NIM : 42119079
2. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat diterangkan melalui tiga aliran teori
berikut ini:
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif,
dimana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang
lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam
situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama
dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan.
Dengan demikian, ketiga unsure yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut,
yaitu pimpinan, bawahan, dan situasi merupakan unsure yang saling terkait satu
dengan yang lain, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Tipologi kepemimpinan
Dalam paktiknya dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; diantaranya adalah sebagai berikut (siagian, 1997)
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki criteria atau cirri
sebagai berikut: menganggap oraganisasi sebagai milik pribadi, mengidentikan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-
mata, tidak mau menerima kritik saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsure paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin
tipe militer berbeda dengan seorang pemimpin oraganisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut: dalam menggerakan bawahan system perintah yang lebih sering
digunakan, dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahan, menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalisitis ialah
seorang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut; menganggap bawahan sebagai
manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (over protectif), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreatif
dan fantasinya dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Kharismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki charisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya Tarik yang amat besar karena pada umumnya memiliki
pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab-musabab seorang menjadi pemimpin yang
charismatic maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supranatural power). Kekayaan, umur, kesehatan,
profil tidak dapat dipergunakan sebagai criteria pada tipe kepemimpinan charisma.
Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Sulkarnaen bukanlah seoang yang
sehat fisik, John F. Kenedy adalah seorang pemimpin yang memiliki charisma
meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika
Serikat. Mengenai profil Gandhi tidak dapat digoongkan sebagai orang yang
ganteng.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokrasilah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena
tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut; dalam proses
penggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah mahkluk yang termulia di dunia. Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari
bawahannya. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam
usaha mencapai tujuan, ihklas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahan untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan
yang lain. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Dan berusaha mengembakan kapasitas pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implicit tergambar bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang demokratis
bukanlah hal yang mudah namun karena yang demikian adalah yang paling ideal.
3. Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik
organisasi maupun keluarga. Pengikut adalah tindakan seseorang dalam peran
bawahan. Ini juga dapat dianggap sebagai seperangkat keterampilan khusus yang
melengkapi kepemimpinan , peran dalam organisasi hierarkis , konstruksi sosial yang
merupakan bagian integral dari proses kepemimpinan, atau perilaku yang terlibat saat
berinteraksi dengan para pemimpin dalam upaya untuk memenuhi tujuan organisasi.
Dengan demikian, pengikut paling baik didefinisikan sebagai praktik yang disengaja
di pihak bawahan untuk meningkatkan pertukaran sinergis antara pengikut dan
pemimpin.
Alasannya kedua varian di atas saling berkaitan adalah tentang bagaimana
mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang
diinginkan sang pemimpin.
4. Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan,
kewibawaan dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya
pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi
secara unilateral sikap dan perilaku orang kearah yang diingiinkan.
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secar luas adalah
dikotomi antara position power( kekuasaan karena kedudukan ) dan personal power
( kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut kekuasaan sebagian diperoleh dari
peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi
disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin-
pengikut. Termasuk dalam postion power adalah kewenangan formal,kontrol terhadap
sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi,
kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari kealihan dalam tugas,
persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang
pemimpin.
Cara – cara mendapatkan kekuasaan
a. Sifat dan sikapnya yang unggul sehingga mempunyai kewibawaan terhadap
pengikutnya.
b. Memilki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas.
c. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan
komunikasi.
5. Percepatan pengobatan
Pertama yang perlu dilakukan ialah mempercepat pengobatan dan pencegahan
penularan yang lebih luas. Harus menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan
alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD).
Selain itu, menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak,
ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker murah.