Anda di halaman 1dari 16

PROFIL PEMIMPIN

F. Rudi Prasetyo Hantoro

I. PENDAHULUAN
Nilai penting kepemimpinan (leadership) dalam organisasi sudah ada sejak permulaan sejarah.
Istilah kepemimpinan sendiri sering diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan kuat yang
umumnya memimpin bala tentara, mengendalikan perusahaan besar dan menentukan arah suatu
organisasi baik perusahaan maupun Negara. Sebelum ada penelitian ilmiah, istilah kepemimpinan
banyak dijumpai pada cerita yang memuat tentang citra induvidu-induvidu yang berkuasa dengan
berbagai keberanian dan kehebatannya; sebagai misal pemimpin armada perang, pengendali kerajaan,
pemimpin militer, politik, agama, dan sosial, atau tokoh tokoh terkenal seperti: Gandhi, Mao Tse_ tung,
Julius Caesar, lskandar Agung, Winston dan lain-lain (Winarni, 2011).
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini
terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang
atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari
penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat
pula berarti menunjukan jalan yang baik dan benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau
kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses menggerakan,
memberikan tuntunan, binaan dan bimbingan, menunjukan jalan, member keteladanan, mengambil
resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya. Secara
sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka
“mengajak” teman-temannya untuk melakukan. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah
melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan
ada kegiatan dan sasarannya.
Beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli antara lain : 1) Kepemimpinan adalah
aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. (George R. Terry,
1972), 2) Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu
kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal) (Hemphiil dan Coons, 1957), 3)
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Sutarto, 1998), 4) Menurut Rauch dan Behling (1984): Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan. 5) Menurut Jacobs
dan Jacques (1990): Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.Pengertian
kepemimpinan yang dikemukakan oleh para peneliti bersifat induvidual yang paling menarik perhatian
mereka, sehingga definisinya pun sangat relatif dan bervariasi. Stogdill (1974) bahkan menyimpulkan
bahwa "terdapat hampir sama banyaknya definisi dengan jumlah orang yang mendefinisikan
kepemimpinan."
II. GAYA ATAU TIPE KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan atau yang sering disebut tipe kepemimpinan merupakan aspek penting
untuk mencapai dan meningkatkan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi.
Menurut Thoha (2013) bahwa Gaya Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Zainal (2014) menyatakan Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan
untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang
pemimpin. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang
keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Selanjutnya
menurut Stoner (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang
disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Gaya kepemimpinan menurut Thoha (2013) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan terbagi
menjadi dua kategori gaya yang ekstrem yaitu :
1. Gaya kepemimpinan otokratis,
Gaya ini dipandang sebagai gaya yang di dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.
2. Gaya kepemimpinan demokratis,
Gaya ini dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan menurut pendapat Melayu (2007) gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada
pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak
diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja
karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara
persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para
bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus
berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan.
Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang
lebih besar.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenangnya kepada
bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak
peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada
bawahan inilah pekerjaan yang harus saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara
bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Dalam hal ini
bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjan (kemampuan) dan kematangan psikologis
(kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan
atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.

Menurut Sutikno (2014:35) mengatakan gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan atau
sering disebut Tipe Kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui keberadaanya adalah sebagai berikut
:
1. Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya (pemimpin),
sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut
campur. Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karateristik yang
biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang
yang egois. Seorang pemimpin otokratik akan menunjukan sikap yang menonjolakan keakuannya,
dan selalu mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tidak mau
menerima saran dan pandangan bawahannya.
2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratik. Dalam
kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali
menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung memilih
peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri. Disini seorang
pemimpin mempunyai keyakinan bebas dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3. Tipe Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi
dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan
agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap
kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar
legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam
kehidupan organisasi.
4. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang sangat
memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi. Hingga sekarang,
para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma.
Yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat besar.
5. Tipe Militeristik
Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Pemimpin yang
bertipe militeristik ialah pemimpin dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan
sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada formalitas
yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar
menerima kritikan dari bawahannya.
6. Tipe Pseudo-demokratik
Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik. Tipe kepemimpinan ini
ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan-
keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan berpura-pura untuk berunding tetapi
yang sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin seperti ini menjadikan
demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe
pseudo-demokratik hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap
otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin
yang otoriter dalam bentuk yang halus, samarsamar.
7. Tipe Demokratik
Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan kerena dipilihnya si pemipin
secara demokratis. Tipe kepemimpinan dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan
menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah
untuk mencapai kata sepakat. Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung
jawab. Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.

Gaya kepemimpinan yang lain adalah gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional.
1. Kepemimpinan Transaksional
Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin dengan konstituen, maupun
antara pemimpin dengan elit politik lainnya dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan
ekonomi atau politik. Menurut Bycio et al. (1995) serta Koh et al. (1995), kepemimpinan
transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya
pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan
pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar
kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Dari pengertian tersebut secara sederhana Kepemimpinan
Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam
menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang
diberikan oleh anggota kepada organisasi. Sedangkan menurut Duane dan Sydney Schultz (2014)
menuliskan bahwa gaya kepemimpinan transaksional (transactional leaders) fokus terhadap
interaksi sosial antara atasan dan bawahan, berdasarkan persepsi dan ekspektasi bawahan terhadap
kemampuan atasan. Pemimpin transaksional melakukan bisnisnya dengan cara mengidentifikasi
kebutuhan bawahan dan memberikan rewards untuk memuaskan kebutuhan tersebut sejalan dengan
tingkatan performa tertentu.
2. Kepemimpinan Transformational
Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan Transformational adalah sebuah gaya
kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki maslow
yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. Kepemimpinan transformasional inilah yang
sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh
bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak
pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju
arah baru (Locke, 1997). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang
membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran
"tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Sarros dan
Butchatsky (1996), bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep
kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin
kita lebih berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Secara sederhana dapat dipahami bahwa
Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah
tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan
mental dan keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju
tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya. Gaya
kepemimpinan transformasional (transformational leaders), tidak terikat pada persepsi
bawahannya. Pemimpin transformasional akan berusaha untuk merubah kebutuhan bawahannya
dan mengalihkan cara berpikir mereka. Pemimpin transformasional menantang dan menginspirasi
bawahannya tentang tujuan dan kelebihan-kelebihan yang bisa dicapai dengan perubahan (Duane
dan Sydney Schultz, 2014).

Secara garis besar Kepemimpinan Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap
setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi, sedangkan Kepemimpinan
Transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih
besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan
kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh- sungguh menuju tujuan bersama tersebut
dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya.
Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya memberikan “sesuatu” kepada anggota agar
mereka bergerak sesuai tujuan organisasi, selain itu ada juga tiga perbedaan antara jenis kepemimpinan
ini, yakni : i) Transaksional memberi imbalan berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya
sedangkan transformasional memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan self esteem/harga diri
dan aktualisasi diri, ii) Dalam hal kepentingan yang didahulukan, kepemimpinan transaksional
mementingkan kepentingan pribadi anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi
kepentingan bersama sedangkan transformasional mementingkan kepentingan bersama dengan
menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut sehingga anggota rela mengesampingkan kepentingan
pribadinya iii) Dalam hal situasi internal dan eksternal organisasi, transaksional biasanya dipakai dalam
situasi yang stabil dan dalam hal-hal teknis yang telah baku prosedurnya sedangkan Transformasional
dipakai dalam keadaan tak stabil dan atau terpuruk serta dalam hal-hal yang bersifat strategis dan tak
baku.

III. PROFIL KEPEMIMPINAN


Profil Kepemimpinan digunakan untuk membantu mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang kepemimpinan dan juga untuk membantu efektivitas kepemimpinan. Pengantar singkat tentang
konsep sejarah dan pondasi penelitian kepemimpinan yang menjadi dasar Profil Kepemimpinan.
Penggunaan Profil Kepemimpinan untuk menilai seseorang sebagai pemimpin atau pemimpin potensial
Profil kepemimpinan digunakan untuk menggambarkan perilaku kepemimpinan, karakteristik, dan efek
yang akan hadapi. Berikut adalah beberapa profil kepemimpinan berdasarkan tipe atau gaya
kepemimpinan.
1. Tipe Otokrasi/Otoriter
a. Karakteristik
1) Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin
2) Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi
3) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
4) Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik dari anggotanya
5) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
6) Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
7) Caranya mengerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari
kesalahan
8) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat
9) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat
10) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
11) Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari
bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
(Sumber : Agus, 2013)

b. Kelebihan

1) Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada
bantahan dari bawahan
2) Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi kesalahan dari
bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
3) Mudah dilakukan pengawasan
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kelemahan

1) Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
2) Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan tidak
merasa nyaman
3) Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin akan
menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
4) Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan mengajukan
pendapat.
5) Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang berlebihan
6) Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan dari
atasan
7) Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang diberikan
sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya
(Sumber : Ratna, 2015)
d. Contoh Pemimpin
Adolf Hitler, Muammar Khadafi, Saddam Husein, Husni Mubarak, Soeharto, Kim Jong Un

2. Tipe Demokrasi
a. Karakteristik

1) Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
3) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4) Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan
agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan
prakarsa dari bawahan.
5) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

b. Kelebihan

1) Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku


2) Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa
dihargai dan dibutuhkan peranannya
3) Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran
4) Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan kemampuan
terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
5) Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
6) Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kelemahan

1) Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara musyawarah
2) Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda
3) Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi
(Sumber : Ratna, 2015)

e. Contoh Pemimpin
John F Kennedy, Mahatma Gandhi
3. Tipe Partisipasif
a. Karakteristik
1) Bawahan harus berpartifipasi memberikan saaran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan.
2) Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran atau ide yang
diberikan bawahan.
3) Pemimpin menganut sistim menajemen terbuka (open management) dan desentralisasi
wewenang.
(Sumber : Malayu, 2007)

b. Kelebihan
1) Bawahan turut serta dalam pengambilan keputusan
2) Pemimpin bersifat terbuka dalam pelaksanaan tugas
3) Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena pemimpin
telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
4) Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil keputusan
sendiri
5) Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kelemahan
1) Kontrol dalam pemecahan masalah dilakukan secara bergantian sehingga dapat
menimbulkan ketidakcocokan pendapat
2) Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
(Sumber : Ratna, 2015)

4. Tipe Delegatif/Laissez-Faire
a. Karakteristik

1) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari
pemimpin.
2) Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang
selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3) Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4) Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan
dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
5) Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
6) Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
7) Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala
hal yang mereka anggap cocok.
(Sumber : Thoifah , 2015)

b. Kelebihan

1) Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki
inisiatif
2) Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
3) Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kelemahan

1) Timbulnya kekacauan dalam pelaksanaan tugas.


2) Timbul kesimpangsiuran kerja dan wewenang.
3) Banyak ide-ide yang tidak terlaksanakan.
4) Hasil kerja sulit dicapai secara maksimal.
5) Munculnya gaya kepemimpinan ini disebabkan karena:
6) Pimpinan kurang memiliki kemampuan atau kecakapan memimpin lebih-lebih bila ada
anggota yang dianggap lebih mampu dari dirinya.
7) Pimpinan tidak memiliki semangat kerja.
8) Komunikasi yang tidak mementingkan upaya, letak tempat yang berjauhan.
(Sumber : Thoifah , 2015)

5. Tipe Paternalistik
a. Karakteristik

1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri
yang perlu dikembangkan,
2) Bersikap terlalu melindungi,
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
4) Hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
5) Memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau
bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
6) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
(Sumber : Kartini, 2003)

b. Kelebihan

1) Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan


2) Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kekurangan
1) Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan
2) Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap
dirinya sudah melakukan yang benar
3) Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada kesempatan
untuk mengembangkannya
(Sumber : Ratna, 2015)

6. Tipe Kharismatik
a. Karakteristik

1) Mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut
yang jumlahnya juga besar.
2) Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati
pemimpin itu.
3) Seolah-olah mempunyai kekuatan gaib.
4) Karisma yang dimiliki tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun
ketampanan si pemimpin.
(Sumber : Mufid, 2012)

b. Kelebihan

1) Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas


2) Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
3) Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang berkharisma
sehingga bisa dipercaya
4) Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal
mungkin
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kekurangan

1) Suasana cenderung kaku karena lingkungan yang formal


2) Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan
3) Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak aturan dan sifat keras dari
pemimpin
4) Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang beresiko
5) Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang dilakukan pasti
benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
6) Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten sulit
(Sumber : Ratna, 2015 dan Mufir, 2012)

7. Tipe Militeristik
a. Karakteristik

1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana,
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan,
4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
6) Komunikasi hanya berlangsung searah.
(Sumber : Kartini, 2003)

b. Kelebihan

1) Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil keputusan
2) Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
3) Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
(Sumber : Ratna, 2015)

c. Kekurangan

1) Suasana cenderung kaku karena lingkungan yang formal


2) Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan
3) Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak aturan dan sifat keras dari
pemimpin

8. Kepemimpinan Transaksional
Karakteristik Kepemimpinan Transaksional
1. Pengadaan Imbalan, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para
anggota, Imbalannya berupa kebutuhan tingkat fisiologis (maslow).
2. Eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan
imbalan atau sanksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan

Karakteristik Pemimpin Transaksionalis


1. Mengetahui keinginan bawahan
2. Terampil Memberikan imbalan atau janji yang tepat
3. Responsif terhadap kepentingan bawahan
Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transaksional
1. Internal
- Struktur Organisasi (mekanistik, peraturan, prosedur jelas, sentralisasi tinggi)
- Teknologi Organisasi (teknologi proses, kontinue, mass-production)
- Sumber kekuasan dan pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaaan di dalam
struktur, hubungan formal)
- Tipe kelompok kerja (kerja tim, sifat pekerjaan umumnya engineering/teknis)
2. Eksternal
- Struktur lingkungan luar (baik, norma kuat, status quo)
- Kondisi perubahan (lambat, tidakstabil, ketidakpastian rendah)
- Kondisi pasar( stabil)

9. Kepemimpinan Transformasional
Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
1. Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta
menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence -
Charisma)
2. Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol
untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang
sederhana (Inspirational Motivation),
3. Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama
(Intellectual Stimulation),
4. Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara
khusus dan pribadi (Individualized Consideration).

Karakteristik Pemimpin Transformasionalis


1. Kharismatik
2. Inspiratif dan motivatif
3. Percaya diri
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Visioner
6. Memiliki idealisme yang tinggi
Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transformasional
1. Eksternal
- Struktur lingkungan luar (ada tekanan terhadap situasi, Ketidakpuasan masyarakat)
- Kondisi perubahan (berubah cepat, bergejolak, ketidakpastian)
- Kondisi pasar (sering terjadi perubahan dan tak stabil)
- Pola hubungan kepemimpinan (pemimpin sebagai orang tua yang membimbing ke
pencapaian tujuan, hubungan emosional dengan anggota kental dan dekat)

2. Internal
- Struktur Organisasi (organik, prosedur adaptif, otoritas tidak jelas, desentralisasi)
- Teknologi Organisasi (teknologi batch/satu kali pengerjaan)
- Sumber kekuasan dan pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaan penguasaan
informasi, hubungan informal)
- Tipe kelompok kerja (kerja tim-variatif, sifat pekerjaan umumnya yang memerlukan
kreativitas tinggi, craft:keahlian, heuristic:tidak terstruktur, manajemen atas dan
menengah)

IV. PENUTUP
Kepemimpinan sangat penting bagi jalannya sebuah organisasi. Tanpa kepemimpinan sebuah
organisasi tidak dapat berjalan dengan baik, permasalahan yang muncul dalam organisasi akan lama
proses penyelesaian dan capaian atau tujuan organisasi tidak akan sesuai dengan target. Oleh karena itu
kepemimpinan dibutuhkan dalam sebuah organisasi agar tujuan tercapai dengan tepat, cepat dan efisien.
Berbagai macam gaya atau tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Profil
kepemimpinan menjadi dasar untuk membantu mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
kepemimpinan. Pemilihan gaya kepemimpinan dan profil kepemimpinan yang tepat sangat mendukung
keberhasilan sebuah organisasi.

V. DAFTAR PUSTAKA
Agus Wanasis, 2013. Kepemimpinan Otokratis. http://agus93winasis.blogspot.co.id/2013/11/
kepemimpinan-otokratis.html
Bycio, P., Hackett, R.D., and Allen, J.S. 1995. Further Assessments of Bass’s (1985). Conceptualization
of Transactional and Transformational Leadership. Journal of Applied Psychology, 80 (4): 468-
478.
George R. Terry, 1972. Principless Management. Edisi Enam. Ricard D. Irwin Homewood. Illinois.
Hemphill J. K., Coons A. E. (1957). Development of the leader behavior description questionnaire.
In Stodgill R. M., Coons A. E. (Eds.), Leader behavior: Its description and measurement (pp. 6–
38). Columbus: Ohio State University, Bureau of Business Research.
Jacobs, T. O., & Jaques, E. (1990). Military executive leadership. In K. E. Clark and M. B. Clark (Eds.),
Measures of leadership. West Orange, New Jersey: Leadership Library of America, pp 281-
295.
Kartini Kartono. 2003. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Keller, R.T. 1992. Transformational Leadership and The Performance of Research and Development
Project Groups. Journal of Management, 18 (3)
Koh, W.L., Steers, R.M., and Terborg, J.R. 1995. The Effect of Transformational Leadership on
Teacher Attitudes and Student Performance in Singapore. Journal of Organizational Behavior,
16: 319-333.
Locke, Edwin A. and Associetes. 1997. The Essence of Leadership : The Four Keys Leading
Succesfully. Mac.Millan Inc. New York.
Malayu, S.P. Hasibuan 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan, Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Mufid Muarid, 2012. Pengertian Pemimpin Kharismatik.
https://mufidmuarib17.wordpress.com/2012/05/16/pengertian-kepemimpinan-karismatik/
Ratna Ayu Rizqiyah, 2015. Tipe – Tipe Kepemimpinan Beserta Kelebihan dan Kekurangannya.
https://rizqiyahratna.wordpress.com/2015/04/01/tipe-tipe-kepemimpinan-beserta-kelebihan-
dan-kekurangannya/Rauch, C. F., & Behling, O. (1984). Functionalism: Basis for an alternate
approach to the study of leadership. In J. G. Hunt, D. M. Hosking, C. A. Schriesheim, and R.
Stewart (Eds.), Leaders and managers: International perspectives on managerial behavior and
leadership. New York: Pergamon Press, pp. 45-62.
Sarros, J.C., & Butchatsky, O. (1996). Leadership. Australia’s Top CEOs: Finding Out What Makes
Them the Best. Harper Business. Sydney
Schultz, P. Duane., dan Sydney ellen Schultz. 2014. Sejarah Psikologi Modern: A History Of Modern
Psychology. Nusamedia
Stogdill, R. M. (1974). Handbook of leadership: A survey of the literature. New York: Free Press.
Stoner, James A. F. et al. 1996. Manajemen. PT. Indeks Gramedia Grup, Jakarta
Sutarto, 1998, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sutikno. (2014). Pemimpin dan Kepemimpin: Tips Praktis untuk Menjadi Pemimpin yang diidolakan.
Lombok; Holistica Lombok
Thoha, Miftah. (2013). Kepemimpinan Dalam Manajemen, Edisi 1, Cetakan 17. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Thoifah Asri Andini. 2015. Contoh Pemimpin Dengan Gaya Kepemimpinan Demokratis, Otokratis,
Dan Laissez Faire. http://thoifahasriandini.blogspot.co.id/2015/10/contoh-pemimpin-dengan-
gaya.html
Winarni, F., 2011, Modul Kepemimpinan. Program Hibah Kompetisi Berbasis Intusi (PHKI)
Universitas Negeri Yogyakarta.
Zainal, Veithzal Rivai, Muliaman Darmansyah Hadad dan H. Mansyur Ramly. 2014. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai