A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan berasal dari Bahasa Inggris leader yang memiliki arti
pemimpin atau tokoh. Selain itu pemimpin juga memiliki arti secara luas meliputi
proses mempengaruhidalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut atau anggota untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi. kepemimpinan hanya ada
dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut,
maka tidak ada pemimpin. tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa
pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan
berralasi dengan para pengikut mereka.
Kepemimpinan merupakan suatu proses. agar bisa mempimpin, pemimpin
harus melakukan sesuatu. sprti telah diobservasi oleh john gardner (1986-1988)
kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas
yang diformalkan mungkin sangat mendorong suatu proses kepemimpinan,
namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi
pemimpin.
Kepemimpinan harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan.
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seoerti menggunakan
otoritas yang terelegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan
sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan
mengkomonikasikan visi.
Pengertian dari kepemimpinan memiliki banyak sekali pendapat dari para
ahli, hal ini dikarenakan setiap orang memandang pemimpin dari sudut pandang
yang berbeda-beda. Seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada anggota
atau bawahan yang dipimpinnya. Setiap anggota tentunya mendapatkan
pengaruh yang berbeda-beda karena pada dasarnya setiap orang memiliki cara
pandang yang berbeda.
Teori tentang kepemimpinan selalu mengalami perubahan dari masa ke
masa. Hal ini dipengaruhi oleh cara pikir orang yang selalu berkembang sehingga
pemahaman atau pengertian dari kepemimpinan selalu berkembang. Pada
dasarnya semua pengertian memiliki kekurangan dan kelebihan karena
disesuaikan dengan situasi dan masalah yang dihadapi.
Teori yang pertama berkembang hingga tahun 1940-an yaitu teori
kepimpinan yang didasarkan pada teori sifat. Pada teori ini seorang pemimpin
haruslah memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan yang bukan pemimpin
Sifat yang dimiliki seorang pemimpin misalnya ambisi dan erergi, keinginan untuk
memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri dan lain-lain Menurut teori
ini sifat seseorang merupakan bawaan dari lahir sehingga seseorang yang tidak
memiliki sifat kepemimpinan tidak dapat menjadi pemimpin yang baik.
Selanjutnya pada tahun 1940-an hingga 1960-an berkembang teori
kepemimpinan berdasarkan pada teori tingkah laku. Pada teori ini tingkah laku
seorang pemimpin berbeda dengan tingkah laku bawahanya atau anggotanya
yang bukan pemimpin. Berdasarkan teori tingkah laku seorang pemimpin dapat
diajarkan sehingga untuk menjadi pemimpin yang baik hanya perlu berusaha dan
berlatih secara terus menerus.
Teori kepemimpinan yang berkembang antara tahun 1960-an sampai
tahun 1970-an teori kemungkinan. Teori ini juga bisa disebut teori situasional,
karena keberhasilan seorang pemimpin tidak berdasarkan sifat atau tingkah laku
akan tetapi dipengaruhi oleh situasi tertentu. Sehingga setiap situasi memerlukan
cara atau gaya yang berbeda-beda untuk mengatasinya.
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Menurut Hasibuan (2002) Ada beberapa jenis kepemimpinan yang antara
lain adalah:
a. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu mengganti sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya
ditetapkan sendiri oleh pimpinan. Bahwa tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
b. Kepemimpinan Partisipatik
Kepemimpinan partisipatif adalah apabila di dalam kepemimpinannya
dilakukan secara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi,
menumbuhkan realitas dan pertisipasi para bawahan, pemimpin motivasi
bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pemimpin dengan cara
partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan hal mengambil keputusan.
Dengan demikian, pemimpin yang selalu membina bawahan untuk menerima
tanggung jawab yang lebih besar.
c. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap dengan demikian bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin yang tidak peduli cara
bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya
diserahkan kepada bawahan.
d. Kepemimpinan Situasional
Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpinan terletak pada perilaku
yang di observasi atau perilaku nyata yang terlihat, bukan pada kemampuan
atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Penekanan pendekatan
situasional adalah pada perilaku pemimpin dan anggota dan pengikut dalam
kelompok dan situasi yang variatif. Menurut kepemimpinan situasional tidak
ada satupun cara terbaik untuk mempengaruhi orang lain. kepemimpinan
yang harus digunakan terhadap individu atau kelompok tergantung pada
tingkat kesiapan pada orang yang akan dipengaruhi.
Sedangkan menurut Ahmad Taufik Nasution (2009) jenis kepemimpinan
secara garis besar dikelompokkan kepada dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut:
a. Pemimpin sekuler.
Pemimpin seperti ini beranjak dari landasan materialisme. Ia meyakini bahwa
jabatan yang mereka peroleh adalah hasil dari kerja keras, tanpa campur
tangan siapapun. Mereka meyakini usaha dan kesungguhan pasti akan
membuahkan kesuksesan. Contoh pemimpin seperti ini adalah Adolf Hitler,
Mussolini, dan lain-lain. Bagi mereka kekuasaan adalah tujuan hidup, jabatan
itu adalah akhir dari segala-galanya.
b. Pemimpin spiritual.
Kelompok ini yakin bahwa jabatan yang di peroleh semata-mata amanah yang
di berikan Allah kepada mereka. Apapun yang di peroleh tidak hanya
tergantung dengan kerja keras, dan kesungguhan, tapi juga sangat di tentukan
oleh kekuatan-kekuatan di luar eksistensi manusia. Contoh pemimpin seperti
ini di palestina adalah Syekh Ahmad Yasin, di India ada Mahatma Gandhi.
Pemimpin hebat yang pernah ada di muka bumi adalah Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wasallam dan para Nabi-nabi alaihissalam serta para Khulafaur
Rasyidin.
Antara tahun 1970-an hingga tahun 2000-an berkembang teori
kepemimpinan mutakhir, seperti teori kepemimpinan atribusi, teori kepemimpinan
karismatik dan teori kepemimpinan transformasional atau kepemimpinan
transaksional. Teori atribusi menyatakan bahwa kepemimpinana hanyalah sebuah
atribusi yang dibuat oleh orang (bawahan atau anggota) kepada orang lain
(pemimpin). Teori kepemimpinan karismatik menyatakan bahwa seorang
pemimpin memiliki pengaruh luar bisasa pada oraganisasi. Hal ini dikarenakan
seorang pemimpin memiliki tingkat kepemimpinan yang tinggi, dominasi
kepemimpinana, serta keyakinan akan kebenaran moral dari keyakinannya.
Sedangkan teori kepemimpinan transformasional adalah teori yang
mengemukakan bahwa seorang pemimpin memandu atau memotivasi
bawahannya untuk mencapai tujuan dan penegasan pada tugas bawahan
masing-masing Pemimpin memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual
yang diindividualkan, dan memiliki karisma.
2. Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional.
Konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional didasari oleh
teori kebutuhan atau motivasi maslow. Menurut Bass dalam Robbins, (2008)
kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah bisa dipenuhi dengan baik oleh pola
kepemimpinan transaksional sedangkan pemuasan kebutuhan pada tingkat yang
lebih tinggi hanya bisa dipenuhi oleh pemimpin yang menerapkan pola
kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan Transformasional.
Menurut Bass dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa
kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal
dan tanggap kepada pimpinannya.
Kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang
menginsprirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi
mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa, Aspek utama
dari kepemimpinan transformasional adalah penekanan pada pembangunan
pengikut, oleh karena itu, ada tiga cara seorang pemimpin transformasional
memotivasi karyawannya, yaitu dengan:
1. Perubahan perangkat keras organisasi (hard system tools) yang biasa disebut
dengan struktural meliputi perubahan srategi, struktur organisasi dan sistem,
serta
2. Perubahan perangkat lunak organisasi (soft system tools) atau perubahan
kultural yang meliputi perubahan perilaku manusia dalam organisasi, kebijakan
sumber daya manusia dan budaya organisasi.
3. Perubahan perbaikan
5. Perubahan Transformasional
organisasi.
Perubahan itu penting meskipun sulit. Dalam area bisnis, perubahan yang
sukses harus didahului dengan langkah-langkah yang tepat. Ia menguraikan
bagaimana menerapkan perubahan secara sistematis dan efektif dalam suatu
organisasi.
1. Menciptakan urgensi
2. Menyusun tim
Tujuan langkah ini adalah menciptakan visi yang realistik dan strategi yang efektif
guna membantu seluruh tim berhasil mencapai perubahan. Hal-hal yang bisa
dilakukan antara lain menyelaraskan nilai-nilai perusahaan terhadap perubahan,
menggunakan data-data sebagai pendukung perubahan, dan memastikan visi
serta strategi dipahami oleh semua orang.
5. Menyingkirkan masalah
Hasil perubahan organisasi tak serta merta terjadi dalam hitungan hari. Proses ini
membutuhkan waktu. Untuk menjaga semangat karyawan, ada baiknya
merayakan kesuksesan jangka pendek yang diperoleh karyawan. Langkah ini
penting, karena memberikan penghargaan dan contoh kepada karyawan lain.
7. Mempertahankan perubahan
Kerangka untuk menciptakan organisasi yang inovatif dari Tim Mazzarol ini
memiliki lima elemen, yaitu:
1. Orientasi pasar;
2. Kepemimpinan inovatif;
3. Perencanaan strategis non-linier;
4. Struktur ambidextrous; dan
5. Budaya yang berfokus pada inovasi.
1. Orientasi Pasar
Karena dalam membangun inovasi itu penuh dengan resiko kegagalan dan
kerugian, serta terdapat kompleksitas masalah yang butuh kesabaran dan keberanian
dalam mengambil keputusan. Itulah kenapa saya katakan bahwa kepemimpinan
menjadi salah satu bagian terpenting dari lahirnya produk atau layanan yang
inovatif. Behind innovative product or services, there is innovative leadership.
Apakah sifat – sifat tersebut sudah ada pada pribadi anda? Jika belum, latih
dan bentuklah karakter Innovatie Leadership Style dalam diri anda.
Tapi kondisi tersebut bukan harga mati, masih ada cara memperbaikinya,
salah satunya dengan lebih agresif meningkatkan inovasi. Dengan memiliki visi dan
misi yang progresif, yang senantiasa menawarkan ide-ide segar yang mengusung
perubahan dan pembaharuan, Anda akan lebih tahu apa yang harus dilakukan atau
lebih siap memberikan solusi konstruktif terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi.
Beberapa cara lain guna membiasakan diri untuk menjadi pemimpin yang
inovatif, seperti berikut:
1. Memiliki visi. Ini adalah syarat mutlak bagi pemimpin manapun. Inovasi lahir dari
visi dan misi yang jelas, terukur dan memiliki tujuan/sasaran. Share visi Anda
kepada anak buah dengan gamblang karena hal ini mengilhami mereka untuk
mencari cara demi meraihnya dan menyiapkan solusi untuk menghadapi
tantangannya.
2. Terbuka terhadap perubahan. Perubahan adalah kebutuhan, bukan hambatan.
Pemimpin inovatif tidak mudah puas dengan hasil yang didapat dan selalu
berambisi untuk berbuat lebih baik. Perlihatkan a better future painting, untuk
menularkan optimisme dan keyakinan Anda bahwa perubahan yang Anda
inginkan akan berbuah sukses, layak dilakukan dan tidak akan sia-sia.
3. Langgar aturan main. Maksudnya untuk tidak terlalu terpaku pada aturan yang
berlaku dan dapat melakukan sedikit ‘improvisasi’. Inovasi, terutama yang radikal
berarti melakukan sesuatu yang berbeda dari yang pernah ada. Oleh karena itu,
pikiran lateral yang menghasilkan cara-cara baru dalam menciptakan dan
menjalankan inovasi sangat dibutuhkan.
4. Mencari alternatif. Himbaulah diri Anda dan anak buah untuk melakukan dua hal,
pertama melakukan pekerjaannya dengan seefektif mungkin dan yang kedua
dengan cara baru. Arahkan mereka untuk berpikir dan mempertanyakan kembali
peranan dan cara kerja mereka sehingga pikiran mereka lebih terbuka dan
mampu melihat hal lain yang tak terpikirkan sebelumnya.
5. Siap menghadapi kegagalan. Bahkan innovator terbesar pun pernah merasakan
kegagalan. Tanamkan pada diri sendiri dan orang lain bahwa kegagalan
merupakan jalan menuju sukses.
6. Ujicobakan inovasi Anda. Selalu uji cobakan inovasi Anda terlebih dahulu untuk
melihat respon dan hasilnya. Usahakan melakukannya langsung kepada sasaran
agar lebih representatif dan mencerminkan hasil sebenarnya.
7. Selalu bersemangat. Fokus pada hal-hal yang ingin diubah dan tantangan yang
akan dihadapi. Tularkan semangat dan energi Anda pada anak buah agar mereka
turut mendukung Anda dengan sepenuh hati dan tenaga. Selalu tunjukkan
antusiasme dan keyakinan Anda dan sebarkan setiap kali Anda berkomunikasi.
Pemimpin yang Inovatif
Pemimpin inovatif adalah pemimpin yang tidak pernah cepat puas dengan
pencapaian hasil kinerjanya. Ia akan terus-menerus menciptakan peluang dan ide
yang baru.
Inilah waktu untuk berkompetisi. Di era global ini, jarang dan hampir tak ada
yang bisa menjadi pemilik pasar. Semua lubang sudah terisi oleh persaingan yang
ketat. Jika tak siap dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, bisa dipastikan kita
akan tereliminasi. Hal yang sama juga berlaku bagi kita sebagai pekerja. Jika potensi
kita tak berkembang, atau prestasi kita sangat minim atau produktivitas kerja kita jauh
dari kata efisien dan efektif, bersiap-siaplah meninggalkan kursi dan sebaliknya
mempersilakan orang lain menempatinya.
Namun, sungguh bijak seandainya kita tidak membenci situasi yang
mengharuskan kita berkompetisi, apalagi harus membenci pesaing kita. Sebab, ada
banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dalam sebuah kompetisi jika kita bisa
menyikapi dengan sudut pandang yang positif. Pertama, persaingan bisa menjadi
bahan bakar untuk memacu perusahaan kita. Tanpa persaingan, mungkin kinerja kita
sangat biasa, namun setelah ada ancaman dari kompetitor mau tidak mau kita harus
meningkatkan kinerja kita sebaik mungkin. Kalau tidak, kita akan mati!
Kedua, persaingan membuat kita tahu posisi kita. Keberhasilan pesaing bisa
kita gunakan sebagai barometer atau tolok ukur. Paling tidak, kita akan tahu apakah
kita jauh tertinggal atau sekarang ini, kitalah yang jadi pemimpin pasar. Jika kita
menyadari bahwa kita tertinggal, kita akan dengan cepat mengejar ketertinggalan itu.
Ketiga, persaingan akan membuat kita makin kreatif dan inovatif. Tak ada istilah puas
setelah mencapai titik tertentu, bahkan saat kita sudah menjadi pemimpin pasar
sekalipun karena kita tak ingin posisi kita didahului oleh pesaing kita. Mau tidak mau,
kita akan terus berupaya untuk kreatif dan inovatif. Keempat, khusus bagi Anda yang
hidup dalam persaingan di antara sesama rekan kerja, yakinlah bahwa dengan
adanya persaingan, Anda bisa memunculkan potensi terbaik yang Anda miliki. Anda
akan terus melakukan perbaikan pribadi karena sebuah persaingan. Bukankah
persaingan itu baik?
Tanpa persaingan, kita akan menjadi statis dan gagal mencapai yang terbaik
dalam diri.
BAB III BAGAIMANA MENJADI INOVATIF?
A. Kepentingan Inovasi
Pada setiap organisasi yang memiliki ciri-ciri inovatif, selalu ada seorang
pemimpin yang membuat organisasi tersebut menghasilkan inovasi. Pemimpinlah
yang menjadi penggerak dan sumber motivasi team membernya untuk mencapai
tujuan organisasi. Biasanya seorang pemimpin inovatif memiliki visi strategis,
mampu menginspirasi team untuk ikut memiliki visi tersebut dan mewujudkannya
menjadi kenyataan, membangun kreatifitas dan inovasi. Pemimpin inovatif berani
mengambil risiko dengan hal-hal baru, perubahan. Mereka adalah orang yang
berpikiran positif terhadap team membernya dan memperlakukan mereka dengan
penuh kepercayaan agar dapat mewujudkan potensi kreatifnya semaksimal
mungkin.
Kreatifitas adalah proses melahirkan ide atau gagasan. Proses ini
merupakan perpaduan dari motivasi, waktu, usaha dan pengetahuan. Sedangkan
inovasi adalah ide yang aplikatif dan tindakan yang mendatangkan hasil. Inovasi
menciptakan hal yang berbeda dari sebelumnya atau sudah ada. Inovasi lahir dari
gabungan pengetahuan yang sudah ada dan pengembangan pengetahuan yang
baru. Karena pada umumnya manusia cenderung lebih menyukai perbedaan,
maka kita harus selalu menciptakan hal-hal yang berbeda dari umumnya. Untuk
menjadi sosok yang inovatif, kita perlu membuka diri untuk hal-hal yang baru dan
mulai mencerna dan mempelajarinya.
Menurut Everett M. Rogers, inovasi adalah sebuah gagasan, ide, rencana,
praktek atau benda yang diterima dan disadari sebagai sebuah hal yang baru dari
seseorang atau kelompok untuk di implementasikan atau diadopsi. Sedangkan
menurut Stephen Robbins, inovasi didefinisikan sebagai sebuah gagasan atau ide
baru yang diterapkan untuk memperbaiki suatu produk dan jasa. Dari
pengertiannya tersebut Stephen Robbins memfokuskan inovasi pada tiga hal:
1. Gagasan atau ide baru, yaitu pengolahan pola pikir dalam mengamati
fenomena yang sedang terjadi dalam segala bidang termasuk bidang
pendidikan, gagasan atau ide baru ini bisa berupa suatu penemuan dari sebuah
gagasan pemikiran, ide, sampai dengan kemungkinan gagasan yang
mengkristal.
2. Produk dan jasa merupakan hasil dari langkah lanjutan adanya gagasan atau
ide baru yang di follow up dengan segala kegiatan, kajian, percobaan dan
penelitian, sehingga dapat melahirkan konsep yang konkret dalam bentuk
produk dan jasa yang siap diimplementasikan dan dikembangkan.
3. Upaya perbaikan, ialah usaha yang sistematis untuk melakukan perbaikan dan
melakukan penyempurnaan secara bertahap dan terus menerus agar hasil
inovasi itu dapat terasa manfaatnya.
1. Inovasi produk
Melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru yang secara substansial
meningkat. Juga melibatkan peningkatan karakteristik fungsi, kemampuan
teknisi, mudah menggunakannya
2. Inovasi proses
Melibatkan implementasi peningkatan kualitas produk yang baru atau
pengiriman barangnya
3. Inovasi pemasaran
Mengembangkan metode mencari pangsa pasar baru dengan meningkatkan
kualitas desain, pengemasan, dan promosi
4. Inovasi organisasi
Kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan organisasi atau
perilaku berorganisasi
5. Inovasi model bisnis
Mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang dianut
6. Inovasi radikal
Mengubah proses manual menjadi proses berbasis teknologi keseluruhannya
Tujuan utama inovasi adalah:
Meningkatkan kualitas
Menciptakan pasar baru
Memperluas jangkauan produk
Mengurangi biaya tenaga kerja
Meningkatkan proses produksi
Mengurangi bahan baku
Mengurangi kerusakan lingkungan
Mengganti produk atau pelayanan
Mengurangi konsumsi energi
Menyesuaikan diri dengan undang-undang
Penyebab umum gagalnya suatu proses inovasi, dapat disaring ke dalam 5
macam, yaitu:
1. Definisi tujuan yang buruk
2. Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan
3. Buruknya partisipasi anggota tim
4. Buruknya pengawasan produk
5. Buruknya komunikasi dan akses informasi
Setiap tanggal 1 November, kita Bangsa Indonesia memperingati hari Inovasi
Indonesia. Hari tersebut bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya Inovasi dalam kehidupan, karena adanya inovasi tersebut, kehidupan
kita bisa terbantu.
Kita bisa bayangkan jika tidak ada telepon, mobil, alat-alat medis ketika ada
orang yang sakit, betapa repot dan resikonya dalam menyelamatkan orang
tersebut. Maka oleh karena itu inovasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita.
Inovasi adalah suatu kreasi yang baru yang dapat memberi solusi dari
masalah-masalah yang ada. Baik setiap perusahaan ataupun individu harus
memiliki inovasi-inovasi untuk mewujudkan perubahan dan pembaruan untuk
menjadi lebih berkembang dan lebih baik.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersama-
sama serta saling berhubungan satu sama lain dengan demikian maka perlu
adanya kepemimpinan. Seperti di dunia bisnis dan didunia pendidikan.
Pemerintahan negara adalah seorang pemimpin sangat menentukan dari
tercapainya kesuksesan dan efisiensi kerja. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu membawa lembaga/organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu
yang ditentukan.
Di zaman modern sekarang ini, seorang pemimpin sangat diperlukan, tetapi
pemimpin juga lahir bukan karena keturunan dari seorang bangsawan atau bakat
yang dibawanya sejak lahir. Tetapi perlu adanya pendidikan dan pengalaman
sebagai bekal. Para ahli kepemimpinan telah memberikan berbagai defisini
mengenai kepemimpinan, serta menghasilkan berbagai konsep dan teori
kepemimpinan.
Dalam era sekarang ini, kepemimpinan dalam inovasi harus mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungannya. Selain itu,
tiga jenis perubahan yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan tersebut
adalah perubahan rutin, perubahan pengembangan dan inovasi sendiri.
Mengelola suatu perubahan memanglah hal yang sulit. Ukuran kapasitas
kepemimpinan seseorang salah satunya adalah kemampuannya dalam mengelola
perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada masa kini pemimpin dituntut untuk
mampu mempelopori perubahan lingkungan.
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu
bangsa. Berjalannya roda pemerintahan suatu bangsa sangat tergantung pada
sosok pemimpinnya. Kepemimpinan suatu negara dapat dianalogikan seperti
bagian tubuh yang saling bersinergi.
Diibaratkan, ketika kepala kita sakit maka bagian tubuh yang lain akan
terganggu, begitu juga ketika kepala kita sehat, maka sehat pula seluruh tubuh
kita. Seperti itulah pemimpin kita ibaratkan, ketika kepemimpinan berjalan buruk
maka rusaklah negara, namun ketika kepemimpinan dijalankan dengan cara yang
baik, maka baik pula pemerintahan tersebut.
Perubahan-perubahan dibidang teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya
membawa dampak positif dan negatif terhadap dunia pendidikan dan tidak terlepas
terhadap para pemimpin yang mengelolanya.
Perubahan dramatis dan tidak dapat diproduksi ini mengakibatkan adanya
tuntutan kepemimpinan yang dapat mengantisipasi melalui perubahan terencana.
Manusia merupakan faktor penting dalam perubahan terencana.
Pemimpin era globalisasi adalah seorang pemimpin yang harus mempunyai
pandangan luas, kreatif, inovatif tidak menaruh ketakutan dan suka akan ide-ide
baru, punya visi dan mau belajar terus. Ia juga harus dapat menerima dan
mengatasi hal-hal yang sama sekali baru dan mungkin hal yang tidak
diharapkannya. Pemimpin global harus mampu menangani situasi baru yang tak
pasti dan kompleks.
Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model
kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang
digunakan terdapat beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan
dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat.
Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam
kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada
para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang
sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an surah al-Qalam
ayat 4. “Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak
yang agung”.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai
kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan
memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah
memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam
harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.
Seorang pemimpin yang inovatif adalah seorang pemimpin yang memiliki
gaya kepemimpinan sebagai democratic style atau gaya kepemimpinan yang tidak
mengambil keputusan dari sudut pandangnya saja melainkan mengumpulkan
semua ide-ide dari seluruh pegawainya lalu melakukan musyarawah dan
diputuskan bersama. Artinya menjadi seorang pemimpin yang inovatif adalah
melalui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin tersebut.
Pemimpin dan inovasi adalah dua hal yang harus selalu beriringan. Artinya,
di mana ada pemimpin di sana ada inovasi dan gagasan-gagasan baru serta
perencanaan untuk melakukan perbaikan dan perubahan. Untuk melakukan hal ini
seorang pemimpin harus mampu membaca dan mempelajari konteks institusi dan
situasi dalam lembaga di mana ia memimpin.
Semoga Pilpres dan Pilkada yang dilakukan setiap lima tahun sekali bisa
melahirkan pemimpin dan kepemimpinan yang penuh inovasi. Sehingga dibawah
kepemimpinannya berbagai masalah yang timbul dapat teratasi dengan elegan.
Menjelang pemilihan pemimpin (Pilpres dan Pilkada) tahun 2024 nanti, tentu kita
sangat mengharapkan lahirnya pemimpin yang mempunyai inovasi tiada henti.
Karena apabila mereka terpilih nanti akan menghadapi berbagai permasalahan
sangat rumit yang membutuhkan inovasi untuk menanggulanginya.
1. Teori Sifat
Teori ini menekankan keberhasilan organisasi pada diri pemimpin.
Studi tentang kepemimpinan didasarkan pada karakteristik pemimpin
yang berhasil. Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang
dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan
bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang
dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau
ciri-ciri di dalamnya. Dalam mencari sifat kepemimpinan yang dapat
diukur adalah pendekatan pemimpin dan bukan pemimpin, dan pemimpin
efektif dan tidak efektif.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah:
a) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa
depan;
b) Rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, keteladanan, ketegasan,
keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang
baik.
c) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan
skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain:
terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai
teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan
akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri
atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a) Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan
serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
b) Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan
kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada
segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku
pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin
dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan.
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah sbb:
a) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
b) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
c) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
d) Norma yang dianut kelompok;
e) Rentang kendali;
f) Ancaman dari luar organisasi;
g) Tingkat stress;
h) Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan
“membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan
situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu
karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut
berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
C. CARA MENUMBUHKAN JIWA KREATIF DAN INOVASI
Kreativitas dan inovasi merupakan dua aspek yang paling penting dalam
meningkatkan kesuksesan karier. Kreativitas dan inovasi dapat memberikan ide-
ide segar, yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Selain itu, bisa memberikan solusi efektif terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi, dan dapat menerima perbedaan sudut pandang baik dari atasan,
kolega, maupun dari orang sekitar. Tak heran, jika kreativitas dan inovasi dapat
meningkatkan karier, karena kreativitas dan inovasi merupakan ide yang besar,
yang bisa muncul dari ide-ide yang kecil.
Namun, bagi sebagian orang, bahwa ide-ide kecil ini berakhir begitu saja
tanpa rencana untuk dimanifestasikan. Pada dasarnya, dengan cara sederhana
untuk merealisasikan ide-ide “kecil” maka akan mengubahnya menjadi cetusan
inovasi dan kreativitas.
Kreativitas dan inovasi dapat hadir melalui rasa ingin tahu yang membuat
kita banyak mencoba hal yang baru atau yang berbeda. Banyak cara untuk
menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Beberapa cara untuk menumbuhkan
kreativitas dan inovasi yaitu:
1. Peluang dan kesempatan
Kita harus bisa mengamati setiap peluang dan kesempatan di sekitar. Jika
situasi sudah terbaca, maka kita dapat menetapkan tujuan yang akan kita
buat.
2. Tumbuhkan rasa ingin tahu
Memiliki keingintahuan yang tinggi, bisa meningkatkan pengetahuan maupun
bakat yang baru. Kita juga akan lebih kritis dalam menentukan kebijakan, atau
langkah yang akan diambil.
3. Membuka jaringan yang luas
Membuka jaringan yang luas juga bisa dimulai dengan sering berdiskusi
dengan teman. Hal itu juga dapat menambah wawasan baru dengan bertukar
pikiran. Membangun jaringan atau koneksi dengan memilih lingkungan serta
pergaulan yang tepat, sebagai pendorong kita untuk menumbuhkan Kreativitas
dan inovasi.
4. Berani
Mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi berbagai keadaan, jangan malu dan ragu untuk bertanya. Kita
harus berani mengambil keputusan dengan risiko yang akan kita tanggung
sendiri. Jangan takut kegagalan, dengan kegagalan yang dialami nantinya,
akan lebih mendewasakan diri kita sendiri.
5. Berfikir positif
Berpikir positif sangat diperlukan, agar bisa terhindar dari rasa pesimis yang
berlebih. Melihat tantangan sebagai kesempatan, untuk mencoba hal-hal yang
baru.
Kreativitas dan inovasi tak harus berasal dari ide yang besar, bahkan ia
bisa muncul dari ide-ide yang kecil. Namun, bagi sebagian orang, ide-ide kecil ini
berakhir begitu saja tanpa rencana untuk dimanifestasikan. Dengan mengerti cara
sederhana untuk merealisasikan ide-ide “kecil” yang Anda miliki, akan bisa
mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan kreativitas.
Sepuluh cara di bawah ini tak hanya menjadi pancingan semangat
kreativitas, tapi juga bisa membantu Anda menjaga ide untuk terus
mengalir. Dengan menjadikan langkah-langkah ini sebagai bagian dari hidup Anda,
akan memberi dukungan fondasi kreativitas yang kuat, memfasilitasi inovasi, dan
memudahkan proses mengatasi masalah.
1. Tahu Apa Yang Membuat Bergairah
Anda bisa mencapainya dengan menciptakan misi, pedoman, atau hal penting.
Dengan menemukan apa yang sungguh-sungguh membuat Anda terinspirasi,
Anda memusatkan perhatian pada bakat dan kreativitas. Proses ini penting bagi
orang kreatif, terutama yang dilimpahi ide-ide.
2. Temukan Ide
Berapa kali ide-ide luar biasa terhenti sampai akhirnya Anda lupa? Menciptakan
sistem untuk menangkap ide tadi, bisa membantu Anda menyadari, Anda punya
banyak pemikiran kreatif yang mengagumkan. Anda bisa mencatatnya di buku,
PDA, tape recorder, atau HP, yang penting di tempat yang biasa Anda gunakan
dan nyaman. Kuncinya, konsisten dan ada variasi.
3. Rapikan Pikiran
Sebaiknya, mulai mencatat kegiatan harian untuk menyimpan pikiran Anda
yang mengembara ke mana-mana. Tulis apa saja yang ada dalam pikiran Anda.
Buat daftar dari hasil pembicaraan, pengembangan ide-ide baru, dan
dokumentasikan impian. Cara ini sangat baik dilakukan di pagi hari saat bangun
tidur, dan malam hari ketika akan tidur.
4. Nikmati Ritual Kreatif
Ikuti kegiatan yang menyenangkan dan menghibur. Menikmati semangat kreatif
ini bisa membuat Anda tetap segar dan mengeluarkan inovasi. Ritualnya bisa
sederhana saja, cukup dua menit tertawa secara intens. Tujuannya, memberi
inspirasi pada Anda untuk melakukan hal baru dan berbeda, yang bisa mengisi
kembali kreativitas dan menstimulasi imajinasi Anda.
5. Sisihkan Waktu Untuk Refleksi & Introspeksi
Sisihkan waktu untuk merenung. Perilaku atau pikiran apa yang menghambat
kreativitas berkembang? Bagaimana situasi hidup yang bisa menghilangkan
energi hingga mengurangi produksi kreatif Anda? Menyembuhkan diri Anda dari
hambatan-hambatan tadi merupakan langkah tepat.
6. Bersyukur
Bersyukur merupakan bagian “terbesar” dari kreativitas. Jika Anda
mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih pada hal-hal sederhana, Anda
akan diberkahi ide-ide baru. Gunakan catatan harian untuk membuat daftar
semua hal yang disyukuri. Jika Anda menderita karena ide terhambat, duduk
dan tuliskan 10 hal yang harus disyukuri. Jika Anda mengalami hal-hal yang
baik, tuliskan rasa terima kasih Anda.
7. Menghargai
Temukan hal untuk dihargai atas apa pun yang Anda lihat dan alami, misalnya
menghargai pribadi, kecantikan, usaha orang lain, atau hasil kerajinan.
Perhatikan dan hargai hasil karya yang ada di sekeliling Anda.
8. Ciptakan Komunitas
Ciptakan komunitas agar Anda bisa berbagi minat yang sama. Ceritakan
perasaan-perasaan Anda, baik yang membuat bergairah atau sebaliknya
seperti keberhasilan, rasa frustrasi, atau hal-hal yang membuat gila. Komunitas
bisa Anda jumpai di internet, hubungan telepon, secara perorangan atau lewat
cara lain.
9. Abaikan Suara Negatif
Jangan pedulikan suara-suara negatif di kepala Anda yang mengatakan, Anda
tak mampu, tak bisa berubah, atau menjadi kreatif bukan untuk Anda melainkan
untuk orang lain. Sadari, suara-suara tadi hanyalah ilusi dalam pikiran yang
menghambat Anda berkembang mejadi lebih baik.
10. Rayakan Kemenangan Kecil
Kreativitas tak selalu harus muncul dari hal besar atau skala besar. Tindakan
berarti bagi seseorang, bisa merupakan kemenangan luar biasa bagi orang lain.
Jika Anda mencoba, paling tidak satu di antara tips di atas, yakinlah Anda pasti
bisa meraih kemenangan kecil.
Memiliki kepribadian inovatif itu sangat diperlukan bagi para pegawai,
pelajar termasuk lulusan kampus. karena, berjiwa Inovatif selalu memiliki ide yang
kreatif, dan jika bisa dimanfaatkan akan sangat berguna bagi kemajuan lingkungan
sekitar.
Tetapi, bagaimana cara mengembangkan diri agar bisa berjiwa inovatif?
Ternyata hal ini bisa dilatih lewat kebiasaan sehari-hari. Berikut lima tipsnya yang
bisa kamu ikuti untuk menambah sisi inovatif mu:
1. Mulai dari hal yang kecil
Kamu bisa mulai dari kehidupan sehari-hari. Misal saat kamu berada di ruang
kerja, kamu bisa coba memikirkan ide agar pemikiran inovatif bisa muncul untuk
menghasilkan sesuatu yang mampu meringankan pekerjaanmu. Misalnya,
mencari ide bagaimana menciptakan tempat atau alat penyimpanan arsip-arsip,
agar bisa lebih mudah tersusun dan sangat gampang saat dicari. Itu bisa
menjadi inovasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
2. Apapun hal di sekelilingmu, jadikan inspirasi
Mulai perhatikan sekelilingmu, temukan masalah yang ada, kemudian cari ide
untuk menyelesaikannya. Misal saat hendak minum kopi tapi kamu berkendala
dengan suhu panas dari kopi tersebut, maka kendala tersebut bisa jadi
inspirasi. Kamu bisa menghasilkan ide yang cemerlang dan berharga tinggi,
yaitu gelas yang bisa menyesuaikan suhu air kopi yang ingin kamu minum
setiap saat.
3. Pergunakan skill
Jika kamu ahli dalam suatu bidang, mulailah berpikir bagaimana cara
mengembangkan keahlianmu untuk mendapatkan suatu ide ide yang
cemerlang. Coba buat daftar apa saja hal di bidang pekerjaan atau skill yang
kamu dalami, yang kini sudah tidak relevan lagi. Hal-hal itu bisa kamu cari
gantinya atau solusinya, untuk diperbarui dan disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Ini bisa menambah nilai jual tinggi untuk pekerjaanmu,
juga memudahkan dalam bekerja.
4. Pertajam naluri bisnis
Di masa pandemi ini, banyak perusahaan atau pelaku bisnis yang terpaksa
gulung tikar karena tidak bisa melihat peluang. Tapi pelaku bisnis yang
bernaluri tajam akan cepat berpikir dan melakukan inovasi, baik dalam
produknya maupun dalam pelayanan bisnisnya. Kamu bisa melakukan Pivot,
yaitu perubahan strategi bisnis atau model bisnis dengan tetap
mempertahankan visi bisnis itu sendiri. Perubahan strategi bisnis ini termasuk
dalam inovasi.
5. Masuk komunitas atau perkumpulan
Tips melatih diri jadi pribadi yang inovatif selanjutnya adalah dengan bergabung
di komunitas atau perkumpulan tertentu. Ikuti komunitas yang berisi orang
orang yang kreatif dan penuh ide cemerlang. Tips tambahan untuk menjadi
pribadi yang inovatif adalah melihat dunia dengan cara yang berbeda. Menjadi
inovatif bisa bermanfaat bagi diri kita sendiri, bisnis, dan lingkungan.
Seperti yang disebutkan di atas, kreativitas dan inovasi dapat diasah dan
dilatih. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari membangun kebiasaan
baru, banyak membaca buku, belajar hal-hal baru melalui
kegiatan webinar gratis, kursus online gratis, atau ikut kelas-kelas online lainnya,
seperti yang banyak pula disediakan di Qubisa. Selain itu, Anda bisa pula
melakukan beberapa hal berikut:
a. Pelihara Rasa Ingin Tahu Anda
Kreativitas dan inovasi dilahirkan dari rasa ingin tahu yang tinggi. Lantas,
bagaimana cara Anda memelihara rasa ingin tahu itu? Anda dapat selalu
mengajukan pertanyaan, sehingga menemukan jawaban yang Anda inginkan.
Dari jawaban ini, Anda dapat menghasilkan sesuatu yang baru, yang belum
pernah ditemukan sebelumnya, dan dapat diterima dengan baik serta
bermanfaat bagi masyarakat.
b. Bekerja sama dengan Tim Lain
Dalam perusahaan, Anda cenderung ditempatkan dengan tim yang memiliki
kemampuan yang sama dengan Anda. Hal ini dilakukan, untuk memudahkan
pembagian tanggung jawab hingga dapat meringankan pekerjaan satu sama
lain.
Dengan bekerja tim, ditambah adanya communication skill yang efektif antar
anggota tim, maka tim yang terbentuk bisa menjadi tim yang unggul. Anda
mungkin akan mendapatkan sudut pandang baru, bahkan wawasan yang lebih
luas karena Anda keluar dari zona nyaman Anda. Dengan hal ini, Anda dapat
mengaktifkan kemampuan berpikir terbuka hingga dapat meningkatkan
kreativitas dan inovasi dalam diri Anda.
c. Berani Mengambil Risiko
Untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi, Anda harus berani mengambil
risiko dari keputusan yang telah Anda tetapkan. Beranikan diri untuk melakukan
eksperimen terkait suatu hal yang memang perlu Anda kuasai, namun belum
pernah Anda lakukan sebelumnya.
d. Dalam hal membangun keterampilan kreatif dan inovatif, Anda harus bersedia
menerima tantangan yang akan meningkatkan kemampuan Anda dalam
bekerja. Upaya ini memang tidak selalu berhasil, namun Anda tetap dapat
meningkatkan bakat kreatif dan inovatif yang akan membantu Anda untuk
peningkatan karir Anda di masa yang akan datang.
e. Membangun Networking
Pada kesempatan yang sama, Wahid yang juga Kepala Dinas Pendidikan Jatim
tersebut menjelaskan, saat ini penting bagi seorang pemimpin birokrasi untuk bisa
mencontoh model kepemimpinan swasta yakni kepemimpinan model CEO perusahaan
atau enterpreneurship leadership. Pemimpin dalam dengan model ini mampu
melaksanakan manajemen secara profesional, efektif dan efisien. Mereka juga dituntut
untuk selalu inovatif, kreatif, kolaboratif, mampu melakukan perubahan dan mampu
membangun jaringan.
Pemimpin wirausaha memiliki visi jelas dan tahu persis akan pergi ke
mana, serta mengetahui caranya. Visi tersebut akan dikomunikasikan
kepada tim, lalu bersama-sama mewujudkan visi tersebut.
#6 Jujur
#7 Tekun
#8 Mau Belajar
Salah satu ciri dari entrepreneurial leadership adalah percaya diri, yang
merupakan sifat dari wirausahawan. Dalam sebuah studi, mahasiswa
wirausaha memiliki tingkat percaya diri lebih baik daripada mahasiswa
yang tidak tertarik berbisnis.
Orang yang tampil dengan percaya diri bisa menarik orang lain serta
memancarkan rasa aman. Karena itu, sifat ini sangat dibutuhkan dalam diri
seorang pemimpin wirausaha.
Pemimpin juga harus dapat beradaptasi dengan cepat, hal ini juga sejalan
dengan wirausahawan yang harus mampu beradaptasi secara cepat.
Karena tren pasar atau perubahan pasar dapat terjadi begitu saja. Maka,
ketika Anda hanya berpegang teguh pada ide lama, tentunya tidak bisa
bertahan lama.
Selain itu, pemimpin wirausaha tidak takut mengambil risiko, hal ini
merupakan karakter dari wirausahawan. Menilai risiko serta berani untuk
mengambil risiko merupakan bagian dari kepemimpinan yang sukses.
Kesimpulannya,
dalam entrepreneurial leadership bahwa leadership dan entrepreneurship
memiliki hubungan yang saling berkaitan.
g lain juga dipengaruhi oleh perilaku dan karakter seorang pemimpin. Dalam rangka
mengkonseptualisasikan entrepreneurial leadership diperlukan pemahaman terhadap karakter-
karakter yang dapat dikaitkan secara konsisten dengan kepemimpinan yang berjiwa
entrepreneurship. Entrepreneurial leadership mencerminkan suatu kepemimpinan yang berjiwa
entrepreneur. Bahwa, diperlukan pemimpin-pemimpin yang inovatif yang diharapkan membawa
organisasi mampu bertahan dan unggul dalam persaingan. Tujuan studi ini adalah untuk
mengembangkan kerangka konseptual berkaitan dengan identifikasi karaketristik dari
entrepreneurial leadership. Jenis penelitian ini adalah studi konseptual atau studi literatur,
analisis dilakukan berdasarkan telaah referensi teori yang relevan dengan sasaran penelitian.
Rumusan masalah dalam studi ini adalah bagaimana karakteristik entrepreneurial leadership
secara konseptual?
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan
pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai
perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi
pemimpin yang efektif, apabila:
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
1. Model Situasional
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu
menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk
mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan
perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku
pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi
bawahannya.
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas
yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam
menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan.
Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang
dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
1. Hubungan Kepemimpinan dan Inovasi
Jung dkk (2008) menemukan dalam penelitian mereka bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan antara gaya kepemimpinan transformational dengan inovasi dalam
perusahaan. Semakin transformasional pemimpin dalam perusahaan, semakin banyak
inovasi yang muncul dalam perusahaan.
Beberapa faktor berikut inilah yang membuat ketiga tipe gaya kepemimpinan tersebut
mampu mendorong inovasi dalamperusahaan, yakni:
4. Karyawan diajak untuk berpikir secara tidak lazim (out of the box thinking)
Seseorang yang memiliki kepemimpinan inovatif hampir tidak cepat puas dengan
kinerja yang dicapai perusahaan. Dia ingin selalu terus belajar dan mencari temuan-
temuan baru yang unik. Gagasan-gagasan baru hampir tak pernah berhenti. Hal ini
karena rasa ingin tahu begitu besarnya. Kemampuan berimajinasi sangat dominan
dalam menciptakan sesuatu yang baru. Pemimpin model seperti ini menyadari tidak
mungkin proses penemuan inovasi baru bisa dilakukan sendiri. Karena itu dia selalu
mendorong para karyawannya untuk berpikir dan mengembangkan gagasan-gagasan
baru yang inovatif. Tidak jarang lalu dibentuk tim inovasi yang anggota-anggotanya
terdiri dari karyawan berlatar belakang sesuai dengan kompetensinya.Untuk itu dia
membuat suatu road map penelitian yang jelas apa yang ingin dicapai berikut langkah-
langkah strategis dan target waktunya.
Dorongan pada karyawan agar kreatif tidaklah cukup. Pemimpin yang inovatif
melengkapinya dengan kebijakan-kebijakan dalam pemberian penghargaan. Mereka
yang punya gagasan bagus, katakanlah dari suatu kompetisi yang diselenggarakan
perusahaan, diberikan penghargaan misalnya berupa kesempatan untuk sekolah lagi.
Selain itu para karyawan diberi kesempatan untuk melakukan percobaan-percobaan
dalam merancang suatu inovasi secara bersinambung. Kalau pun ditemui kegagalan,
pemimpin inovatif mengganggapnya sebagai suatu proses belajar menuju keberhasilan.
Dan tak tertutup kemungkinan karyawan diberi kebebasan berpikir dan bekerja di luar
“kotak” aturan yang ada. Intinya adalah tak ada gagasan yang buruk. Bahkan dengan
cara ini pemimpin yang inovatif akan selalu memeroleh wawasan dan perspektif baru.
Pada gilirannya akan diperoleh suatu terobosan-terobosan yang memiliki nilai tambah
lebih tinggi.
Masalah pendidikan di Indonesia sepertinya tidak pernah akan habis dibicarakan dan di
bahas dalam berbagai kesempatan. Kita menyadari bahwa pendidikan merupakan
kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global. Namun
berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tidak juga memuaskan harapan kita akan
kemajuan pendidikan untuk bersaing dengan Negara lain yang pengelolaan dan
prestasi pendidikannya memang telah di akui dunia. Berdasarkan data
dalam Education For All(EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis,
Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan
atau education development index (EDI) Indonesia berdasarkan data tahun 2008
berada pada posisi ke-69 dari 127 negara di dunia, Ditingkat Asia Tenggara Indonesia
masih lebih baik dari, Laos, Kamboja Dan Filiphina.[2]
Masalah pendidikan di Indonesia ibarat benang kusut. Sistem Pendidikan kita
sepertinya dikelola secara tidak terencana, masih hangat dalam ingatan kita kurikulum
2004, berubah lagi dengan kebijakan kuriklum 2006, dan di penghujung tahun 2013 ini
pemerintah dengan mantera “Simsalabim, Abrakadabra” kembali meluncurkan
kurikulum 2013. Pertanyaan kemudian yang sedikit menganggu adalah “Apa yang salah
dengan kurikulum 2004 dan 2006 ? ”, tidak pernah ada kajian yang komprehensif untuk
mendeteksi dimana titik kelemahan system pendidikan kita, paling tidak untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi, sekaligus mencarikan solusi
penyelesaiannya.
B. Permasalahan
Pendidikan perlu memiliki modal intelektual yang kuat agar mampu terus menerus
belajar secara cepat dan tepat,[3] agar keputusan yang di hasilkan dapat bermanfaat
bagi kemajuan dunia pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu kepemimpinan yang efektif
sangat dibutuhkan bila suatu organisasi pendidikan ingin sukses dalam mencapai
tujuan. Tanpa kepemimpinan yang kuat, masing-masing individu dalam
penyelenggaraan organisasi pendidikan akan berjalan mengikuti ambisi dan tujuan
pribadi masing-masing tanpa memperhatikan pencapaian tujuan organisasi, karenanya
kepemimpinan efektif sangat diperlukan untuk memberikan pengarahan dan bimbingan
terhadap individu sehingga diharapkan tujuan dari organisasi dapat dicapai dengan
baik. Permasalahan sekarang adalah bagaimana menciptakan kepemimpinan
pendidikan yang efektif ?
C. Pembahasan
3. Reward
Penggunaan insentif dan penghargaan merupakan alat yang ampuh yang dapat
diterapkan pemimpin untuk mendorong pembelajaran dan inovasi. Pemimin sering
dikritik karena berhasil melakukan kooordinasi dan manajerial dalam sebuah organisasi
tetapi tidak mampu memberikan dukungan untuk memotivasi mereka. Penghargaan
untuk ide-ide sukses dan inovatif harus diberikan. Penghargaan dan insentif
memperkuat belajar yang positif dan inovatif dalam organisasi.
4. Membangun Keyakinan untuk Belajar dan Beradaptasi
Pemimpin harus menciptakan budaya di mana setiap orang dihargai, dan organisasi
mempromosikan dan mendukung orang untuk mengembangkan potensi mereka. Aspek
lain dari menciptakan budaya yang kondusif untuk belajar adalah konsep
keanekaragaman tim. Pemimpin harus memastikan bahwa keragaman hadir dalam tim
mereka. Sebuah kelompok yang beragam akan meningkatkan pembelajaran karena
anggotanya terdiri dari berbagai bidang keahlian yang bergabung untuk menghasilkan
wawasan atau pengetahuan baru.
Untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam belajar, akan sangat membantu bagi
para pemimpin untuk memperluas wawasan karyawan dalam melihat organisasi dan
lingkungan eksternal. Belajar dibatasi ketika para pemimpin dan pengikut mereka gagal
untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda dan karena itu tidak dapat membantu
organisasi beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Wawasan karyawan yang
luas akan memberikan beberapa perspektif dan berbagai pendekatan untuk
memecahkan masalah dan memfasilitasi pembelajaran dan perbaikan terus-menerus.
Dari beberapa penelitian yang dilkaukan bahwa banyak organisasi ketika menemui
kegagalan kecenderungannya adalah segera meninggalkan kegiatan dan menghindari
konsekuensi negatif.[11] Seorang pemimpin harus menyadari bahwa pembelajaran
berlangsung dari hal-hal yang salah dari pada dari hal-hal yang benar. Oleh karena itu,
untuk mendorong pembelajaran, pemimpin harus mengkomunikasikan pandangan
bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan yang tertunda. Kemudian, memberikan
kesempatan memperbaiki untuk menciptakan kesuksesan.
Dalam organisasi yang menganut konsep organisasi pembelajar, pemimpin harus
mengkomunikasikan pesan bahwa belajar dan peningkatan terus menerus merupakan
keharusan dalam lingkungan yang sangat dinamis saat ini. Pemimpin harus memimpin
dalam menantang status quo dan menciptakan kondisi organisasi yang kondusif untuk
belajar dan berinovasi secara berkelanjutan.
Permasalahan utama dalam penyelenggaraan System Pendidikan Nasional adalah
tingkat pencapaian kualitas hasil pendidikan yang masih rendah, diantara sekian
banyak faktor yang mempengaruhi adalah kurang kepemimpinan yang efektif yang bisa
mengelola organisasi disetiap unit pengelola pendidikan yang tantanganya begitu
kompleks.
Para ulama berbeda pendapat tentang makna wali. Sebagian berpendapat bahwa
makna wali adalah “teman dekat.” Sebagian yang lain berpendapat wali artinya
“penolong” dan sebagian ulama mengatakan wali adalah “pemimpimpin.”
Dalam terminologi keindonesiaan, kata wali bermakna pemimpin, seperti kata wali
kota artinya pemimpin kota bukan penolong kota dan bukan pula teman kota.
Allah Ta’ ala berfirman,
َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَل َتَّت ِخُذ وا اْلَك اِفِر يَن َأْو ِلَي اَء ِمن ُدوِن اْل ُم ْؤ ِمِنيَن ۚ َأُتِر يُدوَن َأن َت ْج َع ُلوا ِهَّلِل َع َلْي ُك ْم ُس ْلَط اًن ا ُّم ِبيًن ا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah ?” (QS. al-Nisā’/4: 144)
Ayat ini menjelaskan larangan mengangkat orang kafir sebagai pemimpin bukan
larangan berteman dengan orang kafir.
3. Imamah
“Imamah” adalah sistem kepemimpinan dan orang yang memimpin disebut
imam. Imamah adalah kepemimpinan yang bersifat umum, baik kepemimpinan
negara atau kepempinan “ibadah mahdah” seperti shalat. Pemimpin dalam ruang
lingkup orang-orang yang bertakwa adalah “imām li al-muttaqīn” atau pemimpin bagi
bagi orang-orang yang bertakwa.
Pemimpin orang yang beriman disebut “imām li al-mukminin” atau pemimpin orang
beriman dan pemimpin manusia disebut “imām li al-nās” atau pemimpin seluruh
manusia tanpa membedakan agama, suku, daerah dan sebagainya. Kepemimpinan
ketiga inilah yang pernah “eksis” pada masa Rasulallah saw.
Allah Ta’ala berfirman
َو ِإِذ اْب َت َلٰى ِإْبَر اِهيَم َر ُّب ُه ِبَك ِلَم اٍت َفَأَت َّمُهَّن ۖ َقاَل ِإِّن ي َج اِع ُلَك ِللَّن اِس ِإَم اًم اۖ َقاَل َو ِمْن ُذ ِّر َّي ِتيۖ َقاَل اَل َي َن اُل َعْه ِدي الَّظ اِلِميَن
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata, Dan saya mohon juga
dari keturunanku. Allah berfirman, Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang yang
zalim.” (QS. al-Baqarah/2: 124)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus adil dan orang-orang zalim
tidak boleh menjadi pemimpin. Nabi Ibrahim adalah hamba Allah, setelah melalui
proses pendekatan diri kepada Allah, hingga naik menjadi kekasih Allah atau
“khalilullāh.” Setelah menjadi “khalilullāh” naik lagi menjadi rasulallah dan saat beliau
menjadi Rasulallah saw, Allah Ta’ala mengangkatnya menjadi “imam” bagi seluruh
manusia. Saat Nabi Ibrahim berharap agar semua keturunannya menjadi imam, Allah
Ta’ala menjawab bahwa kepemimpinan tidak akan jatuh ke tangan orang-orang yang
zalim.
Syarat pemimpin
Pemimpin adalah orang yang paling berkualitas diantara anggota komunitas. Allah
Ta’ala Maha Tahu siapa diantara umatnya yang paling berkualitas hingga diangkat
menjadi nabi dan rasul. Nabi dan rasul adalah “al-musthafā” atau orang pilihan dan
yang memilih dan mengangkatnya adalah Allah Ta’ala.
Pemimpin yang bukan nabi dan rasul dipilih dan diangkat oleh orang-orang diantara
mereka.
Karena yang mengetahui orang cerdas hanyalah orang cerdas. Memberikan hak pilih
kepemimpinan kepada orang awam hanya akan melahirkan kegagalam dalam
memilih pemimpin. Oleh sebab itu politik adalah perwakilan komunitas bukan
perwakilan pribadi. Al-Qur’an mengisyaratkan umat islam dengan “khairu ummat”,
umat terbaik atau umat pilihan.
Allah Ta’ala berfirman,
ۚ ُكْنُتْم َخ ْيَر ُأَّم ٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّن اِس َت ْأُمُر وَن ِباْلَمْع ُر وِف َو َتْن َهْو َن َع ِن اْل ُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّللۗ َو َلْو آَم َن َأْه ُل اْلِك َت اِب َلَك اَن َخ ْي ًر ا َلُهْم
ِم ْن ُهُم اْل ُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْك َث ُر ُه ُم اْلَفاِس ُقوَن
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali
Imrān/3:110).
Islam mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus dapat dijadikan panutan atau
suritauladan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan moralitas dalam
kehidupannya, dengan selalu memiliki keluhuran hati dan jiwa, rendah hati, jujur,
tidak suka segala bentuk penindasan dan kekerasan, pemaaf, penuh kasih sayang
dan dapat dipercaya.
Secara sosiologis, masyarakat dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang tidak
dapat dipisahkan. Ketiadaan kepemimpinan menjadi sumber munculnya problem-
problem masyarakat, bahkan masalah kemanusiaan secara umum. Pemimpin adalah
pahlawan, idola, dan insan kamil, tanpa pemimpin umat manusia akan mengalami
disorientasi dan alienasi (Ali Syariati dalam Haidar Bagir, 1989: 16-17). Ketika
masyarakat membutuhkan seorang pemimpin, maka seorang yang paham akan
realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut.
Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang
sesungguhnya.
Islam sebagai Ad-din (baca: agama) memiliki banyak pandangan atau pendapat
mengenai kepemimpinan. Hal tersebut dapat ditelusuri dalam sejarah Islam, dimana
setelah wafatnya Rasulullan SAW. berdasarkan fakta sejarah, umat Islam terpecah
belah akibat perbedaan mengenai kepemimpinan dalam Islam, khususnya mengenai
proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan
Islam.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, bahwa kepemimpinan Islam setelah Nabi
Muhammad SAW. wafat dipimpin oleh Abu Bakar As-sidiq, Umar bin Khattab Al-
faruq, Utsman bin Affan Dinurain, Ali bin Abi Thalib Karomallahu wajhah, Dinasti
Umayyah yang didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan, Dinasti Abbasiyyah yang
didirikan olen Abdullah bin Abbas As-saffah. Setelah itu, kepemimpinan Islam
terpecah-pecah ke dalam kesultanan-kesultanan kecil.
Seorang imam yang dipilih ma’mumnya sudah pasti harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan sebagaimana dipaparkan dalam hadits diatas, antara lain lebih
fasih dalam melafadzkan bacaan al-qur’an (baik tajwid maupun makharizul hurufnya),
suaranya jelas dan tegas, keshalehannya dapat diteladani dan lain sebagainya (Nana
Rukmana, 2007: 83).
Kesehatan
Sebagaimana diutarakan dalam hadits diatas, orang yang paling tepat menjadi imam
dalam shalat berjama’ah salah satu syaratnya adalah orang yang fasih dalam
melafadzkan bacaan Al-qur’an. Tentu saja bukan hanya fasih dalam membaca ayat-
ayat Al-qur’an, tapi suaranya juga suaranya harus jelas, sehingga saat menjadi imam
dapat melantunkan ayat-ayat Al-qur’an dengan suara yang baik dan enak didengar
oleh ma’mumnya. Oleh karena itu Imam harus dalam kondisi kesehatan yang prima.
Bisa dibayangkan, bagaimana kalau shalat berjama’ah, tiba-tiba imam terus menerus
batuk bahkan ditambah bersin-bersin. Tentu hal ini akan mengganggu konsentrasi
dan kekhusuan ma’mum dalam shalat.
Berbeda dengan Imam yang fasih membacakan ayat-ayat Al-qur’an, baik tajwid dan
makharijul hurupnya serta merdu suaranya; walaupun ia membaca surat-surat yang
panjang, ma’mum akan tetap khusyu’ dan nikmat mendengarkannya. Bahkan dengan
kekhusyu’an menikmati suara imam yang merdu ini secara langsung akan
memfungsikan kedua belahan otak ma’mum (otak kiri dan otak kanan). Otak kiri
ma’mum akan menyimak setiap ayat yang diucapkan imam, sedangkan otak kanan
ma’mum dapat menikmati suara merdu dari imam. Keadaan ini tentu saja akan
membuat semua jama’ah shalat lebih rileks, shalatnya lebih khusyu’ sehingga dapat
memberi pengaruh pada kesehatan fisik maupun psikis.
Kesehatan fisik dan psikis merupakan syarat pokok bagi para pemimpin yang harus
bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama (siang malam) yang kadangkala
tidak teratur, dan ditengah-tengah situasi yang sering tidak menentu. Oleh karena itu
dalam praktek kepemimpinan di negara kita, faktor kesehatan ini sudah diberlakukan
sebagai persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh para pemimpin. Bahkan untuk
masuk sekolah kepemimpinan, faktor kesehatan ini menjadi persyaratan utama.
Semua calon peserta harus melakukan tes kejiwaan, tes kesemaptaan, melakukan
general check-up di sebuah Rumah Sakit yang sudah ditetapkaan oleh Lembaga.
Untuk itu Sedarmayanti (2009: 124) mengemukakan bahwa keberhasilan manajerial
salah satunya disebabkan karena pemimpin memiliki kemampuan luar biasa dalam
masalah fisik (selalu prima dalam masalah kesehatan).
Posisi
Dalam shalat berjama’ah posisi imam sudah pasti di depan ma’mum, tidak sejajar
dengan ma’mum atau tidak di belakang ma’mum. Hal ini mengandung muatan yang
luas dan filosofi yang dalam. Maksudnya seorang pemimpin yang baik adalah orang
yang berani berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng atau perisai
di arena perjuangan; untuk menghadapi rintangan dan bahaya-bahaya dalam merintis
segala usaha. Dengan tekad besar dan keberanian yang membara dia harus
sanggup bekerja paling berat, sambil menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin
pengikutnya. Di depan dia menjadi tauladan yang baik, sehingga menimbulkan rasa
hormat dan keyakinan anak buahnya (J. Kaloh, 2006: 90)
Dia harus sanggup mengabdikan diri kepada kepentingan umum dan kepentingan
anggotanya. Dia bukan hanya pandai memberi perintah saja, akan tetapi juga
bijaksana dalam memberikan petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, perlindungan dan
pertimbangan. Sebagai pemimpin, dia harus memiliki sifat-sifat teguh, tanggon dan
tanggung (Kartini Kartono, 2008: 333).
Teguh artinya seorang pemimpin harus memupuk kekuatan badan dan kesentosaan
bathin dengan jalan bekerja keras, berani menghadapi bahaya karena menjadi
pengayom (peneduh) segenap anak buahnya, dan kuat memegang prinsip dalam
menjalankan kepemimpinannya. Tanggon berarti kokoh hati, juga kekar dan perkasa
badannya, besar kemauannya dalam menanggulangi bahaya lahir dan bathin, dan
tidak silau melihat bahaya dan kemilauan kekayaan duniawi. Tanggung artinya
seorang pemimpin harus berani bertanggung jawab, walaupun mengalami banyak
kesulitan. Dia harus menjadi perintis di bagian depan dan menjadi pembimbing,
penuntun dan pengayom bagi para pengikutnya.
Seorang imam yang baik harus selalu mengingatkan ma’mumnya sebelum shalat
dimulai, misalnya dengan menyuruh jamaahnya untuk meluruskan dan merapatkan
barisan dan kalau perlu dianjurkan pula untuk mengingatkan hal-hal yang
membatalkan shalat. Hal ini mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus
membimbing dan mengarahkan masyarakat yang dipimpinnya agar bersatu padu
dalam berjuang menuju cita-cita dan keridloan Allah SWT. Bahkan lebih jauh lagi,
seorang pemimpin harus dapat memberikan motivasi dan mengarahkan kepada
masyarakat yang dipimpinnya agar mau menuntut ilmu serta selalu melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar, sehingga suatu saat dapat menggantikan posisi pimpinan.
Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT.:”Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”.(Q.S. Ali-Imran: 110)
Membimbing dan mengarahkan ini tentunya harus kearah yang baik sesuai
kaidah/norma yang berlaku dalam pergaulan kehidupan manusia, yaitu norma
agama, hukum, adat dan kesusilaan; bukan sebaliknya yang bertabrakan dengan
norma-norma tersebut. Sehingga akhir dari bimbingan dan arahan tersebut membuat
semua anggota kelompok (masyarakat) mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas
serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian (Malayu S.P. Hasibuan, 2008: 21).
Dalam perannya sebagai imam, ia harus tahu siatuasi dan kondisi ma’mumnya. Hal
ini yang selalu Allah SWT. laksanakan ketika mengutus rasul-Nya kepada tiaptiap
umat di setiap jaman, sebagaimana dalam firman-Nya: ”Kami tidak mengutus
seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi
penjelasan dengan terang kepada mereka”. Oleh karena itu lebih diutamakan
seorang imam shalat juga berasal dari lingkungan disekitarnya (shohibul bait), bukan
pendatang. Kecuali kalau “shohibul bait” tidak ada yang bersedia menjadi imam,
karena berbagai keterbatasan pengetahuan dan kemampuannya.
Dengan demikian seorang imam yang bijaksana tidak akan membaca surat yang
panjang-panjang kalau tahu bahwa kondisi fisik ma’mumnya tidak memungkinkan
untuk tahan berdiri lama, atau mayoritas ma’mumnya sudah lanjut usia. Hal ini
mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus tahu persis kondisi masyarakat
yang dipimpinnya, agar pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat serta sepenuhnya untuk melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu
seorang pemimpin harus benarbenar dekat dengan rakyatnya dan memahami kondisi
masyarakatnya, sering turba (turun kebawah) atau kelapangan, melakukan
anjangsana atau silaturrahmi kepada masyarakat, seperti yang selalu dilakukan
Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Tidak seperti yang kebanyakan dilakukan
calon Bupati/Wali Kota, Gubernur, Presiden, DPR, DPD, DPRD dan lain-lain yang
sering datang, berupaya mendekati dan merangkul kalau ada maunya (ada
kepentingan) menjelang pemungutan suara atau pemilihan umum dan PILKADA
serta PILPRES, setelah terpilih menjadi pemimpin seringkali melupakan rakyat yang
memilihnya.
Disiplin
Berdasarkan hadits yang shahih bahwa Rasulullah SAW. dan para sahabatnya,
dalam melaksanakan shalat selalu berjamaah dan dilaksanakan tepat waktu atau
pada awal waktu. Mengacu pada hadits tersebut, maka imam dan ma’mum harus
bersiap-siap melaksanakan shalat berjamaah diawal waktu yang didahului dengan
adzan kemudian qomat.
Bagi mereka yang datang terlambat harus rela menempati baris dibelakang, tidak
peduli dia orang terhormat, tokoh masyarakat maupun pejabat, kalau memang
datangnya terlambat atau belakangan harus menempati dibelakang. Kalau waktunya
shalat sudah tiba, maka tidak ada ketentuan yang mengharuskan menunggu orang-
orang tertentu untuk memulai shalat berjamaah. Bahkan kalau seseorang yang biasa
menjadi imam datang terlambat, maka otomatis diantara jamaah yang ada
dipersilahkan untum memimpin shalat berjamaah, menggantikan posisi imam yang
datang terlambat. Itulah prinsip kedisiplinan yang harus ditegakkan dalam suatu
komunitas atau organisasi dan harus dipatuhi oleh semua komponen/anggota dalam
komunitas atau organisasi tersebut, mulai dari pimpinan yang tertinggi sampai staf
yang terendah, semua harus tunduk dan patuh terhadap aturan yang telah
ditetapkan.
Ketika shalat berjamaah dimulai dengan takbiratul ihram, yang mengandung makna
“takbir yang mengharamkan”, maka pada saat itu pula semua jamaah diharamkan
untuk melakukan segala gerakan/tindakan dan ucapan yang tidak ada kaitannya
dengan shalat. Gerakan dan ucapan yang dilakukan oleh jamaah harus sesuai
dengan ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan shalat. Bila
menyimpang dari ketentuan dan aturan tersebut, maka akan menyebabkan bathal
shalatnya dan harus mundur dari barisan shalat berjamaah. Semua harus patuh dan
tunduk (disiplin) terhadap ketentuan dan aturan yang ada. Ketika mulut mengucapkan
“Allahu Akbar”, serempak hati juga mengakui akan kebesaran Allah. Ketika
badan/jasad ruku, sujud dan duduk bersimpuh, hati juga mengikutinya menghinakan
diri dihadapan Allah SWT. Setinggi apapun pangkat dan jabatannya, sebanyak
apapun kekayaannya, sedalam apapun ilmunya, sebesar apapun pengaruhnya,
semuanya kecil dihadapan Allah SWT. dan ini harus dicerminkan ketika shalat
menghadap Allah SWT.
Kalau diidentikkan atau dianalogikan dengan rapat, maka ketika pimpinan rapat
sudah memulai memimpin rapat, maka semua peserta rapat tidak boleh ngobrol
sendiri-sendiri atau berkelompok dengan membicarakan masalah lain diluar topik
yang dibahas dalam rapat. Bahkan seharusnya menerima telepon atau SMS pun
tidak boleh dilakukan selama berlangsungnya rapat, karena akan mengganggu
konsentrasi semua peserta rapat.
Loyalitas
Ketika shalat berjamaah dimulai oleh imam dengan takbiratul ihram (mengucap
Allahu akbar), maka semua jamaah harus tunduk dan patuh mengikuti segala gerak
yang dilakukan oleh imam, mereka takbir, ruku, sujud dan duduk bersimpuh
mengikuti komando dari seorang imam. Tidak boleh ada seorang ma’mum yang
menggerakan anggota badannya mendahului gerakan imam, karena bila hal itu
dilakukan oleh seorang ma’mum maka akan menyebabbkan ma’mum tersebut bathal
shalatnya. Semua gerakan harus dilakukan serempak mengikuti komando dan
gerakan imam. Itulah prinsip loyalitas yang diajarkan Islam. Ma’mum harus loyal
kepada imam, sepanjang imamnya ada dalam koridor yang benar, yaitu
melaksanakan gerakan dalam shalat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh syariat (dalam hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Sebagaimana dalam sabdanya:“ Shalatlah kalian semua (para sahabat)
sebagaimana kamu melihat aku dalam melaksanakan shalat“.
Dalam shalat berjamaah, diutamakan agar ma’mum yang berdiri dibarisan depan,
khususnya yang paling dekat dengan imam diupayakan orang (ma’mum) yang
memenuhi persyaratan tertentu, sehingga sewaktu-waktu siap menggantikan posisi
imam, atau paling tidak dia dapat memperbaiki kesalahankesalahan bacaan imam
apabila ia lupa, atau mengingatkan imam ketika ia melakukan gerakan-gerakan
shalat karena lupa atau kurang konsentrasi.
Tata cara mengoreksi imam diatur dalam Islam, yaitu dengan cara mengucapkan
“Subhanallah“ bagi ma’mum laki-laki dan dengan cara memberi isyarat “menepuk
tangan“ bagi ma’mum wanita. Artinya si ma’mum tidak begitu saja dengan seenaknya
mengoreksi imam tanpa mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Maka bila
ma’mum mengoreksi imam diluar tata cara tersebut (tidak sesuai dengan syara)
mengakibatkan ia bathal dalam shalatnya.
Shalat berjamaah mengajarkan kepada kita agar antara pemimpin dan yang dipimpin
(bawahan) unjtuk saling menghargai. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
selalu meminta dan menerima saran-saran dari bawahannya (Miftah Thoha, 2006:
97). Dengan demikian seorang staf atau bawahan dapat memberikan koreksi dan
saran-saran kepada atasannya, tentunya dengan cara yang santun dan elegan tidak
menyinggung perasaan pemimpin, apalagi menghinakan atau merendahkan martabat
pemimpin. Tidak seperti dalam kenyataan sehari-hari yang kadang-kadang koreksi
yang dilayangkan dalam bentuk surat kaleng, yang sifatnya hanya menghasut,
memfitnah dan memojokkan tanpa didukung dengan data-data yang valid, faktafakta
yang benar, atau hal-hal lain yang tidak sejalan atau tidak dibenarkan oleh agama
dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Atau koreksi yang sengaja diterbitkan dalam
surat kabar dan diberitakan dalam televisi-televisi yang isi beritanya penuh
kebohongan, atau laporan-laporan yang sifatnya memfitnah sekedar untuk
menyisihkan saingan bisnisnya atau kompetitor dalam jabatannya. Itu semua mereka
lakukan dengan tujuan mencapai cita-cita yang ia harapkan, apakah bentuk
kekayaan, jabatan atau yang lainnya, yang penting semua yang ia dambakan
tercapai, tidak peduli menyakiti perasaan orang, menginjak kepala orang, menyikut
orang lain dan lain sebagainya.
Ketika seorang imam sedang memimpin shalat, lalu ia merasa bathal yang
disebabkan oleh berbagai hal yang menyebabkan bathalnya shalat, seperti keluar
angin, menetes air kencing karena tiba-tiba sakit atau kedinginan, dan lain
sebagainya, walaupun hal tersebut tidak diketahui oleh ma’mum, maka seorang imam
dengan penuh kesadaran harus meninggalkan posisinya sebagai imam (pemimpin)
dan digantikan oleh ma’mum yang berdiri paling dekat dengan posisi imam. Hal
tersebut ia lakukan karena semata-mata sadar bahwa Allah SWT. mengetahui segala
gerak dan perilaku seseorang, termasuk bathalnya seorang imam pada saat
memimpin shalat.
Kejadian tersebut memberikan pelajaran kepada segenap para pemimpin, agar siap
mundur dari jabatannya kalau memang merasa tidak mampu memegang jabatan
yang diamanahkan kepadanya. Rasulullah SAW. Pernah bersabda: “Orang mu’min
seharusnya tidak menjerumuskan dirinya sendiri (pada kesulitan)“. Sahabat bertanya:
“Bagaimana dia menjerumuskan dirinya sendiri?“ Rasulullah menjawab:“Dia
memikulkan pada dirinya urusan-urusan yang tidak mampu dipikulnya“.
Manusia banyak melakukan pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan tersebut
didukung dan diimbangi oleh pengetahuan tentang pekerjaan yang dikerjakannya.
Bahkan walaupun sudah berkali-kali mengalami kesulitan dan kegagalan di dalam
tugasnya, namun ia tidak pernah mau melepaskan jabatannya. Allah SWT. berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentannya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawaban“.
Realita yang terjadi di negara kita tidak demikian. Contoh kasus kecelakaan
transportasi yang terjadi berturut-turut hampir disemua daerah, baik daratan, lautan
maupun udara, saat itu banyak masyarakat berbondong-bondong berdemonstrasi
menuntut Pejabat tersebut mundur dari jabatannya, namun hal itu tidak dilakukan
oleh mereka; atau gubernur, walikota dan bupati yang tidak menempati janjinya waktu
kampanye pilkada, bahkan mereka melakukan korupsi baik secara pribadi maupun
berjamaah dengan anggota legislatif, menyalahgunakan wewenang jabatannya
sampai berurusan dengan polisi, kejaksaan, bahkan sudah dinyatakan terdakwa
dipengadilan, mereka tidak mau mundur dari jabatannya dengan dalih “asas praduga
tak bersalah” dan belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkra). Imam Malik
pernah menyatakan bahwa rakyat/masyarakat suatu bangsa sangat bergantung pada
kepribadian akhlak para penguasa/pemimpinnya (Achmad Sanusi, 2009: 31). Dengan
demikian bila pemimpinnya baik, jujur dan amanah maka masyarakatnya akan lebih
baik dan sejahtera, sebaliknya bila pemimpin mempunyai sifat dajjal, sifat
syaithoniyyah maka keruksakan dan malapetaka akan muncul dimana-mana.
Diantara prinsip keteladanan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah adanya
kepribadian yang religius, memiliki rasa kebersamaan, kekeluargaan, kehidupan
dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan. Semua prinsip keteladanan
tersebut bermuara pada kepribadian yang religius dan inti kepribadian yang religius
adalah pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa keyakinan
hidup ini bagaikan sehelai bulu dihembus oleh angin, berkelana tanpa tujuan (H.
Gibran, 2009: 11)
Dengan modal keyakinan bahwa Tuhan itu ada, bersifat kasih sayang, yang
menguasai seluruh hidup dan kehidupan, pemberi kekuasaan dan kekuatan serta
pelindung seluruh mahluk-Nya dan sifat-sifat lainnya yang ada pada Tuhan Yang
Maha Esa, maka kalbu dan hati seorang pemimpin menjadi bersih dan suci lahir dan
bathin dan ia akan menjadi heneng, hening, heling dan waspada (Kartini Kartono,
2008: 330). Heneng artinya seorang pemimpin bersifat teduh dan tenang, dia selalu
imbang tenang, tidak pernah gentar, tidak mudah gugup dalam menghadapi masalah.
Hening artinya bening, bersih, suci, sejati, ceria, jernih dan murni. Pemimpin itu harus
memiliki keheningan bathin, yaitu ketulusan, kelurusan dan keikhlasan, dia selalu
jujur terhadap dirinya dan terhadap para pengikutnya, tanpa memilikin pamrih kecuali
mengabdi dan melayani kepada masyarakatnya. Heling artinya ingat, sadar, dan
insyaf. Yaitu menyadari hakikat alam dengan segala hukum-hukumnya, juga selalu
ingat pada perilaku yang luhur, baik dan jujur, serta ingat bahwa keserakahan,
kemunapikan dan kejahatan akan selalu menyebarkan malapetaka dan kesedihan,
baik pada diri sendiri maupun bagi orang banyak. Waspada maksudnya tajam
penglihatan, atau bahkan waskita (menembus penglihatan kedepan) atau weruh
sadurunging winarah (tahu sebelum terjadinya sesuatu).
DAFTAR BACAAN
Bagir, Haidar, 1989. Ummah dan Imamah, Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung:
Pustaka Hidayah.
Depag RI, tt. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.
Gibran, Hajjar, 2009. Kembalinya Sang Nabi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan, Malayu, 2008. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
J. Kaloh, 2006. Pemimpin Antara Keberhasilan dan Kegagalan. Jakarta: Kata Hasta
Pustaka.
Kartono, Kartini, 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Siagian, Sondang, 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
Leadership 01 – https://bit.ly/3uwLxP9