Anda di halaman 1dari 18

UJIAN KOMPREHENSIF

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


(MPI) S2

JAWABAN UJIAN KOMPREHENSIF KEPRODIAN

Disusun Oleh:
NAMA HILYA GANIA ADILAH
NIM 2200060062

PASCSARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
1. Studi kepemimpinan
a. Pengertian kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “Leadership” yang berasal
dari kata “Leader”. Pemimpin adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan
merupakan jabatanya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya membimbing dan
menuntun (Pramuji, 1995:5).1
Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan Adminintrasi
Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan orang
lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut
Terry dan Rue (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang
ada dalam diri seorang pemimpin, memengaruhi orang lain untuk bekerja sama
secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.2
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing
melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum seluruh
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan
efisien.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatankegiatan kelompok
yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp
M.Stogdill). Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan. (Robert Dubin). Kepemimpinan adalah individu
di dalam kelompokyang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasaian
yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E.Fiedler)3. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan

1
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi Dalam
Pengelolaan Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hlm. 75
2
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 274
3
Putri Asifa dan Hade Afriansyah, Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan Pendidikan ,
Padang 2020, Universitas Negeri Padang Indonesia
untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
b. Teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan sebagai dikutif dalam jurnal sebagai berikut4:
a) Teori Pertama Seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang
dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Hanya orang yang memiliki kemampuan
dan bakatlah yang bisa menjadi pemimpin. Sehingga muncul istilah “leaders
are borned not built”. Teori ini disebut juga teori genetis.
b) Teori Kedua Seseorang akan menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu
atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Seseorang dapat menjadi
pemimpin bila diberi kesmpatan dan pembinaan meskipun tidak memiliki
bakat atau pembawaan. Maka muncul istilah “leaders are build not borned”.
Teori ini disebut teori social.
c) Teori Ketiga Merupakan gabungan antara teori pertama dan teori kedua,
untuk menjadi pemimpin perlu bakat dan disertai pembinaan bakat tersebut.
d) Teori Keempat Setiap orang bisa menjadi pemimpin asalkan kemampuannya
diperlukan pada kondisi tersebut. Teori ini disebut teori situasi.
c. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan Pendidikan dijelaskan dijelaskan sebagai berikut5:
Tipe atau gaya kepemimpinan adalah pola menyuruh dari tindakan seorang
pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahanya.
Terdapat beberapa tipe kepemimpinan yaitu:
1) Tipe Kepemimpinan Karismatik
Dalam kepemimpian karismatik memiliki energi, daya tarik dan pembawa yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlah-jumlahnya dan pengawal-pengawalnya yang bisa diercaya.
2) Tipe Militeristis

4
Putri Asifa dan Hade Afriansyah, Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan Pendidikan ,
Padang 2020, Universitas Negeri Padang Indonesia
5
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi Dalam
Pengelolaan Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hlm.
Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya luaran saja yang mencontoh
militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe
kepemimpina otoriter.
3) Tipe otokratis
Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak
dan harus dipenuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal.
Pada a one-man-show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi setiap perintah
dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahnya. Anak buah tidak
pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus
dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.
4) Tipe Laissez Faire
Pada kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dan
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semua sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan
pemimpin simbol dan biasanya tidak mempunyai ketrampilan teknis, sebab
duduknya sebagai direktur atau pemimpin, ketua dewan, komandan, atau kepala.
5) Tipe Populistis
Profesor peter worsley dalam bukunya the third world mendifinisikan
kepemimpinan popularistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan
solidaritas rakyat misalnya soekarno dengan ideologi marhaenismenya, yang
menekankan masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati
terhadap kolonialisme dan penindasan, penghisapan serta penguasaan oleh
kekuatan-kekuatan asing (luar negri).
Kepemimpinan popularistis ini berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakat
yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang-hutang luar negri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan
kembali nasionalisme. Dan oleh profesor S.N Einsentadt dikaitkan dengan
modernitas tradisional.
6) Tipe Administrasi atau Eksekutif
Kepemimpian tipe administrasi ialah kepemimpinan yang mampu
menyelanggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para
pemimpinanya terdiri dari teknokrat dan administratur yang mampu menggerakan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian dapat di bangun
sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk
memantapkan integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada
umumnya. Dengan demikian administrasi ini diharapkan adanya perkembangan
taknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan sosial
ditengah masyarakat.
7) Tipe Paternalistis
Tipe ini yaitu kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai
berikut:
a) Dia menganggap bawahanya sebagai manusia yang belaum dewasa, atau
anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b) Dia bersikap terlalu melindungi
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
d) Kepemimpinan ini hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk berinisiatif.
e) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan
kesepatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas mereka sendiri.
f) Selalu bersikap paling benar.
8) Tipe Demokrasi
Kepemimpian demokrasi berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan
yang efisien kepada pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak
pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada
partisipasi aktif dari setiap kelompok.
Gaya kepemimpinan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut6 :
1. Gaya direktif. Pemimpin yang direktif  pada umumnya membuat
keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya.
Semua kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit saja kebebasan orang
lain untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan. Pada dasarnya gaya ini
adalah gaya otoriter.
2. Gaya konsultatif. Gaya ini dibangun di atas gaya direktif, kurang otoriter
dan lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota
organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi, memberikan
bimbingan, motivasi, memberi nasihat dalam rangka mencapai tujuan.
3. Gaya partisipatif. Gaya partisipasi bertolak pada gaya konsultatif yang bisa
berkembang searah saling percaya antara pemimpin dan bawahan.
Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara itu,
kontak konsultatif terus berjalan.
4. Gaya free-rein atau gaya delegasi, yaitu gaya yang mendorong
kemampuan untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang
dilakukan oleh pemimpin sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila
staf memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar
tujuan dan sasaran organisasi.
d. Tugas dan fungsi kepemimpinan
Menurut pendapat saya bahwa Tugas kepemimpinan antaralain:
a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan
penuh rasa kebebasan
b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta
dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam
menetapkan dan memjelaskan tujuan.
c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian
menetapkan prosedur mana yang paling efektif dan efisien.

6
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 45-46
d. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama
dengan kelompok.
Fungsi Kepemimpinan antaralain7
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara
operasional dapatdibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1) Fungsi Instruktif. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang
menentukan apa (isi perintah), bagaimana (caramengerjakan perintah),
bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya),
dandimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat
diwujudkan secara efektif.Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan perintah.
2) Fungsi konsultatif. Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif
sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebutdigunakan manakala pemimpin
dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3) Fungsi Partisipasi. Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yangdipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiapanggota
kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakankegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai
dengan posisi masing-masing.
4) Fungsi Delegasi. Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin
memberikan pelimpahan wewenang membuayatau menetapkan keputusan.
Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpinkepada
orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannyasecara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini,
harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak
mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.5. Fungsi
Pengendalian.Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang

7
Nanang asmuni, Tugas dan Fungsi Pemimpin www.academia.edu di
efektif harus mampu mengaturaktifitas anggotanya secara terarah dan
dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkantercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
e. Model-model kepemimpinan
Model-model kepemimpinan yang saya ketahi antaralain:
1) Kepemimpinan Manajerial (managerial)
Fokus seorang pemimpin adalah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan
kompetensinya dan Otoritas dan pengaruh bersifat formal, hierarkis dan birokratis
2) Kepemimpinan Partisipatif (participative)
Proses pengambilan keputusan secara kelompok, Keterlibatan menimbulkan sikap
demokratis, meningkatkan keefektifan tim dan lembaga serta bertanggungjawab.,
Rasa betanggungjawab dapat menimbulkan rasa memiliki.
3) Kepemimpinan Transformation
• Model yang komprehensif menggunakan pendekatan normatif
• Model ini lebih sentralistik, lebih mengarahkan, lebih mengontrol sistem
• Model cenderung berbuat sewenang-wenang karena kepemimpinan yang kuat,
berani berkorban sebagai pahlawan, karismatik, dan konsisten dengan teman
sejawat dalam
berbagai nilai dan kepentingan umum.
• Jika model berjalan optimal, mampu melibatkan stakeholders dalam mencapai
tujuan
2. Yang dimaksud pemikiran George R. Terry
Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui
atau bersama-sama usaha orang lain.
George R. Terry,1958 membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan)
dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan
POAC. Adapun penjabarannya antaralain:
Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan
dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan
datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.”
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-
macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-
orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik
yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap
kegiatan yang diharapkan
.Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok
agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan
dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian
dari pihak pimpinan.
“…Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus
dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan, dan bilaman perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard (ukuran).

3. Yang dimaksud beberapa istilah


a. Social demand
Social Demand (kebutuhan masyarakat) adalah pendekatan yang digunakan dalam
menyusun rencana pengembangan Pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat dalam haknya memperoleh Pendidikan, seperti kebutuhan Pendidikan
berdasarkan jumlah masyarakat usia sekolah di suatu tempat, output yang
diharapkan mayarakat untuk pengembangan masyarakatnya dll.
b. Manpower
Manpower adalah tenaga kerja atau SDM yang akan terlibat di Lembaga
pendidikan. Yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini perlu
diperhatikan dalam perencanaan. Karena SDM sebagai pengelola.
c. Cost and benefit 
Dalam mengelola Pendidikan harus selalu memperhitungkan biaya yang akan
dikeluarkan serta manfaat yang akan diterima dari suatu tindakan atau kegiatan
ekonomi yang dilakukannya.
d. Cost Effectiveness
Dalam mengelola Pendidikan perlu memerhatikan hal ini karena penerapan cost
effectiveness adalah proses menilai efektifitas dari suatu program atau intervensi
dengan membandingkan nilai biaya (cost) dengan outcome yang dihasilkan.
4. Pandangan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah
Menurut pandangan saya pelimpahan wewenang yang dilakukan pemerintah
pusat terhadap daerah menimbulkan dampak positif dan negative. Pelimpangan
wewenang dinamakan desentralisasi. Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut:
1.    Dampak Positif
      Ada beberapa dampak positif dari penerapan desentralisasi pendidikan, yaitu
meningkatkan efektivitas sekolah, orang tua lebih terlibat dalam pengelolaan
pendidikan, meningkatkan daya saing yang tinggi, dan wewenang pengambilan
kebijakan semakin luas bagi sekolah.
           Dampak positif pertama adalah meningkatkan efektifitas sekolah. Adapun
karakteristik sekolah efektif yang tinggi meliputi: 1) prestasi, orientasi, harapan
yang tinggi, 2) kepemimpinan pendidikan, 3) konsensus dan kohesi di antara staf,
4) kualitas kurikulum/kesempatan untuk belajar, 5) iklim sekolah, 6) suasana
tertib, 7) orientasi yang efektif dan hubungan internal yang baik, 8) potensi yang
evaluatif, 9) keterlibatan orang tua, 10) iklim kelas, dan 11) waktu belajar yang
efektif (USAID, t.t: 5-6). Dengan demikian, sekolah yang efektif merupakan hasil
dari keefektifan komponen-komponen sekolah.
       Kedua berkenaan dengan keterlibatan orang tua di sekolah. Desentralisasi
akan melibatkan orang tua dalam mencapai pendidikan yang berkualitas. Hal
tersebut dikarenakan orang tua dapat memantau kegiatan siswa di rumah maupun
di sekolah. Dengan demikian keterlibatan orang tua akan memberi efek positif
dalam proses belajar, penyesuaian di sekolah, dan prestasi siswa.
Ketiga yaitu meningkatkan daya saing yang tinggi. Jiwa dan ruh kebijakan
desentralisasi pendidikan telah lama diidamkan oleh masyarakat, khususnya
dalam menghadapi era persaingan bebas yang mengharuskan masyarakat kita
memiliki kompetensi dan daya kompetitif yang tinggi. Maka antarsekolah akan
berlomba-lomba meningkatkan kualitas sekolah sehingga menghasilkan lulusan
berkualitas yang dapat dimanfaatkan di dunia kerja. 
       Keempat yaitu dampak positif yang dilihat dari aspek Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang merupakan implementasi dari desentralisasi pendidikan.
Desentralisasi pendidikan memberikan wewenang yang luas kepada sekolah untuk
pengambilan keputusan bersama termasuk guru. Dengan demikian, peran serta
guru dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kejelasan guru tentang
tujuan pengajaran serta metode yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas
pengajaran

Ada beberapa penelitian yang menunjukan bahwa desentralisasi pendidikan


berpengaruh positif terhadap kualitas Pendidikan.8 Di antaranya adalah hasil
penelitian-penelitian yang dipublikasikan oleh USAID (t.t: 8-12). Hasil penelitian
itu meliputi, penelitian yang dilakukan oleh Educo pada tahun 2000 dan
Nikaragua tahun 1999, secara luas membuat kesimpulan bahwa ada pengaruh
positif dan hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pengambilan
keputusan terhadap prestasi siswa dan juga mengukur pengambilan keputusan
kepegawaian guru dan pemantauan kegiatan guru. Selanjutnya adalah penelitaian
yang telah dilakukan oleh PEC dan AGE di Meksiko tahun 2006 dan Gropello di
Chili tahun 2002 menunjukan bahwa desentralisasi meningkatkan kinerja sekolah
dan prestasi siswa. Kemudian hasil studi Galiani dan Schargrodsky tahun 2002 di
Argentina  menunjukan bahwa sekolah desentralisasi memiliki dampak lebih baik
pada peningkatan rata-rata nilai ujian siswa dibandingkan dengan sekolah
sentralisasi. Terakhir adalah hasil studi yang dilakukan di Ethiopia pada tahun
2002, menunjukan bahwa angka partisipasi dunia belajar untuk usia belajar anak
meningkat lebih dari 40 persen setelah empat tahun.
2.    Dampak Negatif
Desentralisasi pendidikan tidak selalu memberikan dampak positif dalam
peningkatan kualitas pendidikan tetapi juga dampak negatif. Beberapa dampak
negatif desentralisasi pendidikan sebagai berikut: Pertama, dikemukakan oleh

8
http://cecephasib.blogspot.com/2018/04/mengidentifikasi-dampak-desentralisasi.html
USAID berdasarkan hasil penelitiannya yang mengatakan bahwa dalam hal
pembiayaan, desentralisasi membutuhkan pembiyaan yang tidak sedikit sehingga
perbedaan kapasitas fiskal di tingkat lokal dapat membuat kesenjangan
pengeluaran dan penghasilan pendidikan). Kedua, hasil studi lain yang dilakukan
di Sao Paulo, Brazil ditemukan bahwa desentralisasi memperlebar kesenjangan
antara sekolah yang baik dan buruk (Madeira, 2007: 19-24). Ketiga, tidak
meratanya kemampuan keuangan daerah (Pendapatan Asli Daerah) dalam
menopang pembiayaan pendidikan di daerahnya, terutama daerah-daerah miskin
(Albab, U., 2005: 4).  Dari ketiga dampak negatif tersebut lebih menekankan pada
kesenjangan antara penyelenggaraan desentralisasi pendidikan yang mahal dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
5. Misi Utama Supervisi Pendidikan
Dengan adanya supervisi, memberikan dampak posiif terhadap keberlangsungan
Pendidikan. Karena supervisi merupakan proses pemberian bantuan terhadap
kesulitan yang dihadapi oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan baik dari
segi akademik maupun manajerial. Adapaun dampak positif dari pelaksanaan
supervisi dapat dilihat dari tujuan dan manfaatnya yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
Tujuan Supervisi
1. Membina guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
2. Memperbesar kesanggupan guru untuk mempersiapkan peserta didiknya
menjadi anggota masyarakat yang efektif.
3. Membantu guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-
aktivitasnya dan kesulitan mengajar belajar.
4. Meningkatkan kesadaran guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata
kerja yang demokratis dan kooperatif.
5. Membantu guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks
tujuan aktivitas perkembangan peserta didik.
6. Mengembangkan ‘esprit de corps’ guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan
persatuan antar guru-guru
7. Meningkatkan komunikasi satu sama lainnya saling mengawasi di dalam
suatu manajemen
Manfaat Supervisi
1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
kerjasama diantara guru
2. Merupakan pemicu atau penggerak terjadinya perubahan dapa unsur-unsur
yang terkait dengan pendidikan
3. Meningkatkan kemampuan guru dalam hal memimpin dan membimbing
6. Tahapan Manajemen Strategik
Sedarmayanti meyebutkan bahwa tahapan manajemen strategi dalam tabel
berikut ini9:
Tabel 2.1
Proses Manajemen Strategik

Aspek Manajemen
NO Kegiatan
Strategis
a. Perumusan visi dan misi
b. PLI dan PLE; KAFI dan KAFE
c. Analisis Pilihan Strategi dan Faktor
faktor Keberhasilan
Formulasi
1 d. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan
Strartegi
Strategi (Perencanaan Strategis)

a. Rencana Program dan Kegiatan


b. Penganggaran (Alokasi Biaya)
Implementasi c. Sistem Pelaksanaan, Pemantauan, dan Pengawasan
2
Strategi

d. Pengukuran dan evaluasi kinerja


3 Evaluasi Strategie. Pelaporan dan Pertanggung Jawaban

7. Pandangan SIM di Era Global dalam dunia pendidikan


Suatu lembaga pendidikan yang memiliki segmen pasar tertentu yang
tidak pernah berhenti untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar jasa
9
Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama, 2016).
pendidikan yang diberikan dapat disajikan lebih kompetitif terutama di era
global. Salah satunya penggunaan Sistem informasi manajemen pendidikan,
dimana dapat menunjang untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan.
Mutu pendidikan itu sendiri adalah suatu takaran atau ukuran tentang baik dan
buruknya suatu proses perubahan sikap dan karakter seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia agar dapat mendekatkan diri kepada
sang pencipta melalui sebuah bimbingan pengajaran dan pelatihan.
Untuk meningkatkan kualitas dari pendidikan, sistem informasi
manajemen berperan penting yaitu, sebagai berikut10 :
1) SIM dapat meningkatkan aksebilitas data yang terpapar secara tepat waktu dan
akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara dari sistem
informasi yang ada. 2) SIM membantu mengembangkan proses perencanaan
yang lebih efektif dan efisien. 3) SIM dapat mengantisipasi serta memahami
konsekuensi ekonomis baik dari sistem informasi dan teknologi baru yang
berkembang. 4) Sekolah dapat menggunakan sistem informasi untuk dapat
mengolah data transaksi, mengurangi biaya dan memberikan pendapatan sebagai
suatu produk pelayanan. 5) SIM dapat menganallisis suatu kebutuhan-kebutuhan
informasi yang diperlukan 6) SIM sebagai pengendalian manajemen adalah untuk
mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan
tentang keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, serta
mengalokasikan sumber daya yang telah tersedia. Sistem informasi manajemen
pendidikan dapat meningkatkan aksestabilitas data yang dipaparkan dengan tepat
dan akurat dalam kurun waktu yang cepat untuk para pengguna informasi tanpa
melalui agen sistem informasi. Sistem informasi juga dapat menjamin kualitas
dan kuantitas serta keterampilan didalam memanfaatkan SIM secara kritis dan
dapat menegembangkan sebuah perencanaan agar lebih efektif. SIM juga
memudahkan pekerjaan dari staf TU untuk dapat mengolah dan mengarsipkan
data siswa agar tersusun dengan rapi.
8. Langkah pemasaran jasa Pendidikan islam

10
Linda Nilhuda, Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan,
Administrasi Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Dunia pendidikan telah memasuki zaman globalisasi, dimana iklim kompetisi
sudah merambah pada setiap lembaga pendidikan. Dalam iklim kompetisi
seperti saat ini, sangatlah sulit bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat
hidup dengan baik jika tidak memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
cepat dan mampu berkembang dengan berbagai tuntutan pengguna lembaga
pendidikan.
Langkah-langkahnya antaralain:
1. Menentuksn identifikasi pasar
2. Segmenting, Targetting, dan Positioning
3. Diferensiasi Bauran Pemasara
Differensiasi merupakan cara yang paling efektif dalam menarik perhatian pasar.
Begitu banyaknya lembaga pendidikan, calon siswa dan orang tua siswa akan
mendapat kesulitan dalam memilih lembaga 68 Ali Hasan, Marketing dan, 404.
58 pendidikan mana yang tepat karena atribut-atribut lembaga pendidikan
semakin standar.
9. Penjelasan nama standar dan pola penjaminan mutu
Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)
merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam
mengelola organisai dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan
dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada
tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai
terhadap terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang
bersangkutan. Masalah kualitas dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan
tanggung jawab semua pihak dalam organisasi.
Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk mengoptimalkan
organisai dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen
Mutu Terpadu berkaitan dengan: - Fokus pada pelanggan, baik pelanggan
internal maupun eksternal. - Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas -
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan massalah - Memiliki komitmen jangka penjang - Membutuhkan
kerjasama tim - Memperbaiki proses secara berkesinambungan -
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan - Memberikan kebebasan yang
terkendali - Memiliki kesatuan tujuan - Adanya keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan
Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang
terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak
kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan
(Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari
ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-
kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan
internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara
global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan
pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang
kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.
Nama ISO Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan antara
nama lengkap “International Organization for Standardization” dengan
kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat. Anggapan itu benar
bila penetapan nama didasarkan pada kependekannya. Yang sebenarnya, istilah
ISO bukan merupakan kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi
internasional tersebut. “ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang
mempaunyai arti “sama” (equal). Awalan kata “iso-“ juga banyak dijumpai
misalnya pada kata “isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan sebagainya. Dari kata
“sama” (equal) menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih sebagai nama organisasi
yang mudah untuk dipahami. ISO sebagai nama organisasi juga dalam rangka
menghindari penyingkatan kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa
lain dari negara anggota, misalnya IOS dalam bahasa Inggris, atau OIN
(Organisation Internationale de Normalisation) dalam bahasa Perancis, atau OSI
(Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian apapun bahasa yang digunakan, organisasi ini namanya tetap ISO.
10. Hubungan Cost bannefit analitiys
cost and benefit yaitu selalu memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan serta
manfaat yang akan diterima dari suatu tindakan atau kegiatan ekonomi yang
dilakukannya.

Manfaat biaya pendidikan oleh para ahli pendidikan sering disebut dengan Cost
Benefit Analysis, yaitu rasio antara keuntungan financial sebagai hasil pendidikan
biasanya diukur dengan penghasilan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
pendidikan. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi
juga dalam bentuk biaya kesempatan. Biaya kesempatan income forgone yaitu
potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau
menyelesaikan studi. Dengan demikian, biaya keseluruhan C selama di tingkat
persekolahan terdiri dari biaya langsung L dan biaya tidak langsung K. Dalam
rumusannya digambarkan sebagai berikut : C = L + K Biaya pendidikan
merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan
sekolah.

Untuk menganalisis keputusan Investasi dalam pendidikan dapat menggunakan


Cost Benefit Analysis atau Rate of Return Analysis. Cost Benefit Analysis 1.
Secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi efisiensi atau disebut juga
keefektifan biaya (cost effectiveness), dan efisiensi eksternal atau disebut manfaat
biaya (cost benefit). 2. Cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas
investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap dan keterampilan. 3.
Dalam perhitungan investasi terdapat dua hal penting yaitu (1) Investasi
hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar nilai
instrinsiknya, (2) nilai guna dari kemampuan. 4. Analisis biaya manfaat (cost
benefit analysis) merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan


Aplikasi Dalam Pengelolaan Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba,
2012), hlm. 75
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 274
Putri Asifa dan Hade Afriansyah, Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan
Pendidikan , Padang 2020, Universitas Negeri Padang Indonesia
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm. 45-46
http://cecephasib.blogspot.com/2018/04/mengidentifikasi-dampak-
desentralisasi.html
Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama, 2016).
Linda Nilhuda, Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan, Administrasi Pendidikan, Universitas Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai