Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK II

ANGKATAN X

NAMA ANGGOTA:
1. ZAHRATUL AINA IS, AM. Keb
2. NIRMA YUSLIANTI, A.Md.Keb
3. DARA PUDJI LESTARI, A.Md.Keb
4. DEVI ARIESSA, AMd.Keb
5. ROSITA ZENIYATI, AMd.Keb
6. CUT NURLIA, A.Md.Keb
7. EFRI SANGKOT BUTAR BUTAR, AM.Keb
8. RASNA METHA, A.Md.Keb
9. ADAWIYATUL ASDA, A.Md.Keb

PEMATERI : VERI MEI HAFNIZAL, SH., MH

DESAIN KEPROTOKOLAN (TATA TEMPAT)

A. Keprotokolan
Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat,
Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat.
Tujuan pengaturan keprotokolan antara lain yaitu:
1. Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta Tokoh
Masyarakat tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan
dalam negara, pemerintahan, dan masyarakat.
2. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib,
rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang
berlaku, baik secara nasional maupun internasional.
3. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa.

B. Landasan dan Sumber Hukum Keprotokolan


Landasan dan sumber hukum keprotokolan yaitu:
1. Persetujuan Internasional yaitu pada konvensi Wina pada tahun 1815, 1961
dan 1963
2. Peraturan Perundangan
a. UU Nomor 8 Tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor
9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
b. UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
c. UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 dan
1963
d. PP Nomor 39 Tahun 2018 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor
9/2010
e. PP Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai
Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan
f. Keppres Nomor 32 Tahun 1971 tentang Protokol Negara
g. Permensesneg Nomor 13 Tahun 2009 tentang Juklak Keprotokolan
Presiden dan Wakil Presiden
h. Perpres Nomor 71 Tahun 2018 tentang Tata Pakaian
3. Tradisi, adat istiadat dan kebiasaan setempat
4. Azas timbal balik (resiprositas)
5. Logika umum (common sense)

C. Ruang Lingkup Keprotokolan


Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 9 Tahun 2010 menjelaskan bahwa ruang lingkup
keprotokolan terdiri atas:
1. Tata Tempat
Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan
Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat
tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
2. Tata Upacara
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara kenegaraan atau
Acara Resmi
3. Tata Penghormatan
Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional,
dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

D. Tata Tempat (Preseance)


1. Pengertian
Tata tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional,
serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi.
Pengaturan tata tempat mengandung unsur tentang siapa yang berhak
didahulukan dan siapa yang berhak mendapat prioritas.
2. Aturan Dasar Tata Tempat
a. Orang yang berhak mendapat tata urutan pertama/paling tinggi
adalah mereka yang mempunyai urutan paling depan/mendahului.
b. Jika berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang yang mendapat
urutan tata tempat paling utama, dianggap lebih tinggi/mendahului orang
yang duduk di sebelah kirinya
c. Jika menghadap meja, tempat utama yang menghadap ke pintu keluar
dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar.
d. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah
di tempat paling tengah, dan di tempat sebelah kanan luar
e. Apabila naik kendaraan, orang yang mendapat tata urutan paling utama
di pesawat terbang naik paling akhir dan turun paling dahulu.
f. Dalam hal kedatangan dan kepulangan, orang yang paling dihormati
selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu.

3. Pedoman Tata Tempat


Urutan tata tempat pada tingkat Kabupaten/Kota:
a. Bupati/Walikota.
b. Wakil Bupati/Walikota.
c. Mantan Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota.
d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota atau nama lainnya.
e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota atau nama
lainnya.
f. Sekretaris Daerah, Komandan Tertinggi TNI semua angkatan, Kepala
Kepolisian, Ketua Pengadilan Negeri semua badan peradilan, dan
Kepala Kejaksaan Negeri di Kabupaten/Kota
g. Pemimpin Partai Politik di Provinsi yang memiliki wakil di Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota.
h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota atau nama
lainnya.
i. Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu Tingkat
Kabupaten/Kota.
j. Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, Kepala Badan Tingkat
Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Tingkat Kabupaten/Kota, dan Pejabat
Eselon II, Kepala Kantor Perwakilan BI di Tingkat Kabupaten, Ketua
KPU Kabupaten/Kota.
k. Kepala Instansi Vertikal Tingkat Kabupaten/Kota, Kepala Unit
Pelaksana Teknis Instansi Vertikal, Komandan Tertinggi TNI semua
angkatan di kecamatan, dan Kepala Kepolisian di kecamatan.
l. Kepala Bagian Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Camat, dan Pejabat
Eselon III.
m. Lurah/Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan Pejabat
Eselon IV.
URUTAN TATA TEMPAT ACARA MTQ

Pengaturan tata tempat acara resmi MTQ di Kabupaten Kota yang undangannya para pejabat di lingkungan Kabupaten Kota
termasuk Ketua DPRK, dan unsur Muspida Kabupaten Kota serta tanpa undangan dari Pejaba t Provinsi.

SATU ARAH
Kursi Utama/Main Seat Kursi Perangkat Podium

Sekretaris Daerah/Rombongan Kursi Muspida Meja Prasasti

Para undangan lainnya

Anda mungkin juga menyukai