Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

RUANG LINGKUP
KEPROTOKOLAN

KOMPETENSI DASAR
3.1. Memahami ruang lingkup Kehumasan
4.1. Melakukan pengelompokkan ruang lingkup kehumasan

MATERI PEMBELAJARAN
Kedudukan keprotokolan sangat penting keberadaannya. Setiap lembaga resmi, baik
lembaga swasta, lembaga pemerintah, maupun lembaga masyarakat, pada tingkat pusat
maupun daerah pasti akan menyelenggarakan acara atau pertemuan. Dalam acara atau
pertemuan tersebut, terdapat tata cara baku yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu keprotokolan.
Keprotokolan yang baik akan menciptakan penyelenggaraan acara yang berjalan tertib dan
khidmat. Tugas-tugas protokol tidaklah ringan, karena menyangkut eksistensi atau harga diri
seorang pejabat, serta menjaga kehormatan dan birokrasi di pemerintahan. Banyak hal yang
harus dikuasai oleh protokoler. Hal-hal tersebut diantaranya seputar kegiatan yang akan
diselenggarakan dan dihadiri oleh para pimpinan atau pejabat, serta bagaimana cara
memperlakukan para pejabat dalam aktivitas kedinasan. Semua itu harus benar-benar
terencana sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan sehingga hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti kekacauan acara bisa dihindari. Dengan demikian, acara yang diselenggarakan dapat
berjalan lacar, tertib, dan khidmat. Sebenarnya sejak kapan kegiatan keprotokolan itu ada?
Apa yang dimaksud dengan protokol? Apa saja ruang lingkupnya? Kapan kegiatan
keprotokolan diperlukan? Apa saja syarat-syarat menjadi protokoler? Apa sajakah tugas-
tugas protokoler? Mari kita mulai materi pembahasan tentang ruang lingkup keprotokolan!

SEJARAH KEPROTOKOLAN

Sejarah protokol berawal dari tata krama kerajaan pada zaman dahulu. Peranan protokol
kerajaan tersebut adalah untuk mengatur hierarki. Protokol kerajaan merupakan sebuah
kebiasaan yang berkembang menjadi hukum kebiasaan dan harus dipatuhi karena
menyangkut harga diri kerajaan tersebut. Peranan protokol juga untuk menjaga hubungan
antar kerajaan, sebab pada umumnya terdapat perbedaan kebiasaan antara satu kerajaan
dengan kerajaan lainnya. Berhubungan dengan hal ini, jika suatu kerajaan hendak berkunjung
ke kerajaan lain, maka harus mengikuti aturan dan tata krama yang ada di kerajaan yang
dikunjunginya. Hal tersebut dirundingkan sehingga pihak yang bersangkutan merasa nyaman.
Masalah protokol dianggap penting dalam hubungan antar negara. Pada tahun 1815, hal
mengenai keprotokolan tersebut diundangkan melalui Vienna Convention. Perundangan
tersebut terus berkembang hingga melahirkan Vienna Convention of Diplomatic Relation
yang berisikan tentang aturan berkunjung ke suatu negara. Walaupun mempunyai kekebalan
diplomatik, kita tidak dapat bebas bertindak di negara tersebut. Karena hal tersebut telah
diatur, maka kita dituntut untuk menghargai hukum setempat dan orang yang mengatur
semua itu adalah protokoler. Secara etimologis kata protokol berasal dari bahasa Yunani
protos yang artinya “yang pertama,” dan kolla yang artinya “lem atau perekat.’ Berdasarkan
asal katanya, protokol dapat didefinisikan sebagai lembaran perintah atau keputusan raja
kepada rakyatnya. Di Indonesia, kata protokol dibawa dan diterjemahkan dalam bahasa
Inggris oleh Belanda. Istilah protokol dalam bahasa Inggris adalah protocol, bahasa Perancis
protocole dan bahasa Latin protocoll(um). Awalnya istilah protokol berarti “halaman pertama
yang dilekatkan pada sebuah manuskrip atau naskah.” Sejalan dengan perkembangan zaman,
pengertiannya berkembang semakin luas tidak hanya sekedar halaman pertama dari suatu
naskah, melainkan keseluruhan naskah yang isinya terdiri dari catatan, dokumen persetujuan,
perjanjian, dan lain-lain dalam lingkup secara nasional maupun internasional. Perkembangan
selanjutnya, protokol merupakan kebiasaan-kebiasaan dan peraturanperaturan yang berkaitan
dengan formalitas, tata urutan, dan etiket diplomatik. Aturanaturan protokoler ini menjadi
acuan institusi pemerintahan dan berlaku secara universal.
PENGERTIAN KEPROTOKOLAN
1. Protokol Menurut Wikipedia
Protokol menurut wikipedia ensiklopedia bebas adalah etiket berdiplomasi dan
urusan negara. Protokol adalah sebuah aturan yang membimbing bagaimana sebuah
aktivitas selayaknya dijalankan terutama dalam bidang diplomasi. Dalam bidang
diplomatik dan pemerintahan, protokol berperan sebagai garis pembimbing yang tidak
tertulis. Protokol membahas kebiasaan yang layak dan diterima umum dalam masalah
negara dan diplomasi, seperti menunjukkan rasa hormat kepada kepala negara,
diplomat utama dalam urutan kronologikal pengadilan, dan lain-lain. Dalam hukum
dan hubungan internasional, sebuah protokol adalah sebuah perjanjian atau
persetujuan internasional yang menambah perjanjian atau persetujuan internasional
sebelumnya.
2. Protokol Menurut KKBI Protokol menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
adalah sebagai berikut:
a. Surat-surat resmi yang memuat hasil perundingan (persetujuan dan
sebagainya);
b. Peraturan upacara di istana kepala negara atau berkenaan dengan
penyambutan tamu-tamu negara dan sebagainya;
c. Tata cara (upacara dan sebagainya) yang secara internasional berlaku dalam
hubungan diplomatik;
d. Orang yang bertugas mengatur jalannya upacara.
e. Protokol Menurut An English Indonesia Dictionary Protokol adalah
(a) lampiran pada perjanjian negara dan
(b) laporan penelitian tentang rapat politik.

3. Protokol Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Di Indonesia, praktik


keprotokolan diterbitkan dalam undang-undang khusus. Pengertian protokol terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010, pasal 1 ayat 1 yang berbunyi,
“Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi tata tempat, tata upacara, dan tata
penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan
dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintah, atau masyarakat.” Dalam
perkembangan selanjutnya, kata protokol seolah-olah menunjuk kepada seseorang
yang diserahi tugas untuk mengurus acara-acara kenegaraan atau kepada suatu
lembaga tertentu. Pada saat tertentu, kata tersebut juga dapat diartikan sebagai tata
cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, khidmat, rapi, lancar,
dan teratur serta memperhatikan ketentuan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional, maupun internasional.
4. Berdasarkan terminologi dalam keprotokolan di atas, dapat disimpulkan bahwa
definisi atau pengertian protokoler adalah sebagai berikut.
1. Suatu julukan yang bersifat filosofi terhadap seseorang yang menerima hak
protokoler serta melaksanakan ketentuan keprotokolan sebagaimana mestinya; dan
2. Julukan terhadap suatu kegiatan yang mengaplikasikan ketentuan-ketentuan
keprotokolan yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata
penghormatan.

Ruang Lingkup Keprotokolan

Mengacu pada Undang-Undang nomor 9 tahun 2010, pasal 4 disebutkan bahwa ruang
lingkup keprotokolan terdiri dari:
(1) tata tempat;
(2) tata upacara; dan
(3) tata penghormatan.
Akan tetapi, dalam undang-undang tersebut memang dikhususkan pada acara-acara
yang bersifat kenegaraan (state/government protocol). Pengaturan tersebut
diberlakukan hanya dalam acara kenegaraan atau acara resmi bagi pejabat negara,
pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta
tokoh masyarakat tertentu.

1. Tata Tempat Tata tempat berlangsungnya suatu acara disesuaikan dengan jenis
acaranya, misalnya acara resmi, acara semi hiburan, dan lain sebagainya. Tata
penempatan benda berharga dilakukan berdasarkan fungsi dan nilai historis benda
tersebut, misalnya bendera merah putih, lambang-lambang negara, pataka, dan
lain sebagainya. Dalam bahasa Perancis, tata tempat disebut dengan “preseance”
yang berarti “didahulukan.” Sementara itu, secara etimologis tata tempat dapat
diartikan sebagai penataan atau pengaturan bagi orang-orang yang layak
didahulukan. Pada hakikatnya tata tempat mengandung unsur:
a. Siapa yang lebih berhak didahulukan.
b. Siapa yang memperoleh hak menerima prioritas dalam urutan.
c. Orang yang berhak memperoleh urutan tempat untuk didahulukan adalah
seseorang dikarenakan jabatan, pangkat, dan status serta kedudukannya di dalam
negara, pemerintah atau masyarakat serta institusi tertentu.

Pada acara kenegaraan atau acara resmi, tata tempat dibagi menjadi:
a. Tata tempat dalam acara kenegaraan acara resmi di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
b. Tata tempat dalam acara resmi di provinsi.
c. Tata tempat dalam acara resmi di kabupaten/kota

2. Tata Upacara Mengacu pada Undang-Undang RI nomor 9 tahun 2010 tentang


keprotokolan, menjelaskan bahwa tata upacara adalah aturan untuk melaksanakan
upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi.
Tata upacara adalah tata urutan kegiatan, yaitu bagaimana suatu acara harus
disusun sesuai dengan jenis aktivitasnya, terutama jenis kegiatan, bahasa
pengantar yang dipergunakan, dan materi aktivitas. Secara umum, tata upacara
terbagi menjadi dua, yaitu
(1) tata upacara bendera; dan
(2) tata upacara bukan bendera.

1. Tata Upacara Bendera Tata upacara bendera adalah aturan untuk melaksanakan
upacara yang di dalamnya terdapat pengibaran bendera dengan diiringi lagu
kebangsaan Indonesia Raya. Upacara bendera dilaksanakan dalam rangka acara:
a. Peringatan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
b. Peringatan hari besar nasional.
c. Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara.
d. Peringatan hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah.
e. Hari ulang tahun lahirnya provinsi dan kabupaten/kota.
2. Tata Upacara Bukan Bendera Tata upacara bukan bendera adalah aturan
mengenai upacara dalam acara-acara yang tidak terdapat pengibaran bendera,
walaupun harus terdapat bendera, bendera tersebut sudah dalam keadaan berkibar
pada tiang. Acara yang merupakan upacara bukan bendera meliputi:
a. Pelantikan pejabat negara/pemerintah/lembaga instansi.
b. Upacara serah terima jabatan
c. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
d. Penyambutan tamu asing atau pejabat negara.
. Upacara pembukaan dan pentupan pertemuan ilmiah, pelantikan, dan
konferensi.
3. Tata Penghormatan Tata penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan
pemberian hormat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara
asing, dan/atau organisasi internasional, dan tokoh masyarakat tertentu dalam
acara kenegaraan atau acara resmi. Penghormatan yang dimaksud meliputi:
1. Penghormatan dengan bendera negara.
2. Penghormatan dengan lagu kebangsaan.
3. Bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
D. Unsur - Unsur Keprotokolan
Unsur-unsur dalam kegiatan resmi protokol yang harus diperhatikan yaitu:
1. Tata Cara Tata cara adalah hal yang menentukan tindakan yang harus dilakukan
dalam suatu acara tertentu. Perbuatan atau tindakan tersebut sesuai menurut aturan
atau adat kebiasaan tertentu yang sudah ditetapkan dan harus ditaati dengan saksama
oleh peserta upacara.
2. Tata Krama Tata krama adalah etiket tertentu yang pada prinsipnya harus diikuti
dan mencerminkan tata sopan santun dalam pergaulan. Oleh karena itu, pada setiap
acara dipergunakan kata-kata yang baik, benar, dan tepat menurut tinggi rendahnya
jabatan seseorang atau kedudukan seseorang.
3. Petugas Petugas protokol merupakan petugas pelaksana yang terlibat dalam
penyelenggaraan acara kenegaraan atau acara resmi. Petugas protokol mempunyai
peran yang sangat penting agar acara bisa berjalan tertib, khidmat, rapi, lancar, dan
teratur dengan memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional
Asas-Asas Protokol
Pada pasal 2 Undang-Undang RI nomor 9 tahun 2010, menyebutkan bahwa keprotokolan
diatur berdasarkan asas,
(1) kebangsaan;
(2) ketertiban dan kepastian hukum;
(3) keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; dan
(4) timbal balik.
1. Kebangsaan Keprotokolan seyogianya memperhatikan azas kebangsaan Indonesia yang
berbineka tunggal ika. Dalam hal ini, keprotokolan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Ketertiban dan Kepastian Hukum Keprotokolan harus dijalankan dengan cara yang baik
dan tepat sehingga mampu menciptakan suasana yang tertib. Hal tersebut di lengkapi dengan
sistem hukum dalam suatu perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah agar
berjalan dengan baik, sehingga menjadi pedoman dalam keprotokolan dan mendapatkan
kepastian hukum.
3. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan Keprotokolan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kepentingan individu, masyarakat, serta
kepentingan bangsa dan negara.
4. Timbal Balik (Reciprocity) Keprotokolan harus memperhatikan asas timbal balik yang
saling menguntungkan antara beberapa pihak yang mengadakan hubungan baik dalam negeri
maupun luar negeri.
Tujuan Protokol
Pengaturan keprotokolan menurut pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2010,
bertujuan untuk: a. Memberikan penghormatan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan,
perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta tokoh masyarakat tertentu,
dan/ atau tamu negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan
masyarakat.
b. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar, dan
teratur sesuai dengan kententuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun
internasional.
c. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa
Kegiatan-Kegiatan Protokol
Kegiatan-kegiatan protokol dalam pelaksanaanya terdiri dari:
a. Penerimaan tamu atau audiensi.
b. Perjalanan atau peninjauan.
c. Pengaturan rapat atau pertemuan.
d. Penyelenggaraan resepsi, upacara hari besar nasional, dan keagamaaN
e. Apel bendera.
f. Pelantikan, serah terima jabatan, dan pelepasan.
g. Peresmian proyek. Pelayanan bagi para diplomat antara lain meliputi:
a. Kekebalan dan kelonggaran diplomatik.
b. Fasilitas pelabuhan.
c. Pemberian hak-hak tertentu.
d. Penyusunan daftar diplomatik dan konsulat.
e. Pembuatan pernyataan selamat dan belasungkawa

Anda mungkin juga menyukai