardhatilla jarang tersenyum.
4. Kemampuan Intelektual (intellectual capabilities)
Kemampuan intelektual berkaitan dengan kemampuan berpikir,
melakukan penilaian rasional dan pengambilan keputusan secara bijak.
Arjuna menggunakan bahasa yang tidak tertata baik, memotong
pembicaraan. Tasya banyak bergumam dan lama mengemukakan pendapatnya.
Velya meninggikan suara. Mardha menggunakan bahasa yang baik. Dan Harsa
menggunakan bahasa yang baik dan memiliki kecepatan dalam memberikan
jawaban secara tepat.
5. Kemampuan Keorganisasian (organizational capabilities)
Kemampuan organisasi berkaitan dengan daya dukung terhadap
peningkatan proses yang terjadi di sekolah melalui manajemen sumber daya
manusia, keuangan dan sumber daya lainnya secara efektif.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa Arjuna dan
Velya teguh akan pendapat yang masing-masing mereka utarakan namun sulit
memberikan pemecahan masalah. Tasya hanya menyetujui pendapat yang
dikemukakan orang lain. Mardha dan Harsa memberikan penyelesaian masalah
dan mengumpulkan pendapat-pendapat dari hasil diskusi.

Dari hasil observasi yang telah dijabarkan dapat diinterpretasikan bahwa:


1. Arjuna: Subjek termasuk individu yang konsisten dengan pendapatnya serta
tidak dapat menerima kritik dari peserta lain. Subjek tidak dapat memberikan
penjelasan yang baik. Tata bahasa yang digunakan tidak tertata dengan baik.
Memiliki etika yang kurang baik, karena subjek menunjuk nunjuk peserta
dengan jari telunjuknya.

Page | 18
2. Velya: Subjek termasuk individu yang agresif dalam menyampaikan pendapat
dan juga subjek kurang baik dalam mendengarkan pendapat yang diberikan
oleh individu lain. Subjek juga dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan
ide-ide yang dimiliki, ketika subjek mendengarkan pendapat individu lain
subjek menggunakan bahasa yang kurang mudah dimengerti, dan subjek kurang
dapat mendengarkan pendapat dari individu lain dengan baik.
3. Tasya: Subjek termasuk individu yang pasif dalam menyampaikan pendapat dan
juga subjek baik dalam mendengarkan pendapat yang diberikan oleh individu
lain. subjek juga dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan ide-ide yang
dimiliki subjek, ketika subjek mendengarkan pendapat individu lain subjek
menggunakan bahasa yang kurang mudah dimengerti (dikarnakan terbata bata
dalam menyapaikan pendapat) oleh individu lain, dan subjek dapat
mendengarkan pendapat dari individu lain dengan baik.
4. Mardhatilla: Subjek termasuk individu yang cukup aktif dalam menyampaikan
pendapat, baik dalam mendengarkan pendapat yang diberikan oleh individu
lain. subjek juga dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan ide-ide yang
dimiliki subjek, ketika subjek mendengarkan pendapat individu lain subjek
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh individu lain.
5. Harsa: Subjek termasuk individu yang aktif dalam menyampaikan pendapat dan
juga subjek baik dalam mendengarkan pendapat yang diberikan oleh individu
lain. Subjek juga dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan ide-ide yang
dimiliki subjek, subjek menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
individu lain.

B. Hasil Diskusi
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan pada hari Kamis, 28 November
2019 dari pukul 14.10-14.40 WIB (selama 30 menit), maka terdapat hal penting
yang menjadi hasil dari diskusi, antara lain:

Page | 19
1. Berdasarkan kasus yang telah diberikan oleh moderator FGD, para peserta
dibebaskan untuk menganalisis kasus tersebut. Analisis peserta terhadap kasus
ini adalah ada seorang anak murid yang tidak melaksanakan sholat zuhur
berjamaah, lalu guru memberi teguran dan anak tersebut mengadukan
kejadian tersebut kepada orang tuanya.
2. Selanjutnya moderator memberikan pertanyaan kepada peserta tentang
penyebab terjadinya kejadian ini. Setiap peserta juga dibebaskan untuk
mengutarakan pendapat. Jawaban peserta terhadap pertanyaan tersebut adalah
siswa tersebut memang bersalah karena tidak melaksanakan sholat zuhur, dan
belum ada bukti pasti terhadap perlakuan guru yang memukul murid tersebut.
Sehingga dibutuhkan pengumpulan bukti seperti dari CCTV maupun saksi
mata.
3. Moderator memberikan pertanyaan kepada peserta tentang penyelesaian
terhadap permasalahan dari kasus tersebut. Setiap peserta dibebaskan untuk
mengutarakan opini mereka. Semua peserta sepakat jika kasus tersebut bisa
diselesaikan apabila bukti-bukti sudah terkumpul, karena kasus tersebut hanya
bersifat laporan orang tua seorang murid kepada Kepala Sekolah.
4. Selanjutnya moderator memberikan pertanyaan yang mengharuskan peserta
menjawab dari perspektif Kepala Sekolah. Jawaban peserta adalah memberi
sanksi berupa teguran, bakti sosial kepada murid tersebut jika murid yang
bersalah. Jika guru yang bersalah, maka guru tersebut akan mendapatkan surat
peringatan dan tidakakan membawa kasus ini ke KPAI karena dikhawatirkan
akan mencemarkan nama baik sekolah.
5. Poin yang telah dikumpulkan oleh peserta adalah sebagai berikut:
1) Arjuna Putra Darma Wangsya dengan jumlah nilai 20. Nilai tersebut
didapatkan dari penilaian aspek kemampuan pendidikan yaitu 4 poin, aspek
kemampuan personal 4 poin, aspek kemampuan relasional 5 poin,
kemampuan intektual 4 poin dan aspek kemampuan keorganisasian yaitu 3
poin.

Page | 20
2) Velya Aulia Putri dengan jumlah nilai adalah 27 yang terdiri dari penilaian
aspek kemampuan pendidikan yaitu 5 poin, aspek kemampuan personal
sebanyak 4 poin, aspek kemampuan relasional 6 poin, kemampuan
intektual 7 poin dan aspek kemampuan keorganisasian yaitu 5 poin.
3) Mardhatilla dengan jumlah nilai 38. Merupakan penilaian dari aspek
kemampuan pendidikan yaitu 5 poin, aspek kemampuan personal 8 poin,
aspek kemampuan relasional 8 poin, kemampuan intektual 8 poin dan
aspek kemampuan keorganisasian yaitu 9 poin.
4) Tasya Fazilla Nirmala jumlah nilai 22. Merupakan penilaian dari aspek
kemampuan pendidikan yaitu 3 poin, aspek kemampuan personal 6 poin,
aspek kemampuan relasional 4 poin, kemampuan intektual 4 poin dan
aspek kemampuan keorganisasian yaitu 5 poin.
5) Harsa Affifatur Rahmi jumlah nilai 43. Merupakan penilaian dari aspek
kemampuan pendidikan yaitu 7 poin, aspek kemampuan personal 9 poin,
aspek kemampuan relasional 9 poin, kemampuan intektual 9 poin dan
aspek kemampuan keorganisasian yaitu 9 poin.

Berdasarkan kriteria Kepala Sekolah yang diinginkan, hasil analisis


obeservasi yang telah peneliti lakukan dan hasil observasi yang sudah
diinterpretasi ke dalam sebuah skala pengukuran, kriteria calon Kepala Sekolah
yaitu subjek yang memenuhi skor diantara rentang skor 42-56. Dari hasil FGD
yang telah dijabarkan dapat diinterpretasikan bahwa:
1. Arjuna Putra Darma : Tidak memenuhi kriteria seorang kepala sekolah
2. Velya Aulia Putri : Kurang memenuhi kriteria seorang kepala sekolah
3. Tasya Fazilla Nirmala : Kurang memenuhi kriteria seorang kepala sekolah
4. Harsa Affifatur Rahm : Memenuhi kriteria seorang kepala sekolah
5. Mardhatilla : Belum cukup memenuhi kriteria seorang kepala
sekolah

Page | 21
Maka dari hasil analisis observasi serta dari hasil diskusi, didapatkan peserta
yang memenuhi kriteria sebagai kandidat terkuat kepala sekolah di SMP X Swasta
International Pekanbaru, yaitu.
Nama : Harsa Affifatur Rahmi
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Total skor : 43 poin

Page | 22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Secara umum kegiatan FGD merupakan suatu kegiatan yang sangat
bermanfaat, karena kita bisa memperoleh data informasi yang akurat langsung
dari objek sasaran. Focus Group Discussion merupakan teknik yang tepat untuk
menggali data-data dengan karakteristik khusus maupun penelitian dengan tujuan
tertentu. Tema FGD yang dilaksanakan pada hari kamis pada tanggal 28
November 2019 adalah kepemimpinan (leadership).
Menurut Mumfrrrod (1906-1907) kepemimpinan adalah keunggulan
seseorang atau beberapa individu dalam mengontrol gejala gejala sosial. Aspek
dari leadership menurut Duignan (2003) ialah kemampuan pendidikan,
kemampuan personal, kemampuan relasional, kemampuan intelektual, dan
kemampuan keorganisasian.
Faktor yang mempengaruhi Leadership menurut De Bono (dalam Munandar,
2001) terbagi 2 faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal ialah: A little
madness dan Very talented. Sedangkan faktor eksternal ialah: Rapid growth field,
dan Luck. Lalu menurut Rivai (2005) secara operasional fungsi pokok
kepemimpinan adalah fungsi instruktif, kosultatif, delegasi, partisipasi dan
pengendalian.
FGD yang kami laksanakan bertujuan untuk mendapatkan kriteria Kepala
Sekolah yang berkualitas, yaitu peserta dari guru-guru yang memiliki skor dalam
rentang 42-56 poin. Maka dari hasil analisis observasi serta dari hasil diskusi yang
sudah dilakukan, didapatkan satu peserta yang memenuhi kriteria sebagai kandidat
terkuat kepala sekolah di SMP X Swasta International Pekanbaru, yaitu:
Nama :Harsa Affifatur Rahmi
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Total skor :43 poin (unggul dari peserta lainnya)

Page | 23
B. Saran
Kegiatan FGD merupakan salah satu kegiatan assessment yang bermanfaat.
Agar hasil pelaksanaan FGD bisa didapatkan secara maksimal, disarankan bagi
peneliti dalam melaksanakan FGD perlu me-review kembali kaidah-kaidah FGD
dan melakukannya seideal mungkin sehingga hasil diskusi dapat maksimal dan
didapatkan data sesuai tujuan penelitian.

Page | 24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.


Amstrong, Michael. 2003. Strategy Human Resource Management. Terjemahan: Alit
Cahyani. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Anoraga, Pandji. 2003. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
A.S. Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Depok: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press).
Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang
Kompetitif. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan. Proposal
dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Henning F and Columbia R. 1990. Penyelenggaraan dan Penafsiran Hasil-hasil
Diskusi Grup Fokus. Majalah Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
RI (4) 35-39.
Hernaini, dkk. 2016. Psikologi Kelompok. Jakarta: Rajawali Pers.
Irwanto, 1998. Focus Group Discussion (FGD) sebuah pengantar praktis, Jakarta:
Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Katolik Atma Jaya.
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung:
Yrama Widya.
Kossen, Stan. 1993. Aspek Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga, Edisi
ketiga.
Kresno, S, et al. 1999, Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular Departemen Kesehatan RI.

Page | 25
Mumford, Lewis. The Culture of Cities. New York: Harcourt Brace, 1996.
P.A.Duignan and R.J.S.Macpherson, 2004. Educative Leadership. Sydney:
The falmer press.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
Rifai, H. Veithzal dan H. Arviyan Arifin. 2005. Islamic Banking: Sebuah teori,
konsep dan aplikasi. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Shaughnessy, J.J. Zechmeister, E.B. & Zechmeister, J.S., 2007. Metodologi
Penelitian Psikologi. Edisi ke-7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Soeditjo dan Solchan. 2004. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Page | 26
LAMPIRAN

Lampiran 1= Lembar Pedoman Observasi

a. Nama : Mardhatilla
Jabatan : Guru Seni dan Budaya
Nama observer : Fathya Putri Kamilla
Score
No Aspek Indikator/Item Keterangan
1 2 3 4
Mampu menciptakan
lingkungan belajar yang hidup, √
Kemampuan nyaman dan menyenangkan
1
Pendidikan Mampu mengkomunikasikan
optimism dan kepercayaan diri √
terhadap potensi
Memiliki kesadaran terhadap
nilai dan keyakinan diri dan √
orang lain
Kemampuan Memiliki kematangan
2 √
Personal emosional
Memiliki kesadaran akan
dampak prilaku personal √
terhadap orang lain
Memiliki pembawaan yang baik √
Menciptakan lingkungan kerja

Kemampuan yang dinamis dan suportif
3
Relasional Mampu menghargai orang lain
dan berinteraksi secara √
menyeluruh

Page | 27
Memahami dan mempengaruhi
strategi serta memahami √
perubahan
Memiliki kemampuan berbahasa
Kemampuan √
4 yang tertata
Intelektual
Memiliki kecepatan dalam
memberikan jawaban dalam

penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah
Mampu merencanakan,
mengevaluasi dan mencapai √
kinerja
Mampu mengaitkan hasil,
praktik dan pengembangan
Kemampuan √
5 professional ke dalam konteks
keorganisasian
kinerja secara menyeluruh
Mampu memanfaatkan bukti
dan umpan balik yang beragam

dan luasnya perpektif dalam
mengarahkan orientasi ke depan
Total skor= 38

Keterangan skor:
4= Sangat baik
3= Cukup baik
2= Kurang
1= Sangat kurang

Page | 28
b. Nama : Tasya Fazilla Nirmala
Jabatan : Guru Biologi
Nama observer : Aditya Pratama Putra
Score
No Aspek Indikator/Item Keterangan
1 2 3 4
Mampu menciptakan
lingkungan belajar yang hidup, √
Kemampuan nyaman dan menyenangkan
1
Pendidikan Mampu mengkomunikasikan
optimism dan kepercayaan diri √
terhadap potensi
Memiliki kesadaran terhadap
nilai dan keyakinan diri dan √
orang lain
Kemampuan Memiliki kematangan
2 √
Personal emosional
Memiliki kesadaran akan
dampak prilaku personal √
terhadap orang lain
Memiliki pembawaan yang baik √
Menciptakan lingkungan kerja

Kemampuan yang dinamis dan suportif
3
Relasional Mampu menghargai orang lain
dan berinteraksi secara √
menyeluruh
Memahami dan mempengaruhi
Kemampuan
4 strategi serta memahami √
Intelektual
perubahan

Page | 29
Memiliki kemampuan berbahasa

yang tertata
Memiliki kecepatan dalam
memberikan jawaban dalam

penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah
Mampu merencanakan,
mengevaluasi dan mencapai √
kinerja
Mampu mengaitkan hasil,
praktik dan pengembangan
Kemampuan √
5 professional ke dalam konteks
keorganisasian
kinerja secara menyeluruh
Mampu memanfaatkan bukti
dan umpan balik yang beragam

dan luasnya perpektif dalam
mengarahkan orientasi ke depan

Total skor: 22

Keterangan skor:
4= Sangat baik
3= Cukup baik
2= Kurang
1= Sangat kurang

Page | 30
c. Nama : Velya Aulia Putri
Jabatan : Guru Bahasa Inggris
Nama observer : Rezi Awalia Putri
Score
No Aspek Indikator/Item Keterangan
1 2 3 4
Mampu menciptakan
lingkungan belajar yang hidup, √
Kemampuan nyaman dan menyenangkan
1
Pendidikan Mampu mengkomunikasikan
optimism dan kepercayaan diri √
terhadap potensi
Memiliki kesadaran terhadap
nilai dan keyakinan diri dan √
orang lain
Kemampuan Memiliki kematangan
2 √
Personal emosional
Memiliki kesadaran akan
dampak prilaku personal √
terhadap orang lain
Memiliki pembawaan yang baik √
Menciptakan lingkungan kerja

Kemampuan yang dinamis dan suportif
3
Relasional Mampu menghargai orang lain
dan berinteraksi secara √
menyeluruh
Memahami dan mempengaruhi
Kemampuan
4 strategi serta memahami √
Intelektual
perubahan

Page | 31
Memiliki kemampuan berbahasa

yang tertata
Memiliki kecepatan dalam
memberikan jawaban dalam

penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah
Mampu merencanakan,
mengevaluasi dan mencapai √
kinerja
Mampu mengaitkan hasil,
praktik dan pengembangan
Kemampuan √
5 professional ke dalam konteks
keorganisasian
kinerja secara menyeluruh
Mampu memanfaatkan bukti
dan umpan balik yang beragam

dan luasnya perpektif dalam
mengarahkan orientasi ke depan

Total skor: 27

Keterangan skor:
4= Sangat baik
3= Cukup baik
2= Kurang
1= Sangat kurang

Page | 32
d. Nama : Arjuna Putra Darma Wangsa
Jabatan : Guru Olahraga
Nama observer : Aditya Pratama Putra
Score
No Aspek Indikator/Item Keterangan
1 2 3 4
Mampu menciptakan
lingkungan belajar yang hidup, √
Kemampuan nyaman dan menyenangkan
1
Pendidikan Mampu mengkomunikasikan
optimism dan kepercayaan diri √
terhadap potensi
Memiliki kesadaran terhadap
nilai dan keyakinan diri dan √
orang lain
Kemampuan Memiliki kematangan
2 √
Personal emosional
Memiliki kesadaran akan
dampak prilaku personal √
terhadap orang lain

Memiliki pembawaan yang baik √

Menciptakan lingkungan kerja


Kemampuan √
3 yang dinamis dan suportif
Relasional
Mampu menghargai orang lain
dan berinteraksi secara √
menyeluruh
Kemampuan Memahami dan mempengaruhi
4 √
Intelektual strategi serta memahami

Page | 33
perubahan
Memiliki kemampuan berbahasa

yang tertata
Memiliki kecepatan dalam
memberikan jawaban dalam

penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah
Mampu merencanakan,
mengevaluasi dan mencapai √
kinerja
Mampu mengaitkan hasil,
praktik dan pengembangan
Kemampuan √
5 professional ke dalam konteks
keorganisasian
kinerja secara menyeluruh
Mampu memanfaatkan bukti
dan umpan balik yang beragam

dan luasnya perpektif dalam
mengarahkan orientasi ke depan

Total skor: 20

Keterangan skor:
4= Sangat baik
3= Cukup baik
2= Kurang
1= Sangat kurang

Page | 34
e. Nama : Harsa Afiffatur Rahmi
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Nama observer : Rezi Awalia Putri
Score
No Aspek Indikator/Item Keterangan
1 2 3 4
Mampu menciptakan
lingkungan belajar yang hidup, √
Kemampuan nyaman dan menyenangkan
1
Pendidikan Mampu mengkomunikasikan
optimism dan kepercayaan diri √
terhadap potensi
Memiliki kesadaran terhadap
nilai dan keyakinan diri dan √
orang lain
Kemampuan Memiliki kematangan
2 √
Personal emosional
Memiliki kesadaran akan
dampak prilaku personal √
terhadap orang lain

Memiliki pembawaan yang baik √

Menciptakan lingkungan kerja


Kemampuan √
3 yang dinamis dan suportif
Relasional
Mampu menghargai orang lain
dan berinteraksi secara √
menyeluruh
Kemampuan Memahami dan mempengaruhi
4 √
Intelektual strategi serta memahami

Page | 35
perubahan
Memiliki kemampuan berbahasa

yang tertata
Memiliki kecepatan dalam
memberikan jawaban dalam

penyelesaian dan kemampuan
memecahkan masalah
Mampu merencanakan,
mengevaluasi dan mencapai √
kinerja
Mampu mengaitkan hasil,
praktik dan pengembangan
Kemampuan √
5 professional ke dalam konteks
keorganisasian
kinerja secara menyeluruh
Mampu memanfaatkan bukti
dan umpan balik yang beragam

dan luasnya perpektif dalam
mengarahkan orientasi ke depan

Total skor: 43

Keterangan skor:
4= Sangat baik
3= Cukup baik
2= Kurang
1= Sangat kurang

Page | 36
Lampiran 2: Lembar Pencatatan Hasil

Keterangan:

S= Samirah Khairunnisa (Fasilitator)


A= Tasya Fazilla Nirmala (Peserta)
As= Harsa Affifatur Rahmi (Peserta)
V= Velya Aulia Putri (Peserta)
J= Arjuna Putra Darma Wangsya (Peserta)
M= Mardhatilla (Peserta)

S: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi semua. Sebelum kita


mulai diskusi ini mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat dan atas izin-
Nya kita bisa berkumpul di sini. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan
oleh ALLAH SWT. Aamiin. Baiklah, pada hari ini tanggal 28 November 2019 kita
akan melaksanakan kegiatan diskusi yang akan mengulas studi kasus tentang
rekrutmen kepala sekolah yang pesertanya adalah saudara dan saudari sekalian
yang merupakan guru-guru dengan kemampuan kompeten. Sebelum
menyampaikan materi saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Khairunnisa
selaku moderator, di sebelah kiri/kanan saya adalah Rezi dan Adit selaku observer,
serta rekan saya Fatya selaku notulen dalam diskusi ini. Kami harap rekan-rekan
sekalian dapat berpartisipasi dengan sungguh-sungguh agar kami dapat membantu
dengan sebaik-baiknya. Kini saya persilahkan kepada rekan-rekan untuk
memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum kita memulai kegiatan diskusi,
waktu dan tempat saya persilahkan.
As: Selamat pagi rekan-rekan sekalian, perkenalkan nama saya Harsa Afiffatur
Rahmi. Saya merupakan Guru Pendidikan Agama Islam. Salam kenal.
J: Perkenalkan saya Arjuna Putra Darma Wangsya, saya adalah Guru Sejarah
V: Perkenalkan saya Velya, lengkapnya Velya Aulia Putri. Guru Bahasa Inggris

Page | 37
A: Saya Tasya Fazilla Nirmala, Guru Biologi
M: Perkenalkan saya Mardhatilla, saya adalah Guru Bahasa Indonesia
S: Baiklah saya akan mulai diskusi kita kali ini dengan sebuah kasus, mohon
didengarkan sebaik-baiknya sebab saya akan mengajukan pertanyaan setelah saya
selesai membacakan kasus ini. Bayu merupakan siswa kelas 8 SMP Swasta
International di Pekanbaru. Di sekolah tersebut, para siswa melakukan solat zuhur
berjamaah. Bayu tidak mengikuti solat. Ia menganggu teman-temannya dan
membuat keributan sehingga diminta guru untuk keluar masjid. Keesokan harinya,
guru tersebut di panggil kepala sekolah karna mendapat laporan dari orang tua
Bayu bahwa anaknya dipukul pada saat solat zuhur (guru tersebut melakukan
kekerasan). Orang tua Bayu juga melaporkan kasus tersebut ke polsek dan KPAI.
Orangtuanya meminta agar guru tersebut dikeluarkan dari sekolah. Baiklah,
berdasarkan kasus yang sudah saya bacakan tadi.. menurut saudara-saudari
sekalian, bagaimana analisis dari permasalahan ini?
J: Menurut saya ini guru yang dilaporkan karna menegur anak.
V: Menurut saya ini guru mengingatkan anak untuk sholat tapi menggunakan
kekerasan.
A: Hm… saya belum bisa memberikan analisa.
S: Baik silahkan dilanjutkan ke Ibu Mardha.
M: Menurut saya ini seorang orang tua siswa yang melaporkan seorang guru kepada
KPAI dan juga kepala sekolah.
AS: Menurut saya ini ada seorang anak yang meninggalkan sholat dan bermain-main
disaat sholat, kemudian gurunya menghukumnya. Akan tetapi ia melaporkannya
dengan orang tuanya ke kepala sekolah dan KPAI.
S: Menurut Anda saudara-saudara mengapa kasus ini bisa terjadi?
J: Umm menurut saya di sini tu anaknya itu terlalu lebay gitu, soalnya di sinikan di
sinikan umm dia kan udah SMP gitu, lagi pula sholat juga itu kan kewajiban dia
juga gitu soalnya kan di Islam kalau udah diatas umur tujuh tahun udah wajib

Page | 38
dipukul jadi wajar aja dia dipukul aa itu juga sekaligus untuk meningkatkan apa
untuk menguatkan mental dia juga sih sebenarnya.
V: Uumm saya tidak setuju bapak bilang lebay kita sebagai guru bisa mengingatkan
dengan baik-baik anaknya. Tidak perlu menggunakan kekerasan dan bapak bilang
menguatkan mental? Itu malah bikin mentalnya jadi jatuh jadi kita bisa ee bisa
dengan baik-baik saja gitu.
J: Ee menurut saya ee kalau terlalu dibaik-baikan gitu itu itu gak terlalu efektif gitu
loh, jadi kalau menurut saya itu dikeraskan dilakukan penegasan itu lebih efektif
soalnya saya juga dulu waktu sekolah waktu zaman saya sekolah itu dipukul di apa
itu udah biasa buktinya saya sekarang juga mental saya juga kuat sih.
V: Maaf ya, saya tidak setuju bapak bilang seperti itu seperti yang kita tau ee setiap
anak itu mentalnya berbeda-beda pak, jadi bapak bilang seperti itu belum tentu si
anak ini mentalnya kuat jadi kita sebagai guru ini boleh kita tegas tapi janganlah
menggunakan kekerasan.
S: Silahkan saudara aca berikan pendapatnya
A: Saya juga umm setuju dengan pendapatnya ibu Velya karena setiap orang itu
berbeda-beda dan cara umm mendidiknya itu juga berbeda-beda.
S: Ya, silahkan saudara Harsa.
AS: Saya ingin berpendapat bahwa saya setuju dengan bapak Juna karena kalau
misalnya untuk perkara sholat itu Rasulullah sudah memerintahkan kita, dan akan
tetapi saya juga tidak terlalu mendukung. Kenapa? karena mungkin pemukulannya
terlalu keras itu kan juga tidak boleh gitu.
M: Jadi berdasarkan pemahaman saya disini karena ini masih berupa laporan jadi
belum tentuada yang benar dan belum tentu yang mana yang salah jadi belum bisa
men-judge siapa yang salah dan siapa yang benar.
AS: Saya setuju terhada terhadap ibu Mardha, karena di sini belum tentu juga
anaknya dipukul dan belum tentu juga gurunya betul-betul melakukan itu. Jadi
harus diperlukan mungkin emm penyelidikan lebih dalam tentang kasus ini.
S: Lalu pemecahan masalah bagi saudara terhadap kasus ini bagaimana?

Page | 39
J: Umm kalau menurut saya itu anaknya di skors aja langsung gitu jadi gurunya tidak
perlu diapa-apakan, jadi di sini juga udah kelihatan kan yang mana yang salah. Itu
anaknya dia ga sholat dan juga lagian gurunya belum tentu memukulnya.
V: Maaf ya saya nggak setuju itu bukan salah anaknya karena kita sebagai guru
masa kita mukul seperti itu sih untuk mengingatkan untuk sholat. Saya tidak setuju
pokoknya itu yang salahnya itu gurunya.
J: Tapi itu wajar aja bu itu wajar dilakukan pemukulan untu penegasan ibu gitu agar
supaya guru ini tidak diinjak-injak oleh muridnya sendiri bu.
V: Gak gak menurut saya enggak karena anak itu mungkin dia panik atau gimana pas
dipukul mungkin bisa menyebabkan korban trauma habis dipukul gurunya
gimana? Saya gak terima pokoknya gurunya juga harus di di ditindak lanjuti lagi
saya nggak setuju pokoknya anaknay tidak salah.
J: Nggak bisa gitu bu sebenarnya kalau saya sendiri saya juga dulunya dipukul saya
juga dulu dipukul.
V: Itu bapak.. sedangkan anak ini berbeda pak tidak semua anak sama. Saya tidak
setuju.
S: Harap tenang semua, sekarang silahkan saudara aca memberikan pendapat.
A: Aaa sekali lagi saya beritahu pada pak Juna dan ibu Velya, kalau kasus ini masih
dalam bentuk laporan belum kita belum tahu yang mana yang benar yang mana
yang salah jadi silahkan tenang.
S: Baik terimakasih, sekarang silahkan saudara Mardha
M: Jadi masalah ini selain yang dikatakan bu Velya dan pak Juna tadi kita juga harus
melihat catatan perilaku siswa tersebut juga gurunya dan kita juga mencari apa
dasar guru itu melakukan hal itu entah dia dalam kondisi yang tertekan atau
bagaimana kita harus melihat itu
AS: Saya setuju dengan pendapat ibu Mardha karena kita sekarang tidak bisa
menyalahkan satu belah pihak kita harus betul-betul mencari dengan jelas data-
datanya siapa yang salah disini dengan cara seperti ibu Mardha, ya dengan melihat
catatan kelakuan atau perilaku siswa selama di sekolah dan gimana kinerja dan

Page | 40
perilaku guru di sekolah ini. Apalagi di sekolah ini sekolah kita itu bertaraf
Internasional tentunya fasilitas yang kita punya ini sangat bagus seperti cctv,
satpam 24 jam, sehingga untuk perbuatan seperti ini kemungkinan kecil itu sulit
mendapatkan datanya, artinya kita mudah untuk menyelesaikan masalah seperti ini
dengan melihat cctv juga gitu.
S: Lalu apabila emang dikasus ini si anak yang salah melaporkan guru padahal guru
tidak melakukan pemukulan, bagaimana tanggapan Anda apabila Anda terpilih
menjadi kepala sekoah disini?
AS: Jika saya menjadi seorang kepala sekolah saya akan menindak tegas anak
tersebut, lalu menasehatinya dan memberikan pendidikan atau edukasi yang jelas
pada anak-anak yang berbuat demikian dan anak-anak yang lainnya agar tidak
mengulangi perkara yang sama.
S: Silahkan saudara Tasya.
A: Saya setuju dengan bu Asa karena ee jika murid ini salah maka telah mencemari
nama baik sekolah kita jadi kita harus menindaknya dengan tegas.
J: Ya kalau saya sih juga setuju si dengan pendapatnya bu Asa karena yang salah ini
itukan anaknya ya wajar aja gitu kalau di hukum gitu.
S: Baiklah, sekarang giliran bu Velya silahkan.
V: Menurut saya sih dikasih teguran saja, kan bisa saja kan itu anak panik dia
mengadukan pada orang tuanya jadi dikasih teguran saja tidak perlu keras-keras.
J: Tapi bu kalau dia dikasih teguran aja itukan belum tentu mengakibatkan efek jera
gitu.
V: Ya tapikan kita memikirkan juga gimana keadaan mental dia kalau dia kalau kita
misalnya memberikan teguran yang sangat keras nanti dia trauma gimana pak?
J: Saya di sini itu agar tidak terjadi pengulangan makanya saya berikan penegasan
disini.
V: Iya tapi tidak boleh berat karena ini anak kita pak kita harus dididik dengan baik
pak jadi tegurannya itu tidak boleh keras-keras seperti itu nanti anaknya bisa
trauma gimana?

Page | 41
J: Ya itu tidak masalah di sini itu kita tidak kita itu hanya apa namanya maksud saya
kita itu hanya melakukan peneguran bukan bukan bukan dari sisi psikisnya itu
belakangan deh bu kita itu mikirnya gimana caranya anak ini menjadi anak yang
ee apa namanya yang mengikuti aturan sekoah gitu bu.
V: Iya, tapi sewajarnya saja tidak boleh keras-keras.
AS: Boleh saya bertanya? Umm misalnya menurut bapak bagaimana cara yang tegas
dan menurut ibu Velya bagaimana cara menegur yang gak keras-keras?
J: Kalau menurut saya sih dengan diberikan hukuman seperti skros apa diskors
anaknya di skors itu udah itu udah cukup sih untuk menimbulkan efek jera gitu
sih.
V: Kalau saya sih tidak perlu skors suruh saja dia membersihkan musholla karena
skors itu terlalu berlebihan sih menurut saya.
J: Tapi bu kalau hanya diberikan hukuman membersihkan itu ssaya juga pernah loh
bu dikasi kayak gitu bu jadi kalau saya main-main itu halah paling nanti disuruh
bersihkan musholla doangkan gampang kok gak sampai keluar kok, itu tidak
memberikan efek jera gitu makanya diberikan penegasan itu untuk memberikan
efek jera gitu.
V: Tapi tidak baik pak sperti itu pak kepada anak kita bisa baik-baik saja pasti dia
akan mendengarkan.
J: Enggak bu, anak-anak zaman sekarang itu bu tidak mungkin bahkan sangat sangat
minim mereka mendengarkan kata-kata guru itu sangat-sangat minim bu jadi apa
kata-kata murid itu jadi apa kata guru itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri
gitu ibu.
V: Gak semua anak seperti itu mungkin anak-anak yang kepada bapak aja kali yang
tidak mau mendengarkan bapak kan tidak sama.
J: Ya makanya saya bilang kuta itu perlu memberikan penegasan jadi mereka itu
tertib.
V: Ya tapi itu terlalu berlebihanlah menurut saya skors itu cukup suruh dia
membersihkan musholla saja sudah cukup seperti itu aja.

Page | 42
S: Baik harap tenang bapak dan ibu sekalian. Sekarang silahkan ibu Mardha
memberikan pendapatnya.
M: Jadi umm menurut saya pendapat dari kedua belah pihak itu ada benarnya dan ada
salahnya juga. Menurut saya pendapat pak Juna juga benar tapi kita juga harus
tetap tetap tegas kepada anak, tapi disisi lain saya juga setuju dengan ibu Velya
dibandingkan itu kita juga harus lebih peduli ke emm pada kondisi mental sianak
kita juga tidak boleh menyebabkan trauma yang berlebihan pada anak. Mungkin
skors cukup tapi tidak sampai mengeluarkan anak dari sekolah dan tetap diberikan
education yang baik.
S: Ada yang ingin menambahkan saudara-saudara?
As:Ya saya menambahkan pendapat ibu Mardha sangat bagus karena tidak
merugikan kedua belah pihak dan seperti itu sih.
S: Apabila masalahnya kita putar balikkan ini gurunya yang salah yang melakukan
kekerasan pada anaknya, solusi Anda sebagai kepala sekolah bagaimana?
As: Umm saya sebagai kepala sekolah saya akan menindak lanjutin guru tersebut
dengan tegas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkkan oleh sekolah lalu
saya akan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak yang berwenang yaitu KPAI
dan kepolisian, seperti itu.
A: Saya setuju dengan ibu Asa.
S: Yang lain ada yang ingin menambahkan?
J: Kalau saya sih setuju tapi cuma disini saya tidak perlu menyampaikan hal ini ke
KPAI ya diselesaikan disekolah saja ee karena itu menurut saya ee agar tidak
mencemarkan nama baik sekolah aja.
V: Menurut saya sih dikeluarkan saja guru seperti itu.
J: Tapi bu kalau dikeluarkan akan mengurangi kuota guru di sekolah
V: Tapi kita sebagai guru kita tidak perlu sampai mendidik anak itu menggunakan
kekerasan itu tidak pantas jadi menurut saya itu dikeluarkan saja seperti itu. Gak
cocoklah guru seperti itu tu gak cocok menurut saya.

Page | 43
J: Maaf menurut saya di sini itu saya lebih mempertimbangkan tenaga guru disekolah
kita ini bu, jadi kalau kita mengeluarkan satu guru kita harus menyeleksi akan
membutuhkan waktu yang lama lagi untuk mencari guru yang lain gitu budan
sebaiknya tidak perlu dikeluarkan.
V: Kita ini kelas internasional masa kita punya guru seperti itu gak menurut saya gak
etis.
J: Justru karena kita kelas internasional makanya saya tidak ingin mengeluarkan guru
yang saya yang ada disekolah ini karena dikeluarkan maka akan mengurangi bibit-
bibit emm apa akan mengurangi sdm yang baik disekolah ini.
V: Ya kita bisa cari yang lain karena itu tidak bisa ditoleransi.
J: Tapi kita membutuhkan waktu yang lama bu.
V: Tidak apa-apa daripada guru seperti itu mengajar anak kita meng menggunakan
kekerasan.
S: Harap tenang saudara sekalian
As: Kalau menurut saya saya setuju dengan ibu Velya karena nanti jika masih ada
guru itu di sekolah kita maka sekolah kita ini sangat bergengsi yangmana angat
dilihat oleh masyarakat, jika masih ada maka tercemar nama baik kita dan anak
yang diperlakukan kasar olehnya maka akan trauma jika ia melihat bapak atau ibu
itu. Menurut saya itu sanksinya harus tegas dan kita harus mencari guru yang lebih
baik.
V: Ya benar sekali bu Harsa.
A: Umm ya saya setuju dengan bu Asa dan bu Velya karena kalau kita tetap
mempertahankan guru itu besar kemungkinan guru itu akan mengulanginya lagi
V: Benarkan kata saya bapak sih
J: Bukan bu bukan disini kita mungkin hanya kita tu berikan SP tidak perlu sampai ke
KPAI karena akan mengurangi tenaga kerja disini.
V: Karena itu sudah melakukan kekerasan tidak bisa ditoleransi harus dikeluarkan
masa kita biarkan yang melakukan kekerasan mengajarkan anak kita.
J: Itu tidak masuk akal.

Page | 44
S: Harap kepada saudara sekalian tenang dan berbicara satu satu.
J: Itu berguna untuk menegaskan untuk menjadi anak-anak yang disiplin itu perlu bu.
V: Saya tidak iya kita memang perlu tegas tapi tegas itu tidak harus dengan kekerasan
jadi menurut saya tidak perlu mengajar lagi di sini itu.
J: Gak bisa seperti itu bu kalau seperti itu si anak akan merasa menang bu.
V: Karena emang gurunya yang salah
J: Maka anak itu akan mengulanginya lagi bu dan tidak akan emm menxiptapak efek
jera disini bu.
V: Gak pak kita bisa mendidik anak itu dengan cara yang lain cara yang baik lagi
tidak dengan kekerasan.
J: Seperti yang saya bilang sebelumnya anak-anak zaman sekarang itu kalau
diberikan efek efek yang-
V: Tidak semua anak yang seperti itu.
S: Maaf sebelumnya harap berbicara satu persatu dan saya ingin meluruskan kalau
disini itu bukan anak yang salah tapi gurunya yang salah, kembali lagi ke topik
sebelumnya.
M: Boleh saya berbicara lagi? Jadi saya tekankan lagi dari kedua belah pihak benar
kata pak juna tadi kita kalau kita mengeluarkan guru kuta akan mengurangi sdm
yang udah dari dulu disana yang sudah memiliki kompetensi yang baik tapi kita d
isatu sisi yang lain saya tidak membenarkan adanya kekerasan disekolah, jadi
menurut saya saya akan tegas dan menyerahkan kasus ini kepada pihak yang
berwenang tapi kita juga mengajukan banding seperti kita memberikan catatan
perilaku baik atau hal-hal yang apa saja yang pada saat itu guru itu lakukan
mungkin itu melakukan kekerasan saat dia merasa depresi atau tertekan atau ya
ada sifat yang melatar belakangi itu jadi kita harus tetap mengikuti prosea yang
ada.
S: Baik saya dapat menyimpulkan diskusi saat ini analisis yang pada kasus ini yaitu
ada seorang anak yang tidak ingin sholat dan mengganggu temanya lalu ditegur
oleh gurunya dan sekolah mendapatkan laporan. Lalu penyelesaian masalah

Page | 45
saudara sekalian yaitu untuk mencari bukti dan saksi dan emm mengikuti proses
sebaik baiknya jika salah satu yang salah. Terima kasih pada saudara sekalian.

Page | 46
Lampiran 3: Dokumentasi

Page | 47

Anda mungkin juga menyukai