Anda di halaman 1dari 7

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang

dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mengutip sebuah mutiara hadits dalam agama yang penulis yakini. Sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa
kita adalah seorang pemimpin. Hal ini tidak mempedulikan apa jabatannya sekarang, berapa jumlah
bawahannya, strata pendidikannya, darimana sukunya berasal, dan berapa penghasilannya per
bulannya. Kita murni terlahir sebagai pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi maupun
lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi, diri kita pribadi. Kita selalu
dituntut tampil dengan baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang bisa mengayomi, pemimpin
yang bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.

Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan
secara struktural maupun fungsional. Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian
mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

Pengertian pemimpin

Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang
atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang
lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan kepemimpinan adalah merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang
memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk LEAD
anggota di sekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah:

1. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan
loyalitasnya dalam kebaikan..

2. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan pada rekan-
rekannya.

3. Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.

4. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap
aktivitasnya.

Teori Kepemimpinan

Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :

1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut :


Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak
lahirnya.

Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus.

Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.

2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut :

Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja.

Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh
kemauan sendiri.

3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu)
menyatakan sebagai berikut: Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman
dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.

Kelebihan Pemimpin

Menurut Stogdill dalam Lee (1989), menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa
kelebihan, yaitu :

1. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian,


kemampuan menilai.

2. Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga, dan atletik,
dan sebagainya.

3. Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk
unggul.

4. Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama,
mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
5. Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.

Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-
kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni;

1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;

2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;

3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;

4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.

Gaya Kepemimpinan

Selanjutnya Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan sebagaimana
telah dikemukakan diatas, yakni untuk dapat menguasai atau mempengaruhi serta memotivasi orang
lain, maka dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia lazimnya digunakan 4 (empat) macam
gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan
untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan

2. Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan kepada
kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikutnya
untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko
apapun.

3. Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) di
atas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui
unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis.

4. Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya
seluruh kebijakan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya
berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka.

Tipe Kepemimpinan

Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind of Manager yang disunting oleh
Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:

1. Berorientasikan tugas (task orientation)

2. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation)

3. Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation)

Berdasarkan ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe kepemimpinan,yaitu :
1. Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan kekuatan, sukar diramalkan.

2. Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia
organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.

3. Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah.

4. Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan


wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.

5. Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel.

6. Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri.

7. Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak
mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.

8. Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh,
tekun.

Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe dan gaya manakah yang paling ideal
diterapkan dalam sebuah organisasi? Termasuk manakah Anda?

“Sebaik-baik pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian
mendo’akannya dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya pemimpin diantara kalian
ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat
kalian”.(HR Muslim dari ‘Auf bin Malik)

Referensi:

1. Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. (2003). Manajemen Motivasi. Penerbit PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.

2. Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpinan Abnormal Itu ? PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

3. Suradinata, Ermaya. (1995). Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pimpinan Dalam Motivasi Kerja . CV
Ramadan, Bandung.

(Pemimpin dan Kepemimpinan Kita_Oleh : Cahyo A. Pambudi Pelaksana_Seksi HI KPKNL Padang)


TEORI KELAHIRAN PEMIMPIN

Para ahli Teori Kepemimpinan telah mengungkapkan beberapa teori tentang munculnya Seorang
Pemimpin. dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol menurut Sunindhia dan Ninik Widiyanti,
yaitu:

1. Teori Genetik --- Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan
dibentuk” (Leaders are born and not made).

Pandangan teori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia telah
dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena
seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki bakat” untuk memimpin dan inilah
yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di
kalangan bangsawan atau keturunan raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang
lahir dalam keturunan tersebut akan diangkat menjadi raja.

2. Teori Sosial --- Penganut teori ini berpendapat bahwa, "seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk
dan bukan dilahirkan" (Leaders are made and not born).

Penganut teori ini berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi
pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja faktor
lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut muncul atau ter aktualisasi kan
dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “Pembinaan” atau “Pengembangan”. Pandangan
penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan
dan atau berasal dari keturunan seorang pemimpin atau seorang bangsawan/raja, asalkan dapat dibina,
dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
3. Teori Ekologik --- Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang
baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut
dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk
mengembangkan lebih lanjut potensi-potensi atau bakat-bakat yang telah dimiliki.

Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor
keturunan, bakat, dan lingkungan yang meliputi faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman
yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik.

Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga
Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses
perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:

1). Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.

2). Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan

3). Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.

Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya seseorang
dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan
kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karena :

1). Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader).
2). Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena sanggup, karena
mampu, karena berani dan lain sebagainya terhadap sebuah organisasi.

3). Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya
(Imam Mujiono)

Baca Juga : Teori - Teori Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai