Anda di halaman 1dari 25

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan


sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan
serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu
dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :


 Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
 Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para
bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan
dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
 Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius,
dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.
 Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.
 Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu
posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
 Sedangkan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh
yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak
memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin,
dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta
memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,


memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the
mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang –
orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan
kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah
itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu
fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
 Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi
dan menyediakan fasilitasnya.
 Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing,
staffing, directing, commanding, controling, dsb.

2. 2 Pengertian Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan


konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-
sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas
pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan
interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

2.3 Berbagai macam Teori Kepemimpinan

Teori-teori munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:


 Teori Genetis;
 Teori Sosial;
 Teori Ekologis.
Berikut diuraikan masing-masing dari teori tersebut:

1. Teori Genetis

Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born and not made”.
Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat
melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan membawa
bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan
bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang
bagaiamanapun juga.

Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia
di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai
pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin
di kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin
karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga
menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka
dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan
hidup dikalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi
Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan
dari orang tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau
kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa
menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi
pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat
ketidakmampuan tersebut.

2. Teori Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born”, jadi merupakan
kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan
bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan
pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri.

Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di bentuk
melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan
yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi
seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui
proses tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang
mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau
tidak.

3. Teori Ekologis

Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teorikejiwaan/sosial yang
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin
yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan
pengalaman- pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.

Teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah
ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan
ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis
mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.

Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung
pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai
pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang
melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat
pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin.
Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead,
timbulnya seorang pemimpin itu karena:
 Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader).
 Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena kecakapannya,
keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
 Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh
pihak atasan.

2.4 Berbagai Macam Pendekatan Studi Kepemimpinan

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini
akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya


mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :

1. Teori sifat, perilaku dan situasional

 Teori Pendekatan Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )


Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin
itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :

 Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.

 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial


Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

 Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi


Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
 Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi karena mereka
memiliki karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam dirinya. Teori tentang
analisis kepemimpinan berdasarkan ciri yang dalam bahasa inggris dikenal dengan
"traits theory" memberi petunjuk bahwa ciri-ciri ideal tersebut ialah:
 Pengetahuan umum yang luas
 Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
 Sifat inkuisitif
 Kemampuan analitik
 Daya ingat yang kuat
 Kapasitas integratif
 Keterampilan berkomunikasi secara efektif
 Keterampilan mendidik
 Rasionalitas
 Objektivitas
 Pragmatisme
 Kemampuan menentukan skala prioritas
 Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
 Rasa tepat waktu
 Rasa kohesi yang tinggi
 Naluri relevansi
 Keteladanan
 Kesediaan menjadi pendengar yang baik
 Adaptabilitas
 Fleksibilitas
 Ketegasan
 Keberanian
 Orientasi masa depan
 Sikap yang antisipatif

Teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ternyata tidak bebas dari kelemahan tertentu,
yang terpenting di antaranya ialah adanya asumsi bahwa jika seseorang pemimpin
memiliki ciri-ciri tersebut, ia dengan sendirinya akan menjadi pemimpin yang efektif.
Tidak demikian halnya dengan teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri terlalu
menekankan pandangan bahwa bakat yang dibawa sejak lahir merupakan jaminan
keberhasilan seseorang menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya.

Kelemahan lain dari teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ialah adanya anggapan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan in toto dari satu situasi
organisasional ke situasi organisasional yang lain dengan tingkat keberhasilan yang
sama. Dengan kata lain, terdapat pandangan bahwa keberhasilan seseorang memimpin
satu organisasi sudah merupakan jaminan mutlak untuk keberhasilannya memimpin
organisasi yang lain, meski pun tujuan, misi, fungsi, sasaran, dan kegiatannya berbeda

 Teori Perilaku (Behaviors Theory)

Teori perilaku berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku pemimpin. Bila


perilaku pemimpin ada perbedaan yang berarti jika dibandingkan dengan perilaku yang
dipimpin, maka kepemimpinan akan dapat diajarkan. Bila kepemimpinan bisa
diajarkan, maka pasokan pemimpin bisa diperbesar. Pendekatan ini menekankan
bahwa pemimpin dan manager secara nyata bekerja untuk pekerjaan dan hubungan
keefektifan managerial.

Perbedaan yang paling mendasar antara teori karakter dan teori perilaku adalah terletak
pada asumsi yang mendasarinya. Jika teori karakter yang benar, maka pada dasarnya
kepemimpinan dibawa dari lahir. Sedangkan jika teori perilaku yang benar, maka
kepemimpinan bisa diajarkan atau ditanamkan

 Teori Situasional (Situasional/Contingency Theory)

Salah satu model kepemimpinan yang paling banyak digunakan dewasa ini adalah yang
berdasarkan teori situasional yang dikembangkan oleh paul harsey dan ken blanchard.
Teori ini terkadang disebut "teori kontijensi" kepemimpinan. Teori ini sangat menarik
untuk didalami karena paling sedikit tiga alasan, yaitu: penggunaannya yang meluas,
daya tariknya secara intuitif dan karena tampaknya didukung oleh pengalaman didunia
nyata.

Pendekatan situasional menekankan pentingnya faktor kontekstual yang


mempengaruhi proses kepemimpinan. Berbagai faktor situasional yang ditemukan
berpengaruh pada gaya kepemimpinan tertentu, antara lain ialah:
 Kompleksitas tugas yang harus diselenggarakan,
 Jenis pekerjaan, misalnya apakah bersifat rutin atau inovatif,
 Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan,
 Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pemimpin yang
menduduki hirarki jabatan yang lebih tinggi,
 Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada di bawah pimpinan
yang bersangkutan,
 Rentang kendali yang paling tepat untuk diterapkan,
 Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya dalam
bentuk persaingan bagi suatu organisasi niaga,
 Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tingkat
tanggung jawab, desakan waktu dan faktor-faktor lainnya yang dapat
menimbulkan ketegangan,
 Iklim yang terdapat dalam organisasi
Pada intinya teori ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa (kedewasaan) para bawahan
yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam teori ini ialah
perilaku seorang pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Tergantung pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat
hubungan atasan dan bawahan yang digunakan, gaya kepemimpinan yang timbul dapat
mengambil empat bentuk, yaitu:
 Memberitahukan
Jika seorang pemimpin berperilaku memberitahukan, hal ini berarti bahwa
orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung dengan hubungan
atasan-bawahan yang tidak dapat digolongkan sebagai akrab, meskipun tidak
pula digolongkan sebagai hubungan yang tidak bersahabat. Dengan kata lain,
perilaku pemimpin terwujud dalam gaya yang bersifat direktif.

 "Menjual,"
Jika seorang pemimpin berperilaku "menjual" berarti bertitik tolak dari
orientasi perumusan tugasnya secara tegas digabung dengan hubungan atasan-
bawahan yang bersifat intensif.

 Mengajak bawahan berperan serta


Perilaku pimpinan dalam hal demikian ialah orientasi tugas yang rendah
digabung dengan hubungan atasan-bawahan yang intensif. Artinya, pimpinan
hanya memainkan peranan selaku fasilitator untuk memperlancar tugas para
bawahan yang antara lain dilakukannya dengan menggunakan saluran
komunikasi yang ada secara efektif.

 Melakukan pendelegasian.
Seorang pemimpin dalam menghadapi situasi tertentu dapat pula menggunakan
perilaku berdasarkan orientasi tugas yang rendah digabung dengan intensitas
hubungan atasan-bawahan yang rendah pula.

Teori Periode Konsep Kritik

Teori sifat 1940- Terdapat sejumlah sifat atau  Teori sifat cenderung
1950 karakteristik tertentu yang deterministic, yaitu
berkaitan dengan keberhasilan mengatribusi seluruh aspek
dan kegagalan dari pemimpin kepemimpinan dan cenderung
mengabaikan pengaruh lingkungan
serta pentingnya perilaku yang
dipelajari
 Tidak menyinggung pengikut atau
hubungan antara pemimpin dan
pengikut
 Tidak semua sifat dapat
diidentifikasi dengan baik apakah
merupakan factor bawaan atau
perilaku yang dapat dipelajari
 Semua pendekatan sifat berasumsi
bahwa hanya ada satu cara terbaik
untuk menjadi pemimpin

Teori 1950- Aspek terpenting dari  Cenderung deterministic, hanya


Perilaku 1960 kepemimpinan bukan pada sifat mengatribusi semua aspek
atau karakteristik dari pemimpin kepemimpinan pada sang pemimpin
tetapi apa yang dilakukan dan mengabaikan aspek lingkungan
pemimpin dalam berbagai situasi.  Tidak menyinggung pengikut atau
Keberhasilan dari pemimpin relasi antara pemimpin dan pengikut
tergantung pada gaya
kepemimpinan yang diterapkan
Teori 1960- Efektivitas dari pemimpin tidak  Situasi dianggap menentukan
Situasional 1980 hanya ditentukan oleh gaya perilaku pemimpin dan bukan
kepemimpinan tetapi juga sebaliknya
ditentukan oleh situasi yang ada  Pemimpin diasumsikan mampu
dalam kepemimpinan tersebut. mengidentifikasi gaya kepemimpinan
Faktor situasi meliputi: yang tepat untuk berbagai situasi yang
karakteristik dari bawahan dan dihadapi
pimpinan, sifat dan tugas, struktur  Model mengasumsikan bahwa
kelompok dan teori penguatan dimungkinkan tercapainya
kesepakatan mengenai situasi ril yang
dihadapi.

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori perikau


dan situasi ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

 Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang


pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
 Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
2. Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab


dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik
secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

3. Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

4. Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.

5. Model kepemimpinan kontijensi dari fiedler

Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model kontijensi


kepemimpinan yang efektif. Model ini berisi tentang gaya kepemimpinan dengan
situasi yang menyenangkan. Situasi tersebut diterangkan oleh Fiedler dalam
hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut:
 Hubungan pemimpin anggota
 Derajat dan struktur tugas
 Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas

Fielder berpendapat bahwa tipe kepemimpinan yang berorientasi pada tugas bisa
berhasil dalam situasi yang sangat menyenangkan.
“di dalam kondisi-kondisi yang sangat menyenangkan di mana pemimpin mempunyai
kekuasaan, dukungan informal, dan tugas yang relatif tersusun secara baik, maka
kelompok siap untuk diarahkan dan meminta di perhatikan berbuat apa saja. Ambillah
contoh kapten sebuah penerbangan di saat terakhir mau mendarat. Kita sulit meminta
kepadanya untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan anak buahnya memperdebatkan
bagaimana caranya mendarat”.

6. Teori jalan kecil tujuan (path goal theory)

Teori ini menggunakan kerangka teori motivasi. Menurut versi House teori path goal
memasukkan empat tipe kepemimpinan yaitu:
 Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang
otokratis
 Kepemimpinan yang mendukung. Tipe ini mempunyai kesediaan untuk
menjelaskan sendiri, bersahabat, dan mempunyai perhatian kemanusiaan
kepada para bawahan
 Kepemimpinan partisipatif. Pada tipe ini pemimpi berusaha meminta saran-
saran dari bawahannya
 Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini
menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk
berpartisipasi.

7. Pendekatan social learning dalam kepemimpinan

Penekanan pendekatan ini terletak pada peranan perilaku


kepemimpinan,kelangsunganm dan interaksi timbal balik diantara semua variabel-
variabel yang ada. Contoh pendekatan ini secara terperinci adalah:
 Pemimpin menjadi lebih mengetahui variabel-variabel mikro dan makro yang
mengendalikan perilakunya
 Pemimpin bekerja bersama-sama dengan bawahannya untuk menentukan
serangkaian perilaku kontijen yang berkepribadian dan yang dapat mengatur
perilaku bawahan
 Pemimpin bersama bawahan berusaha menemmukan cara yang dapat
digunakan untuk mengatur perilaku individu guna menghasilkan hasil-hasil
produktif dan lebih menguatkan organisasi

8. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis

Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan


tindakan-tindakan yang abitter (sebagai wasit). Pemimpin selalu melakukan
pengawasaa pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efesien.
Pemimpin pada teori ini disebut otoktar keras karena mempunya sifat tepat,
seksama,sesuai dengan prinsip namun keras dan kaku. Pemimpin tersebut tidak akan
mendelegasikan otoritas.

9. Teori Psikologis

Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan
mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk merangsang kesediaan bekerja para
anak buahnya guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi
tujuan-tujuan pribadi. Pemimpin pada teori ini mementingkan aspek-aspek psikis
manusia seperti pengakuan, martabat, status sosial, kepastian emosional, dan lain-lain.
Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu dapat diciptakan
atau dipersiapkan secara khusus, musalnya melalui pendidikan dan pelatihan.

10. Teori Sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha untuk melancarkan antar relasi dalam


organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara
para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-
tujuan dengan menyertakan para pengikutnya dalam pengembilan keputusan terakhir.
Selanjutnya, pemimpinjuga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan
petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang
berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.

11. Teori Suportif

Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan
penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui
kebijakan tertentu. Teori suportif ini biasa dikenal dengan teori partisipatif atau teori
kepemimpinan demokratis.

12. Teori Laissez Faire

Pemimpin pada teori ini sebenarnya tidak mampu mengurus, dan menyerahkan
tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya. Pada teori ini, pemimpin adalah
seorang ketua yang bertindak sebagai simbol, dan biasanya tidakmemiliki ketarampilan
teknis.

13. Teori Kelakuan Pribadi

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola
kelakuan para pemimpinnya. Pemimpin dalam kategori ini harus mampu mengambil
langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Masalah sosial itu tidak akan
pernah identik sama didalamruntunan waktu yang berbeda.

14. Teori Sifat Orang-Orang Besar

Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi dan dilihat dengan melihat sifat,
karakter, dan perilaku orang-orang besar yang tersebut sudah sukses dalam
menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada beberapaciri-ciri unggul
sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
memiliki inteligensi, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki
kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi dan lain-
lain.

15. Teori Humanistik / Populistik

Fungsi kepemimpinan manurut teori ini yaitu merealisasi kebebasan manusia dan
memenuhi setiap kebutuhan insani yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan
rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin mau
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi tersebut berperan
sebagai sarana untuk melakukan kontrol sosial agar pemerintahan melakukan
fungsinya dengan baik, serta memerhatikan lemampuan dan potensi rakyat.

16. Kepemimpinan Transaksional

Moos dan Huber (2007) menyatakan bahwa istilah “kepemimpinan transaksional”


telah dilaksanakan untuk konsep kepemimpinan alam semesta. Kepemimpinan
transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan serta ditetapkan dengan
jelas peran dan tugas-tugasnya. Kepemimpinan transaksional digambarkan sebagai
mempertukarkan sesuatu yang berharga untuk yang lain antara pemimpin dan
karyawan (Contingen Riward), intervensi yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses
organisasional dimaksudkan untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang
melibatkan interaksi antara pemimpin dan kakitanganya bersifat pro aktif.

Prinsip utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengkaitkan kebutuhan


individu dengan yang diinginkan kemimpin untuk semua penghargaan yang diinginkan
dari bawahannya sehingga memungkinkan adanya peningkatan motivasi staf. Karena
itu, dapat disimpulkan bahwa pemimpin transaksi hakikatnya adalah menekankan
bahwa perlunya seseorang pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin transaksional juga cenderung
memfokuskan diri pada solusi tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar staf
melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat tergantung
pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman pada bawahannya.

17. Kepemimpinan Transformasional

Proses begitu cepat dan luas menuntut perubahan bahwa “perubahan dan perbaikan”
dilakukan sebagai sebuah proses yang berkelanjutan, sehingga konsep kepemimpinan
yang berbeda diperlukan. Kepemimpinan transformasional dianggap menunjukkan
jalan. Pemimpin transformasional tidak hanya mengelola struktur dan tugas, tetapi
berfokus pada orang-orang yang membawa mereka kerjasama dan berkomitmen.
Mereka mencoba untuk secara aktif mempengaruhi “budaya” dari sekolah sehingga
memungkinkan untuk lebih merangsang kerjasama, koherensi dalam belajar dan
bekerja lebih bebas.

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pemimpin transformasional merupakan


pemimpin yang kharismatik dan memiliki peran sentral dan strategis dalam membawa
organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional ini harus memiliki
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan kakitanganya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang
mereka butuhkan.

Bass dan Avolio, mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki


empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four Is”:
 Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati sekaligus mempercayai (pengaruh ideal).
 Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi karyawan
(motivasi-inspirasi)
 Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi staf (stimulasi intelektual).
 Pemimpin transformasional dilihat sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukkan-masukkan staf dan secara
khusus memperhatikan kebutuhan- kebutuhan staf akan pengembangan karir
(konsederasi individu).

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kemampuan


seorang pemimpin untuk memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang
individukan dan yang memiliki kharisma.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas
dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.

Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif,
dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini
dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Diantara gaya kepemimpinan tersebut yaitu:
 Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam


mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja
yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

 Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan


yang diambil tidak bersifat sepihak.

 Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan


pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri.

 Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi


bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan
kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain
adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
 Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan
apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian,
biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat
menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses
yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan
dengan detil yang sudah dikerjakan.

 Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung
proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan.
Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman
dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan
kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
 Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya
bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses
pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan
berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini
kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan
saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

 Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga
kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas
kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat
tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari
bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”.
Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana
telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
 Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
 Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.
 Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.

2.5 Perilaku Pemimpin Yang Efektif

Sebuah penelitian yang dilaukan oleh para peneliti dari universitas of michigan
menemukan bahwa terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan efektif, yaitu:
 Perilaku yang berorientasi tugas
Para pemimpin yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya dengan
melakukan pekerjaan yang sama seperti bawahannya. Sebaliknya, para
pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi
pada tugas seperti merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan
kegiatan para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan dan bantuan
teknis yang dibutuhkan.

 Perilaku yang berorientasi hubungan.


Bagi para pemimpin yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak terjadi
dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia. Para
pemimpin yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dan membantu para
bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang
efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak
ramah dan oerhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberikan
informasi kepada bawahan, memberikan apresiasi terhadap ide-ide bawahan,
dan memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan.

 Kepemimpinan partisipatif
Para pemimpin yang efektif lebih banyak menggunakan supervisi kelompok
daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan kelompok
memudahkan partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan, memperbaiki
komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan konflik.
Peran pemimpin dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus
memandu diskusi dan membuatnya mendukung, konstruktif, dan berorientasi
pada pemecahan masalah.

SUMBER
Danim, Sudarwan. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta:
Rineka Cipta
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan
abnormal itu?. Jakarta: Rajawali Press
Siagian, Sondang P. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
Sinagar, Sondang.P. 1998. Teori dan Praktek kepemimpinan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA
Fatah, Nanang. 2008. “Landasan Manajemen Pendidikan”. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
http://www.mediapendidikan.info/2010/09/permendiknas nomor 13 tahun 2007.html
Sutikno, M. Sobri. 2010. “Pengelolaan Pendidikan”. Bandung : Prospect Bandung.

Anda mungkin juga menyukai