Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : III

Mata Pelatihan : Tata Tempat dan Tugas Video

Widyaswara : Zulfiawarman, SE, M.Si

Nama Peserta : Eko Sammara Valentino Turnip, S. AP

NIP : 199502152022031007

Nomor Presensi : 3.3.4.3

Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BPSDM Provinsi Sumatera Barat


KEPROTOKOLAN
Istilah “Protokol” pada awalnya dibawa ke Indonesia oleh bangsa Belanda dan Inggris
pada saat mereka menduduki wilayah Hindia Belanda, yang mengambil dari Bahasa perancis
Protocole. Bahasa Perancis mengambilnya dari Bahasa Latin Protokollum, yang aslinya
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata protos dan kolla. Protos berarti “yang
pertama” dan kolla berarti “Lem” atau “perekat”. Atau perekat yang pertama. Artinya, setiap
orang yang bekerja pada suatu institusi tertentu akan bersikap dan bertindak mewakili
institusi nya jika yang bersangkutan berada di dalam negeri dan akan mewakili negara jika ia
berada di luar negeri atau forum internasonal (Rai dan Erawanto, 2017).
Pengertian keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-
aturan atau kebiasaan-kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati
dapat dicapai. Dengan kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk
menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar dan teratur serta
memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun
internasional.
Esensi di dalam tatanan tersebut antara lain mencakup :
a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara
tertentu.
b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang
sesuai dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang.
c. Rumus-rumus dan aturan tradisi / kebiasaan yang telah ditentukan secara universal
ataupun di dalam suatu bangsa itu sendiri.
Pemerintah Indonesia sendiri secara resmi menjelaskan pengertian “Protokol” dalam
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1987 tentang Protokol yang menjelaskan bahwa pengertian
protokol adalah “serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi
aturan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan kepada seseorang sesuai
dengan jabatannya atau kedudukannya dalam Negara, Pemerintah atau masyarakat”.
Selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan susunan ketatanegaran yang
berubah dan juga perkembangan global, maka kemudian UU No 8 tahun 1987 tersebut
disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang
memberikan penjelasan bahwa “Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat,
Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai
dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.”
Perubahan istilah dari protokol menjadi keprotokolan ini dapat jelas terlihat bahwa
protokol yang sebelumnya hanya memiliki makna “sempit” dan kaku sebagai serangkaian
aturan, maka ketika terjadi perubahan istilah menjadi keprotokolan maka maknanya akan
menjadi lebih “luas” sebagai serangkaian kegiatan yang tidak lepas dan harus menyesuaikan
dengan segala aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan dalam dunia
keprotokolan itu sendiri.
Pengaturan tata upacara merupakan salah satu bagian utama dari pengertian dan
pemahaman tentang Keprotokolan selain Tata Tempat dan Tata Penghormatan. Adapun
Beberapa bentuk upacara yaitu :
a. Upacara Bendera yakni upacara pengibaran Bendera Kebangsaan yang
diselenggarakan dalam rangka Peringatan Hari-hari Besar Nasional.
b. Upacara Bendera Pada Acara Kenegaran; ialah upacara bendera dalam acara
kenegaraan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang diselenggarakan di Halaman Istana Merdeka Jakarta;
c. Upacara Bendera Pada Acara Resmi ; ialah upacara bendera yang dilaksanakan
bukan oleh Negara, melainkan oleh Instansi Pemerintah baik tingkat pusat
maupun tingkat daerah serta oleh Lembaga Negara lainnya;
d. Upacara Bukan Upacara Bendera ; ialah suatu upacara yang tidak berfokus pada
pengibaran bendera kebangsaan, namun bendera kebangsaan telah diikatkan pada
tiang bendera dan diletakkan ditempat sebagaimana mestinya.
TATA TEMPAT (PRESEANCE)
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomer 62 Tahun 1990, definisi
Tata Tempat adalah “aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat Negara, Pejabat Pemerintah
dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi”. Tata tempat pada
hakekatnya juga mengandung unsur-unsur siapa yang berhak lebih didahulukan dan siapa
yang mendapat hak menerima prioritas dalam urutan tata tempat. Orang yang mendapat
tempat untuk didahulukan adalah seseorang karena jabatan, pangkat atau derajat di dalam
pemerintahan atau masyarakat.
Aturan Dasar Tata Tempat :
1. Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama adalah mereka yang
mempunyai jabatan tertinggi yang bersangkutan mendapatkan urutan paling depan
atau paling mendahului.
2. Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke pintu keluar
dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar.
3. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah:
a) tempat paling tengah;
b) tempat sebelah kanan luar, atau rumusnya posisi sebelah kanan pada
umumnya selalu lebih terhormat dari posisi sebelah kiri;
c) genap = 4 – 2 – 1 – 3;
d) ganjil = 3 – 1 – 2.
4. Apabila naik kendaraan, bagi Menteri atau Kepala LPNK atau seseorang yang
mendapat tata urutan paling utama, maka :
1) di pesawat udara, naik paling akhir turun paling dahulu;
2) di kapal laut, naik dan turun paling dahulu;
3) di kereta api, naik dan turun paling dahulu;
4) di mobil, naik dan turun paling dahulu.
5. Orang yang paling dihormati selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu.
6. Jajar Kehormatan (Receiving Line)
a) Orang yang paling dihormati harus datang dari sebelah kanan dari pejabat
yang menyambut.
b) Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka tamu akan
datang dari arah sebelah kirinya.
TATA UPACARA
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu
lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh seorang Inspektur
Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuanketentuan yang baku
melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh kegiatan tersebut direncanakan oleh
Penanggung Jawab Upacara atau Perwira Upacara dalam rangka mencapai tujuan upacara.
Manfaat Tata Upacara adalah sebagai bentuk pembinaan disiplin.
Pengertian Tata Upacara secara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum
dilapangan yang uruturutan acaranya telah ditentukan di instansi/perkantoran resmi
pemerintah. Adapun pengertian Tata upacara sesuai Undangundang 9 tahun 2010 tentang
Keprotokolan dalam pasal 1 menjelaskan bahwa Tata Upacara adalah aturan melaksanakan
upacara dalam Acara Kenegaraan dan Acara Resmi. Selanjutnya, definisi Acara Kenegaraan
adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara secara terpusat, dihadiri oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta Pejabat Negara dan undangan lain. Sedangkan Acara
Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga negara dalam
melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat
Pemerintahan serta undangan lain.
Mengingat pentingnya upacara dengan cakupan serta tanggugjawab yang besar di
lapangan, maka kelengkapan upacara yang diatur sesuai, antara lain:
1. Perwira upacara.
2. Komandan upacara.
3. Inspektur upacara.
4. Pejabat lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya perlengkapan, keamanan dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan

TATA PENGHORMATAN
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan
kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara. Dalam
acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat tertentu mendapat
penghormatan berupa:
a) pemberian tata tempat;
b) penghormatan bendera negara;
c) penghormatan lagu kebangsaan;
d) penghormatan jenazah bila meninggal dunia;
e) pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Ketentuan penghormatan kepada Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah dan Tokoh
Masyarakat tertentu berupa pemberian tata tempat, penghormatan bendera negara, dan lagu
kebangsaan, serta penghormatan jenazah bila meninggal dunia adalah sebagai berikut.
a. Pemberian Tata Tempat Pemberian tata tempat adalah sebagaimana telah dijelaskan
pada uraian Ketentuan Keprotokolan tentang Tata Tempat (Preseance).
b. Penghormatan dengan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Pemberian penghormatan
dengan menggunakan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam
acara resmi, dilakukan sesuai dengan kedudukan pejabat yang bersangkutan.
PELAKSANAAN KEGIATAN APEL
Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personil
dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus
(rutin). Apel yang biasa dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang (selesai
kerja/belajar), apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan tertib dan khidmat serta
sunguh-sungguh.
Manfaat Kegiatan Apel :
a) Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personel yang
dipimpinnya.
b) Pada saat apel dapat digunakan untuk menyampaikan perhatian, instruksi dan
pengumuman-pengumuman.
c) Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib seperjuangan dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan
d) Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan
e) Meningkatkan pembinaan disiplin

TUGAS VIDEO INDIVIDU

Video Bela Negara


Link : https://www.youtube.com/watch?v=f4_5PPc7CrI&t=8s :
Video Peraturan Baris-Berbaris (PBB)
Link : https://www.youtube.com/watch?v=SPjI7P2tNG4&t=14s

Anda mungkin juga menyukai