Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Tugas mata kuliah Kepemimpinan

OLEH

ARIFIN NUSI

NIM : 281418053

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2021


BAB I

PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat
menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi.
Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih
sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat
manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya.
Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).

Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai sasarannya.


Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan pekerjaannya
sesuai dengan sasaran yang diharapkan . Kepemimpinan adalah sebuah alat/sarana atau suatu
proses dalam organisasi untuk membujuk orang lain agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarela/sukacita dalam mencapai sasaran organisasi. Kepemimpinan terkadang dipahami
sebagai sekedar kekuasaan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Ada
beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan
bujukan. Dengan adanya ancaman, maka bawahan akan takut dan mematuhi semua perintah
atasan.

Kepemimpinan itu pengertiannya lebih luas daripada kekuasaan karena


kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang bukan sekedar melakukan apa yang atasan
inginkan tapi juga untuk mencapai tujuan / sasaran organisasi . Kalau ditelusuri lebih lanjut,
betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu kelompok organisasi.
Contohnya bila terjadi suatu konflik atau perselisihan antara orang-orang dalam kelompok
tersebut, maka pemimpin organisasi mencari alternative pemecahannya supaya terjadi
kesepakatan dan aturan untuk dapat ditaati bersama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan atau leadership


Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-
orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan
yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan
adalah inti darimanagemen. Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki
jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki
‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi
tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang
sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’menunjukan segi formal dari jabatan
pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat
mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat
pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan
mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki
kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-
pemimpin dalam berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi 4 jenis kepemimpinan:
- Kepemimpinan di bidang rohaniah
- Kepemimpinan di bidang politik
- Kepemimpinan di bidang militer, dan
- Kepemimpinan di bidang managerial

Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis
kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya
dalam kepemimpinan yang berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.
Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan
berdasarkan efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang dijalankan
dengan hasil yang diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut adalah dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti yang diuraikan
sebelumnya.

2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan
seseorang untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir) Di masa lalu banyak orang percaya
bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah atau keturunan. Teori
ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat misalnya dalam ceritera
pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan – kerajaan
hindu dan islam di Indonesia. Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang
dapat menggantikan kedudukan ayah atau orang tuanya untuk memerintah
sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya jika orang tuanya bukan atau tidak
pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu
menjadi pemimpin. Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak
ditentang.
- Teori Sosial Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya
diperoleh berdasarkan keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi
masyarakat. Dengan perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang
dapat saja menjadi pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat
dikembangkan melalui pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula
akan ada tidaknya kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi
pemimpin. Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai
dengan alam demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
3. Jalan Menjadi Pemimpin Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi
pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri Orang-orang yang memiliki kemampuan
mencipta atau orang-orang yang kreatif dan memiliki prakarsa (inisiatif) yang
tinggi dapat memupuk dan mengembangkan kemampuannya sehingga
akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang dipimpinnya sendiri secara
baik.
- Melalui pemilihan orang banyak Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-
organisasi politik, serikat sekerja, organisasi kesenian, olahraga, dan
sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih orang banyak ini bertugas dalam
jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. - Melalui
penunjukan Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta,
seseorang dapat menjadi pemimpin karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih
tinggi kedudukannya dalam instansi yang bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan Dalam hal ini ada dua macam
cara yang dapat ditempuh: Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan
kemudian para anggota memilih salah seorang dari calon-calon tersebut. Para
anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih
salah satu diantaranya.
4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan : Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara
mereka menjalankan kepemimpinan, dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
- Kepemimpinan Pribadi Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara
langsung mengadakan kontak dengan bawahan. Sehingga hasil kerja langsung
diketahui oleh pimpinan tingkat atas yang juga menginginkan mengetahui
segala hal sampai detail. Dalam hal ini mudah timbul kepemimpinan yang
sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki atau pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan yang gagal, banyak pihak
tidak mau ikut bertanggung jawab.
- Kepemimpinan Non-Pribadi Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak
mengadakan kontak langsung dengan bawahan, melainkan melalui saluran
jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan demikian masing-masing bagian lebih
merasa bertanggung jawab. Kelemahannya ada kemungkinan pekerjaan dan
keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu harus diputuskan melalui
tingkatan-tingkatan hirarki yang panjang. Kepemimpinan Otoriter Tipe
kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah
hak pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan
tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini
sering dianggap berbahaya dan banyak mengandung resiko.
- Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu
bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari
staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat
- Kepemimpinan Kebapakan Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak
sebagai ayah kepada anakanaknya: mendidik, mengasuh, mengajar,
membimbing, dan menasehati. Pada dasarnya kepemimpinan semacam ini
baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab.
- Kepemimpinan Karismatis Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki
daya tarik yang amat kuat. Seolaholah dalam diri pemimpin tersebut terdapat
kekuatan yang luar biasa, sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan
banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya: Gandhi, dan
J.F.Kennedy. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang
teguh kepada moral yang tinggi dan hukumhukum yang berlaku.

Aspek-aspek kepemimpinan Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan,


yaitu aspek internal dan aspek eksternal yang sekaligus harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. - Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah
masalah masalah ketatalembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan
tujuan organisasi yang dipimpinnya. Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :

1. Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.


2. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan
dilaksanakan dengan baik.
4. Hubungan dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah
mendapatkan dukungan dan menggerakan mereka. - Aspek eksternal atau
aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang diarahkan ke luar
organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat
5. Sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan Karena seorang pemimpin
bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka sudah barang
tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang
dipimpinnya.

Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-


beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan
bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh
perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat
kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan
bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr. Roeslan
Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari
orang-orang yang dipimpinnya :

- Kelebihan dalam bidang ratio. Artinya seseorang pemimpin harus memiliki


pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki
pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien.
Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah
berhasilnya tujuan.
- Kelebihan dalam bidang rohaniah. Artinya seorang pemimpin harus memiliki
sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan
kesederhanaan watak.
- Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah. Artinya dengan kelebihan
ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu memberikan contoh
semangat dan prestasi kerja sehari – hari yang baik terutama ditujukan kepada
orang – orang yang dipimpinnya.

Terry menyebutkan adanya 3 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin yang baik, yaitu memiliki:

- Kekuatan atau energi Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan
rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
- Penguasaan emosional Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya
dan tidak mudah marah dan putus asa.
- Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan Seorang pemimpin harus dapat
mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang
lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya.

Adapun beberapa kecakapan/kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang


pemimpin antara lain :

1. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan


semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
2. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat
serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah
mengambil intisari pembicaraan.
3. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu
mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan
yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
4. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui
pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan
kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang
hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
5. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui dengan jelas azas dan
tujuan dari organisasi tersebut. Mampu merencanakan, mengorganisasi,
mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-
lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik
kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha
yang dipimpinnya.

Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah


Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin,

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman


teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di
hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di
tengahtengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari
belakang kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak
buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus
didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-
lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari
bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan
pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian
untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada
saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan
kepada generasi muda guna diteruskannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda


oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan


manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orangorang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen
mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsifungsi lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan. Tujuan Kepemimpinan Nampaknya sukar dibedakan
antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya
mempunyai maksud yang sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun secara
definitif kita dapat menganalisanya secara berbeda.

Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal / filosofis yang dapat memberikan


pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai.
Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai
tujuan yang inginkan secara efektif dan efisien. Fungsi kepemimpinan Agar kelompok
berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi
yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-
fungsi pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama
menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup
segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan
kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai