Anda di halaman 1dari 6

NAMA : PHILIPUS INGULIMAN

NIM : 42119079

1. -> Konsep kepemimpinan:seorang Pemimpin harus mempengaruhi angota" nya dalam


team untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu kegiatan.
-> kepemimpinan sektor publik: serong pemimpin di takdirkan / di lati
kepribadian,karakteristik,mental,fisik,sosial untuk menghadapi situasi dan kondisi yang
di alami oleh sebuah team untuk mencapai suatu tujuan bersama.

2. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat diterangkan melalui tiga aliran teori
berikut ini:

 Teori Genetis (Keturunan)


Inti dari teori mengatakan bahwa “leader are born and normade” (pemimpin
dilahirkan bukan dibuat). Para penganut aliran teori ini mengatakan pendapatnya bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimana pun seseorang ditempatkan karena ia
telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.
Berbicara mengenai takdir, secara filosifis pandangan ini tergolong pada pandangan
fasilitas atau determinitis.
 Teori social.
Jika teori pertama diatas adalah teori yang ekstrem pada satu sisi, maka teori ini
pun eksterm pada sisi lainnya. Inti aliran teori social ini ialah bahwa “leader are made
and not born” (pemimpin itu dididik bukannya kodrati). Jadi teoti ini merupakan
kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengatakan pendapatny bahwa
setiap orang bias menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup.
 Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrem diatas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi kepada kedua teroi tersebut maka timbulah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teroi ekologis ini pada intinya berarti seseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut
kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang
mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja factor yang menyebabkan
timbulnya sosok pemimpin yang baik.

Selain pendapat-pendapat yang mengatakan tentang timbulnya gaya


kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu
pemimpin itu sendiri, bawahan serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut
diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut Hersey dan Blanchard mengajukan
proposesi bahwa gaya kepemimpinan (K) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (P),
bawahan (B) dan situasi tertentu (S) yang dapat dinotasikan sebagai K=F (P,B,S).
Menurut Hersey dan Blanchard pimpinan (P) adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan kerja maksimum yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika
pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai
keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual.
Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok yang merupakan anggota dari
suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas
yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam satu organisasi, bawahan
mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan
bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu seorang pimpinan dituntut
untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif,
dimana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang
lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam
situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama
dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan.
Dengan demikian, ketiga unsure yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut,
yaitu pimpinan, bawahan, dan situasi merupakan unsure yang saling terkait satu
dengan yang lain, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

Tipologi kepemimpinan

Dalam paktiknya dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; diantaranya adalah sebagai berikut (siagian, 1997)

1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki criteria atau cirri
sebagai berikut: menganggap oraganisasi sebagai milik pribadi, mengidentikan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-
mata, tidak mau menerima kritik saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsure paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin
tipe militer berbeda dengan seorang pemimpin oraganisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut: dalam menggerakan bawahan system perintah yang lebih sering
digunakan, dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahan, menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalisitis ialah
seorang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut; menganggap bawahan sebagai
manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (over protectif), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreatif
dan fantasinya dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Kharismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki charisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya Tarik yang amat besar karena pada umumnya memiliki
pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab-musabab seorang menjadi pemimpin yang
charismatic maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supranatural power). Kekayaan, umur, kesehatan,
profil tidak dapat dipergunakan sebagai criteria pada tipe kepemimpinan charisma.
Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Sulkarnaen bukanlah seoang yang
sehat fisik, John F. Kenedy adalah seorang pemimpin yang memiliki charisma
meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika
Serikat. Mengenai profil Gandhi tidak dapat digoongkan sebagai orang yang
ganteng.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokrasilah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena
tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut; dalam proses
penggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah mahkluk yang termulia di dunia. Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari
bawahannya. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam
usaha mencapai tujuan, ihklas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahan untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan
yang lain. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Dan berusaha mengembakan kapasitas pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implicit tergambar bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang demokratis
bukanlah hal yang mudah namun karena yang demikian adalah yang paling ideal.
3. Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik
organisasi maupun keluarga. Pengikut adalah tindakan seseorang dalam peran
bawahan. Ini juga dapat dianggap sebagai seperangkat keterampilan khusus yang
melengkapi kepemimpinan , peran dalam organisasi hierarkis , konstruksi sosial yang
merupakan bagian integral dari proses kepemimpinan, atau perilaku yang terlibat saat
berinteraksi dengan para pemimpin dalam upaya untuk memenuhi tujuan organisasi.
Dengan demikian, pengikut paling baik didefinisikan sebagai praktik yang disengaja
di pihak bawahan untuk meningkatkan pertukaran sinergis antara pengikut dan
pemimpin.
Alasannya kedua varian di atas saling berkaitan adalah tentang bagaimana
mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang
diinginkan sang pemimpin.
4. Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan,
kewibawaan dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya
pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi
secara unilateral sikap dan perilaku orang kearah yang diingiinkan.
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secar luas adalah
dikotomi antara position power( kekuasaan karena kedudukan ) dan personal power
( kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut kekuasaan sebagian diperoleh dari
peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi
disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin-
pengikut. Termasuk dalam postion power adalah kewenangan formal,kontrol terhadap
sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi,
kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari kealihan dalam tugas,
persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang
pemimpin.
Cara – cara mendapatkan kekuasaan
a. Sifat dan sikapnya yang unggul sehingga mempunyai kewibawaan terhadap
pengikutnya.
b. Memilki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas.
c. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan
komunikasi.
5. Percepatan pengobatan
Pertama yang perlu dilakukan ialah mempercepat pengobatan dan pencegahan
penularan yang lebih luas. Harus menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan
alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD).
Selain itu, menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak,
ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker murah.

Anda mungkin juga menyukai