Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SEJARAH MANAJEMEN”

DOSEN PEMBIMBING:
Intan Hesti Indriana, SE., MM.

Disusun Oleh:
Imam Abdul Karim Sulaiman(1910512104)
Wulan Zulhikmah(1910512105)
Zefta Alfredo Julius(1910512106)
Putri Widya Prasetyaningsih(1910512107)
Vanka Putriana Ariningtiyas(1910512108)
Farhan Yuda Putra(1910512109)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kamu kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini secara maksimal dan optimal. Shalawat serta salam tak lupa
kita sampaikan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah banyak
mengajarkan kita tentang kebijakan dan dan ilmunya kepada seluruh umatnya.

Segenap tim penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada ibu Intan Hesti
Indriana SE., MM. yang telah memberikan kami bimbingan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dan tersusun dengan baik.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya baik berupa materi, waktu, dan usaha yang telah
dicurahkan serta telah memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua
pembaca, khususnya dalam bidang studi Manajemen dan Organisasi di dunia Pendidikan dan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................


1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan .....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

2.1. Awal Manajemen ....................................................................................


2.2. Teori Klasik .............................................................................................
2.3. Behavioral Approach...............................................................................
2.4. Quantitative Approach ............................................................................
2.5. Contemporary Approach .........................................................................

PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................
Saran ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah manajemen memiliki arti penting bagi ilmu manajemen itu sendiri,
karena penting kita mengetahui asal-usul dari ilmu manajemen yang sekarang sudah
berkembang dengan pesatnya dan mencapai di sebuah titik yang telah membuahkan
manfaat di masyarakat dan organisasi-organisasi secara luas karena disiplin-disiplin
yang telah diterapkan sebagai hasil dari pengembangan-pengembangan cabang ilmu
sosial ini. Dimulai dari awal dimulainya manajemen sebagai ilmu, yang melewati
fase-fase tertentu, hingga manajemen era modern yang kita sering temui sehari-hari
baik kita sadari maupun tidak.

Sebagai mahasiswa yang menempuh Pendidikan tinggi, sudah sepatutnya


kita memperluas wawasan kita mengenai sebuah disiplin ilmu yang telah membantu
tak berhingga jumlahnya organisasi dalam pencapaian tujuan mereka, mengelola
risiko, dan sumber daya mereka dengan harapan efektivitas dan efisiensi. Oleh
karena itu, guna membuka wawasan kita sebagai golongan terpelajar, ditulislah
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana awal manajemen?
1.2.2. Apa itu teori manajemen?
1.2.3. Apa itu Behavioral Approach?
1.2.4. Apa itu Quantitative Approach?
1.2.5. Apa itu Contemporary Approach?

1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana awal manajemen
1.3.2. Untuk mengetahui mengenai teori manajemen
1.3.3. Untuk mengetahui tentang Behavioral Approach
1.3.4. Untuk mengetahui tentang Quantitative Approach
1.3.5. Untuk mengetahui tentang Contemporary Approach
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal
A. Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen secara etimologis, berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu
ménagement. Kata tersebut memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Sementara ada
pula pengertian menurut Mary Parker Follet, “the art of getting things done through the
others.” Dikutip dari Wijayanti (2008:1).

Dikutip dari Wijayanti (2008:1) manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.

B. Asal-Usul Manajemen
Beberapa orang melihat sejarah manajemen dengan definisi sebagai konseptual.
Dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan
pertanda. Manajemen muncul karena kebutuhan terhadap pedoman dalam mengelola sebuah
organisasi yang cakupannya cukup komplek.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa sejak dulu telah terdeteksi tindakan yang mirip
manajemen pada masa pra modern akhir. Contohnya pada pembangunan Piramida Mesir.
Dalam pembuatannya ada aktivitas yang paling tidak terdeteksi sebagai manajemen. 4.500
tahun yang lalu Piramida Mesir dibangun oleh ratusan ribu orang selama 20 tahun. Bisa
dibayangkan, jika piramida tersebut dibangun tanpa ilmu manajemen, maka mustahil
Piramida tersebut terbangun.

Untuk membangun piramida itu, pasti dilakukan ini: perencanaan (planning),


pengorganisasian pekerja dan juga bahan baku (organizing), pengarahan pekerja (actuating).
Dan juga mengenalikan pengendalian (controlling). Untuk memastikan semua yang
direncanakan bisa berjalan dengan baik.
C. Prinsip dan Fungsi Manajemen

Prinsip manajemen

Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan fundamental atau kebenaran


umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam
hubungannya dengan manajemen prinsip-prinsip bersifat fleksibel dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.

Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management) teridiri dari:

1. Pembagian kerja (Division of work)

Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan
jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang
baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja.

2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)

Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai


dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu


usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena
yang mempunyai wewemang terbesar adalah manajer puncak.

3. Disiplin (Discipline)

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.

4. Kesatuan perintah (Unity of command)

Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip


kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu


diarahkan menuju sasarannya. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur
yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar
tidak terjadi kesalahan.

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan


organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap
kegiatan berjalan dengan loancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik

7. Penggajian Pegawai

Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan


terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan
kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga
dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam
prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar karyawan dapat bekerja dengan
tenang.

8. Pemusatan (Centralization)

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam


suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang
wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan
untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang
wewenang dan tanggung jawab.

9. Hirarki (tingkatan)

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian


kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur
dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan
ke bawah.
10. Ketertiban (Order)

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena


pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.

11. Keadilan dan kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya
dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.

12. Stabilitas kondisi karyawan

Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar


segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena
adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.

13. Prakarsa (Inisiative)

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir.
Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi
penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya.

14. Semangat Kesatuan

Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib


sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. semangat
kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap
karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya.

Fungsi manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.
1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan seorang manajer adalah menyusun rencana. Menyusun rencana


berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.

2. Pengorganisian (Organizing)

Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan


bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-
bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan
struktur tersebut.

3. Menggerakkan (Actuating)

Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan


agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

4. Pengawasan (Controling)

Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan


mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.

2.2. Teori Klasik

Teori Manajemen Aliran Klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-


fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajer sangat dibutuhkan pada penerapan
fungsi-fungsi tersebut. Dalam Fattah (2000:22) teori manajemen klasik berasumsi bahwa
manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan.
Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses
yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau
anatomi organisasi.

Teori Manajemen Aliran Klasik terbagi menjadi dua yaitu teori manajemen ilmiah
dan teori organisasi klasik.
A. TEORI MANAJEMEN ILMIAH

Pelopornya adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilberth, dan Henry
Laurance Grant serta Harrington Emerson. Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen
yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar 1900-an. Frederick Winslow
Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar
manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).

Taylor menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen ilmiah. Prinsip-
prinsip itu diringkas sebagai berikut :

1) Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu


pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.

2) Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan


latihan dan pendidikan kepada pekerja.

3) Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam


menjalankan tugasnya.

4) Harus dijalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan pekerja.

Pendukung teori manajemen ilmiah yang lain adalah Frank B. Gilbert (1878-1924) dan
Lilian Gilberth (1878-1972) yang sukses mengarahkan pada studi gerak dan waktu. Dia
tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang memperoleh efisiensi tertinggi sebagai ilmu
yang menganalisis tugas sampai pada gerak fisik dasar. Diharapkan agar gerak tidak
dihambur-hamburkan dan dihemat serta diharapkan lancar sehingga produktifitas kerja
meningkat.

Pelopor manajemen ilmiah selanjutnya ialah Henry Laurance Gantt (1861-1919). Beliau
merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan, dimana titik
perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas kerjanya.

Harrington Emerson (1853-1931) terkenal dengan sebutan efficiency engineering sebagai


tipe konsultasi. Dia melihat penyakit sistem industri adalah pemborosan. Dia yakin bahwa
hancurnya pabrik bukan disebabkan oleh tanah, pekerja dan modal, tetapi karena miskinnya
ide-ide untuk berkembang.
B. TEORI MANAJEMEN KLASIK

Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-
konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang-kadang
disebut juga teori tradisional. Teori klasik sendiri terbagi atas teori birokrasi dan teori
administrasi, bahkan ada pula yang menganggap teori Manajemen ilmiah juga merupakan
bagian dari teori organisasi klasik.

Teori organisasi klasik yang pertama ialah teori birokrasi yang dikemukakan oleh Max
Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-
mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan
dan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Weber bentuk
organisasi yang birokratik secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien.

Teori organisasi klasik yang kedua ialah teori administrasi. Teori administrasi
berkembang sejak tahun 1990. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan
Henry Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika. Mooney
dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam perencanaan organisasi
maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka menekankan tiga prinsip organisasi
yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan,
agama, militer dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah : 1) Prinsip koordinasi(kerja sama),
2) Prinsip skalar (pendelegasian wewenang dan tanggungjawab), dan 3) Prinsip fungsional
(pembagian kerja).

Tokoh selanjutnya ialah Henry Fayol (1841-1925). Menurut Fayol (Robbins dan Coulter,
1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua usaha manusia dalam bisnis,
pemerintahan, dan rumah tangga. Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik
yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan
manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode
ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol memerinci fungsi-fungsi
kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian
kegiatan-kegiatan administrasi atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism
atau teori Fungsionalisme Fayol.
Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu
pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan
terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata
kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dan dapat
dipahami prinsip-prinsip pokok serta teori umumnya sebagaimana yang telah dirumuskan.

2.3. Behavioral Approach

A. Pendekatan dalam Teori Perilaku

Perilaku itu sendiri dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu dengan model:

a. Rasional, model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi


yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif,
dan tujuan. Pendukung model ini antara lain Down (1967) dan Simon (1973).

b. Sosiologis, model sosiologis lebih memusatkan perhatiannya pada pengetahuan


antropologi, sosiologi, dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern (1970).

c. Pengembangan hubungan manusia, model pembangunan hubungan manusia


lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai
sistem motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Pendukung model ini antara lain McGregor (1961), Maslow (1970), dan Bennis (1990).

Behavioral approach atau teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan


hubungan manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
sistem sosialnya.

Maslow yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku
manusia dalam kaitannya dengan motivasi manusia yaitu pada dasarnya perilaku adalah goal-
oriented. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh kegiatan untuk
memperoleh kebutuhan.

Sesuai dengan ini, maka yang mendorong seseorang berperilaku tertentu dipengaruhi
oleh kebutuhan yang paling mendesak. Ia mengatakan setiaporang mmempunyai suatu
hierarki kebutuhan, dan secara berturut-turut berdiri dari :
a. Physicology needs

b. Safety needs

c. Social needs

d. Esteem needs dan

e. Self actualization needs.

B. Prinsip Teori Perilaku

Beberapa prinsip perilaku antara lain:

a. Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat dibutuhkan

b. Manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu proses teknik yang kaku

c. Manajemen harus sistematis dan sistemis

d. Pendekatan yang digunakan dalam manajemen harus hati-hati

e. Organisasi sebagai suatu keseluruhan

f. Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya

g. Unsur manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya
organisasi mencapai tujuannya

h. Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan
konsep-konsep manajemen

i. Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja dan

j. Pengawasan harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari


kesalahan tetapi mencegah terjadinya kesalahan secara diri.

Sumbangan teori perilaku seperti yang telah disebutkan tadi adalah untuk
dikembangkan dalam teori motivasi. Selain itu, untuk mengetahui perilaku kelompok,
hubungan manusiawi ditempat kerja, dan pentingnya hubungan manusiawi ditempat kerja.
Ahli perilaku menyarankan untuk dikembangkan dalam teori-teori kepemimpinan,konflik,
kekuasaan, perubahan organisasi, dan komunikasi.
C. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Dilihat dari segi efektivitasnya, tiap-tiap gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu:
a. Kepemimpinan yang kurang efektif, kelompok yang kurang efektif terdiri atas
gaya kepemimpinan:
1) Deserter, perilaku kepemimpinan yang tidak merasa terlibat, moral
kepemimpinan rendah, dan suka untuk diramalkan. Ia adalah pemimpin yang pasif
2) Missionary, pemimpin yang mempunyai sikap menggampangkan tugas dan
persoalan, penolong dan lemah. Pimpinan gaya ini hanya tertarik kepada
keharmonisan organisasi
3) Autocrat, perilaku pemimpin yang keras terhadap bawahan, keras kepala,
bandel, dan ingin menang sendiri. Ia merupakan pemimpin yang tidak mempercayai
orang lain, tidak menyenangkan bawahan, dan hanya tertarik pada tugas atau
kegiatan yang mendadak dan
4) Compromiser, perilaku pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang tetap,
berpandangan sempit, dan tidak memberikan keputusan yang tegas.

b. Kepemimpinan yang efektif, sedangkan kelompok yang efektif mencakup gaya


kepemimpinan:
1) Bureaucrat, perilaku pemimpin yang patuh pada peraturan, menampilkan diri
sebagai insan organisasi, dan lugu.Ia adalah pemimpin yang tertarik pada aturan dan
prosedur untuk kepentingan dirinya. Ia pun menginginkan pengaturan dan
pengontrolan dengan caranya sendiri serta senantiasa memperhatikan tugasnya.
2) Developer, pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan kreatif, memberikan
pelimpahan wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahan. Ia
pemimpin yang mempercayai bahwa masing-masing bawahan dapat berkembang
sendiri.
3) Benelovent, perilaku pemimpin yang mengandalkan organisasi dengan lancar dan
tertib, mempunyai keahlian dalam mengorganisasi, dan memiliki rasa keterlibatan
diri secara mendalam.
2.4. Quantitative Approach

A. Sejarah
Aliran kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak perang dunia ke 2.
Pada waktu itu inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat
kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk tim riset operasi(research
operation), yang terdiri dari para ahli matematika,fisika,dan ilmuwan lainnya.

B. Definisi
Pendekatan kuantitatif melibatkan penggunaan teknik kuantitatif untuk
meningkatkan pengambilan keputusan. Pendekatan ini juga telah diberi label
penelitian operasi ilmu manajemen. Ini termasuk aplikasi statistik, model
optimasi,model informasi, dan simulasi computer.

Tiga Aspek yang ada bdalam pemikiran quantitative management theory adalah:
a. Management Sience
Management sekolah saint muncul untuk memecahkan masalah yang terkait
dengan perang global. Hal ini mendorong manager untuk menggunakan
matematika,statistic dan teknik kuantitatif lainnya untuk membuat keputusan
manajemen.

b. Operations Management
Operasi management berfungsi di bidang keahlian yang terutama tanggung
jawab untuk produksi dan pengiriman produk layanan organisasi.
Management operasi adalah cabang sempit dari pendekatan kuantitatif untuk
management. Ini berfokus pada pengelolaan proses mengubah bahan,tenaga
kerjadan modal menjadi barang/ jasa yang bermanfaat.

c. Management Information System


Management information system adalah nama yang sering diberikan pada bidang
manajemen yang berfokus pada perancangan dan penerapan sistem informasi
berbasis computer untuk digunakan oleh management.
2.6. Contemporary Approach
Teori Manajemen Kontemporer adalah teori manajemen yang berkembang pada
masa kini. Ada 3 jenis pendekatan dalam manajemen ini, yaitu :
a. Pendekatan Sistem
Secara umum, sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa sub-
sistem yang saling berkaitan. Jika diterapkan dalam sebuah konsep
manajemen, sistem tersebut dapat dianalogikan sebagai sebuah organisasi,
yang terdiri dari berbagai hal yang berhubungan, dan akan berinteraksi
dengan lingkungan.
b. Pendekatan Situasional (Contingency)
Dalam pendekatan ini, dijelaskan bahwa efektivitas manajemen tergantung
pada situasi yang melatarbelakanginya.Pendekatan situasional menyatakan
bahwa setiap organisasi bersifat unik, menghadapi situasi-situasi yang
berkainan, dan membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Oleh karena itu,
jenis pendekatan ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan pekerjaan,
seperti manajer, konsultan, dan peneliti karena pendekatan ini dianggap
sangat praktis,fleksibel dan tidak terpaut pada satu situasi. Namun
pendekatan ini sering kali mendapat kritik dari berbagai pihak, karena dinilai
tidak memiliki batas-batas yang jelas, dan tidak mengalami perkembangan.
c. Pendekatan Hubungan Manusia Baru
Pendekatan Hubungan Manusia Baru adalah jenis pendekatan yang
mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini
melihat bahwa manusia merupakan mahluk yang emosional, intuitif, dan
kreatif. Tokoh yang disebut mewakili aliran ini adalah W. Edward Deming.

Anda mungkin juga menyukai