Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Tipe Kepemimpinan

Setiap pemimpin mempunyai cara atau gaya dalam memimpin


organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk
memengaruhi bawahannya. Secara relatif ada tiga macam gaya kepemimipinan
yang berbeda, yaitu otokrasi, demokratis, atau partisipatif, dan laissez-faire, yang
semua nya pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dan keunggulannya.
Perbedaan gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang
berbeda pula pada partisipasi individu dan perilaku kelompok.1

Kepemimpinan otokratis lebih banyak menghadapi masalah pemberian


perintah kepada bawahan. Sedangkan kepemimpinan demokratis cenderung
mengikuti pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat. Dalam
kepemimpinan laissez-faire, pemimpin memberikan kepemimpinannya jika
diminta.

Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu


perwujudan tingkah laku dari seseorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom. Keduanya
menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini:2

a. Teori Genetis (Keturunan)

Inti dari teori ini menyatakan bahwa, “Leader are bom and nor made(Pemimpin
itu dilahirkan [bakat] bukannya dibuat)”. Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang

1
Jarwanto, Pengantar Manajemen( 3 in 1), Mediatera, Yogyakarta, 2015,
hlm. 94
2
Ibid, hlm.95
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan muncul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis.

b. Teori Sosial

Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori ini
pun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti teori sosial ini ialah, “ Leader are
made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati)”. Jadi
teori ini merupakan kebalikan dari teori genetika. Para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

c. Teori Ekologis

Teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan.Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian,
penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan
secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang
baik.3

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki empat kriteria


penting

dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu:

a. Legalitas yang dinyatakan secara normatif, terutama pemimpin yang


dibuat dengan rencana yang diatur oleh konsitusi yang berlaku di suatu
negara.
b. Pengakuan dan vasibilitas kepeminpinan yang diakui oleh masyarakat atau

3
Ibid, hlm.96
anak buah yang dipimpinnya.
c. Memiliki ilmu pengetahuan yang memadai untuk memberi pembinaan dan
pengarahan kepada bawahannya.
d. Memiliki modal finansial yang cukup agar tidak terpengaruh oleh gaya
kepemimpinan yang korup.4

B. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses


kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman
Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab,
maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan
ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan

Anton Athoillah, Dasar-dasar Manajemen, Pustaka Setia, Bandung,


4

2010. Hlm.198
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung. 5

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas


mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh,
teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat
dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap
anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang
diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan
diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya
dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil
inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para
bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan
kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan. 6

5
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung :
Ossa Promo, 1999) h. 102.
6
Ibid, h. 262-263.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe
kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh
para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah
dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang
pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau
tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya,
yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin,
terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang
pemimpinan yang profesional.
Yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad digolongkan pada model
kepemimpinan situasional. Dalam model ini Nabi Muhammad mampu
menerapkan beberapa tipe kepemimpinan berdasarkan situasi yang dihadapi.
Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh beliau, yaitu
kepemimpinan otoriter, laissez faire, dan demokratis. Ketiga tipe kepemimpinan
tersebut diterapkan berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi Nabi.

Adapun penjelasan dari ketiga tipe kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter menggambarkan pemimpin yang mendikte,
membuat keputusan sepihak dan membatasi partisipasi bawahan.7
Perwujudan kepemimpinan otoriter Nabi Muhammad terlihat dalam sikap
tegas beliau saat menghadapi orang kafir dan dalam memberikan hukuman
serta pelaksanaan petunjuk dan tuntunan Allah. Dalam melaksanakan
aturan yang telah diperintahkan dan diwahyukan ada beberapa ibadah yang
tidak dapat ditawar-tawar seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

2. Kepemimpinan Laissez Faire


Tipe kepemimpinan laissez faire menggambarkan pemimpin yang
memberikan kesempatan pada kelompok untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan atau masalah dengan cara apa pun yang menurut

7
Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Manajemen (Jakarta: Erlangga,
2014), 149.
mereka pantas.8 Dalam menyeru umat manusia terlihat kepemimpinan
Nabi Muhammad yang bersifat laissez faire. Beliau tidak memaksa
seseorang dengan kekerasan. Dalam dakwahnya setiap manusia diberi
kebebasan dalam memilih agama yang dipeluknya. Beliau hanya
diperintahkan Allah untuk memberikan seruan dan peringatan kerugian
bagi yang sombong dan angkuh menolak, serta seruan keberuntungan bagi
yang mendengar seruannya. Apabila ada yang menolak beriman
kepadanya, beliau tidak memaksanya namun tetap memberi peringatan
kepada mereka9. Melalui tipe kepemimpinan laissez faire yang diterapkan,
Nabi Muhammad berusaha untuk menumbuhkan tanggung jawab dari
pribadi masing-masing.

3. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis menggambarkan pemimpin yang
melibatkan bawahan dalam membuat suatu keputusan, mendelegasikan
wewenang, dan mengunakan umpan balik untuk melatih bawahan.
Kepemimpinan Rasulullah. yang bersifat demokratis terlihat pada
kecenderungan beliau menyelenggarakan musyawarah, terutama jika
menghadapi masalah yang belum ada wahyunya dari Allah SWT.
Kesediaan beliau sebagai pemimpin untuk mendengarkan pendapat, bukan
saja dinyatakan dalam sabdanya, tetapi terlihat dalam praktik
kepemimpinannya. Musyawarah dijadikan sebagai sarana tukar menukar
pikiran dan di dalamnya masing-masing orang dapat mengemukakan
pendapatnya serta menyimak pendapat orang lain.10

8
Robbins dan Coulter, Manajemen, 149.
9
Siti Zulaikhah, “Prototipe Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Dalam
Pendidikan (SebuahTelaah Atas Sifat Wajib Rasul), (Jakarta: Erlangga , 2005),
57.
10
Zulaikhah, “Prototipe Kepemimpinan Nabi”, 57.
Menurut Sondang P. Siagian ada beberapa gaya kepemimpinan yaitu: 11

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis


Dalam kepemimpinan otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin otokratis adalah
pemimpin yang memiliki wewenang (authority) dari suatu sumber
(misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan untuk
memberikan penghargaan ataupun menghukum. Ia menggunakan
otoritasnya sebagai pegangan atau hanya sebagai alat atau metode agar
segala sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan. Apa yang akan
dilakukan oleh pemimpin dengan gaya ini hanyalah memberitahukan tugas
orang serta menuntut kepatuhan secara penuh.Seorang pemimpin yang
otokratis ialah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri berikut:
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b. Mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
e. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
f. Dalam tindakan sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).

Dari sifat-sifat tersebut, jelas bahwa gaya kepemimpinan demikian tidak


tepat untuk suatu organisasi modern yang mengangkat hak-hak asasi manusia di
tempat yang sederajat secar manusiawi.

2. Gaya Kepemimpinan Militeristis

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seornag pemimpin yang

memiliki sifat-sifat:

a. Lebih sering mempergunakan sistem pemerintah


b. Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya
c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
11
Sondang P. Siagian Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka Cipta
Jakarta, 2003
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Gaya Kepemimpinan paternalistik

Ciri-ciri gaya paternalistik ialah:

a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa


b. Bersiakap terlalu melindungi (overly protective)
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
d. Jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi fantasinya
e. Sering, bersikap mahatahu.

4. Gaya Kepemimpinan Kontingensi Fielder

Gaya kepemimpina kontingensi fieldar memandang bahwa keberhasilan

kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat ditentukam oleh:

a. Hubungan interaksional yang harmonis antara atasan dan


bawahannya
b. Pembagian tugas dan kewajiaban diikuti wewenang dan tanggung
jawab yang jelas
c. Pemimpin yang kuat secara legal formal

5. Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi

Gaya kepemimpinan ini dikemukakan oleh Wiliam J. Reddin Model ini


dinamakan three-dimensional-model karena pendekatannya
menghubungkan tiga kelompok kepemimpinan, yang disebutnya gaya
dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu kestuan. Berdasarkan
dua perilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi pada orang (people orieted)
dan berorientasi pada tugas (task oriented).

6. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan


modernis dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua
anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk
mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya
otokratis.Pemimpin yang bertipe demokratis memliki ciri-ciri berikut:12

a) Mengembangkan kretaivitas anak buah/karyawannya

b) Memberi kesempatan anak buah/karyawannya untuk mengambil


keputusan

c) Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama

d) Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisai

e) Mendahulukan kepentingan yang darurat demi keselamatan jiwa.

f) Mengembangkan regenerasi kepemimpinan

g) Memperluas kaderisasi agar anak buahnya/karyawannya lebih maju dan


menjadi pemimpin masa depan

h) Memandang semua maslah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.

7. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Kharismatik kepemimpinan bukan merupakan gaya


kepemimpinan, melainkan sifat atau tipe kepemimpinan. Akan tetapi,
karena banyak menyamakan makna antara gaya dan tipe serta sifat seorang
pemimpin kharismatik pemimpin pun dapat disebut sebagai salah satu
gaya kepemimpinan yang khas. Kharismatik bukan salah satu sifat dari

12
Anton Athoillah, Dasar-dasar Manajemen, hlm.203-208
pemimpin karena setiap pemimpin memiliki wibawa, hanya derajat
kewibawaannya berbeda. Demikian pula latar belakang munculnya
kewibawaan tersebut.

Gaya kepemimpinan kharismatik adalah kewibawaan alami yang


dimiliki pemimpin, bukan karena adanya legalitas politik dan
pembentukan yang dilakukan secara sistematis.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kharismatik ialah:

a) Memiliki kewibawaan alamiah

b) Memiliki banyak pengikut

c) Daya tarik yang metafisikal (kadang-kadang irasional) terhada para


pengikutnya

d) Terjadi ketidaksadaran dan irasional dari tindakan pengikutnya

e) Tidak dibentuk oleh faktor eksternal yang formal, seperti aturan legal
formal, pelatihan atau pendidikan, dan sebagainya

f) Tidak dilatarbelakangi oleh faktor internal dirinya, misalnya fisik,


ekonomi, kesehatan, dan ketampanan.13

13
Ibid, hlm. 203-208

Anda mungkin juga menyukai