Anda di halaman 1dari 7

Artikel Komunikasi Bisnis

Peranan Komunikasi dalam Bisnis


Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi yang memiliki
tujuan tertentu yang di sajikan secara personal atau impersonal melalui symbol-simbol atau
sinyal. Bisnis dan komunikasi adalah dua hal yang saling berkaitan, dengan berbisnis maka kita
membutuhkan suatu komunikasi yang baik agar bisnis berjalan sesuai dengan tujuan. Lebih besar
bisnisnya maka komunikasi di dalam bisnis tersebutpun jauh lebih efektif.
Dalam komunikasi bisnis terdapat enam unsur pokok, yaitu :
1. Memiliki tujuan, artinya komunikasi bisnis harus memiliki tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya sejalan dengan tujuan organisasi.
2. Pertukaran, dalam hal ini melibatkan paling tidak dua orang atau lebih yakni komunikator dan
komunikan.
3. Gagasan, opini, informasi, instruksi merupakan isi dari pesan bentuknya beragam tergantung
tujuan, situasi, dan kondisinya.
4. Menggunakan saluran personal atau impersonal yang mungkin bersifat tatap muka,
menggunakan media tertentu atau melalui media yang menjangkau jutaan orang secara
bersamaan.
5. Menggunakan symbol atau sinyal yang merupakan alat atau metode yang dapat dimengerti
atau dipahami oleh penerima untuk menyampaikan pesan.
6. Pencapaian tujuan organisasi.

Peranan Komunikasi dalam Bisnis


a. Komunikasi dengan Pasar

Dengan timbulnya situasi Economic of relatif plenty, setiap pengusaha harus berusaha untuk
dapat menutup jurang yang terbentang antara produsen dengan masyarakat konsumen selaku
calon pembeli atau pemakai barang atau jasa yang dihasilkannya. Menjadi tugas dan tanggung
jawabnya selaku seorang pengusaha untuk selalu dapat mempengaruhi besarnya permintaan akan
barang hasil produksi perusahaannya, selalu berusaha untuk mencari pembeli dan pemakai
barang yang dihasilkannya. Sebagai pengusaha, ia harus memberitakan penyempurnaaan-
penyempurnaan produksi yang telah dicapainya, dimana barang yang dihasilkannya dapat
diperoleh masyarakat konsumen dan lain senbagainya. Atau dengan perkataan lain, setiap
pengusaha harus selalu memelihara konsumen dengan pasar.
Penyelenggara komunikasi dengan pasar, merupakan suatu syarat mutlak bagi setiap produsen
yang menghasilkan produk secara besar-besaran yang ditujukan kepada kepada para konsumen
yang tidak dikenalnya. Penyelenggaraan komunikasi dengan pasar juga berarti suatu syarat
mutlak bagi setiap pengusaha yang ingin menjamin kelangsungan hidup perusahaannya dan terus
maju berkembang.
Dalam lingkungan bisnis, ada aneka sarana komunikasi perdagangan yang dapat dipergunakan
para pengusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat konsumen. Sarana-sarana komunikasi
perdagangan yang tersedia antara lain adalah dalam wujud pengiriman surat, pengiriman kawat,
percakapan telepon, kunjungan pribadi, dan lain-lain.
Jenis-jenis sarana komunikasi perdagangan yang disebutkan tadi hanya sesuai bilamana
dipergunakan dalam daerah pemasaran barang dan jasa yang ruang lingkupnya terbatas.
Untuk berkomunikasi dalam suatu daerah pemasaran yang sangat luas, dimana calon konsumen
kita jumlahnya beribu-ribu bahkan mungkin mencapai jutaan atau puluhan juta orang, kita
memerlukan sarana komunikasi pemasaran khusus seperti periklanan. Karena periklanan dalam
rangkaian usaha yang dilakukan setiap pengusaha merupakan suatu alat pemasaran yang bidang
geraknya justru terletak dalam bidang komunikasi massa.

b. Konsep Dasar dan Peranan Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling
berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat
pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia
yang tidak akan terlibat dalam konunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar
dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi
dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi
informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa
bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru
tidak dating mengajar. Skibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi
informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya
komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu
dalam pelaksanaan tugasnya Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi.
Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu
memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981). Untuk
memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep
dasar komunikasi.

Tujuan dari Komunikasi Bisnis


Secara umum, ada tiga tujuan komunikasi bisnis, yaitu informasi persuasi dan melakukan
kolaborasi, dengan audiens.

1. Memberi informasi
Tujuan pertama dalam komunikasi bsisnis adalah memberikan informasi yang berkaitan
dengan dunia bisnis kepada pihak lain, contoh seorang pemimpin perusahaan ingin mendapatkan
pegawai yang diharpkan, maka Dia memasang iklan melalui media massa, memasang websitus/
situs di jalur internet, dalam hal itu tergantung pada kebijakan perusahaan dengan melihat
kemmapuan internal perusahaan tersebut. Contoh yang lain misalnya sebuah Departement Store
memasang tulisan discont besar-besaran pada produknya.
2. Memberi Persuasi

Tujuan kedua dari komunikasi bisnis adalah memberikan persuasi kepada pihak lain agar apa
yang diampaikan dapat dipahami dengan baik dan benar, hal ini sering dilakukan terutama yang
berkaitan dengan penegasan konfirmasi pesanan pelanggan atau negosiasi dengan pelanggan,
agar kedua pihak memperoleh manfaat secara bersama-sama tanpa ada yang merasa dirugikan.

3.Melakukan kolaborasi

Tujuan ketiga dalam komunikasi bisnis adalah melakukan kolaborasi, atau kerjasama bisnis
antara seseorang dengan orang lain, melalui jalinan komunikasi bisnis tersebut seseorang dapat
dengan mudah melakukan kerjasama bisnis, saat sekarang seiring dengan pesatnya kemajuan
teknologi komunikasi maka seseorang dapat menggunakan berbagai media telekomunikasi
seperti telpon, faksimile, telepon seluler, internet surat elektronik, teleconference. Teknologi
komunikasi tersebut sangat penting artinya dalam pererat kerjasama bisnis.

Umpan Balik dan bentuk-bentuknya


Umpan Balik / feedback Komunikasi
Feedback adalah dua kata jadian / bentukan dalam bahasa Inggris yang terdiri dari kata feed
(artinya: memberi makan) dan back (artinya: kembali). Arti harfiah kata ini adalah “memberi
makan kembali”, tapi makna yang sebenarnya adalah “memberi masukan kembali”.
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi
yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan
komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur
yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima
unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di
antara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan komunikasi.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada
komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya. Jadi, umpan balik
(feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang
telah berlangsung berhasil atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya
ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang
siswa-dia naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai komunikator,
kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak.
Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun respon positif. Contoh kecil ketika kita
berceramah atau berpidato di depan khalayak umum. Maka kita akan dapat melihat reaksi apa
saja yang dilakukan oleh pendengar di depan kita. Mungkin ada yang tekun memperhatikan, ada
yang mengobrol dengan teman di sampingnya, ada yang menguap karena bosan, atau melakukan
interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku atau reaksi yang dilakukan oleh
penonton di depan kita merupakan umpan balik yang langsung diberikan kepada kita sebagai
komunikator.
Orang yang mendengarkan dengan tekun mungkin memberikan respon positif sedangkan yang
mengobrol dengan teman di sampingnya memberikan respon negatif. Namun, kesimpulan ini
tidak kaku. Artinya, mungkin tubuh orang yang ‘kelihatan’ tekun mendengarkan, berada di
depan kita, sedangkan pikirannya jauh berada di luar sana. Namun sebaliknya, orang yang
mengobrol dengan temannya, mungkin sedang asyik berdiskusi tentang apa yang kita sampaikan.
Bahkan, diam pun bisa disebut sebagai umpan balik yang menandakan dua hal, apakah ia
mengerti atau tidak sama sekali.
Bila komunikasi memungkinkan para partisipannya untuk saling berhadapan wajah (face to face)
maka feedback yang paling mendasar adalah tatapan mata (eyes contact). Mata yang menatap
komunikator menunjukkan bahwa (para) komunikan benar-benar memperhatikannya. Ini tentu
saja berlangsung secara dua arah. Artinya agar seorang komunikan menatap mata seorang
komunikator, ia harus terlebih dahulu menatap mata-nya. Selain itu, ini harus dilakukan dengan
sewajar / se-natural mungkin. Secara naluriah, bila kita berbicara secara tatap muka dengan
seseorang, kita akan melakukan itu. Dalam konteks komunikasi dengan sekelompok orang /
komunikasi kelompok, komunikator sebaiknya menjadi pihak yang mengambil inisiatif
melakukan ini. Ia hendaknya membagi tatapan matanya kepada semua pihak yang hadir, tidak
pada seseorang atau sekelompok orang saja. Ini sangat penting untuk membantu menciptakan
suasana yang efektif bagi pencapaian tujuan komunikasi.
Dengan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa fungsi feedback adalah sebagai
mekanisme kendali untuk mengetahui apakah perilaku komunikasi seorang komunikator telah
efektif untuk mencapai sasarannya.
Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis merupakan
variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi pada konteks komunikasi
yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback tersebut adalah :
1. Feedback Positif – Feedback Negatif
Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang menandakan
bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama dengan komunikator untuk
mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak menunjukkan perlawanan / pertentangan.
Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius, mencatat,
responsif ketika ditanya.
Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang menandakan
bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar dari mulai tidak setuju
hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau bahkan diri sang komunikator. Segalanya
sesuatu yang merupakan lawan dari feedback positif adalah feedback negatif.
Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan yang
sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk, memotong pembicaraan /
interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk- out tanpa izin dari komunikator, dan
sebagainya.
2. Feedback Netral – Feedback Zero
Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat / gejala yang
menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback netral adalah feedback yang
tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif.
Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …
Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator. Komunikator tidak tahu
harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari komunikan.
Contohnya : ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan hal yang lucu,
tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.

3. Feedback Internal – Feedback Eksternal


Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala yang menjadi
feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut feedback
internal. Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan sesuatu, tapi
kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan, maka yang kita lihat itu
dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada feedback internal pada diri
komunikator.
Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan. Dalam hal
ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi wajah tertentu,
gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika komunikasi tengah
berlangsung.
4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal
Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang disampaikan
komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu yang sedang
berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi (memotong
pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan ketika komunikator
sedang menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa secarik kertas yang ditulisi
yang mengatakan sesuatu kepada yang sedang berbicara agar ia segera berhenti karena
waktu untuknya sudah habis. Harap diingat pengertian verbal di sini. Pesan komunikasi
yang verbal adalah yang bentuknya merupakan wujud dari penggunaan bahasa. Artinya,
bisa berupa lisan atau tulisan.
Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan, seperti
ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk senyuman,
isyarat tangan, dan sebagainya.
5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung
Beberapa ahli komunikasi tidak sepakat dengan adanya dua jenis feedback ini. Alasannya
adalah, feedback seharusnya adalah sesuatu yang tampak / dapat diidentifikasi
keberadaannya ketika sebuah proses komunikasi tengah berlangsung, bukan sesudahnya.
Bila sesudahnya, maka itu berarti merupakan respon atau tanggapan. Mereka menyatakan
ini karena pengertian feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback yang
ditunjukkan ketika komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung
(delayed feedback) adalah feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah selesai.
Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan antara komunikasi interpersona
dan komunikasi massa. Pada komunikasi interpersona, jelas untuk sebagian besar
feedbacknya akan bersifat langsung atau segera. Artinya, orang yang berbicara /
komunikator akan dapat segera mengetahui bagaimana reaksi si komunikan ketika ia
sedang menyampaikan pesan tertentu (karena situasinya tatap muka). Ini berbeda dengan
komunikasi massa. Surat kabar, misanya. Para pembaca tidak dapat memberikan
feedback yang segera. Feedback mereka dapat disampaikan melalui surat pembaca yang
biasanya waktunya adalah cukup lama sejak apa yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh
komunikan, sehingga surat pembaca dapat dijadikan contoh sebagai feedback tidak
langsung.
Bila kita berpegang pada pengertian yang sebenarnya dari feedback, kedua jenis feedback
terakhir ini dapat dikatakan sebagai sekedar sebuah kiasan. Feedback sifatnya harus
segera dan disampaikan pada saat komunikasi sedang berlangsung. Oleh karena itu
feedback dapat pula kita katakan sebagai sebuah reaksi komunikan. Akan tetapi bila
penyampaiannya adalah pada saat sebuah proses komunikasi telah berlangsung, maka itu
dapat kita katakan sebagai sebuah respon atau tanggapan.
Feedback sangat penting dalam Komunikasi sehari-hari. Nilai pentingnya bukan saja
pada kemampuan komunikator bagaimana ia bisa menafsirkan isyarat / gejala yang
ditunjukkan kemudian mengambil tindakan yang memperbaiki keadaan, namun juga dari
sisi komunikan, di mana seringkali muncul kebutuhan untuk menyampaikan feedback
secara sengaja. Bila X berbicara dengan begitu percaya diri namun pada saat yang sama
ia tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sedang menyinggung perasaan seseorang yang
ada di sekitarnya, bagaimana kita sebagai salah satu komunikannya memberitahu X
secara tidak langsung agar ia dapat mengubah perilaku komunikasinya ? Di sinilah
pengertian menyampaikan feedback (secara sengaja). Untuk sebagian besar kemampuan
menyampaikan feedback secara sengaja kita perlukan pada saat kita menghadapi situasi
di mana yang seharusnya dikatakan tidak bisa dikatakan begitu saja.
Kesalahpahaman dalam berkomunikasi
Misunderstanding (kesalahpahaman) merupakan salah satu kendala komunikasi efektif
dan sangat berpeluang menciptakan konflik. Suatu kondisi salah paham biasa
dimunculkan ketika suatu informsi yang diterima oleh seseorang memiliki makna atau
esensi yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh si pemberi atau penyampai informasi.
Kesalahpahaman ini banyak sekali bentuknya, mulai dari hal-hal sepele dalam kehidupan
sehari-hari, sampai kesalahpahaman oleh kalangan elit politik yang menentukan
kehidupan orang banyak.
Salah satu bentuk kesalahpahaman yang cukup “parah” adalah cultural misunderstanding,
atau kesalahpahaman kultural. Dalam hal ini, budaya dan kebiasaan yang melekat
menjadi penghalang terjalinnya komunikasi yang efektif. Misalnya, seorang lelaki Sunda
memiliki menantu pemuda Jawa. Saat si menantu akan makan, demi kesopanan dan etika,
dia menawari mertuanya. Di Jawa, untuk menawari makan orang yg lebih tua, digunakan
kata “dhahar” yang artinya sudah sangat halus. Padahal, jika kata “dhahar” ini digunakan
untuk orang Sunda, artinya menjadi sangat kasar, karena orang Sunda menggunakan kata
“tuang” untuk kata makan yg paling halus.
Rata-rata kesalahpahaman memang terjadi pada komunikasi yang masih dasar, yakni
tahapan komunikasi yang menyenangkan. Dalam tahapan ini, komunikator dan
komunikan merasa masih belum perlu membahas masalah secara detail, sehingga kadang
terselip beberapa poin yang menjadi sumber kesalahpahaman. Berbeda dengan tahapan
lain, misalnya komunikasi untuk hubungan yg lebih baik, yang walaupun kadang tetap
ada yg namanya salah paham, namun sudah dalam jumlah yang minimal.
Kondisi kesalahpahaman semacam ini umumnya disebabkan karena tingkat kemampuan
berkomunikasi yang kurang baik, entah itu dalam hal menyampaikan informasi maupun
dalam hal menerima informasi. Disini kemampuan berkomunikasi memegang peranan
yang sangat penting. Bagaimanapun juga, kemampuan berkomunikasi seseorang turut
menentukan efektif tidaknya hubungan yang dibangun dengan orang lain.
Ada beberapa cara untuk menghindari kesalahpahaman. Yang paling penting adalah
meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan ini bisa kita tingkatkan dengan,
misalnya, banyak membaca koran atau tulisan lain yang memakai tata bahasa efektif dan
sistematis. Dengan rutin membaca, kosakata kita akan semakin kaya dan mempermudah
untuk menjalin komunikasi. Selain itu, jangan lupa tanyakan kepada lawan bicara hal-hal
yang kita belum jelas maksudnya. Cara ini membantu untuk menghindari salah paham
akibat salah persepsi.
Cara yang lain, tingkatkan sensitivitas kita pada lawan bicara dan kurangi sensitivitas dari
lawan bicara. Dengan kata lain, tingkatkan kepekaan kita untuk merasakan perasaan
lawan bicara, agar kita lebih berhati-hati dalam memilih dan menyampaikan kata.
Sebaliknya, kurangi kepekaan kita dari kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicara.
Jangan sampai kita tersinggung oleh hal-hal sepele, hanya karena kita terlalu sensitif
dalam menanggapi orang lain.
• Memperbaiki komunikasi dalam organisasi.
Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses komunikasi yang baik pada
tingkat individu maupun pada tingkat organisasi. Memperbaiki komunikasi dalam
organisasi berkaitan dengan melakukan proses yang akurat mulai dari proses penyandian,
penyampaian pesan, penguraian dan umpan balik pada tingkat komunikasi antar pribadi,
dan pada tingkat organisasi menciptakan dan memonitor saluran komunikasi yang tepat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi :
1. Meningkatkan umpan balik. Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik
dilakukan dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya
dengan komunikasi antar pribadi.
2. Empati. Empati pada dasarnya merupakan komunikasi yang dilakukan berorientasi
pada penerima. Komunikator harus menempatkan dirinya sebagai penerima, sehingga
proses penyandian, penggunaan bahasa dan saluran disesuaikan dengan kondisi
penerima.
3. Pengulangan. Cara yang efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi adalah
mengulangi pesan. Pengulangan membatu pendengar atau penerima untuk
menginterpretasikan pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk dipahami ketika
pertama kali mendengar.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa yang kompleks, istilah-istilah teknis dan
jargon menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh pendengar atau penerima. Tidak
benar bahwa gagasan yang bagus dan ilmiah harus disampaikan dalam bahasa yang
ilmiah dan teknis.
5. Penentuan waktu yang efektif. Suatu permasalahan dalam komunikasi antar pribadi
dimana komunikator mulai menyampaikan pesannya pada saat penerima belum siap
untuk mendengarkannya. Cara yang efektif adalah mengelola waktu untuk komunikasi
sehingga pesan yang disampaikan tersusun dengan baik, ringkas dan mudah dipahami.
6. Mendengarkan secara efektif. Salah satu cara meningkatkan komunikasi yang efektif
dapat dilakukan dengan mendengarkan secara efektif. Komunikasi adalah masalah
memahami dan dipahami.
7. Mengatur arus informasi. Untuk mengatasi hambatan komunikasi karena beban
informasi yang berlebihan adalah dengan mengatur arus informasi. Komunikasi diatur
mutunya, jumlahnya dan cara penyampaiannya. Informasi yang disampaikan harus
sistematis, ringkas dan memiliki bobot tingkat kepentingan yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai