1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan
atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka kepemimpinan adalah kekuasaan untuk
memengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu.
Menurut beberapa ahli:
a. Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.
b. Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan nonstruktural. Dalam
konteks struktural kepemimpinan diartika sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang
yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi
pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
c. Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi
sebagai suatu peran yang memerintah.[1]
d. Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses
memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan
dan antusias.
e. Frigon menjelaskan leadership is the art and sciene of getting others to perform and achieve
vision.
f. Nanus mengemukakan leadership role in policy formation has a solid foundation in practice
and is safely short of usurfing a governing broads prerogrative in establishing policy
g. Overton berpendapat leadership is ability to get work done and through others while gaining
then confidence and cooperation.
Maka dari beberapa defenisi yang disampaikan diatas dapat kita pahami bahwa kepemimpian
merupakan usaha untuk memengaruhi orang dengan memberikan motivasi dan arahan agar bekerja
sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Terdapat tiga teori munculnya pemimpin, yaitu teori genetis, teori sosial dan teori ekologis.
Sekian dari informasi ahli mengenai teori teori munculnya pemimpin, semoga tulisan informasi
ahli mengenai teori teori munculnya pemimpin dapat bermanfaat.
Tipologi kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam
kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe
berdasarkan jenis-jenisnya. Dalam teori kepemimpinan sedikitnya ada tipologi kepemimpinan
yang dikenal dewasa ini, yaitu sebagai berikut :
1. Tipe Otoriter
Tipe otoriter adalah pemimpin pada setiap kegiatan yang dilakukan selalu melakukan
penetapan keputusan ditentukan oleh pemimmpin itu sendiri tanpa memberikan kesempatan pada
bawahan.
Pemimpin otoriter memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi
sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu
tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Demokratis
Tipe Demokratis adalah pemimpin pada setiap kegiatan yang dilakukan selalu melakukan
penetapan keputusan dengan bermusyawarah dengan bawahannya.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan
selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai
tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama,
tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.
3. Tipe Liberal
Tipe Liberal adalah pemimmpin pada setiap kegiatan yang dilakukan selalu melakukann
penetapan keputusan dengan meliimpahkan kepada bawahannya.
Berikut ciri pemimpin liberal :
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3. Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahanya
5. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan
para bawahan
6. Prakarsa selalu datang dari bawahan
7. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
8. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok
9. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang
4. Tipe Populis
Tipe pemimpin yang mampu membangun rasa solidaritas pada bawahan atau pengikutya.
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme
5. Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan yang memiliki ciri khas kepribadian yang istimewa atau wibawa yang
tinggi sehingga sangat dikagumi dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap bawahan
atau pengikutnya.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai
daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya
sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka
menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah
seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma
meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
6. Tipe Kooperatif
Tipe pemimpin kooperatif merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Karena kepemimpinan
kooperatif memiliki jiwa pancasila, memiliki wibawa serta daya untuk membawa dan memimpin
lingkungannya kedalam kesadaran kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
7. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan,
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
8. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa,
bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
Seorang manajer akan bertanya, Bagaimana? dan Kapan? sebaliknya seorang pemimpin
akan bertanya, Apa? dan Mengapa?. Dalam kebanyakan profesi, manajer dan pemimpin
akan memikul peran yang sama. Bagaimana pun juga, jika seorang pemimpin dari sebuah bisnis
hanya mengelola sebuah perusahaan, dan tidak menantang potensi sesungguhnya, maka ia
kemungkinan akan tertinggal di belakang teman-teman industrinya. Demikian juga, jika manajer
melampaui batasan-batasannya dan mencoba menentang perusahaan, mereka akan segera
kehilangan pekerjaan mereka.
Pada beberapa kasus, dimana mikro-manajemen sangat penting untuk memaksimalkan efesiensi,
memelihara keterampilan, dan menjaga karyawan-karyawan tetap terorganisasi, manajer yang
kuat sangat dibutuhkan untuk mencegah angka pergantian karyawan yang tinggi dan kekeringan
otak dari pekerja yang terampil. Pemimpin yang baik juga akan tetap tinggal di garis depan
pertempuran, dan sangat mengenal setiap aspek perusahaan, memimpin dengan memberikan
inspirasi sebaliknya daripada memaksa menggunakan kendali kedudukan hirarki.
Seorang manajer sempurna yang mencapai status pemimpin sejati akan dapat memimpin orang
dengan efektif dan menggambar kekuatan dan pengetahuan yang tepat, yang dimiliki setiap
individu dalam sebuah perusahaan. Banyak manajer akan berjuang keras untuk dapat melakukan
ini, tetapi mereka tidak pernah mencapai titik ini. Hanya sedikit dari manajer yang terampil, yang
dapat berkembang menjadi seorang pemimpin sejati.
Perbedaan Pemimpin dan Manajer
Diskursus tentang perbedaan pemimpin (leader) dan manajer memang tidak ada habisnya. Salah
satu sebabnya adalah satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa keberadaan peran
lain. Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to manage) akan gagal dalam kepemimpinannya,
sementara manajer yang tidak bisa memimpin (to lead) akan gagal dalam aktivitas
manajerialnya. Namun sesungguhnya pemimpin (leader) dan manajer merupakan dua konsep
yang berbeda dan terdapat perbedaan diantara keduanya.
Manajer Pemimpin
Mengelola Berinovasi
Dapat di cetak Tidak dapat di cetak
Memelihara Mengembangkan
Memfokuskan pada sistem dan struktur Memfokuskan pada orang-orang (bawahan)
Mengandalkan kontrol Menumbuhkan kepercayaan
Berorientasi jangka pendek Memiliki perspektif jangka panjang
Bertanya bagaimana dan kapan Bertanya apa dan mengapa
Berorientasi pada hasil Berorientasi pada peluang-peluang masa depan
Meniru Menciptakan
Menerima status quo Menentang status quo
Seperti tentara yang siap selalu diperintah Adalah dirinya sendiri
Melakukan dengan benar Melakukan hal yang benar
Lebih spesifik, perbedaan pemimpin (leader) dan manajer dapat dilihat dari tiga hal yang
selalu berkaitan dengannya, yaitu: sumber kekuasaan yang diperoleh, bawahan, dan lingkungan
kerja.
Berdasarkan sumber kekuasaan yang diperoleh, seorang manajer dipilih melalui jalur
formal (seperti dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Artinya
seseorang dapat menjadi manajer jika mempunyai dasar yuridis yaitu adanya surat keputusan atau
surat pengangkatan. Sedangkan pemimpin (leader) kekuasaan yang dimiliki berdasarkan
kontrak sosial dengan anggota atau bawahan.
Berkaitan dengan bawahan, manajer memiliki bawahan yang biasanya disebut
sebagai staf atau karyawan yang memiliki posisi formal dalam struktur hierarki
organisasi. Bawahan atau karyawan menuruti perintah-perintahmya, karena takut dikenakan
hukuman oleh manajer. Sedangkan Pemimpin (leader) memiliki bawahan yang biasanya disebut
sebagai pengikut. Bawahan atau pengikut menjalankan perintah dari pimpinan (leader) atas dasar
kewibawaan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan kemampuan
serta perlakuannya yang baik.
Adapun dari segi lingkungan kerja, manajer biasanya hanya dapat memimpin pada
lingkungan kerja organisasi formal saja dan bertanggung jawab kepada
atasannya. Sedangkan pemimpin (leader) dapat memimpin lingkungan kerja organisasi baik
formal maupun informal dan bertanggung jawab kepada anak buahnya. Seorang pemimpin
(leader) merupakan bagian dari pengikut sedangkan manager merupakan bagian dari organisasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa pimpinan (leader) memiliki fungsi
dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama
yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer berkaitan dengan manajemen, yaitu kegiatan-
kegiatan seputar perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff
(staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling). Dalam menjalankan fungsinya,
seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara struktural
yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan atau hukuman untuk
mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang pemimpin (leader) lebih menekankan pengaruh atau
karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk mengikuti arahan sang pemimpin.
Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan
bawahan mengikutinya. Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.
Pemimpin dan manajer merupakan salah satu intisari, sumber daya pokok, dan titik sentral
dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Bagaimana
kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin atau manajer dalam menjalankan wewenangnya
akan sangat menentukan apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut dapat tercapai atau
tidak. Hal yang perlu di tekankan adalah bahwa tidak selamanya manajer buruk dan pemimpin
adalah baik. Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat di antara keduanya, sangat dibutuhkan
dalam organisasi, pada berbagai tingkat jabatan yang berbeda-beda. Sehingga organisasi yang
tengah dijalani dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
4. Katalisastor (catalysing)
Secara kimiawi, arti kata katalis atau katalisator ialah sat yang tidak ikut bereaksi, tetapi
mempercepat reaksi (kimia). Dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan
sebagai seorang katalisator apabila pemimpin tersebut berperan selalu meningkatkan penggunaan
segala sumberdaya manusia yang ada, berusaha memberikan reaksi yang memberikan semangat
dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin, serta selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa
perubahan.
Teori Kepemimpinan kontemporer merupakan teori yang dikembangkan baru-baru ini. Dalam
bagian ini kami menyajikan tiga teori kepemimpinan kontemporer yang komponen umumnya
adalah bahwa teori itu menampilkan pemimpin sebagai sosok yang menggunakan kata-kata,
gagasan dan kehadiran fisik mereka untuk memerintah pasukan, yaitu : Kepemimpinan
kharismatik, kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan visioner.
A. KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
Max Weber, seorang sosiolog adalah ilmuwan pertama yang membahas kepemimipinan
karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti anugrah) sebagai suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan
mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas
supernatural, manusia super atau paling tidak daya-daya istimewa.
Peneliti pertama yang membahas kepemimipinan karismatik dalam kaitannya dengan PO adalah
Robert House. Menurut teori kepemimipinan karismatik House, para pengikut memandang
sebagai sikap heroik atau kepemimipinan yang luar biasa saat mengamati perilaku tertentu.
a.1 Pemimipin Karismatik : Dilahirkan atau Diciptakan ?
Meskipun beberapa orang beranggapan bahwa karisma merupakan anugerah dan oleh karenanya
tidak bisa dipelajari, sebagian besar ahli percaya seseorang juga bisa dilatih untuk menampilkan
perilaku yang karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi seorang pemimpin yang karismatik.
Memang terdapat kecenderungan tertentu, dan bisa jadi hal tersebut itu bermanfaat, tetapi tidak
berarti orang tidak bisa berubah. Beberapa orang pengarang mengatakan bahwa seseorang bisa
belajar menjadi karismatik dengan mengikuti proses yang terdiri dari tiga tahap.
seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara pandang yang
optimis, menggunakan kesabaran sebagai katalis untuk menghasilkan antusiasme, dan
berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan cuma dengan kata-kata.
seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan ikatan yang menginspirasi orang lain
tersebut untuk mengikutinya.
seseorang menyebarkan potensi kepada para pengikutnya dengan cara menyentuh emosi mereka.
a.2 Cara Pemimpin yang Karismatik Mempengaruhi Pengikutnya
Dimulai dari pernyataan visi sang pemimpin. Visi (vision) adalah strategi jangka panjang untuk
mencapai tujuan atau serangkai tujuan. Visi ini memberikan nuansa kontinuitas bagi para pengikut
dengan cara menghubungkan dengan keadaan saat ini dengan masa depan yang lebih baik bagi
organisasi. Sebuah visi belumlah lengkap tanpa adanya pernyataan visi (vision statement), yaitu
pernyataan formal visi atau misi organisasi. Pemimpin yang karismatik bisa menggunakan
pernyataan visi untuk menanamkan tujuan dan sasaran ke benak pengikutnya. Setelah visi dan misi
ditetapkan, sang pemimpin kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dan
meyakini bahwa para bawahan bisa mencapainya. Hal ini bisa meningkatkan rasa percaya diri
bawahan. Selanjutnya, sang pemimpin menyatakan, melalui kata-kata dan tindakan, seperangkat
nilai yang baru, dan melalui perilakunya, memberikan teladan untuk ditiru pengikutnya. Bagian
penting dari sebuah visi adalah kemampuan inspirasionalnya yang terpusat pada nilai, dapat
direalisasikan, dengan gambaran dan artikulasi yang kuat. Sebuah visi cenderung gagal bila tidak
menawarkan pandangan kedepan yang jelas dan lebih baik bagi organisasi dan anggota-
anggotanya. Kepemimpinan karismatik bisa memengaruhi beberapa pengikutnya melebihi yang
lain. Penelitian menunjukan, misalnya, bahwa banyak orang lebih menerima kepemimpinan
karismatik saat mereka menghadapi krisis, berada dalam keadaan stres, atau bila merasa hidupnya
terancam. Secara lebih umum, beberapa orang memiliki kepribadian yang sangat mudah menerima
kepemimpinan karismatik.
a.3 Sisi Gelap Kepemimpinan Karismatik
Tidak semua pemimpin yang karismatik selalu bekerja demi kepentingan organisasinya. Banyak
dari pemimpin ini menggunakan kekuasaan mereka untuk membangun perusahaan sesuai citra
mereka sendiri. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini membuat si pemimpin
menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi diatas tujuan organisasi.
B. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Tipe pemimpin seperti ini mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya pada tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Pemimpin transformasional
(transformational leaders). Tipe pemimpin seperti ini mengarahkan atau memotivasi para
pengikutnya pada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka.
Pemimpin trasnformasional (transformational leaders) menginspirasi para pengikutnya untuk
menyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu
memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya.
b.1 Cara Kepemimpinan Transformasional Bekerja
Para pemimpin transformasional mendorng bawahannya agar lebih inovatif dan kreatif. Para
pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka sendiri lebih kreatif, tetapi mereka
juga lebih efektif karena mampu mendorong para pengikutnya menjadi kreatif pula.
Adanya tujuan yang ditetapkan merupakan mekanisme penting lain yang menjelaskan bagaimana
kepemimpinan transformasional bekerja. Para pengikut pemimipin transformasional cenderung
mengejajar tujuan-tujuan ambisius, memahami dan menyetujui tujuan-tujuan strategis organisasi,
dan yakin bahwa tujuan-tujuan yang mereka kejar itu memang penting. Hal yang lebih penting
lagi adalah memiliki orang-orang untuk diajak bekerja sama, yang memiliki keinginan, komitmen,
perhatian, dan keinginan bersaing yang sama untuk bersam-sama menggapai tujuan yang sama.
b.2 Evaluasi atas Kepemimpinan Transformasional
Keseluruhan bukti mengindikasikan bahwa kepemimipinan transformasional memiliki korelasi
yang lebih kuat dibandingkan kepemimipinan transaksional dengan tingkat perputaran karyawan
yang lebih rendah, produktivitas yang lebih tinggi, dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi.
Seperti halnya karisma, kepemimpinan transformasional bisa dipelajari. Sebuah studi atas manajer
bank Kanada menemukan bahwa para manajer yang mengikuti pelatihan kepemimpinan
transformasional memiliki kinerja bank cabang yang jauh lebih baik daripada para manajer yang
tidak mengikuti pelatihan. Studi-studi lainnya menunjukan hasil serupa.
C. KEPEMIMPINAN VISIONER
Kepemimpinan Visioner merupakan kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang
realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah
tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Kualitas visi, sifat dasar yang menentukan keberhasilan
tampaknya adalah kemungkinannya memberikan inspirasi yang berpusat pada nilai dan dapat
diwujudkan, disertai gambaran dan artikulasi yang unggul.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata implikasi mempunyai arti akibat.jadi yang dimaksud
dengan implikasi manajerian desain dan struktur organisasi adalah bagaimana cara kita untuk
mengatur atau memanage suatu desain dan struktur pada suatu organisasi jika kita mengatur atau
memanagenya dengan baik dan ditentukan secara teliti maka akibat atau hasil yang kita dapatkan
akan baik juga akan tetapi jika kita mengatur atau memanagenya secara asal asalan maka akibat
atau hasil yang kita dapat akan buruk juga.
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi
dalam kepemimpinan, yaitu concern for people dan concern for production. Pada dasarnya
teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek
tersebut, yaitu :
1. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan
tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
2. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu
artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana
organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
3. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan
untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari
kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
4. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi.
Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
5. Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas
dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan
melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat
yang memuaskan.
Komunikasi Organisasi
Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu
system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari
komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan
dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa
komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional
memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang
terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak
mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik
sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan
terasa kaku karena bersifat formal.
Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan
komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini,
Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila
bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari
pemimpin untuk berpartisipasi.