Anda di halaman 1dari 161

TEKNIS DASAR

KEPROTOKOLAN
MUHAMMAD KHAIDIR
WIDYAISWARA KEMENDAGRI REGIONAL MAKASSAR
“Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi
Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan
kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/
atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan atau masyarakat”.
(Pasal 1 ayat (1) UU RI Nomor 9 Tahun 2010)
RUANG LINGKUP KEPROTOKOLAN

• Tata Tempat
• Tata Penghormatan
Pengaturan • Tata Upacara

• Pejabat Negara
• Pejabat Pemerintah
Sasaran • Tokoh Masyarakat
Tertentu
KUNJUNGAN
PEJABAT
PRINSIP UMUM 4W-1H
• What yaitu apa judul acara/ kegiatan yang
akan dilakukan.
• Who yaitu siapa saja pejabat serta undangan
yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
• When yaitu waktunya kapan kegiatan itu akan
dilakukan.
• Where yaitu di mana kegiatan itu akan
dilakukan.
• How yaitu bagaimana menjangkau tempat
acara tersebut.
JENIS KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja/ Resmi
• Bersifat terbuka dan sudah direncanakan sebelumnya, menyangkut
anggaran maupun urutan kegiatannya. Serta melibatkan beberapa
pihak yang terkait dengan acara tersebut. Seperti peresmian proyek,
pelantikan Kepala Desa, dan upacara.

Peninjauan/ Sidak
• Bersifat terbuka dan mendadak, yang dilakukan dalam rangka
melihat langsung perkembangan di lapangan. Seperti meninjau
bencana alam, meninjau perkembangan harga komoditas di pasar,
dan inspeksi mengenai kedisiplinan pegawai.

Kunjungan Pribadi
• Bersifat tidak resmi dan tertutup serta tidak melibatkan lembaga
kedinasan. Seperti silaturahim keluarga, istirahat, berobat, acara
partai politik, dll.
PERSIAPAN KUNJUNGAN
• Mengadakan rapat koordinasi yang melibatkan
berbagai unsur terkait (kepanitiaan dan/ atau
SKPD).
• Menginventarisir segala sesuatu yang
berhubungan dengan maksud dan tujuan
acara: Lokasi, lay out acara, route/ alur dan
lama perjalanan, susunan acara dan
properti/ perlengkapan yang dibutuhkan.
• Menentukan tim pendahulu, untuk: survey
lokasi seluruh titik kunjungan, gladi bersih,
koordinasi akhir.
PELAKSANAAN KUNJUNGAN
• Menentukan daftar rombongan sekaligus
menyampaikan undangan untuk berangkat
bersama dengan Bupati/ Wakil Bupati
dalam rombongan utama (main group).
• Mempersiapkan penerimaan pada titik
kunjungan serta mengatur jajar penyam-
butan (receiving line) dan mempersiapkan
tempat transit (holding room).
• Menghadiri acara, yang perlu dipersiapkan
adalah: tata tempat, susunan acara dan
properti/ perlengkapan
PENYAMBUTAN VIP

Penyambutan terhadap VIP:


• Dilakukan secara sederhana, tidak
berlebihan.
• Durasi waktu singkat.
• Jika penyambutan berupa atraksi,
ditampilkan 1 atraksi terbaik (jangan
sampai berupa banyak atraksi)
JAJAR PENYAMBUTAN

Penyambutan terhadap VIP:


VIP (Very Important Person)
harus datang dari arah sebelah
kanan dari para penyambut.
Untuk
penerimaan
(receiving
line), orang
yang utama
dalam jajar
tersebut
adalah yang
pertama kali
menyambut.
Untuk
pelepasan/
kepulangan
(farewell
line), orang
utama dalam
jajar tersebut
adalah yang
melepas/
menjabat
tangan paling
akhir.
TATA
TEMPAT
CARA MENGATUR TEMPAT DUDUK
TAMU/ PEJABAT VIP
1. Menetapkan jumlah tamu/ pejabat VIP.
2. Menentukan ranking tamu/ VIP dari yang
tertinggi sampai terendah dan memberi
nomor urut (1,2,3, dan seterusnya).
3. Menetapkan tempat duduk sesuai rumus /
aturan yang berlaku, yaitu orang paling
utama mempunyai urutan/ nomor pertama,
dan seterusnya.
Aturan Dasar Tata Tempat
1. Posisi Berjajar

Tempat yang berada di sebelah kanan dari orang yang


mendapat preseance paling utama, dianggap lebih tinggi
daripada yang berada di sebelah kirinya.

Teknis penempatan/ rumus:


Setelah menentukan orang nomor urut 1, maka nomor
urut berikutnya menggunakan rumua, “Jika jumlah
orangnya genap, maka urutan genap berada di sebelah
kiri; jika jumlah orangnya ganjil, maka urutan ganjil
berada di sebelah kiri”
1 lebih tinggi dari 2

1 2
Bupati Kakanwil

2 lebih tinggi dari 3

2 1 3
Kakanwil Bupati Kakan Kab.
CATATAN:
Ketentuan ini 3 lebih tinggi dari 4
berlaku pula
untuk kursi
model teater
(tanpa meja 1 lebih tinggi dari 2
pimpinan)

3 1 2 4
Kakanwil Bupati Ketua DPRD Kakan Kab
Kab
TATA TEMPAT TINGKAT PROVINSI
(Pasal 10 UU No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)
j. .....
k. Bupati/ walikota;
l. Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di
daerah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah,
ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;
m. pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu
tingkat provinsi;
n. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
o. wakil bupati/wakil walikota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten/kota;
p. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
q. asisten sekretaris daerah provinsi, kepala dinas tingkat provinsi,
kepala kantor instansi vertikal di provinsi, kepala badan
provinsi, dan pejabat eselon II; dan
r. kepala bagian pemerintah daerah provinsi dan pejabat eselon III.
2. Posisi Berjajar pada Garis yang Sama

Mengacu pada ketentuan bahwa tempat paling tengah


adalah tempat yang paling terhormat (utama),
sedangkan tempat di sebelah kanan tempat utama
memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan tempat di
sebelah kiri tempat utama.

A lebih tinggi dari B

tempat utama
A B

4 2 1 3 5
A lebih tinggi dari B

A B

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
ALAT BANTU
TATA TEMPAT
Alat Bantu Preseance

Seating Card
Menandai tempat duduk, ditempatkan di sandaran kursi

BUPATI PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO BUPATI PROBOLINGGO


Name Stand
Menandai tempat
duduk, ditempatkan di
atas meja pimpinan

Hand Rail
Membatasi lalu lintas manusia
di depan VVIP (contoh: batas
pengambilan gambar oleh
wartawan)
PRASATI
PERESMIAN
• Bentuk prasasti landscape (seperti contoh di atas), dengan ukuran
perbandingan 2 : 3 (contoh: 60 x 90 cm)
• Kata-kata peresmian cukup sebagaimana pada contoh.
• Pejabat yang menandatangani cukup 1 orang, yaitu pejabat yang meresmikan.
MANAJEMEN
ACARA
Bentuk • Upacara Bendera; Upacara Bukan Bendera; Acara Kunjungan
Upacara

• Acara Kenegaraan; Acara Resmi; Acara Tidak Resmi; Acara


Sifat Upacara
Kemasyarakatan; Acara Keluarga; Acara Hiburan

Kelengkapan • Men (orang-orang yang terlibat dalam upacara/ petugas)


Upacara

Perlengkapan • Materials (peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan


Upacara upacara)

Langkah • Susunan acara; lay out; tata tempat; tata pakaian; JUKLAK acara;
Persiapan
Upacara konsumsi
Yang Perlu Dipersiapkan/ Ditentukan
 Susunan acara upacara pelantikan dan tata pakaiannya
 Surat keputusan dari pejabat yang berwenang
 Naskah kata-kata pelantikan untuk dibaca yang melantik
 Naskah pengambilan sumpah untuk dibaca yang melantik
 Berita acara pengambilan sumpah untuk ditandatangi oleh yang
bersumpah, yang melantik dan rohaniawan
 Berita acara serah terima jabatan
 Memori serah terima jabatan untuk diserahkan oleh pejabat yang lama
kepada pejabat yang baru di hadapan yang melantik
 Atribut jabatan bagi pejabat yang dilantik
 Lay out/ tata tempat upacara pelantikan
 Peralatan upacara yang diperlukan (meja penandatanganan,
microphone)
 Petugas pelantikan (rohaniwan, pembaca SK, pembaca do’a)
 Dekorasi (pertamanan ruangan, bunga-bunga meja dan back drop)
Urutan Acara Pelantikan
1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
3. Pejabat yang akan dilantik menuju tempat yang ditentukan/
berdiri
4. Pembacaan Surat Keputusan
5. Pejabat yang melantik menuju tempat yang disediakan
6. Pengambilan Sumpah Jabatan
7. Penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah
8. Kata-kata pelantikan
9. Pejabat yang dilantik kembali ke tempat/ duduk kembali
10.Pemasangan tanda jabatan/ penyerahan SK/ atribut lain (bila
perlu)
11. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan
12.Serah terima Memori Jabatan (bila perlu)
13.Sambutan pejabat yang melantik
14.Menyanyikan Lagu Bagimu Negeri
15.Pembacaan do’a
16.Pemberian ucapan selamat
Materi
Keprotokolan:

1. Tata Tempat
2. Tata Upacara
3. Pelaksanaan Kegiatan Apel
4. Tata Penghormatan
PENGERTIAN KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam
acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata
Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai
bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan
jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat.
(UU No. 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan)
ASAL MULA KATA PROTOKOL

Protocole
Bahasa Perancis

Proses verbal:
Protokollum Semua official minutes,
Bahasa Latin catatan agreement, treaty,
dokumen seperti Protokol
negara yang Jenewa, Protokol
Lembaran bersifat Paris dan
pertama nasional dan Protokol Kyoto
dari suatu internasional
gulungan
Bahasa Yunani papyrus

Protos Kolla
(yang pertama) (lem atau perekat)
PENGERTIAN
KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi
yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya
dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.
(UU No. 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan)
LANDASAN DAN SUMBER HUKUM
KEPROTOKOLAN

 PERSETUJUAN INTERNASIONAL
 Konvensi Wina 1815, 1961 dan 1963

 PERATURAN PERUNDANGAN
 UU Nomor 8 Tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor

9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan


 UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

 UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 dan

1963
 PP Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai

Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan


 Keppres Nomor 32 Tahun 1971 tentang Protokol Negara

 Permensesneg Nomor 13 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Keprotokolan Presiden dan Wakil Presiden RI


 TRADISI, ADAT ISTIADAT DAN KEBIASAAN SETEMPAT
 AZAS TIMBAL BALIK (RESIPROSITAS)
 LOGIKA UMUM (COMMON SENSE)
DEFINISI ACARA KENEGARAAN
DAN
ACARA RESMI
 Acara Kenegaraan adalah Acara yang bersifat kenegaraan yang
diatur dan dilaksanakan secara terpusat, dihadiri oleh presiden
dan/atau Wakil Presiden serta pejabat negara lainnya dalam
melaksanakan acara tertentu.
 Acara Resmi adalah Acara yang bersifat resmi yang diatur dan
dilaksanakan oleh Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara
dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh
Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintah serta undangan
lainnya.
ACARA KENEGARAAN DAN
{ {
ACARA RESMI

Diselenggarakan
Bersifat Diatur secara oleh
terpusat Bersifat Resmi pemerintah/lembaga
Kenegaraan
negara

KENEGARAAN RESMI

Dihadiri oleh RI 1
Melaksanakan Dihadiri oleh Pejabat Melaksanakan tugas
dan/atau RI2 serta
acara tertentu Negara dan dan fungsi tertentu
Pejabat Negara Pemerintah
dan Pemerintah
TATA TEMPAT
Bagaimana pengaturannya?

• Yang menempati posisi paling depan adalah yang paling


tinggi kedudukanya.
• Kanan adalah utama.
42
Contoh Pengaturan Tata Tempat
a. Berdiri
- Bila berjabat tangan :
P = Presiden/PimpinanVIP

P
5 4 3 2 1
1 = Presiden/Pimpinan/VIP
M = Masyarakat
M
1 2 3 4 5

- Bila tidak berjabat tangan :

5 3 1 2 4 4 2 1 3 14
b. Duduk
- Dalam rapat (meja bentuk U):
13 12
11 10
9 8
7 6

5 3 1 2 4
1 = Pemimpin Rapat
- Meja Bulat :
7 6
5 4
3 2
1 15
Dalam pertemuan / tatap muka (theater):

6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6

4 21 =1Pimpinan
3

16
LAYOUT TEMPAT ACARA PERESMIAN

Berhadapan : Satu Arah :

Kursi Utama/Main Seat Kursi Perangkat Podium


Tombol Sirine 17
Kursi Menteri/ Rombongan Kursi Muspida Daerah
Meja Prasasti
Resmi Presiden Para Undangan lainnya
LAYOUT TEMPAT ACARA PELATIKAN
PEJABAT NEGARA/PEMERINTAH

Presiden RI Para Pejabat yang dilantik Para istri pejabat


Wakil Presiden RI Para Pimp Lembaga Negara, Undangan lain
Menteri, Ka. LPND/Eselon I 18
Perangkat Kepresidenan Rohaniwan
LAYOUT TEMPAT ACARA JAMUAN
SANTAP MALAM KENEGARAAN

Kursi Utama/Main Seat Para Ka. Lembaga Negara, Undangan lain


Menteri dan Romb. Resmi 19
Tamu Negara
Tata Tempat
TATA TEMPAT (PRESEANCE)
 Adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara
kenegaraan atau acara resmi;
 Mengandung unsur tentang siapa yang berhak didahulukan
dan siapa yang berhak mendapat prioritas.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
1. Orang yang berhak mendapat tata
urutan pertama/paling tinggi adalah
mereka yang mempunyai urutan paling
depan/mendahului.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
2. Jika berjajar, yang berada di sebelah kanan dari
orang yang mendapat urutan tata tempat
paling utama, dianggap lebih tinggi/mendahului
orang yang duduk di sebelah kirinya.
3. Jika menghadap meja, tempat utama yang
menghadap ke pintu keluar dan tempat terakhir
adalah tempat yang paling dekat dengan pintu
keluar.
4. Pada posisi berjajar pada garis yang sama,
tempat yang terhormat adalah di tempat paling
tengah, dan di tempat sebelah kanan luar.
Persembahan tarian pada Acara Peresmian dan Groundbreaking
Proyek-Proyek MP3EI Kaltim di Balikpapan, tanggal 24 Oktober 2012.
(Foto: Anung/Biro Pers, Media, dan Informasi Setpres)
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
5. Apabila naik kendaraan, orang yang mendapat tata
urutan paling utama di pesawat terbang naik paling
akhir dan turun paling dahulu.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
6. Dalam hal kedatangan dan kepulangan, orang
yang paling dihormati selalu datang paling
akhir dan pulang paling dahulu.
PEDOMAN TATA TEMPAT
a. Urutan Tata Tempat di Pusat:
1) Presiden RI
2) Wakil Presiden RI
3) Mantan Presiden &
Mantan Wakil Presiden RI
4) Ketua Lembaga Negara
(Ketua MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK
dan KY)
5) Perintis Pergerakan
Kebangsaan/Kemerdekaan
6) Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara 8
7) Wakil Ketua MPR, DPR, DPD,
Gubernur BI, Ketua Badan Penyelenggara
Pemilu, Wakil Ketua BPK, MA, MK dan KY.
8) Menteri, Pejabat Setingkat Menteri,
Anggota DPR- RI, dan Anggota DPD-RI,
serta Dubes LBBP-RI.
9) Kepala Staf TNI AD, AL dan AU TNI
10) Pemimpin Parpol yang memiliki wakil di DPR-
RI
11) Anggota BPK, Ketua Muda dan Hakim Agung
MA, Hakim MK, dan Anggota KY Republik
Indonesia.
12) Pemimpin LN yang ditetapkan sebagai PN,
9
Pemimpin LN lainnya yang
13) Gubernur Kepala Daerah.
14) Pemilik Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
Tertentu
15) Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nonkementerian, Wakil Menteri, Wakil
Kepala Staf AD, AL, dan AU TNI, Wakil
Kapolri, Wakil Jakgung, Wakil
Gubernur, Ketua DPRD Provinsi, Pejabat Eselon I
atau yang disetarakan.
16) Bupati/Walikota dan Ketua DPRD
Kabupaten/Kota; dan
17) Pimpinan tertinggi representasi organiasi
keagamaan tingkat nasional yang
secara faktual diakui keberadaannya10
b. Urutan Tata Tempat di Provinsi:
1) Gubernur;
2) Wakil Gubernur;
3) Mantan Gubernur dan Wakil Gubernur;
4) Ketua DPRD Provinsi atau nama
lainnya;
5) Kepala Perwakilan Konsuler Negara
Asing di daerah;
6) Wakil Ketua DPRD Provinsi atau nama
lainnya;
7) Sekretaris Daerah,
Panglima/Komandan Tertinggi TNI
semua angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua
11
b. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Provinsi:
8) Pemimpin Parpol di Provinsi yang
memiliki wakil di DPRD Provinsi;
9) Anggota DPRD Provinsi atau nama
lainnya, Anggota Majelis
Permusyawaratan Ulama Aceh dan
Anggota Majelis Rakyat Papua;
10) Bupati/Walikota;
11) Kepala Kantor Perwakilan BPK di daerah,
Kepala Kantor Perwakilan BI di daerah,
Ketua KPUD;
12) Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh
Masyarakat Tertentu Tingkat
11
b. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Provinsi:
14) Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Wakil Ketua
DPRD Kabupaten/Kota;
15) Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
16) Asisten Sekda Provinsi, Kepala Dinas Tingkat
Provinsi, Kepala Kantor Instansi
Vertikal di Provinsi, Kepala Badan
Provinsi, dan Pejabat Eselon II;
dan
17) Kepala Bagian Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pejabat Eselon III.

11
c. Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
1) Bupati/Walikota;
2) Wakil Bupati/Walikota;
3) Mantan Bupati/Walikota dan Wakil
Bupati/Walikota;
4) Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau
nama lainnya;
5) Wakil Ketua DPRD Kabupaten/Kota
atau nama lainnya;
6) Sekretaris Daerah, Komandan
Tertinggi TNI semua angkatan,
Kepala Kepolisian, Ketua
Pengadilan Negeri semua badan peradilan, dan
11
c. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
7) Pemimpin Parpol di Provinsi yang
memiliki wakil di DPRD
Kabupaten/Kota;
8) Anggota DPRD Kabupaten/Kota atau
nama lainnya;
9) Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh
Masyarakat Tertentu Tingkat
Kabupaten/Kota;
10) Asisten Sekda Kabupaten/Kota, Kepala
Badan Tingkat Kabupaten/Kota,
Kepala Dinas Tingkat
Kabupaten/Kota, dan Pejabat Eselon II, Kepala
11
c. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
11) Kepala Instansi Vertikal Tingkat
Kabupaten/Kota, Kepala Unit Pelaksana
Teknis Instansi Vertikal, Komandan
Tertinggi TNI semua angkatan di
kecamatan, dan Kepala Kepolisian di kecamatan;
12) Kepala Bagian Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Camat, dan
Pejabat Eselon III; 13) Lurah/Kepala Desa atau
yang disebut dengan nama lain
dan Pejabat Eselon IV.

d. Istri / suami yg mendampingi Pejabat Negara/


11
e. Dlm hal Pejabat Negara/Pemerintah atau Tokoh
Masyarakat ttt berhalangan hadir pd suatu
acara,
maka tempatnya tidak diisi oleh Pejabat yg
mewakili
(Pejabat yg mewakili mendapat tempat sesuai
dg
jabatan yang dipangkunya)

f. Dalam hal Pejabat Negara/Pemerintahan memangku


jabatan lebih dari satu yang berbeda
tingkatannya,
maka tata tempatnya berdasarkan urutan
yang 12
h. Acara resmi yang diselenggarakan oleh instansi
pusat dan dilaksanakan di daerah, maka
Menteri/
Pimpinan LPNK yang ber tindak sebagai
tuan rumah
acara. Sedangkan tuan rumah daerah adalah
Gubernur atau Bupati/Walikota.

i. Pendamping Presiden RI atau Wakil Presiden RI


pada saat menghadiri acara resmi di daerah :
- Bila penyelenggaranya adalah instansi
pusat,
maka Menteri/Pimpinan LPNK yang
mendampingi 13
Tata Upacara
TATA UPACARA
Mengepal atau Menggenggam?
Skep Pangab 611/x/1985 tentang Peraturan Baris-Berbaris

ibu jari berada di atas atau menghadap


ibu jari menyentuh jari tengah, seperti ke muka apabila sedang dalam posisi
orang hendak memukul. sikap sempurna. Bentuknya seperti
tangan yang sedang memeras santan.
Mengepal digunakan pada gerakan
istirahat di tempat dan lari maju. Digunakan pada gerakan sikap
sempurna, lencang kanan/kiri, lencang
depan, langkah tegap, dan langkah
biasa.
LANDASAN DAN SUMBER HUKUM KEPROTOKOLAN

 PERSETUJUAN INTERNASIONAL
 Konvensi Wina 1815, 1961 dan 1963

 PERATURAN PERUNDANGAN
 UU Nomor 8 Tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9

Tahun 2010 tentang Keprotokolan


 UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

 UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 dan

1963
 PP Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai

Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan


 Keppres Nomor 32 Tahun 1971 tentang Protokol Negara

 Permensesneg Nomor 13 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Keprotokolan Presiden dan Wakil Presiden RI


 TRADISI, ADAT ISTIADAT DAN KEBIASAAN SETEMPAT
 AZAS TIMBAL BALIK (RESIPROSITAS)
 LOGIKA UMUM (COMMON SENSE)
DASAR HUKUM & PENGERTIAN

 Pasal 1 (5) UU No. 9 Tahun 2010 dan Pasal 1 (7) PP


No. 62 Th 1990:
“Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi”
{ JENIS UPACARA
{
 Kegiatan pengibaran atau  Kegiatan yang
penurunan bendera memerlukan pengaturan
merah putih yang protokol seperti antara
dilaksanakan dalam lain penerimaan tamu-
rangka memperingati tamu Presiden, credentials,
hari-hari besar nasional, penganugerahan tanda
seperti HUT Proklamasi kehormatan, peresmian
Kemerdekaan RI, Hari pembukaan
Kebagkitan Nasional, munas/rakernas, dll.
Hari Pahlawan dll.

BUKAN UPACARA
UPACARA BENDERA
BENDERA
TATA UPACARA
UPACARA BENDERA

Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan


untuk acara kenegaraan atau acara resmi :
a) Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan
RI ;
a) Hari besar nasional;
b) Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara;
c) Hari ulang tahun lahirnya instansi
pemerintah; dan
d) Hari ulang tahun lahirnya provinsi dan kab/
kota.
TATA UPACARA
BUKAN UPACARA BENDERA
Upacara bukan upacara bendera dapat dilaksanakan untuk
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
Pasal 26

Tata urutan acara bukan upacara bendera namun dalam


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, antara lain, meliputi:
a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya;
b. pembukaan;
c. acara pokok; dan
d. penutup.
Pasal 28
PENGELOMPOKAN
JENIS UPACARA
Penerimaan
Tamara

Perjalanan Penyelenggaraan
Upacara lainnya:
ke hari besar nas,
daerah/LN credentials dll.

Pengaturan
Penyelenggaraan
rapat/sidang/ Resepsi/Jamuan
konferensi
KELENGKAPAN & PERLENGKAPAN
UPACARA BENDERA
DALAM ACARA KENEGARAAN ATAU ACARA RESMI

Kelengkapan upacara, Perlengkapan upacara, meliputi:


meliputi: a. bendera;
a. inspektur upacara; b. tiang bendera dengan tali;
b. komandan upacara; c. mimbar upacara;
c. perwira upacara; d. naskah Proklamasi;
d. peserta upacara; e. naskah Pancasila;
e. pembawa naskah; f. naskah Pembukaan Undang-
f. pembaca naskah;dan Undang Dasar Negara Republik
g. pembawa acara.
Indonesia Tahun 1945; dan
g. teks doa.
Pasal 24 ayat 3 Pasal 24 Ayat 2
Pakaian Sipil
Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 1972
Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1990
Pakaian PNS Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2007
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2009
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2015
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2016
PAKAIAN UPACARA
No. SIPIL TNI/ WANITA ACARA
(Pria& POLRI
Wanita)
1. PSDH/PSN PDU 2 Pakaian PSDH: Jamuan resepsi/santap resmi
Nasional atau kenegaraan
2. PSL PDU 1 & 3 Pakaian Upacara resmi kenegaraan,
Nasional bepergian resmi ke luar negeri,
upacara pelantikan pejabat tertentu

3. PSR PDU 4 Bebas Rapi Upacara selain upacara kenegaraan,


seperti menerima tamu luar negeri,
upacara pelantikan, audiensi kepada
yang lebih tinggi
4. PSH PDH Bebas Rapi Bekerja sehari-hari dan keperluan
umum lainnya, seperti upacara
peresmian proyek, pembukaan rapat
kerja dan lain-lain
5. Batik Batik Batik Acara resmi/tidak resmi di luar jam
kerja atau acara lainnya sesuai
undangan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN UPACARA

Persiapan
• Apa, siapa yang harus Upacara • Pembukaan
berbuat apa, dimana • Acara Pokok
(tempat), bilamana • Menyusun acara, tata
(waktu) ruang, pengaturan tempat, • Penutup
membuat rencana upacara,
• Bagaimana tata menetapkan jenis pakaian
caranya • Pengecekan kelengkapan

Perencanaan
dan perlengkapan upacara Pelaksanaan
Upacara Upacara
sar Perwira

i Be ta Upacara

h r o Pejabat Eselon
nto Ha /K Pejabat Eselon
b
Co cara /Ka
Adc/
I/II Ajudan III/IV
pa nsi
U ovi Irup
t
y ou /Pr
La K/L
di

Paskibra
Musik
Korps
Pancasila
Paduan
Suara

UUD 1945
Doa
Danup
Peserta Upacara

Peserta Upacara
Peserta Upacara Peserta Upacara Peserta Upacara Peserta Upacara
82
Tata Penghormatan
TATA PENGHORMATAN
DALAM KEPROTOKOLAN
DASAR
• Pasal 31 UU No. 9 Tahun 2010, “Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau
organisasi internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu
mendapat penghormatan.
• Yang dimaksud dengan penghormatan dan perlakuan
sesuai dengan kedudukannya dan martabatnya adalah
sikap perlakuan yang bersifat protokol yang harus
diberikan kepada seseorang dalam acara kenegaraan atau
acara resmi sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau
masyarakat.
DEFINISI TATA PENGHORMATAN
(MENURUT PASAL 1 AYAT 8 PP NO. 62 TAHUN 1990)

• Aturan untuk melaksanakan pemberian


hormat bagi:
• Acara Kenegaraan
Pejabat Negara • Acara Resmi

Pejabat • Acara Kenegaraan


Pemerintah • Acara Resmi

Tokoh • Acara Kenegaraan


Masyarakat • Acara Resmi
BENTUK-BENTUK PENGHORMATAN

• Penghormatan terhadap seseorang dalam bentuk preseance


• Penghormatan terhadap seseorang dalam bentuk rotation

Urutan
Sambutan

Kedatangan
dan
kepulangan
Rotation Jajar
kehormatan

Naik
kendaraan
LANJUTAN BENTUK-BENTUK
PENGHORMATAN
• Penghormatan terhadap seseorang dalam
bentuk perlakuan
• Penghormatan terhadap sesorang dengan
menggunakan Bendera Kebangsaan Sang Merah
Putih
• Penghormatan terhadap seseorang dengan
menggunakan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
• Penghormatan Jenazah
PENGHORMATAN TERHADAP
LAMBANG-LAMBANG KEHORMATAN NKRI
PENGHORMATAN TERHADAP LAMBANG NEGARA

• Ciri Lambang • Tata Cara


Negara Penggunaan
Lambang
Negara
Penggunaan
Penggunaan
Lambang
Lambang
Negara sbg
Negara sbg
cap atau
Lencana
materai

Penggunaan Penggunaan
Lambang Lambang
Negara di Negara sbg
Luar Negeri Perisai
• Tata Tertib • Larangan
Penggunaan Penggunaan
Lambang Lambang
Negara Negara
PENGHORMATAN TERHADAP
BENDERA KEBANGSAAN

Ukuran Waktu Pengibaran

Penaikan dan Tempat Sebagai Penutup


Penurunan Pengibaran Jenazah

Pengibaran Bendera Bendera


Kebangsaan
bersama Bendera bersama Bendera
Kebangsaan Asing
Kebangsaan Asing Organisasi di Indonesia
Keprotokolan
ETIKA DAN ETIKET

DIARTIKAN SAMA

DIPERGUNAKAN SILIH
BERGANTI
ETIKA KEPROTOKOLAN
Antar Pribadi

Antar Kelompok
Masyarakat

Antar lembaga

Antar negara

Nilai yang disepakati sebagai nilai yang baik & benar dalam tata pergaulan
Pengertian Etika

1. Berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti


kebiasaan atau watak
2. Berasal dari bahasa Perancis Etiquette yang
berarti kebiasaan atau pola perilaku yang baik
dan dapat diterima lingkungan
3. Sikap dan prilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seseorang
secara sadar dan sukarela untuk mentaati
ketentuan atau norma kehidupan yang berlaku
dalam masyarakat atau organisasi
4. Perilaku yang ditunjukkan seseorang atau
organisasi dalam interaksinya dengan
lingkungan
Perbedaan Etika dan Etiket
Etika tidak terbatas pada cara melakukan
suatu perbuatan, etika memberi norma
tentang perbuatan itu sendiri.
• Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Bila


tidak ada orang lain atau tidak ada saksi
mata, maka etiket tidak berlaku.
• Misalnya etiket tentang cara makan.
Etika Keprotokolan
Tata cara & ketentuan/adab sopan santun dalam
suatu kegiatan /penyelenggaraan acara kenegaraan,
acara resmi maupun acara tidak resmi dengan
menciptakan situasi yang menyenangkan.

To create a pleasant situation


PRINSIP ETIKA
PELAYANAN KEPROTOKOLAN

PROTOKOL
MEMBUAT

SETIAP ORANG

MERASA NYAMAN &


PENTING
ASN Profesional?

 Good Grooming
 Confidence
 Correct Body Posture
 Communication Skills
 Great Public Speaker
CORRECT BODY POSTURE
102
Grooming is
 It is the process of making yourself look neat and attractive.

 The things which you do to make yourself and your


appearance tidy and pleasant.
Jenis Kerah Pakaian Pria

110
Posisi Kerah Pakaian
tanpa Dasi
Tie a Tie...

1. Bawa bagian besar dasi ke belakang bagian kecilnya.


2. Bawa bagian besar ke atas.
3. Tarik bagian besar dasi melalui celah antara kerah
kemeja dengan dasi.
4. Bawa bagian besar dasi ke arah depan, di atas bagian
kecil dari arah kiri ke kanan.
5. Bawa bagian besar tadi ke belakang dan ke atas
melalui lingkaran di antara kerah kemeja dan dasi.
6. Bagian besar dasi arahkan ke bawah melalui knot di
depan.
7. Gunakan
115 kedua belah tangan untuk mengencangkan 115
knot dan dekatkan knot ke atas menuju kerah kemeja
116
Kancing Jas/Suit
119
120
121
Sepatu PDH Ciarmy Type C-03SR
Brodo,
Txture,
Kythshoes,
Edward Forrer,
Buccheri,
Suedehead Shoes,
Piede,
Masabu Shoes
Yongki Komaladadi,
Zapato Shoes, dll
WHAT IS WRONG HERE?
INGAT PENAMPILAN

Tony Blair
Former Prime Minister
Of England
INGAT PENAMPILAN

Oooops !!!
INGAT PENAMPILAN
Donald Trump:
+ Trump Organization
+ Trump Entertainment
Resort
+ The Apprentice
(NBC)
+ US President
INGAT PENAMPILAN
INGAT PENAMPILAN
INGAT PENAMPILAN

Ooooops….
133
TIPS BERBUSANA WANITA

1. Berpenampilan baik, rapih, dan menarik


2. Cocokkan busana dengan bentuk tubuh
• Besar dan Tinggi
DON'TS : blus dengan busa bahu, blus tanpa lengan,
busana terusan tanpa ikat pinggang
• Gemuk Pendek
DON’TS : rok panjang dan celana melebar ke bawah,
busana bahan tebal dan bermotif besar, cardigan, jaket
• Mungil
DON’TS : rok panjang dan celana melebar ke bawah,
busana bermotif besar, jaket panjang
140 140
Tipe Kerah Pakaian Wanita
142
143
144
Cara Membawa Tas & Jenis
Kepribadian Anda

145
7. The Double
to make a positive impression.

146
Woman Bag Hanger

147
148
149
COMMUNICATION
SKILLS

To create an image of us in any others mind.


{
Komunikasi &Body
151
Language
©2010-2012 SETNEG- S. Erawanto
Jangan sekali-sekali melakukanya!

• Melakukan perkenalan di
tempat yang ramai.
• Asal “tabrak” saja melontarkan
pertanyaan yang terlalu pribadi
pada orang yang baru dikenal.

152
Cara Memperkenalkan
Orang Lain

• Yang lebih muda kepada yang lebih tua


• Yang lebih rendah jabatanya kepada yang lebih
tinggi jabatanya
• Pria diperkenalkan kepada wanita
• Berilah keterangan tentang orang yang anda
perkenalkan
Tips bersalaman

154
How to Create Equality?

Communicating equality

This creates a feeling of equality and mutual respect because


neither is prepared to give in to the other.
155

©2010-2012 SETNEG- S. Erawanto


Cara Membuka Pembicaraan

1. Yang menarik perhatian lawan bicara


2. Yang mau membuat ia bercerita
tentang pekerjaanya
3. Membuat pujian
4. Membicarakan hobby
157
Memberikan kartu nama

Cara tersopan adalah dengan menyodorkanya


sambil memegang ujung-ujung kartu nama dengan
158

kedua tangan anda.


Bertelepon di kantor

Berbicaralah dengan jelas


(jangan bergumam!) agar kata-
kata yang diucapkan bisa
ditangkap dengan jelas.

159
Saat menerima telepon

Jangan sampai berdering lebih dari tiga kali.


Ucapkan “Selamat pagi/siang/sore” plus
nama anda dan nama perusahaan dengan
jelas.
Biarkan penelepon menutup teleponya
terlebih dahulu.
160
161

Anda mungkin juga menyukai