Anda di halaman 1dari 15

KEPROTOKOLAN

A. DEFINISI PROTOKOL

 Kata Protokol berasal dari Bahasa Yunani


“Protos” (yang pertama) dan “Kolla” (lem
atau perekat). Diartikan sebagai lembaran
perintah atau keputusan ra ja ke pa da
rakyatnya.
 Kata Protokol dibawa ke Indonesia oleh
Belanda dan diterjemahkan dalam Bahasa
Inggris
B. DEFINISI KEPROTOKOLAN
 Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata
Tempat, Tata upacara, dan Tata Penghormatan
sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannnya
dalam negara pemerintah atau masyarakat.
(Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010).
 Protokol adalah serangkaian aturan-aturan
keupacaraan dalam segala kegiatan resmi yang
diatur secara tertulis maupun di praktekkan, yang
meliputi bentuk-bentuk penghormatan terhadap
Negara jabatan Kepala Negara atau jabatan
menteri yang lazim dijumpai dalam seluruh
kegiatan antar bangsa.
KEPROTOKOLAN MELIPUTI 3 HAL:
 Tata upacara : Tata cara sebagaimana yang terdapat
dalam upacara resmi kenegaraan, penandatanganan
perjanjian dan konferensi internasional.
 Tata kehormatan : Tata krama dalam menempatkan,
menyebut, memperlakukan seseorang sesuai dengan
kedudukannya.
 Tata tempat : Mengatur pengaturan tempat duduk
dan urutan dalam upacara kenegaraan dalam jamuan
makan dan lain-lain.
ASAS-ASAS KEPROTOKOLAN
1. Kebangsaan
2. Ketertiban dan kepastian hukum
3. Keseimbangan, keselarasan, keserasian
4. Timbal balik
RUANG LINGKUP KEPROTOKOLAN
Aktivitasnya terdiri atas 5 unsur yaitu:
a. Tata ruang
b. Tata upacara
c. Tata tempat
d. Tata Busana
e. Tata Warkat
a. Tata Ruang
adalah pengatur ruang atau tempat yang akan
dipergunakan sebagai tempat aktivitas.
Ruang harus dipersiapkan sesuai dengan
ketentuan tergantung dari jenis aktivitas.
b. Tata Upacara
adalah tata urutan kegiatan yaitu bagaimana suatu acara
yang harus disusun sesuai dengan jenis
aktivitasnya.
c. Tata Tempat (Preseance)
adalah ketentuan atau norma yang berlaku dalam hal tata
duduk para pejabat yang biasanya didasarkan atas
kedudukan ketatanegaraaan dari pejabat yang
bersangkutan kedudukan administrasi/struktural
dan kedudukan sosial.
Ketentuan-ketentuan dalam Tata Tempat
Tata urutan tempat duduk di Indonesia diatur dengan keputusan
Presiden nomor 265 tahun 1968.

Pihak-pihak yang berhak didahulukan dalam preseance:


1) Golongan Very Important Person (VIP)
pihak yang didahulukan karena jabarannya atau kedudukannya.
2) Golongan Very Important Citizen (VIC)
pihak yang didahulukan karena derajatnya misalnya
bangsawan
d. Tata Busana
adalah pakaian yang harus dikenakan pada
suatu aktivitas protokoler. Baik pejabat
undangan ataupun pelaksana kegiatan.
Tata busana harus ditentukan atau
dicantumkan pada surat undangan yang
dikirimkan baik formal maupun
informal.
Jenis-jenis tata busana yang perlu diketahui:
1. Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
2. Pakaian Sipil Harian (PSH)
3. Pakaian Dinas Lapangan (PDL)
4. Pakaian Dinas Harian (PDH)
5. Pakaian Dinas Upacara I II III (PDU) untuk kalangan
militer
6. Pakaian Resmi Jabatan (untuk pejabat tertentu)
7. Pakaian Nasional atau Pakaian Resmi Organisasi (Dharma
wanita Korpri)
8. Toga (Untuk Perguruan Tinggi/Institusi)
e. Tata Warkat

Adalah pengaturan mengenai undangan yang akan dikirim


untuk suatu kegiatan.
Yang harus diperhatikan dalam tata warkat adalah : nama,
jumlah undangan, bentuk undangan, mencantumkan
ketentuan pakaian dsb.
Syarat-syarat petugas keprotokolan :
1. Setiap petugas harus menekuni bidang tugas masing-masing
2. Bisa mewujudkan dirinya sebagai aparat pengelola yang efektif
dalam iklim yang kompak, tertib dan berwibawa dalam suatu
kondisi yang berazaskan kekeluargaan
3. Protokol perlu menguasai segala permasalahan
4. Mampu memahami pentingnya dekorasi, kebersihan, keindahan,
keamanan, ketertiban, dan lain-lain.
5. Memahami tentang prinsip-prinsip manajemen yang baik.
6. Mampu berpenampilan yang baik.
7. Mampu berkomunikasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai