Anda di halaman 1dari 3

DESIGN PROTOKOLER DENGAN FOKUS PADA TATA TEMPAT

A. Pengertian keprotokolan
Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam
acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan
dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat (UU No. 9 tahun
2010 tentang Keprotokolan).

B. Tujuan pengaturan keprotokolan


Menurut pasal 3 uu no.9 tahun 2010 tentang keprotokolan :
1. Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat
tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara,
pemerintahan, dan masyarakat;
2. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar,
dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional
maupun internasional; dan
3. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa.

C. Landasan & sumber hukum keprotokolan


1. Persetujuan internasional
- Konvensi Wina 1815, 1961 dan 1963
2. Peraturan perundangan
- UU Nomor 8 Tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun
2010
tentang Keprotokolan
- UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
- UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 dan 1963
- PP Nomor 39 Tahun 2018 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 9/2010
- PP Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat,
Tata Upacara dan Tata Penghormatan
- Keppres Nomor 32 Tahun 1971 tentang Protokol Negara
- Permensesneg Nomor 13 Tahun 2009 tentang Juklak Keprotokolan Presiden dan
Wakil Presiden
- Perpres Nomor 71 Tahun 2018 tentang Tata Pakaian
3. Tradisi, adat istiadat dan kebiasaan setempat
4. Azas timbal balik (resiprositas)
5. Logika umum (common sense)

D. Ruang Lingkup Keprotokolan


Menurut (Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 9 Tahun 2010):
1. TATA TEMPAT : Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat
tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
2. TATA UPACARA: Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi.
3. TATA PENGHORMATAN: Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi
Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi
Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi.

TATA TEMPAT (PRESEANCE)


Merupakan pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara
asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara
kenegaraan atau acara resmi. Mengandung unsur tentang siapa yang berhak didahulukan dan
siapa yang berhak mendapat prioritas.
Aturan dasar tata tempat :
1. Orang yang berhak mendapat tata urutan pertama/paling tinggi adalah mereka yang
mempunyai urutan paling depan/mendahului.
2. Jika berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang yang mendapat urutan tata tempat
paling utama, dianggap lebih tinggi/mendahului orang yang duduk di sebelah kirinya.
3. Jika menghadap meja, tempat utama yang menghadap ke pintu keluar dan tempat
terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar.
4. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah di tempat paling
tengah, dan di tempat sebelah kanan luar.
5. Apabila naik kendaraan, orang yang mendapat tata urutan paling utama di pesawat
terbang naik paling akhir dan turun paling dahulu.
6. Dalam hal kedatangan dan kepulangan, orang yang paling dihormati selalu datang paling
akhir dan pulang paling dahulu.

Tata Tempat Dalam Acara HUT di Kota sabang ditentukan Dengan Urutan:
1. bupati/walikota
2. wakil bupati/wakil walikota
3. mantan bupati/walikota dan mantan wakil bupati/wakil walikota
4. ketua dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota atau nama lainnya
5. wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota atau nama lainnya
6. sekretaris daerah, komandan Tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan,
kepala kepolisian, ketua pengadilan semua badan peradilan, dan kepala kejaksaan
negeri di kabupaten/kota
7. Pemimpin Partai Politik di Kabupaten/Kota yang memiliki wakil di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
8. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
9. Pemuka agama, pemuka adat, dan tokoh masyarakat tertentu tingkat kabupaten/kota
10. Asisten Sekretaris Daerah kabupaten/kota, kepala badan tingkat kabupaten/kota,
kepala dinas tingkat kabupaten/kota, dan pejabat eselon II, ketua komisi pemilihan
umum kabupaten/kota
11. Kepala instansi vertical tingkat kabupaten/kota, kepala unit pelaksana teknis instansi
vertical, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua angkatan di
kecamatan, dan kepala kepolisian di kecamatan
12. Kepala bagian pemerintah daerah kabupatenkota, camat, dan pejabat eselon III dan
13. Lurah/kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan pejabat eselon IV

Anda mungkin juga menyukai