Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR MATA KULIAH

KEPEMIMPINAN

SEMESTER 3 GANJIL 2022/2023


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

OLEH

Dr.Drs. PETRUS ATONG., M.SI


NIK-NIDN. 114093012-1117056601
JABATAN AKADEMIK LEKTOR KEPALA PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG
SEPTEMBER 2022

1
BAB. I
PENDAHULUAN

1.1. Persoalan Kepemimpinan.


Oleh Cahyono (1984) bahwa paparan tentang kepemimpinan telah dimulai
sejak tahun 1930 an. Persoalan kepemimpinan ini dilakukan dengan pendekatan ilmu
social seperti Sosiologi, Psikologi dan bahkan Antropologi, yang kemudian didukung
oleh informasi yang lengkap mengenai data diri para pemimpin besar.
Untuk menelusuri masalah kepemimpinan cukup menarik, dan ternyata bukan
persoalan yang mudah. Hal yang demikian ini tidak mengherankan terjadi konsepsi
tentang kepemimpinan pada umumnya dan bersaing secara ketat dalam hahekat
manusia dengan berbagai aktivitas kelompok.
1.2. Karakteristik Umum Tentang Kepemimpinan
Dalam usaha mengkaji secara obyektif masalah-masalah kepemimpinan, pada
mulanya para ahli berusaha menemukan karakteristik umum yang dimiliki oleh para
pemimpin, dan yang tidak dimiliki oleh mereka yang bukan pemimpin.
Karakteristik kepemimpinan tersebut terungkap bahwa seorang pemimpin
memiliki ciri-ciri khusus dan ciri-ciri umum atau sifat-sifat khusus dan sifat-sifat umum
dalam rangka mewujudkan peranannya kepemimpinannya dalam kelompok. Sifat
khusus dan sifat umum yang dimiliki seorang pemimpin ternyata sangat ditentukan
oleh pandangan dan sorot dari anggota kelompok untuk memilih siapa yang dapat
menjadi pemimpin mereka.
1.3. Pendekatan Sederhana Tentang Ciri Kepemimpinan
Dalam proses kepemimpinan , persoalan fungsi-fungsi pemimpin, hakekat
tugas kelompok, pengaruh kekuasaan pimpinan dan berbagai factor penting lainnya ,
menjadi pembahasan yang sangat menonjol. Oleh karenanya banyak factor yang
harus diungkap yang berkaitan dengan pimpinan, pemimpin dan kepemimpinan.
Fakta lain tentang kepemimpinan adalah berkenaan dengan kepribadian dari
seorang pemimpin, kesopanan, sikap kepercayaan diri, penampilan, kemampuan
konsepsual, kemampuan berhubungan dengan anggota kelompok dan lain
sebagainya. Factor lain yang dituntut dari kepemimpinan adalah : gaya yang
diterapkan, pengakuan dukungan, penerimaan kelompok, memberdayakan kelompok ,
komitmen dengan kelompok, serta interaksi nilai dengan kelompok.

2
Pemahaman yang paling sederhana tentang kepemimpinan adalah melalui
pendekatan bahwa : kepemimpinan adalah seni menciptakan kepatuhan dan
kepengikutan, kepemimpinan adalah kemampuan membimbing dan mengarahkan
kelompok, kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan mempengaruhi anggota
kelompok dan kepemimpinan adalah proses suatu tindakan untuk mencapai
keinginan dari pemimpin.
Menurut Martoyo ( 1988) bahwa cirri kepemimpinan harus memiliki sifat dan
persyaratan sebagai berikut:
a. Pendidikan umum yang meluas
b. Kemampuan berkembang secara meluas
c. Ingin tahu
d. Kemampuan analistis
e. Memiliki daya ingat yang kuat
f. Kapabilitas Intergratif
g. Keterampilan berkomunikasi
h. Keterampilan mendidik
i. Rasionalitas dan Obyektifitas
j. Pragmatis
k. Memiliki skala prioritas
l. Mengetahui saat yang tepat
m. Relevansi dalam pengambilan keputusan
n. Kesederhanaan
o. Keberanian
p. Kemampuan mendengar
q. Adaptabilitas
r. Ketegasan

3
BAB. II
KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

2.1. Ragam Pengertian Kepemimpinan


Fred E Fiedler dikutif Cahyono (1984) secara longgar menyatakan pemimpin
diartikan sebagai orang yang berfungsi memimpin,membimbing atau menuntun.
Sebagaimana diketahui dalam leteratur administrasi dan managemen. Bahwa inti dari
daripada managemen adalah “ Leadership” atau Kepemimpinan”. Sedangkan inti
dari kepemimpinan adalah “human relation”. . Definisi kepemimpinan yang
disamakan dengan istilah leadership, disatu sisi memiliki kesamaan, akan tetapi
leadership sendiri memiliki bermacam-macam istilah.
Untuk memahami keragaman pengertian kepemimpinan sebagai yang sama
dengan Leadership, oleh Martoyo (1988) definisi sama tersebut dilihat dari sudut :
a. Titik tumpu proses kelompok
b. Keperibadian dan pengaruhnya
c. Seni dalam melaksanakan pekerjaan
d. Tindakan mempengaruhi orang lain
e. Perbuatan atau sikap seseorang
f. Bentuk persuasi dalam menggerakan orang
g. Alat pencapaian tujuan
h. Pengaruh dari pada interaksi
i. Peranan yang menonjol
j. Proses dari pada peranan originil
Kepemimpinan merupakan motor penting agi sumber-sumber dan alat-alat
dalam suatu organisasi. Dengan demikian sukses atau gagalnya organisasi sebagian
besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang diserahi
tugas memimpin dalam organisasi.
Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai kepribadian yang berpengaruh
terhadap orang lain. Menurut Ordway Tead, mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah merupakan suatu kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan
seseorang mampu mendorong orang lain untuk menyelesaian tugas-tugas tertentu.
Lebih lanjut oleh Cahyono (1984) dapat ditegaskan bahwa kepemimpinan tidak
saja merupakan suatu kepribadian dan suatu gejala kelompok, akan tetapi

4
kepemimpinan merupakan suatu proses sosia yang melibatkan sejumlah orang dalam
kontak mental dalam mana seseorang mendominasi orang lain.
Bertitik tolah dari ragam pengertian kepemimpinan ,oleh Cahyono
kepemimpinan adalah merupakan langkah aktif sebagian anggota kelompok yang
mempengaruhi kelompok secara keseluruhan dalam upaya merumuskan ataupun
mencapai tujuan kelompok.
2.2. Konsep Kepemimpinan
Sampai dengan sekarang ini, banyak konsep kepemimpinan yang telah
ditemukan , aka tetapi mengalami kesulitan untuk memperoleh satu konsep yang
tunggal memuaskan. Kenyataan semacam itu dapat dipahami bahwa para ahli
memiliki latar belakang pendidikan, kajian, sudut pandang dan kepentingan yang
berbeda tentang kepemimpinan.
Semula konsep kepemimpinan dibatasi sebagai titik pusat dari berbagai
kegiatan, perubahan, ataupun proses kelompok. Menurut Krech dan Cruschfield ,
bahwa berdasarkan posisinya yang istimewa dalam kelompok, pemimpin biasa
bertindak sebagai sarana bagi penentuan struktur kelompok, suasana kelompok,
tujuan-tujuan kelompok, ideology kelompok dan berbagai kegiatan kelompok lainnya.
Dari berbagai pengertian kepemimpinan tersebut, kecendrungan konsep yang
melekat pada kepemimpinan adalah :
- Kepemimpinan sebagai titik pusat dari berbagai kegiatan
- Kepemimpinan sebagai bentuk kepribadian
- Kepemimpinan sebagai seni menciptakan kepatuhan
- Kepemimpinan sebagai bentuk pelaksanaan pengaruh
- Kepemimpinan terwujud dalam suatu tindakan atau perilaku
- Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi
- Kepemimpinan adalah suatu berhubungan kekuasan atau kekuatan
- Kepemimpinan merupakan sarana untuk mencapai tujuan
- Kepemimpinan dianggap hasil sebagai suatu interaksi.

Oleh Pamuji, secara jelas dinyatakan bahwa ada perbedaan Kepemimpinan


dengan Manajemen. Perbedaan tersebut meliputi :

- Kemampuan : Kepemimpinan mengarahkan kemampuan individu.


Managemen mengarahkan kepada system dan mekanisme

5
- Hubungan, Kepemimpinan kualitas hubungan dengan interaksi kelompok.
Managemen kualitas hubungan dengan fungsi atau status kewenangan.
- Sumber : Kepemimpinan menggantungkan pada sumber-sumber yang ada
dalam dirinya. Managemen menggantungkan pada sumber-sumber yang
tersedia dalam organisasi
- Tujuan ; Kepemimpinan tujuan diarahkan untuk mewujudkan keinginan
pemimpin. Managemen diarahkan untuk mewujudkan keinginan organisasi
- Interaksi : Kepemimpinan interaksi lebih bersifat personal. Managemen lebih
bersifat impersonal, yaitu logika, dana , rasio, analitis dan kuantitatif.
2.3. Timbulnya Kepemimpinan
Tentang timbulnya kepemimpinan ini oleh David Krech adalah dikemukakan
beberapa episode tentang pertumbuhan dan berfungsinya kelompok., antara lain
adalah sebagai berikut:
2.3.1. Pemimpin dan Pemakaran Kelompok.
Manakala sesuatu kelompok berkembang menjadi lebih besar,lebih luas dan
lebih kompleks, pada saat itulah ikut berkembang pula “hirarkhi kepemimpinan.
2.3.2. Pemimpin dan Krisis.
Timbulnya kepemimpinan bias jadi juga disebabkan oleh satu situasi di mana
upaya pencapaian tujuan kelompok mengalami hambatan atau mengalami ancaman
yang serius, sehingga menuntut perlu ada anggota kelompok yang mampu mengambil
tindakan untuk mewujudkan tujuan kelompok.

2.3.3. Pemimpin dan Kegagalan Pemimpin


Pemimpin –pemimpin baru bias jadi juga akan muncul manakala pemimpin
sebelumnya –atau pemimpin formal –tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinannya secara memadai.
Dengan demikian bias diperoleh satu kesan, bahwa di saat pemimpin resmi
tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya secara efektif, maka pemimpin lain
akan muncul menggantikannya.
2.4. Timbulnya Seorang Pemimpin Yang Baik
Oleh Siagian (1990) tumbulnya seorang pemimpin yang baik diklasifikasikan
dalam tiga teori, yaitu : Teori Genetis, Teori Sosial dan Teori Ekologis.
Teori genetic; berpendapat bahwa seseorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan atau

6
seseorang telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Oleh karenanya pandangan ini bersifat
fatalities .
Teori social : berpendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bias menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Pandangan ini
perlawanan dari teori genetica.
Teori Ekologis : berpendapat bahwa seorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat-bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan. Teori
ekologi adalah menggabungkan kedua teori sebelumnya.

7
BAB. III
PENDEKATAN AWAL DALAM PENELITIAN KEPEMIMPINAN

3.1. Pendahuluan

Dalam kepemimpinan banyak sekali factor-faktor yang memungkinkan


menentukan kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam kepemimpinannya. Untuk
menjawab personal tersebut antara lain disebabkan oleh factor-faktor keragaman
tentang karakteristik dari seorang pemimpin dengan kepemimpinannya. Terutama
tentang cirri, sifat, syarat, efektifitas kepemimpinan dan karakteristik kepribadiannya/

3.2. Keragaman Karakteristik.

Dari keragaman karakteristik kepemimpinan , yang dikaitkan dengan cirri, sifat,


atau kepribadian ternyata tidak ada hubungan yang kuat dengan efektifitas organisasi
. oleh Cahyono (1984) dinyatakan bahwa ada empat factor kemungkinan keterbatasan
hubungan antara cirri,sifat dan kepribadian dengan efektifitas organisasi, yaitu:

- Deskripsi dan pengukuran kepribadian yang dilakukan belum memadai.


- Factor situasi telah mengalahkan factor kepribadian dalam pelaksanaan
kepemimpinan.
- Dalam masyarakat yang kompleks kepemimpinan ditentukan oleh
perpaduan bermacam fungsi.
- Kelompok yang dikaji mungkin satu sama lain berbeda komposisinya.

3.3. Teori Orang Besar

Kejelasan untuk mengkaji kepribadian para pemimpin dibidang politik dan


pemerintahan, memaksakan kita untuk mengetahui tentang pengertian orang-orang
besar , dalam rangka memahami masalah kepemimpinan. Teori orang besar dalam
bentuknya yang paling tegas mengemukakan bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam
sejarah , baik dalam ruang lingkup yang luas dan kecil , senantiasa dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh yang memegang kendali kepemimpinan.

Asumsi dalam teori orang besar, bahwa dalam diri pemimpin – pemimpin besar
itu ada semacam charisma, yaitu: karakteristik kepribadian yang memberikan
kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan mereka , baik ada ataupun tidak ada

8
rintangan. Namun demikian dalam penelitian untuk memverifikasikan teori orang
besar dalam prakteknya dilingkungan masyarakat sulit untuk dilakukan.

3.4. Sifat - Sifat dan Tipe Kepemimpinan

3.4.1. Sifat Kepemimpinan

Menurut George R.Terry adalah sebagai berikut:

- Penuh energi
- Memiliki stablitas emosi
- Memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia
- Motivasi pribadi
- Kemahiran menggadakan komunikasi
- Kecakapan mengajar
- Kecakapan social
- Kemampuan teknis.

Menurut SP. Siagian :

- Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya


- Berpengetahuan luas.
- Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil
- Mengetahui dengan elas sifat hakiki dan kompleksitas dari pada tujuan yang
hendak dicapai.
- Memiliki stamina (daya kerja dan enusiasme yang besar.
- Gemar dan cepat mengambil keputusa.
- Obyektif dalam arti menguasai emosi dan lebih banyak menggunakan rasio.
- Adil dalam memperlakukan bawahan.
- Menguasai prinsip human relations
- Menguasai teknik-teknik komunikasi
- Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap
bawahannya
- Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan
organisasi.

9
3.4.2. Type Kepemimpinan:

George R.Terry mengungkapkan pula Tipe kepemimpinan sebagai berikut:

- Tipe pribadi
- Tipe Nonpribadi
- Tipe otoriter
- Tipe demokratis
- Tipe paternalistic
- Tipe “indigenous”( keaslian sifat dan pembawaan)

SP. Siagian , mengungkapkanTipe Kepemimpinan :

- Tipe pemimpin otokratis


- Tipe pemimpin yang militeristik,
- Tipe pemimpin yang paternalistic,
- Tipe pemimpin yang kharismatik,
- Tipe pemimpin yang demokratis,

Tipe Otokratis; menggangap organisasi milik pribadi, mengidentifikasi tujuan


pribadi dengan tujuan organisasi, mengganggap bawahan sebagai alat, kekuasan
bersifat formal, menggerakan bawahan dengan pendekatan dengan unsure paksaan.

Tipe Militeristik ; dalam menggerakan bawahan system perintah, senang


bergantung dengan pangkat an jabatan, senang pada formalitas yang berlebihan,
menuntut disiplin yang tinggi dan kaku, sukar menerima kritikan bawahan, dan
menggemari upacara-upacara.

Tipe Paternalistik; mengganggap bawahanya sebagai manusia yang tidak


dewasa, bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengembang daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha
tahu.

Tipe Kharismatik : seorang menjadi pemimpin yang kharismatik, maka sering


hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan tertentu.
Sehingga kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria
untuk charisma.

10
Tipe Demokratis; menggerakan bawahan meletakan arti manusia sebagai
mahluk yang mulia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan, senang
menerima saran, pendapat, selalu mengutamakan kerjasama, dengan ikhlas
memberikan kebebasan, berusaha agar bawahan lebih sukses dan berusaha
mengembangkan kapasias diri pribadinya sebagai pemimpin.

3.5. Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan


seseorang atau kelompok didalam usahanya untuk mencapai tujuan pada suatu
situasi tertentu. Proses kepemimpinan yang demikian ini, kemudian menuntut bahwa
gaya kepemimpinan turut menentukan keberhasilan seorang pemimpinan.

Oleh Miftah (1983) untuk mengetahui gaya kepemimpinan dapat dilakukan


dengan melihat :

- Tinggi perilaku tugas dan rendahnya perilaku hubungan. Gaya


kepemimpinan : yang menyenangi instruksi tugas.
- Perilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan. Gaya kepemimpinan yang
menyenangi rujukan konsultasi
- Perilaku tinggi hubunga dan rendah perilaku hubungan. Gaya
kepemimpinan dengan gaya partisipas.
- Perilaku rendah tugas dan perilaku rendah hubungan. Gaya kepemimpinan
merujuk pada gaya delegasi.

11
BAB. IV
KEPEMIMPINAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KELOMPOK

4.1. Kepemimpinan dan Pemimpin Andalan

Dalam rangka meniliti fungsi kepemimpinan, oleh CA.Gibb menyatakan ada


tujuh perilaku yang mungkin dilaksanakan oleh para pemimpin dengan
kepemimpinannya, yaitu :

- Memperlihatkan kemampuan profesiona dan teknis.


- Mengenal bawahan serta memperhatikan kepentingan mereka.
- Mengembangkan komunikasi secara terbuka.
- Mengakui adanya tanggungjawab personal dan memberikan bimbingan
kepada bawahan.
- Mengemukakan prakarsa dan mengarahkan tindakan.
- Memberikan latihan-latihan kepada anggota-anggota lainnya sebagai satu
kelompok.
- Membuat keputusan.

4.2. Dimensi-Dimensi Perilaku Pemimpin

Dalam pembahasan dengan dimensi-dimensi perilaku pemimpin, oleh Cahyono


(1984) mempertanyakan apakah sebenarnya yang harus dikerjakan oleh pemimpin?
Menurut Halpin dan Winer telah berusaha mengidentifikasikan dimensi-dimensi
perilaku pemimpin berdasarkan penelitian empiric sebagai berikut:

- Dimensi Konsiderasi ( human) yaitu bobot utama seorang pemimpin dalam


berhubungan dengan anggota-anggota kelompok kerja.
- Struktur Inisiasi ( konsep/tehnical) , yaitu lebih menonjolkan bobot
pelaksanaan tugas pemimpin didalam membawa kelompok kea rah
pencapaian tujuan yang diharapkan, yaitu upaya mengidentifikasi dan
terlibat dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4.3. Hubungan Antara Fungsi dan Keberhasilan Pemimpin

Menurut Keith Davis dikutif Miftah ( 1994) empat sifatumum yang mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi :

12
a. Kecerdasan
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
c. Motivasi Diri dan DoronganBerprestasi
d. Sikap –sikap hubungan kemanusiaan

Hubungan antara fungsi dan keberhasilan seorang pemimpin, menurut


Cahyono (1984) bahwa penampilan seorang pemimpin dalam hubungannya dengan
pelaksanaan kedua fungsi , yaitu konsiderasi atau struktur inisiasi, dapat diperkirakan
dengan melihat nilai yang diberikan oleh teman-teman sekerjanya, dapat menentukan
fungsi tugas dengan keberhasilan kepemimpinan seorang pemimpin.

13
BAB. V
TEORI KONTINGENSI FRED E. FIEDLER

5.1. Efektifitas Pemimpin

Analisis mengenai kepemimpinan lebih banyak diarahkan kepada berbagai


fungsi atau dimensi kepribadian. Banyak usaha dilakukan untuk merekam hubungan
antara efektifitas pemimpin dengan nilai yang ia terima daripada supervisor, teman
sekerja, ataupun bawahannya. Akan tetapi masih bias dirasakan bahwa analisis
fungsional saja tidaklah cukup untuk memperoleh kesimpulan yang memadai.

Oleh Fred E. Fiedler dikutif Cahyono (1984) dikatakan bahwa pemimpin ialah
seorang anggota kelompok yang bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan
aktivitas-aktivitas yang ada kaitanya dengan tugas-tugas kelompok. Atau dikatakan
pula bahwa pemimpin adalah mereka yang mempunyai tanggungjawab utama dalam
menjalankan serangkaian fungsi kelompok.

Lebih lanjut Fred E. Fiedler mengemukakan bahwa factor yang paling


mendasar dan menentukan dalam proses kepemimpinan tidak lain adalah gaya
kepemimpinan. Dengan gaya kepemimpinan dimaksudkan adalah struktur individu
yang diperlukan yang mendasari perilakunya di dalam berbagai situasi kepemimpinan.

5.2. Tingkat Pengaruh Efektifitas Pemimpin

Pengakuan tentang teori kontingensi dalam mengkaji masalah-masalah


kepemimpinan menjadi sangat penting. Oleh karena teori ini pada dasarnta mengakui
adanya interaksi antara situasi dan karakterisik pemimpin. Oleh Fiedhler , dikatakan
bahwa situasi dan karakteristik pemimpin keduanya memainkan peranan yang
menentukan terhadap tingkat pengaruh ataupun efektifitas pemimpin. Lebih lanjut tiga
situasi berikut ini dipandang perlu diperhatikan dalam melihat berbagai komponen
kepemimpinan, yaitu hubunganpribadi pemimpin, kekuasaan pemimpinan dan struktur
tugas.

5.2.1. Hubungan Pribadi Pemimpin

Hubungan pribadi pemimpin dengan anggota organisasinya. Dilihat adalah


intensitas hbungan yang merupakan komponen pertama ini sebagian besar ditentukan

14
oleh kepribadian pemimpin. Untuk itu hubungan bias saja erat, dalam arti sangat
akarab dan bias pula jauh atau rengang.

Dalam komponen ini ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam banyak hal
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan baik dengan
anggota kelompok yang ain, pada kesempatan selanjutnya akan dapat mengatasi
kelemahannya dalam hal kekuasan karena posisinya.

5.2.2. Kekuasaan Pemimpin

Menyangkut kekuasan sah dan posisi pemimpinan bias dianggap sebagai


komponen untuk menentukan efektivitas pemimpin. Beberapa persoalan yang terkait
dengan situasi ini adalah:

- Seberapa jauh posisi yang dimiliki pemimpin dapat meningkatkan kekuasan


dan wewenangnya?

- Apakah pemimpin yang bersangkutan mempunyai kewenangan untuk


mengangkat atau memberhentikan bawahan?

- Dapatkah ia memberikan penghargaan kepada bawaha?

- Adakah kendali yang membatasi geraknya untuk mengarahkan bawahannya?

-Apakah organisasi yang dipimpinnya cukup menopang wewenangnya.

5.2.3. Struktur Tugas

Menyangkut struktur tugas yang harus dilaksanakan kelompok. Struktur ini


boleh disebut sebagai komponen yang menentukan efektivitas pemimpin. Karena
komponen ini menyangkut seberapa jauh yang diketahui pemimpin akan tugas-
tugasnya.

Dengan pemahaman akan struktur tugas ini, maka seorang pemimpin dapat
memahami masalah kepengikutan. Sebab pengikut tidak hanya sekedar menerima
atau menolak kehadiran kepemimpinan, akan tetapi pengikut yang menerima
pemimpin maupun situasi sekaligus mereaksi apa yang telah diterima.

15
BAB. VI
KEPEMIMPINAN DAN EFEKTIFITAS ORGANISASI

6.1. Pendahuluan

Edgar Schein dikutif Cahyono ( 1984) mengetengahkan empat asumsi yang


saling berbeda mengenai pekerja, yang banyak dianut oleh para pemimpin sepanjang
sejarah, dalam rangka kepemimpinan dan efektifitas organisasi. Yaitu : the rational –
economic, the social man, the self-actualizin man, dan the compleksman.

6.2. The Rational – Economic

Dalam pandangan Taylor ; motivasi utama yang berkembang dalam diri pekerja
tidak lain adalah bagaimana caranya memperoleh uang (penghasilan) berangkat dari
motivasi semacam ini, Taylor mengembangkan atau yang lebih populer disebut “
scientific managemen approach” .

Apabila manusia benar-benar dimotiver oleh uang sebagaimana yang


diasumsikan oleh teori rational-economic, maka salah satu tugas kepemimpinan
adalah memotiver pekerja itu sendiri untuk mau memperhatikan kemampuannya
secara maksimal dalam batas-batas kemampuan perusahaan dalam menghargai
prestasi kerjanya.

6.3. The Social Man

Elton Mayo, mengemukakan serangkaian asumsi mengenai pekerja yang bias


dianggap sebagai refleksi dari teori socialman. Asumsi tersebut ialah : Pertama : para
pekerja pada dasarnya dimotiver oleh kebutuhan social dan menentukan identitas
mereka berdasarkan hubungannya dengan pekerja lain . Kedua , para pekerja lebih
responsive terhadap kekuatan-kekuatan social yang ada diantara mereka dibanding
terhadap insentif dan kontrol managemen. Ketiga : para pekerja akan responsive
terhadap managemen sejauh supervisornya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
social bawahan dan meng”orang”kan bawahan.( manusiawi)

6.4. The Self- Actualizingman

Pemimpinan-pemimpin yang menganut pandangan bahwa manusia adalah


mahluk yang perlu mengaktualisasikan dirinya, memang boleh diakui sudah cukup

16
memperhatikan para bawahannya. Oleh Abraham Maslow, manusia akan lebih baik
jika manusia itu bias mengaktualisasikan dirinya dan mendayagunakan secara
maksimal sumber-sumber yang ada pada dirinya masing-masing. Pandang kebutuhan
akan aktualisasi diri cendrung mengarah kepada manusia ber pandang idealities dan
kurang realistis.

6.5. The Complex Worker

Model tentang manusia sebagai “compleks being” akan diperlukan dalam


rangka memperkaya persepsi kita tentang hakekat pekerja. Oleh Schein, konsepsi
“compleks worker” adalah sebagai berikut:

- Manusia tidak hanya komplek, akan tetapi juga merupakan variabel yang
cukup unik.
- Manusia pada dasarnya mampu mempelajari motif-motif bau melalui
keterlibatannya di dalam organisasi.
- Motif-motif manusia dalam organisasi yang berbeda ataupun dalam tiap-tiap
bagian yang berbeda dari organisasi yang sama mungkin saja bias berbeda.
- Manusia dapat memberikan respon terhadap berbagai bentuk strategi
menejerial yang berbeda, yang kesemuanya akan sangat tergantung
kepada motif, kemampuan dan hakekat tugas yang dijalankan.

Berkaitan dengan konsepsi tersebut, pemimpin-pemimpin yang mengakui akan


kompleksitas manusia sudah barang tentu harus peka tehadap perbedaan –
perbedaan individu, baik yang menyangkut kebutuhan, ketakutan, ataupun
kemampuan bekerjanya.

6.6. Peranan Kepemimpinan Dalam Proses Administrasi dan Managemen.

Peranan kepemimpinan dalam kegiatan administrasi dan managemen adalah


demikian penting. Karena diketahui bahwa kepemimpinan merupakan inti dari
managemen, oleh sebab itu kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-
sumber dan alat-alat , manusia dan alat-lat lain dalam suatu organisasi. Pentingnya
peranan kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi sangat ditentukan kualitas
kepemimpinan yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu.

Hakekat seorang administrator adalah seorang pemimpin yang memiliki


tingkatkan dalam level kegiatan managemen. Sehingga konsep pemimpin adalah
17
seorang yang diserahi tugas dengan memiliki bawahan. Oleh karenanya sukses
tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan tergantung atas
cara-cara memimpin yang diprakekan oleh orang-orang “atasan” itu.

Sebaliknya sukses tidaknya seorang pemimpin melaksanakan tugas


kepemimpinannya, tidak hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis ( technical
skills) yang dimilikinya, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahlian
menggerakan orang lain untuk bekerja dengan baik ( managerial skills).

Seorang pemimpin yang baik adalah seorang adalah seseorang yang tidak
melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil
keputusan , menentukan kebijaksanaan dan menggerakan oran lain untuk
melaksanakan keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
digariskan.

6.7. Kesimpulan.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar


mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap suatu
pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka disini kegiatan kepemimpinan itu telah dimulai.

Pengaruh dan kekuasan dari seseorang pemimpin mulai tampak relevansinya.


Dengan demikian peranan pemimpin di dalam organisasi tetap berupaya untuk
mengatasi konflik dan memiliki kemampuan untuk menggerakan berbagai sumber
yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
kepemimpinan dapat dimulai dari mana saja.

Konflik merupakan persoalan yang acapkali timbul dalam organisasi. Masing –


masing konflik mempunyai cara tersendiri dalam pemecahan masalahnya,oleh karena
itu seorang pemimpin perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang disesuaikan
dengan situasi an kondisi yang dihubungan dengan karakteristik kepribadian seorang
pemimpin.

18

Anda mungkin juga menyukai