Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Kepemimpinan Secara Umum

Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan? Pengertian Kepemimpinan adalah sebuah


kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal
bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target (goal) organisasi yang telah
ditentukan.
Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan sebagai ketua
(kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli


Beberapa ahli, baik ahli dari Indonesia maupun dari luar negeri, pernah menjelaskan
mengenai definisi kepemimpinan, diantaranya adalah:
1. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang ada pada diri
seorang leader yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
Kepribadian (personality)
Kemampuan (ability)
Kesanggupan (capability)
Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat dipisahkan
dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta interaksi antara
pemimpin, pengikut dan situasi.
2. Sutarto (1998b:25)
Menurut Sutarto arti kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Stoner
Menurut Stoner pengertian kepemimpinan adalah sebuah proses mengarahkan dan usaha
dalam mempengaruhi kegiatan yang berkaitan dengan anggota kelompok atau organisasi.
mengarahkan tenaga dalam tugasnya, atau mengubah perilaku mereka.

Teori-teori Kepemimpinan (Leadership Theory)

Selain definisi-definisi mengenai Kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli,


terdapat juga beberapa teori kepemimpinan (leadership) yang menjadi dasar dari
kepemimpinan itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa teori kepemimpinan yang
dimaksud.

1. Teori Orang Hebat (Great Man Theory)

Great Man Theory atau Teori Orang Hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan dan
bakat-bakat kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great Man
Theory ini berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan dengan
kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat
dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa hanya satu
orang diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.

Great Man Theory ini menyatakan bahwa pemimpin hebat itu ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Teori tersebut juga menganggap seorang pemimpin hebat akan
muncul saat dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tersebut dipopulerkan oleh Thomas
Carlyle dalam bukunya yang berjudul “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in
History”.

2. Teori Sifat Kepribadian (Trait Theory)

Teori Sifat Kepribadian atau Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang dilahirkan
atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul dalam peran
kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab,
disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang
baik.

Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial
untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi
karakteristik yang umum diantara para pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam
kepemimpinan sangat tergantung pada sifat kepribadiannya dan bukan saja bersumber
dari bakat namun juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :

 Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun


eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

 Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

 Sikap Hubungan Kemanusiaan


Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya
mampu berpihak kepadanya

Teori sifat kepemimpinan membedakan pada pemimpin dari mereka yang


bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan
karakteristik pribadi masing-masing. Pada teori ini bertolak dari dasar
pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-
sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang
dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat atau ciri-ciri di
dalam dirinya. Dalam mencari ciri-ciri kepemimpinan yang dapat diukur,
para peneliti menggunakan dua pendekatan yaitu mereka berusaha
membandingkan ciri-ciri dari dua orang yang muncul sebagai pemimpin
dengan ciri-ciri yang tidak demikian dan mereka membandingkan ciri
pemimpin yang efektif dengan ciri-ciri pemimpin yang tidak efektif.
Akan tetapi studi tentang ciri-ciri ini mengalami kegagalan untuk
mengungkap secara jelas dan konsisten yang membedakan pemimpin dan
pengikut. Hasil penelitian ini dikemukakan oleh Cecil A. Gibb (1969)
bahwa pemimpin satu kelompok diketahui agak lebih tinggi, lebih
cemerlang, lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada yang bukan
pemimpin. Tetapi banyak orang yang memiliki ciri-ciri ini dan
kebanyakan dari mereka tidak pernah menjadi pemimpin. Salah satu
temuannya, orang yang terlalu cerdas dibanding dengan anggota dalam
kelompok tidak muncul atau tidak menjadi seorang pemimpin, barangkali
orang ini berbeda terlalu jauh dengan kelompoknya. Pada teori ini
mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan
sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan. Selain itu, juga menempatkan sejumlah sifat atau kualitas
yang dikaitkan dengan keberadaan pemimpin yang memungkinkan
pekerjaan atau tugas kepemimpinannya akan menjadi sukses ataupun
efektif di mata orang lain. Seorang pemimpin akan sukses atau efektif
apabila dia memiliki sifat sifat-sifat seperti berani bersaing, percaya diri,
bersedia berperan sebagai pelayan orang lain, loyalitas tinggi, intelegensi
tinggi, hubungan interpersonal baik, dan lain sebagainya. Menurut Judith
R. Gordon menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki
karakter, seperti kemampuan intelektual, kematangan pribadi, pendidikan,
status sosial ekonomi, human relations, motivasi instrinsik dan dorongan
untuk maju (achievement drive). Sedangkan menurut Sondang P. Siagian
(1994:75-76), bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki ciri-ciri ideal
diantaranya :
1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa
depan.
2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan
menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
3. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan
skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan
mendidik dan berkkomunikasi secara efektif.

Menurut Ronggowarsito, menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus


memiliki Hastabrata, yaitu delapan sifat unggul seorang pemimpin yang
dikaitkan dengan sifat-sifat alam diantaranya :

1. Bagaikan surya

Menerangi dunia, memberi kehidupan, menjadi penerang, pembuat senang,


arif, jujur, adil, dan rajin bekerja sehingga negara aman sentausa.

1. Bagaiakan candra atau rembulan

Memberikan cahaya penerangan keteduhan pada hati yang tengah dalam


kesulitan, bersifat melindungi sehingga setiap orang dapat tekun
menjalankan tugasnya masing-masing dan memberi ketenangan.

1. Bagaikan kartika atau bintang

Menjadi pusat pandangan sebagai sumber kesusilaan, menjadi kiblat


ketauladanan dan menjadi sumber pedoman.

1. Bagaikan meja atau awan

Menciptakan kewibawaan, mengayomi meneduhi sehingga semua tindakan


menimbulkan ketaatan.

1. Bagaikan bumi

Teguh, kokoh pendiriannya dan bersahaja dalam ucapannya.

1. Bagaikan samudra

Luas pandangan, lebar dadanya, dan dapat membuat rakyat seia sekata.

1. Bagaikan hagni atau api


Adil, menghukum tanpa memandang bulu, yang salah menjalankan hukuman
dan yang baik mendapat pahala.

1. Bagaikan bayu atau angin

Adil, jujur, terbuka dan tidak ragu-ragu.

Dari penjelasan diatas, bahwa karakter istimewa yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin mencakup karakter bawaan dan karakter yang
diperoleh kemudian dikembangkan pada kemudian.

Adapun kelemahan dari seorang pemimpin pada teori sifat diantaranya :

1. Terlampau banyak sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin


2. Mengabaikan unsur Follower dan Situasi serta pengaruhnya terhadap
efektivitas pemimpin
3. Tidak semua ciri cocok untuk segala situasi
4. Terlampau banyak memusatkan pada sifat-sifat kepemimpinan dan
mengabaikan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemimpin.

Untuk menyukseskan pelaksanaan tugas para pemimpin belakangan ini telah


banyak dilakukan penelitian oleh para ahli dengan harapan dapat
ditemukan model kepemimpinan yang baik atau efektif. Namun
kesimpulan dari hasil studi, ternyata tidak ada satu model tunggal yang
memenuhi harapan. Dalam kaitannya dengan ciri-ciri pemimpin, J.
Slikboer menyatakan bahwa setiap pemimpin hendaknya memiliki tiga
sifat, yaitu sifat dalam bidang intelektual, berkaitan dengan watak, dan
berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin. Ciri-ciri lain yang
berbeda dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani (1958) bahwa soerang
pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal menggunakan pikiran,
rohani dan jasmani.

3. Teori Perilaku (Behavioural Theory)

Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories ini
memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada perilaku
para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik dan sosial mereka. Keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Teori Perilaku ini
bertolak belakang dengan Teori Great Man (Teori Orang Hebat) yang mengatakan
seorang pemimpin adalah dibawa dari lahir dan tidak dapat dipelajari. Teori Perilaku ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada perilaku yang
dapat dipelajari dan bukan hanya dari bawaan sejak lahir.
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan
terhadap teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan
dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born). Setiap
orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan
serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada
sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam
mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan masing-masing. Dasar pemikiran pada teori ini adalah
kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Teori ini
memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku,
dan bukan dari sifat-sifat (traits) soerang pemimpin. Alasannya sifat
seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.

Beberapa pandangan para ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan
bahwa perilaku dapat dipelajari. Hal ini berarti bahwa orang yang dilatih
dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara
efektif. Namun demikian hasil penelitian telah membuktikan bahwa
perilaku kepemimpinan yang cocok dalam satu situasi belum tentu sesuai
dengan situasi yang lain. Akan tetapi, perilaku kepemimpinan ini
keefektifannya bergantung pada banyak variabel. Robert F. Bales (Stoner,
1986) mengemukakan hasil pemelitian, bahwa kebanyakan kelompok
yang efektif mempunyai bentuk kepemimpinan terbagi (shared
leadership), seumpama satu oramg menjalankan fungsi tugas dan anggota
lainnya melaksanakan fungsi sosial. Pembagian fungsi ini karena
seseorang perhatian akan terfokus pada satu peran dan mengorbankan
peran lainnya.

Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku :

1. Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan


memiliki ciri-ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu,
terdapat kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan
tugas orientasi.

1. Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi yang berorientasi kepada bawahannya


ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian
pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima
perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada
dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahannya.
Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap
seorang pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil atau tuags dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.
JAF.Stoner, 1978:442-443 mengungkapkan bahwa kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan. Selain itu, pada teori ini seorang
pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin memiliki
perhatian yang tinggi terhadap bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
juga.

Bagaimana seorang pemimpin berperilaku akan dipengaruhi oleh latar


belakang pengetahuan, nikai-nilai, dan pengalaman mereka (kekuatan
pada diri pemimpin). Sebagai contoh, pimpinan yang yakin bahwa
kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada kebutuhan
organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran
perintah) dalam kegiatan para bawahannya. Demikian pula seorang
bawahan perlu dipertimbangkan sebelum pimpinan memilih gaya yang
cocok atau sesuai.

4. Teori Kontingensi (Contingency Theory)

Teori Kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang
paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori Kontingensi ini,
seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan
tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke
situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori Kontingensi
atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori Situasional.

Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal diantaranya adalah
Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler, Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontigensi Vroom-Yetten, Teori Kontingensi Path-
Goal Robert House dan Teori Kontigensi Strategis.

Tujuan Kepemimpinan Dalam Organisasi


Setelah memahami pengertian kepemimpinan, tentunya kita juga perlu mengetahui apa
tujuan kepemimpinan tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Sarana untuk Mencapai Tujuan
Kepemimpinan adalah sarana penting untuk mencapai tujuan. Dengan memperhatikan
apakah tujuan tercapai atau tidak dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, maka kita
bisa mengetahui jiwa kepemimpinan dari seseorang.
2. Memotivasi Orang Lain
Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu orang lain menjadi termotivasi,
mempertahankan serta meningkatkan motivasi di dalam diri mereka. Dengan kata lain,
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memotivasi pengikut/ bawahan untuk
mencapai tujuang yang diinginkan.

Syarat - Syarat Kepemimpinan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1. Kekuasaan

Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada


pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan

Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin


mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan

Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara


teknis maupun social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang
dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai
persyaratan, antara lain:

1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.


2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.
Skill Utama yang Wajib Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin
Menurut Jack Zenger dan Joseph, 10 skill utama yang wajib dimiliki oleh seorang
pemimpin, antara lain:
1. Menginspirasi dan Memotivasi
Pemimpin yang hebat menciptakan proyeksi masa depan. Ia akan memberikan gambaran
masa depan yang jelas dan menarik juga memotivasi orang lain agar mampu meraihnya.
Nah, jika Anda sedang memegang jabatan sebagai manejer, memotivasi dan mendorong
rekan tim menjadi tugas utama Anda suapaya tujuan perusahaan tercapai. Ini juga
termasuk bisnis yang baru berkembang.
2. Memiliki Integritas dan Kejujuran Tinggi
Pengertian kepemimpinan juga mencakup integritas dan kejujuran yang tinggi. Lakukan
apa yang pernah Anda katakan dan mereka akan melakukan hal yang sama. Dalam
beberapa kasus, bawahan atau tim akan menanyakan beberapa pertanyaan krusial.
Penting sekali untuk menjawabnya dengan jujur. Meskipun mereka pada akhirnya tidak
menyukai jawaban Anda, namun mereka pasti bisa menerima dan melaluinya dengan baik
asal Anda tetap bekerja bersama mereka.
3. Pelajari dan Selesaikan Masalahnya
Seorang pemimpin direkrut, dilatih, dan dipilih untuk menyelesaikan masalah dan
mencari peluang pasar. Tidak hanya kecerdasan yang dibutuhkan, tapi juga kemampuan
menganalisa yang baik dan skill lain yang tidak dimiliki oleh rekanan lainnya.
4. Bekerja Agar Hasilnya Tercapai
Beberapa orang biasanya hanya menonon di belakang dan melihat prosesnya. Namun
seorang leader yang baik akan terjun bersama timnya agar tujuan organisasi tercapai
dengan baik. Seorang leader memiliki ketekunan, patuh dan dorongan yang tinggi agar
targetnya tercapai di waktu yang tepat.
5. Intelegensi

Sifat atau kemampuan berbicara, menafsirkan, dan bernalar dari seorang pemimpin harus
lebih kuat daripada para anggota atau bawahan yang dipimpinnya.

6. Memiliki Hubungan Erat


Pengertian kepemimpinan juga harus mengikutsertan hubungan yang erat antar anggota.
Ia percaya pada bawahan dan begitu sebaliknya. Seorang pemimpin memikul tanggung
jawab yang besar atas pekerjaan timnya. Itu artinya hubungan yang baik di lingkaran
mereka harus tercipta dengan baik.
7. Bersikap Profesional
Seorang pemimpin juga harus memiliki keahlian yang khusus. Tentu saja untuk
membimbing timnya.
8. Memberikan Strategi
Pemimpin tentu saja memiliki visi jangka panjang. Ia tahu bagaimana menghindari
kesalahan fatal yang berakibat pada perkembangan bisnis. Mereka kadang dituntut
menjadi orang yang taktis dalam menghadapi persaingan pasar.
9. Bersifat Membangun
Pengertian kepemimpinan menurut temuan Jack Zenger dan Joseph Folkman ini juga
mengikutkan aspek pembangunan. Maksudnya, pemimpin yang baik hendaknya terus
belajar mengembangkan skill teknis dan profesionalitasnya. Mereka mencari karyawan
yang paling menjanjikan dan memberikan training yang baik sehingga bisa menjadi
generasi penerus perusahaan.
10. Melakukan Inovasi
Dalam bidang bisnis, inovasi bukan lagi barang baru. Bahkan secara langsung pasar
menggeret pelaku bisnis dan perusahaan untuk terus berinovasi agar bisa bertahan di
tengah kompetisi yang ketat.

Gaya Kepemimpinan

Dalam memimpin sebuah organisasi atau kelompok, setiap pemimpin pasti memiliki
gaya kepemimpinannya masing-masing. Ada beberapa contoh gaya kepemimpinan yang
dapat dijadikan referensi dalam memimpin organisasi atau perusahaan. Berikut
penjelasan mengenai beberapa gaya kepemimpinan.

Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam


mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat
dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan
bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai
sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini
pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman.
Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan
pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan
pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga


keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan


pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah
kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi


bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari
kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya
sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan


yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai
orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli
menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan
apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya
bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk
dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya


merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh
interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan
pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara
pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task
strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel
pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya
cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan
kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan
yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku
pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau
menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat
menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18


dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi
yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang
disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun
perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan


seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh
Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah

Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya
terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan
kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan,
pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan.
Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya
yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya


dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik
– teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat
dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang –
bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta
mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan


tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila
staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat
melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat
tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga
kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai
”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana
seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang
dipimpinnya.

Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan


oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk
mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan
diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud
dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan
khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat


pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan


untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk


menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin,


sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya
yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing),
serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-
315).

Peran pertama meliputi :

Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya

Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk


kepentingan organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi


perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada


bawahan.

Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di


luar organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi


sedang dalam keadaan menurun.

Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang


dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas
bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.

Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3


macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :

Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga


setiap orang menuju ke arah yang sama.
Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan
mengubah cara kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin.
Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin


bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain,
pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan
efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah,
karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika
tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri
sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

Anda mungkin juga menyukai