OLEH
ARIFIN NUSI
NIM : 281418053
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat
menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi.
Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih
sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat
manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya.
Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).
PEMBAHASAN
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis
kepemimpinan yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya
dalam kepemimpinan yang berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.
Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan
berdasarkan efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang dijalankan
dengan hasil yang diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut adalah dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti yang diuraikan
sebelumnya.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan
seseorang untuk menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir) Di masa lalu banyak orang percaya
bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah atau keturunan. Teori
ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat misalnya dalam ceritera
pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan – kerajaan
hindu dan islam di Indonesia. Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang
dapat menggantikan kedudukan ayah atau orang tuanya untuk memerintah
sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya jika orang tuanya bukan atau tidak
pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu
menjadi pemimpin. Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak
ditentang.
- Teori Sosial Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya
diperoleh berdasarkan keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi
masyarakat. Dengan perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang
dapat saja menjadi pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat
dikembangkan melalui pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula
akan ada tidaknya kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi
pemimpin. Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai
dengan alam demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia.
3. Jalan Menjadi Pemimpin Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi
pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri Orang-orang yang memiliki kemampuan
mencipta atau orang-orang yang kreatif dan memiliki prakarsa (inisiatif) yang
tinggi dapat memupuk dan mengembangkan kemampuannya sehingga
akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang dipimpinnya sendiri secara
baik.
- Melalui pemilihan orang banyak Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-
organisasi politik, serikat sekerja, organisasi kesenian, olahraga, dan
sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih orang banyak ini bertugas dalam
jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. - Melalui
penunjukan Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta,
seseorang dapat menjadi pemimpin karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih
tinggi kedudukannya dalam instansi yang bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan Dalam hal ini ada dua macam
cara yang dapat ditempuh: Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan
kemudian para anggota memilih salah seorang dari calon-calon tersebut. Para
anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih
salah satu diantaranya.
4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan : Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara
mereka menjalankan kepemimpinan, dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
- Kepemimpinan Pribadi Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara
langsung mengadakan kontak dengan bawahan. Sehingga hasil kerja langsung
diketahui oleh pimpinan tingkat atas yang juga menginginkan mengetahui
segala hal sampai detail. Dalam hal ini mudah timbul kepemimpinan yang
sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki atau pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan yang gagal, banyak pihak
tidak mau ikut bertanggung jawab.
- Kepemimpinan Non-Pribadi Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak
mengadakan kontak langsung dengan bawahan, melainkan melalui saluran
jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan demikian masing-masing bagian lebih
merasa bertanggung jawab. Kelemahannya ada kemungkinan pekerjaan dan
keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu harus diputuskan melalui
tingkatan-tingkatan hirarki yang panjang. Kepemimpinan Otoriter Tipe
kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah
hak pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan
tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini
sering dianggap berbahaya dan banyak mengandung resiko.
- Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu
bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari
staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat
- Kepemimpinan Kebapakan Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak
sebagai ayah kepada anakanaknya: mendidik, mengasuh, mengajar,
membimbing, dan menasehati. Pada dasarnya kepemimpinan semacam ini
baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab.
- Kepemimpinan Karismatis Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki
daya tarik yang amat kuat. Seolaholah dalam diri pemimpin tersebut terdapat
kekuatan yang luar biasa, sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan
banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya: Gandhi, dan
J.F.Kennedy. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang
teguh kepada moral yang tinggi dan hukumhukum yang berlaku.
Terry menyebutkan adanya 3 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
- Kekuatan atau energi Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan
rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
- Penguasaan emosional Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya
dan tidak mudah marah dan putus asa.
- Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan Seorang pemimpin harus dapat
mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang
lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya.
PENUTUP
A. Kesimpulan